Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai biokatalisator yang sangat


efektif yang akan meningkatkan kecepatan reaksi kimia spesifik secara nyata,
dimana reaksi ini tanpa enzim akan berlangsung lambat (Lehninger 1995). Sifatsifat istimewa enzim adalah kapasitas katalitik dan spesifisitasnya yang sangat
tinggi. Disamping itu enzim mempunyai peran dalam transformasi berbagai jenis
energi (Winarno 1986).
Enzim dapat mempercepat reaksi biologis, dari reaksi yang sederhana,
sampai ke reaksi yang sangat rumit. Enzim bekerja dengan cara menempel pada
permukaan molekul zat-zat yang bereaksi sehingga mempercepat proses reaksi.
Percepatan reaksi terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang
dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Enzim mengikat
molekul substrat membentuk kompleks enzim substrat yang bersifat sementara
dan lalu terurai membentuk enzim bebas dan produknya (Lehninger 1995).
Dimana E sebagai enzim, S sebagai substrat, dan P sebagai produk. Enzim
mempunyai kekhususan aktivitas, yaitu peranannya sebagai katalis hanya terhadap
satu reaksi atau beberapa reaksi yang sejenis saja. Jadi dapat melibatkan beberapa
jenis substrat (Winarno 1986). Sifat spesifik (spesifisitas enzim) didefinisikan
sebagai kemampuan suatu enzim untuk mendiskriminasikan substratnya
berdasarkan perbedaan afinitas substrat-substrat untuk mencapai sisi aktif enzim.
Sifat spesifinitas ini dapat dimanfaatkan untuk tujuan reaksi atau jenis produk
yang diharapkan.
Berdasarkan tempat bekerjanya, enzim dapat dibedakan dalam 2 golongan,
yaitu endoenzim dan eksoenzim. Endoenzim disebut juga enzim intraseluler,
dihasilkan di dalam sel yaitu pada bagian membran sitoplasma dan melakukan
metabolisme di dalam sel. Eksoenzim (enzim ekstraseluler) merupakan enzim
yang dihasilkan sel kemudian dikeluarkan melalui dinding sel sehingga terdapat
bebas dalam media yang mengelilingi sel dan bereaksi memecah bahan organik
tanpa tergantung pada sel yang melepaskannya (Soedigdo 1988).
ALT (alanin aminotransferase) atau disebut GPT (Glutamic Pyruvic
Transaminase) adalah enzim yang banyak ditemukan didalam hati dan ditemukan
juga dalam jumlah yang tidak begitu banyak diginjal, Otot jantung dan otot lurik,
pangkreas, limpa dan paru. Umumnya peningkatan kadar ALT dalam serum
diakibatkan kelainan hati dengan serosis hati, karsinoma, hepatitis virus atau
toksin akut. Peningkatan kadar ALT juga ditemukan pada keadaan trauma otot
lurik yang luas, gagal jantung, dan disertai dengan shock, hypoxia, infark jantung
dan kelainan hemolitik (Sumardjo 2006).
TUJUAN
Percobaan ini bertujuan memahami dan menjelaskan konsep aktifitas
spesifik yaitu aktifitas suatu enzim per kadar protein total dari sumber enzim ALT
(Alanine Amino Transferase) dan glukosa secara fotometer.

ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang digunakan ialah fotometer, tabung ependorf, tabung reaksi,
pipet mikro, vortex, pipet tetes, dan botoh semprot.
Bahan-bahan yang digunakan ialah R1 (yang berisi tris buffer pH 7.5 100
mmol/L, L-alanine 500 mmol/L, dan LDH 1200 u/L), R2 (berisi 2-oxoglutarat
15 mmol/L dan NADH 0,18 mol/L), standar enzim ALT, standar glukosa, R1
untuk penentuan kadar glukosa (berisi buffer fosfat 0.1 mol/L, 4-aminotransferase
0.25 mmol/L, fenol 0.75 mmol/L, glukosa oksidase 15 kU/L, peroksidase 15
kU/L, mutarotase 2 kU/L, dan stabilizer), plasma, dan akuades
METODE
Penentuan kadar Alanine Transferase (ALT), sebanyak 100 L sampel
plasma dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan reagen R1
(berisi tris buffer pH 7,5, L-alanine, dan LDH) sebanyak 1000 L. Campuran di
vortex dan diinkubasi pada suhu 37C selama 5 menit. Campuran ditambahkan
reagen R2 (berisi 2-oxoglutarate dan NADH), kemudian diukur dengan fotometer
pada panjang gelombang 340 nm.
Penentuan glukosa darah metode fotometer dilakukan dengan memipet
sebanyak 10 mikroliter sampel plasma ke dalam tabung reaksi kecil sebanyak dua
kali ulangan (dua tabung). Kemudian sama dengan sampel standar glukosa dipipet
juga sebanyak 10 mikroliter ke dalam tabung reaksi kecil. Setelah itu standar dan
sampel ditambahkan 1ml reagen RI dan diinkubasi selama 5 menit pada suhu
37oC. Setelah diinkubasi kemudian diukur terlebih dahulu standar glukosa
selanjutnya sampel dengan alat fotometer yang dihisap melalui selang. Kemudian
didapatkan kadar serta absorban standar dan sampel Metode pengukuran yang
digunakan pada alat fotometer ditentukan melalui metode glukosa dengan panjang
gelombang 546 dan sebelum pengukuran alat dilakukan washing terlebih dahulu.
HASIL
Tabel 1 Hasil penentuan kadar alanin transferase (ALT) pada 340 nm
ALT
A
Konsentrasi (UI/l)
Sampel 1

0.003

5.4333

Sampel 2

0.009

16.02

Tabel 2. Hasil penentuan kadar glukosa darah sampel (Metode Fotometer).


Sampel
Absorban
(Glukosa) mg/dL
Blanko

0,000

Standar

0.332

100

Sampel

0.074

22,23

PEMBAHASAN
Alanine aminotransferase (ALT) adalah enzim yang masuk kedalam kelas
transferase. Kelas transferase memiliki peranan memindahkan gugus fungsional
dari satu substrat ke substrat lain. Enzim-enzim yang mengatalisis pemindahan
reversible satu gugus amino antara suatu asam amino dan suatu asam alfa-keto
disebut aminotransferase, atau transaminase oleh tata nama lama yang masih
populer. Aminotransferase tersebar luas di tubuh, terutama banyak dijumpai di
hati, karena peran penting organ ini dalam sintesis protein dan dalam menyalurkan
asam-asam amino ke jalur-jalur biokimiawi lain. Hepatosit pada dasarnyaa adalah
satu-satunya sel dengan konsentrasi ALT yang tinggi, dengan demikian, ALT
serum memiliki spesifitas yang relative tinggi untuk kerusakan hati.
Aminotransferase merupakan indikator yang baik untuk kerusakan hati apabila
keduanya meningkat. Cedera akut pada hati, seperti karena hepatitis, dapat
menyebabkan peningkatan ALT menjadi ribuan UI/Liter. Pngukuran
aminotransferase setiap minggu mungkin sangat bermanfaat untuk memantau
perkembangan dan pemulihan hepatitis atau cedera hati lain (Soemardjo 2006).
ALT adalah enzim yang merupakan sumber utama dalam darah berada di
ginjal dan yang paling utama berada di hati. ALT memiliki nama lain SGPT
(serum glutamic-pyruvic transaminase). Prinsip ALT yaitu ALT mengkatalis
transiminasi dari L alanine dan a - kataglutarate membentuk l glutamate dan
pyruvate, pyruvate yang terbentuk di reduksi menjadi laktat oleh enzym laktat
dehidrogenase (LDH) dan nicotinamide adenine dinucleotide (NADH) teroksidasi
menjadi NAD. Banyaknya NADH yang teroksidasi hasil penurunan serapan
berbanding langsung dengan aktivitas ALT dan diukur secara fotometrik dengan
panjang gelombang 340 nm.
Percobaan kali ini dilakukan pengujian pemeriksaan Glutamat Piruvate
Transaminase (GPT). Percobaan ini bertujuan untuk memeriksa fungsi hati dan
menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh. Salah satu cara untuk
mendeteksi adanya kerusakan hati adalah dengan memeriksa aktivitas enzim
Glutamat Piruvat Transaminase (GPT) atau Alanin Aminotransferase (ALT) dalam
serum. Enzim ini terdapat dalam sitoplasma dan mitokondria sel hati. Bila terjadi
kerusakan hati akan terjadi peningkatan permeabilitas membran sel sehingga
komponen-komponen sitoplasma akan keluar dari sel dan apabila membran
intraseluler seperti mitokondria rusak maka enzim-enzim yang terdapat di
dalamnya akan mengalami peningkatan aktivitas dalam serum. Berdasarkan hal
tersebut, maka peningkatan aktivitas enzim GPT atau ALT dalam serum dapat
diukur dan dijadikan salah satu parameter kerusakan fungsi hati. Enzim Glutamat
Piruvat Transaminase (GPT) atau Alanin Aminotransferase (ALT) terdapat dalam
sitoplasma sel hati sehingga enzim ini lebih sensitif untuk pemeriksaan kerusakan
fungsi hati (Winarno 1986).
Beberapa varian reaksi dapat digunakan dengan enzim. Dalam reaksi, alanin
untuk ALT dan aspartat untuk AST ditambahkan untuk mempercepat reaksi ke
kanan, menghasilkan glutamat. Produksi terakhir ini kemudian digabungkan untuk
enzim glutamat dehidrogenase, dalam reaksi yang disebut indikator, menghasilkan
-ketoglutarat. Reaksi ini harus dievaluasi selama periode yang singkat, karena
salah satu substrat untuk enzim alfa glutarat, dibuat ulang oleh reaksi indikator.
Varian lain untuk AST melibatkan kopling oksalat yang terbentuk dari aspartat,

dalam reaksi terhadap malat dehidrogenase, yang mengubah OAA menjadi malat,
dan NADH diubah menjadi NAD yang pada pengukurannya mengalami
penurunan absorbansi pada 340 nm. Pada ALT, konversi alanin menjadi piruvat
memungkinkan kopling dehidrogenase piruvat menjadi bentuk kompleks di mana
piruvat diubah menjadi asetil koenzim A, dan NAD dikonversikan menjadi
NADH yang dapat langsung diukur dengan peningkatan absorbansi pada 340 nm.
Tahap pertama dalam melakukan pemeriksaan ALT adalah memipet sampel
plasma sebanyak 100 l dan reagen 1 sebanyak 1000 l kedalam kuvet. Reagen I
yang digunakan berisi Tris buffer pH 7,5, L-Alanine, LDH (Laktat
Dehidrogenase). Tris buffer pH 7,5 dalam reagen I berfungsi sebagai dapar yang
menjaga pH serum selama reaksi pemeriksaan ini supaya menjaga kestabilan
aktivitas GPT karena enzim sangat sensitif terhadap perubahan pH. L-Alanin
berfungsi sebagai asam amino yang akan diubah menjadi L-glutamat dengan
dikatalisis oleh enzim Glutamat Piruvate Transaminase (GPT). LDH (Laktat
Dehidrogenase) juga merupakan enzim yang akan mengkatalisis reaksi dari
produk perubahan L-Alanin yang dikatalis oleh GPT, yaitu piruvat, yang akan
diubah menjadi laktat.
Setelah diinkubasi selama 5 menit, penginkubasian berfungsi agar seluruh
reagen bereaksi sempurna dengan sampel. Campuran dalam kuvet ditambahkan
reagen II sebanyak 250 l. Reagen II yang digunakan ini berisi 2-oxoglutarat dan
NADH. 2-oxoglutarat akan bereaksi dengan L-Alanin membentuk L-glutamat dan
piruvat dengan dikatalisis oleh enzim GPT. Enzim GPT ini akan mengkatalisis
pemindahan gugus amino pada L-Alanin ke gugus keto dari alfa-ketoglutarat
membentuk glutamat dan piruvat. Selanjutnya piruvat direduksi menjadi laktat.
Reaksi yang terbentuk sebagai berikut:
GPT
2-oxoglutarate + l-alanine

L-glutamate + pyruvate
LDH

Pyruvate + NADH + H+

L-lactase + NAD+

Gambar 1 reaksi yang terjadi pada penentuan kadar ALT (Soemardjo 2006)
Reaksi tersebut dikatalisis oleh Laktat Dehidrogenase (LDH) yang
membutuhkan NADH dan H+. NADH akan mengalami oksidasi menjadi NAD+.
Banyaknya NADH yang dioksidasi menjadi NAD+ sebanding dengan banyaknya
enzim GPT. Hal itulah yang akan diukur secara fotometri.Bila sel mengalami
mengalami kerusakan maka akan mengeluarkan enzim tertentu. Enzim-enzim
menempati tempat tertentu di dalam hati. Laktat Dehidrogenase, Aspartat
Aminotranferase (AST), dan Alanin Aminotranferase (ALT) merupakan enzim
yang terdapat dalam sitoplasma. Sedangkan enzim yang menempati mitokondria
adalah isoenzim AST yang keluar apabila terjadi kerusakan di mitokondria. Enzim
pada kanakuli seperti Alkalin Fosfatase dan gamma Glutamil Tranferase (GGT)
akan meningkat apabila terjadi obstruktif. ALT akan dikeluarkan apabila sel hati
mengalami kerusakan, sedangkan AST keluar, bukan hanya sel hati yang
mengalami kerusakan, termasuk sel pada organ jantung. Kadang kadar ALT dan

AST terukur pada gangguan kardiovaskular dan otot. Maka pengukuran AST tidak
spesifik untuk pemeriksaan fungsi hati.
Berdasarkan hasil pengukuran ALT menggunakan alat fotometer yang
ditunjukkan Tabel 1 kedua rata-rata kadar alanin transferase sampel yang
didapatkan sebesar 10.7267 UI/l, hal ini dapat dipengaruhi oleh jumlah volume
yang dipipet tidak tepat volume yang diambilnya, kemudian penambahan reagen
juga akan mempengaruhi proses pengukuran, karena intensitas warna yang
dihasilkan akan mempengaruhi absorbansi yang didapatkan untuk mengetahui
konsentrasi yang didapatkan pada sampel plasma.
Pembentukan glukosa dalam darah terjadi akibat adanya bantuan dari
beberapa enzim yang terdapat dalam tubuh. Glukosa yang terdapat dalam darah
tersebut berasal dari proses pencernaan karbohidrat oleh enzim yang ada dalam
tubuh. Karbohidrat awalnya akan dicerna oleh enzim -amilase di dalam air liur
dan -amilase yang dihasilkan oleh pankreas yang bekerja di usus halus (Champe
et al 2005). Enzim tersebut akan menguraikan polisakarida ataupun disakarida
menjadi monosakarida. Beberapa enzim lain yang terlibat dalam proses
pembentukan glukosa dalam darah ialah enzim sukrase yang mengubah sukrosa
menjadi glukosa dan fruktosa, dan enzim laktase yang mengubah laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa. Glukosa yang terbentuk tersebut akan diserap oleh sel
epitel usus dan akan dilepaskan dalam vena porta hepatika sehingga akan terlarut
dalam darah.
Prinsip penentuan kadar glukosa darah dengan metode fotometer ialah
oksidasi glukosa oleh glukooksidase (GOD) menjadi asam glukonat dan H 2O2.
Hidrogen peroksida (H2O2) kemudian direaksikan dengan 4-aminophenazone dan
fenol menghasilkan chinoneimine yang berwarna kemerahan dan H 2O, reaksi ini
dikatalisis oleh enzim peroksidase (POD). Warna kemerahan yang terbentuk
diukur serapannya dengan menggunakan fotometer pada panjang gelombag 546
nm. Chinoneimine yang terbentuk equivalen dengan glukosa sehingga warna yang
terukur pada chinoneimine akan sebanding dengan kadar glukosa dalam darah.
Reaksinya ditunjukkan pada Gambar 2.
GO
D

Gambar 2 Reaksi pembentukan chinoneimine


Mekanisme dalam pengujian ini adalah dengan menembakkan panjang gelombang
tertentu (dalam percobaan ini 546 nm) pada suatu senyawa (pada percobaan ini
glukosa). Cahaya yang ditembakkan tersebut akan tereksitasi ke orbitas yang lebih

tinggi. Setelah mengalami eksitasi, elektron tersebut akan kembali ke keadaan


dasar semula (ground state), sambil melepaskan emisi.
Glukosa oksidase (GOD) adalah enzim yang mengkatalisis oksidasi Dglukosa menjadi glukonolakton yang kemudian dengan adanya molekul air
terhidrolisis menjadi asam glukolonat dan peroksida. Reaksinya ditunjukkan oleh
Gambar 3.

Gambar 3 Reaksi yang dikatalisis oleh enzim GOD (Aswani 2010)


Berdasarkan hasil percobaan yang ditunjukkan Tabel 2 dapat diketahui
bahwa kadar glukosa darah dalam sampel kurang dari kadar normal yaitu sebesar
22,23 mg/dL. Sedangkan umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas
yang sempit sepanjang hari yaitu berada pada kisaran 70-150 mg/dl. Tingkat ini
meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari,
sebelum orang makan. Kadar glukosa darah yang rendah tersebut disebut dengan
hipoglikemia. hipoglikemia dicegah dengan pelepasan glukosa dari simpanan
glikogen hati yang besar melalui jalur glikogenolisis dan sintesis glukosa dari
laktat, gliserol, dan asam amino di hati melalui jalur glukonoegenesis dan melalui
pelepasan asam lemak dari simpanan jaringan adiposa apabila pasokan glukosa
tidak mencukupi. Sedangkan hiperglikemia merupakan tingginya kadar glukosa
dalam darah.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran
KLT menggunakan alat fotometer kedua rata-rata kadar alanin transferase
sampel yang didapatkan sebesar 10.7267 UI/l serta kadar
glukosa darah dalam sampel kurang dari kadar normal yaitu
sebesar 22,23 mg/dL.
DAFTAR PUSTAKA
Aswani V. 2010. How Well Do You Understand Blood Glucose
Levels?.
[Terhubung
berkala]
http://www.medscape.com/viewarticle/438144.
Diakses
tanggal 21 Mei 2014.
Champe PC, Harvey RA, Ferrier DR. 2005. Lippincotts Illustrated
Review Biochemistry. 4 thed. USA: Lippincott Williams &
Wilkins.
Lehninger LA. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Maggy T, penerjemah. Terjemahan
dari: Principle of Biochemistry. Jakarta: Erlangga.

Soedigdo P. 1988. Metode Penelitian Biokimia. Bandung: ITB.


Soemardjo D. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta : EGC.
Martin P, Friedman LS. 2004. Assessment of Liver Function and Diagnose
Studies. Handbook of Liver Disease. New York: Churchill Livingstone Vol
(1): 1-8.
Winarno FG. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Anda mungkin juga menyukai