0.003
5.4333
Sampel 2
0.009
16.02
0,000
Standar
0.332
100
Sampel
0.074
22,23
PEMBAHASAN
Alanine aminotransferase (ALT) adalah enzim yang masuk kedalam kelas
transferase. Kelas transferase memiliki peranan memindahkan gugus fungsional
dari satu substrat ke substrat lain. Enzim-enzim yang mengatalisis pemindahan
reversible satu gugus amino antara suatu asam amino dan suatu asam alfa-keto
disebut aminotransferase, atau transaminase oleh tata nama lama yang masih
populer. Aminotransferase tersebar luas di tubuh, terutama banyak dijumpai di
hati, karena peran penting organ ini dalam sintesis protein dan dalam menyalurkan
asam-asam amino ke jalur-jalur biokimiawi lain. Hepatosit pada dasarnyaa adalah
satu-satunya sel dengan konsentrasi ALT yang tinggi, dengan demikian, ALT
serum memiliki spesifitas yang relative tinggi untuk kerusakan hati.
Aminotransferase merupakan indikator yang baik untuk kerusakan hati apabila
keduanya meningkat. Cedera akut pada hati, seperti karena hepatitis, dapat
menyebabkan peningkatan ALT menjadi ribuan UI/Liter. Pngukuran
aminotransferase setiap minggu mungkin sangat bermanfaat untuk memantau
perkembangan dan pemulihan hepatitis atau cedera hati lain (Soemardjo 2006).
ALT adalah enzim yang merupakan sumber utama dalam darah berada di
ginjal dan yang paling utama berada di hati. ALT memiliki nama lain SGPT
(serum glutamic-pyruvic transaminase). Prinsip ALT yaitu ALT mengkatalis
transiminasi dari L alanine dan a - kataglutarate membentuk l glutamate dan
pyruvate, pyruvate yang terbentuk di reduksi menjadi laktat oleh enzym laktat
dehidrogenase (LDH) dan nicotinamide adenine dinucleotide (NADH) teroksidasi
menjadi NAD. Banyaknya NADH yang teroksidasi hasil penurunan serapan
berbanding langsung dengan aktivitas ALT dan diukur secara fotometrik dengan
panjang gelombang 340 nm.
Percobaan kali ini dilakukan pengujian pemeriksaan Glutamat Piruvate
Transaminase (GPT). Percobaan ini bertujuan untuk memeriksa fungsi hati dan
menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh. Salah satu cara untuk
mendeteksi adanya kerusakan hati adalah dengan memeriksa aktivitas enzim
Glutamat Piruvat Transaminase (GPT) atau Alanin Aminotransferase (ALT) dalam
serum. Enzim ini terdapat dalam sitoplasma dan mitokondria sel hati. Bila terjadi
kerusakan hati akan terjadi peningkatan permeabilitas membran sel sehingga
komponen-komponen sitoplasma akan keluar dari sel dan apabila membran
intraseluler seperti mitokondria rusak maka enzim-enzim yang terdapat di
dalamnya akan mengalami peningkatan aktivitas dalam serum. Berdasarkan hal
tersebut, maka peningkatan aktivitas enzim GPT atau ALT dalam serum dapat
diukur dan dijadikan salah satu parameter kerusakan fungsi hati. Enzim Glutamat
Piruvat Transaminase (GPT) atau Alanin Aminotransferase (ALT) terdapat dalam
sitoplasma sel hati sehingga enzim ini lebih sensitif untuk pemeriksaan kerusakan
fungsi hati (Winarno 1986).
Beberapa varian reaksi dapat digunakan dengan enzim. Dalam reaksi, alanin
untuk ALT dan aspartat untuk AST ditambahkan untuk mempercepat reaksi ke
kanan, menghasilkan glutamat. Produksi terakhir ini kemudian digabungkan untuk
enzim glutamat dehidrogenase, dalam reaksi yang disebut indikator, menghasilkan
-ketoglutarat. Reaksi ini harus dievaluasi selama periode yang singkat, karena
salah satu substrat untuk enzim alfa glutarat, dibuat ulang oleh reaksi indikator.
Varian lain untuk AST melibatkan kopling oksalat yang terbentuk dari aspartat,
dalam reaksi terhadap malat dehidrogenase, yang mengubah OAA menjadi malat,
dan NADH diubah menjadi NAD yang pada pengukurannya mengalami
penurunan absorbansi pada 340 nm. Pada ALT, konversi alanin menjadi piruvat
memungkinkan kopling dehidrogenase piruvat menjadi bentuk kompleks di mana
piruvat diubah menjadi asetil koenzim A, dan NAD dikonversikan menjadi
NADH yang dapat langsung diukur dengan peningkatan absorbansi pada 340 nm.
Tahap pertama dalam melakukan pemeriksaan ALT adalah memipet sampel
plasma sebanyak 100 l dan reagen 1 sebanyak 1000 l kedalam kuvet. Reagen I
yang digunakan berisi Tris buffer pH 7,5, L-Alanine, LDH (Laktat
Dehidrogenase). Tris buffer pH 7,5 dalam reagen I berfungsi sebagai dapar yang
menjaga pH serum selama reaksi pemeriksaan ini supaya menjaga kestabilan
aktivitas GPT karena enzim sangat sensitif terhadap perubahan pH. L-Alanin
berfungsi sebagai asam amino yang akan diubah menjadi L-glutamat dengan
dikatalisis oleh enzim Glutamat Piruvate Transaminase (GPT). LDH (Laktat
Dehidrogenase) juga merupakan enzim yang akan mengkatalisis reaksi dari
produk perubahan L-Alanin yang dikatalis oleh GPT, yaitu piruvat, yang akan
diubah menjadi laktat.
Setelah diinkubasi selama 5 menit, penginkubasian berfungsi agar seluruh
reagen bereaksi sempurna dengan sampel. Campuran dalam kuvet ditambahkan
reagen II sebanyak 250 l. Reagen II yang digunakan ini berisi 2-oxoglutarat dan
NADH. 2-oxoglutarat akan bereaksi dengan L-Alanin membentuk L-glutamat dan
piruvat dengan dikatalisis oleh enzim GPT. Enzim GPT ini akan mengkatalisis
pemindahan gugus amino pada L-Alanin ke gugus keto dari alfa-ketoglutarat
membentuk glutamat dan piruvat. Selanjutnya piruvat direduksi menjadi laktat.
Reaksi yang terbentuk sebagai berikut:
GPT
2-oxoglutarate + l-alanine
L-glutamate + pyruvate
LDH
Pyruvate + NADH + H+
L-lactase + NAD+
Gambar 1 reaksi yang terjadi pada penentuan kadar ALT (Soemardjo 2006)
Reaksi tersebut dikatalisis oleh Laktat Dehidrogenase (LDH) yang
membutuhkan NADH dan H+. NADH akan mengalami oksidasi menjadi NAD+.
Banyaknya NADH yang dioksidasi menjadi NAD+ sebanding dengan banyaknya
enzim GPT. Hal itulah yang akan diukur secara fotometri.Bila sel mengalami
mengalami kerusakan maka akan mengeluarkan enzim tertentu. Enzim-enzim
menempati tempat tertentu di dalam hati. Laktat Dehidrogenase, Aspartat
Aminotranferase (AST), dan Alanin Aminotranferase (ALT) merupakan enzim
yang terdapat dalam sitoplasma. Sedangkan enzim yang menempati mitokondria
adalah isoenzim AST yang keluar apabila terjadi kerusakan di mitokondria. Enzim
pada kanakuli seperti Alkalin Fosfatase dan gamma Glutamil Tranferase (GGT)
akan meningkat apabila terjadi obstruktif. ALT akan dikeluarkan apabila sel hati
mengalami kerusakan, sedangkan AST keluar, bukan hanya sel hati yang
mengalami kerusakan, termasuk sel pada organ jantung. Kadang kadar ALT dan
AST terukur pada gangguan kardiovaskular dan otot. Maka pengukuran AST tidak
spesifik untuk pemeriksaan fungsi hati.
Berdasarkan hasil pengukuran ALT menggunakan alat fotometer yang
ditunjukkan Tabel 1 kedua rata-rata kadar alanin transferase sampel yang
didapatkan sebesar 10.7267 UI/l, hal ini dapat dipengaruhi oleh jumlah volume
yang dipipet tidak tepat volume yang diambilnya, kemudian penambahan reagen
juga akan mempengaruhi proses pengukuran, karena intensitas warna yang
dihasilkan akan mempengaruhi absorbansi yang didapatkan untuk mengetahui
konsentrasi yang didapatkan pada sampel plasma.
Pembentukan glukosa dalam darah terjadi akibat adanya bantuan dari
beberapa enzim yang terdapat dalam tubuh. Glukosa yang terdapat dalam darah
tersebut berasal dari proses pencernaan karbohidrat oleh enzim yang ada dalam
tubuh. Karbohidrat awalnya akan dicerna oleh enzim -amilase di dalam air liur
dan -amilase yang dihasilkan oleh pankreas yang bekerja di usus halus (Champe
et al 2005). Enzim tersebut akan menguraikan polisakarida ataupun disakarida
menjadi monosakarida. Beberapa enzim lain yang terlibat dalam proses
pembentukan glukosa dalam darah ialah enzim sukrase yang mengubah sukrosa
menjadi glukosa dan fruktosa, dan enzim laktase yang mengubah laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa. Glukosa yang terbentuk tersebut akan diserap oleh sel
epitel usus dan akan dilepaskan dalam vena porta hepatika sehingga akan terlarut
dalam darah.
Prinsip penentuan kadar glukosa darah dengan metode fotometer ialah
oksidasi glukosa oleh glukooksidase (GOD) menjadi asam glukonat dan H 2O2.
Hidrogen peroksida (H2O2) kemudian direaksikan dengan 4-aminophenazone dan
fenol menghasilkan chinoneimine yang berwarna kemerahan dan H 2O, reaksi ini
dikatalisis oleh enzim peroksidase (POD). Warna kemerahan yang terbentuk
diukur serapannya dengan menggunakan fotometer pada panjang gelombag 546
nm. Chinoneimine yang terbentuk equivalen dengan glukosa sehingga warna yang
terukur pada chinoneimine akan sebanding dengan kadar glukosa dalam darah.
Reaksinya ditunjukkan pada Gambar 2.
GO
D