Anda di halaman 1dari 8

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami A.

Demam Berdarah Dengue (DBD)


Definisi KLB
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang penularannya
Sesuai yang tercantum Dalam Peraturan Menteri Kesehatan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang
Republik Indonesia Nomor 949/Menkes/Sk/VT/2004 Tentang hidup digenangan air bersih di sekitar rumah. Umumnya kasus ini
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian mulai meningkat saat musim hujan.
Luar Biasa (KLB), Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang gerakan pemberantasan sarang nyamuk yaitu 3 M (menguras –
bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun mengubur - menutup tempat penampungan air). Upaya lain yaitu
waktu tertentu. Selain itu KLB juga diartikan sebagai peningkatan melakukan pemantauan rumah/bangunan bebas jentik serta
frekuensi penderita penyakit, pada populasi tertentu, pada melakukan pengenalan dini gejala DBD dan penanganannya di
tempat dan musim atau tahun yang sama. rumah.

Kejadian Luar Biasa adalah peningkatan kejadian yang lebih B. Diare


banyak daripada eksternal normal disuatu area atau kelompok
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
tertentu, selama suatu periode tertentu.
lingkungan, dimana sarana air bersih dan jamban yang tidak sehat
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan serta perilaku manusia yang tidak sehat merupakan faktor
perbedaan KLB dan wabah dominan penyebab penyakit tersebut. Kasus diare dapat
menyebabkan kematian terutama pada saat Kejadian Luar Biasa
Untuk mengetahui perbedaan antara wabah dan KLB (kejadian (KLB).
luar biasa) hendaknya kita mengetahui definisi dari wabah.
Berikut merupakan definisi wabah dan KLB (Kejadian Luar Biasa) Dengan demikian program penyehatan lingkungan dan kebersihan
menurut berbagai sumber. individu menjadi sangat penting untuk mereduksi penyakit diare
ini.penyakit diare dapat dikorelasikan dengan perbaikan hygiene
Dengan menelaah dari definisi berbagai sumber, dapat kita lihat sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam
perbedaan yang mendasar diantara KLB dan wabah yaitu pada kehidupan sehari–hari C. Filariasis (penyakit kaki gajah)
waktu, ruang lingkup, dan jumlah penderita. Wabah
mempunyaiwaktu lebih cepat, ruang lingkup lebih luas, serta c. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit infeksi menahun
jumlah penderita yang banyak. Pernyataan ini diperkuat oleh (kronis) yang disebabkan oleh cacing mikrofilaria. Penyakit ini
tabel rentetan waktu berikut: ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk yang menyerang saluran
dan kelenjar getah bening yang dapat menimbulkan cacat
SKD KLB WABAH menetap (seumur hidup) berupa pembesaran kaki, lengan dan
alat kelamin, sehingga dapat menimbulkan stigma sosial.
Apabila Sistem Kewaspadaan Dini terhadap Kejadian Luar Biasa
tidak terlaksana, maka akan didapati angka KLB terus meningkat Upaya pencegahan dan pemberantasan dilakukan dengan
dan memungkinkan terjadinya wabah sebagai akibatnya. memutus rantai penularan dan mengobati penderita untuk
mencegah infeksi sekunder. Dalam upaya mencapai eradikasi
Beberapa istilah muncul berkaitan dengan wabah dan KLB Filariasis tahun 2020 (WHO), diperlukan alat/sarana yang sensitif
sehingga perlu kami paparkan hal tersebut dalam laporan ini. untuk penegakan diagnosis, sehingga penderita dapat ditemukan
Berikut merupakan ruang lingkup dari wabah: dalam stadium dini dan tidak sampai menimbulkan kecacatan.
• OUTBREAK : Suatu episode dimana terjadi dua atau 5. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjalskan
lebih penderita suatu penyakit yang sama dimana penderita penanggulangan KLB
tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.
Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk
• EPIDEMI : Keadaan dimana suatu masalah kesehatan menangani penderita, mencegah perluasan kejadian dan
(umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu kejadian luar
dalam waktu yang singkat frekuensinya meningkat. biasa yang sedang terjadi.
• PANDEMI : keadaan dimana suatu masalah kesehatan ldentifikasi Kondisi Rentan KLB
(umumnya penyakit), frekuensinya dalam waktu singkat
meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup wilayah 1. Pemantauan Wilayah Setempat Kondisi Rentan KLB
yang luas.
Setiap Sarana Pelayanan Kesehatan merekam data perubahan
• ENDEMI : keadaan dimana suatu masalah kesehatan kondisi rentan KLB menurut desa atau kelurahan atau lokasi
(umumnya penyakit), frekuensinya pada wilayah tertentu tertentu lainnya, menyusun tabel dan grafik pemantauan wilayah
menetap dalam waktu lama berkenaan dengan adanya penyakit setemDat kondisi rentan KLB. SetiaD kondisi rentan KLB dianalisis
yang secara normal biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu. terus menerus dan sistematis untuk mengetahui secara dini
adanyF ancaman KLB.
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan
penyakit yang tergolong KLB 2. Penyelidikan Dugaan Kondisi Rentan KLB

Penyelidikan dugaan kondisi rentan KLB dilakukan dengan cara:


a. Sarana Pelayanan Kesehatan secara aktif Laporan kewaspadaan KLB merupakan laporan adanya seorang
mengumpulkan informasi kondisi rentan KLB dari berbagai atau sekelompok penderita atau tersangka penderita penyakit
sumber termasuk laporan perubahan kondisi rentan oleh berpotensi KLB oada suaiu daerah atau lokasi lertentu. lsi laporan
masyarakat perorangan atau kelompok. kewaspadaan terdiri dari ienis penyakit: gejala-gejala penyakit;
desa/lurah' kecamatan dan kabupaten/kota tempat kejadian;
b. Di Sarana Pelayanan Kesehatan, petugas kesehatan waktu kejadian; jumlah penderita dan jumlah meninggal
meneliti serta mengkaji data kondisi rentan KLB, data kondisi
kesehatan lingkungan dan perilaku masyarakat, status kesehatan Perorangan dan organisasi yang wajib membuat Laporan
masyarakat, status pelayanan kesehatan. Kewaspadaan KLB antara lain :

c. Petugas kesehatan mewawancarai pihak-pihak terkait a. Orang yang mengetahui adanya penderita atau
yang patut diduga mengetahui adanya perubahan kondisi rentan tersangka penderita penyakit berpotensi KLB, yaitu orang tua
KLB. penderita atau tersangka penderita, orang dewasa yang tinggal
serumah dengan penderita atau tersangka penderita' Ketua
d. Mengunjungi daerah yang dicurigai terdapat Rukun Tetangga, Ketua Rukun Warga, Ketua Rukun Kampung atau
perubahan kondisi rentan KLB. Kepala Dukuh yang mengetahui adanya penderita atau tersangka
penderita tersebut.
Deteksi Dini KLB
b. Petugas kesehatan yang memeriksa penderita' atau
('l). ldentifikasi Kasus Berpotensi KLB
memeriks-a ' baha;-bahan pemeriksaan penderita penyakit
Setiap kasus berpotensi KLB yang datang ke Unit Pelayanan berpotensi KLB' yaitu dokter atau petugas kesehatan, dokter
Kesehatan, diwawancarai kemungkinan adanya penderita lain di hewan yang memeriksa hewan sumber penyakit menular
berpotensi KLB dan petugas laboratorium yang memeriksa
(2).Sekitar tempat tinggal, lingkungan sekolah, lingkungan spesirllen penderita atau tersangka penderita penyakit berpotensi
perusanaan atau asrama yang kemudian dapat dlsimpulkan KLB.
dugaan adanya KLB.
c. Kepata stasiun kereta api, kepala pelabuhan laut,
Setiap Unit Pelayanan Kesehatan melakukan anajisis terus kepala bandar udara, kepala terminal kendaraan bermotor' kepala
menerus dan sistematis terhadap perkembangan penyakit yang asrama. kepala sekolah, pimpinan perusahaan, kepala kantor
berpotensi KLB di daerahnya untuk mengitahui iecara'din'i adanya pemerintah dan swasla, kepala Unit Pelayanan Kesehatan.
KLB.
d. Nakhoda kapal, pilot pesawat terbang, dan pengemudi
Adanya dugaan peningkatan penyakit dan faktor resiko yang angkutan darat.
berpotensi KLB diikuti dengan penyelidikan.
Kesiapsiagaan Menghadapi KLB
Penyelidikan Dugaan KLB
Kesiapsiagaan menghadapi KLB dilakukan terhadap sumber daya
Penyelidikan dugaan KLB dilakukan dengan cara : manusia, sislem konsultasi dan referensi, sarana penunJang'
laboratorium dan anggaran biaya, strategi dan tim
a. Di Unit Pelayanan Kesehatan, petugas kesehatan penanggulangan KLB serta jejaring kerja tim penanggulangan KLB
menanyakan setlap pengunjung Unit pelayanan Kesehatan Kabupalen/Kota, Prooinsidan Pusat.
tentang kemungkinan adanya peningkatan sejumlah penderita
penyakit yang diduga KLB pada lokasitertentu.

b. Di Unit Pelayanan Kesehatan, petugas kesehatan


menejiti register rawat inap dan rawat jalan terhadap
kemungkinan adanya peningkatan kasus yang dicurigai pada lokasi 1) Keslapsiagaan Sumber Daya Manusia.
tertentu berdasarkan alamat penderita, umur dan jenis kelamin
Tenaga yang harus disiapkan adalah tenaga dokter, perawat,
atau karakteristik lain.
surveilans epidemiologi, sanitarian dan entomologi serta tenaga
c. Petugas kesehatan mewawancarai kepala desa, kepala lain sesuai dengan kebutuhan, Tenaga ini harus menguasai
asrama dan setiap orang yang mengetahui keadaan masyarakat pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB yang
tentang adanya peningkatan penderita p€nyakit yang diduga KLB. diprioritaskan di daerahnya. Pada daerah yang sering terjadi KLB
harus memperkuat sumber daya manusia sampai di Puskesmas,
d. Membuka pos pelayanan di lokasi yang diduga terjadi Rumah Sakit dan bahkan di masyarakat, tetapi pada KLB yang
KLB dan menganalisis data penderita berobat untuk mengetahui jarang terjadi memerlukan peningkatan sumber daya manusia di
kemungkinan adanya peningkatan penyakit yang dicurigai. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi dan
atau di Departemen Kesehatan saja.
e. Mengunjungi rumah-rumah penderita yang dicurigai.
atau kunjungan dari rumah ke rumah terhadap semua penduduk 2) Keslapslagaan Slstem Konsultasi dan Referensi
tergantung pilihan tim penyelidikan.
Setiap KLB mempunyai macam-macam penyelidikan dan
Deteksl Dini KLB melalul Pelaporan Kewaspadaan KLB oleh penanggulangan yang berbeda-beda, bahkan setiap daerah
Masyarakat memiliki pola KLB yang berbeda-beda juga. Oleh karena itu, setiap
daerah harus mengidentifikasi dan bekerjasama dengan para ahli, Departemen Kesehatan menyelenggarakan kegiatan sebagai
baik para ahli setempat, Kabupaten/Kota atau Propinsi lain, berikut :
nasional dan internasional, termasuk rujukan laboratorium.
Kesiapsiagaan juga dilakukan dengan melengkapi kepuslakaan - Membangun jejaring kerja dalam pengumpulan,
dengan referensi berbagaijenis penyakit berpotensi KLB. pengolahan data dan informasi penyakit berpotensi KLB dan
kondisi rentan KLB secara nasional dengan Dinas Kesehatan
3) Kesiapsiagaan Sarana Penunjang dan Anggaran Biaya Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta antar jejaring
SKD lainnya.
Sarana penunjang penting yang harus dimiliki adalah peralatan
komunikasi, transportasi, obat-obatan, laboratorium, bahan dan - Melakukan kajian epidemiologi terus menerus secara
peralatan lainnya, termasuk pengadaan anggaran dalam jumlah sistematis terhadap perkembangan penyakit berpotensi KLB dan
yang memadai apabila terjadi suatu KLB. faktor-faktor risikonya, untuk mengidentifikasi adanya ancaman
KLB di Indonesia atau pada beberapa wilayah tertentu.
4) Kesiapsiagaan Strategi dan Tim Penanggulangan KLB
- Melaksanakan penyelidikan lebih luas terhadap kondisi
Setiap daerah menyiapkan pedomarl rentan KLB, kualitas penyelenggaraan penanggulangan KLB, serta
penyelidikanpenanggulangan KLB dan membenluk tim kualitas kerjasama dalam jejaring SKD-KLB.
penyelidikanpenanggulangan KLB yang melibatkan lintas program
dan UnitUnit Pelayanan Kesehatan. Peringatan Kewaspadaan Dini KLB

5) Kesiapsiagaan Kerjasama Penanggulangan KLB Departemen Kesehatan menyelenggarakan kegiatan sebagai


Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat. berikut :

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota; Dinas Kesehatan Propinsi dan - Memberikan informasi perkembangan penyakit
Departemen Kesehatan melalui Ditjen PPM&PL serta unit terkait berpotensi KLB dan adanya ancaman KLB kepada program/sektor
membangun jejaring ke|jasama penanggulangan KLB. ditingkat nasional, Dinas Kesehatan Propinsi, dan kabupaten/kota
secara periodik.
Tindakan Penanggulangan KLB Yang Cepat Dan Tepat.
- Apabila teridentiflkasi adanya ancaman KLB yang
Setiap daerah menetapkan mekanisme agar setiap kejadian KLB sangat penting dan mendesak, maka dalam waktu secepat-
dapat terdeteksi dini dan dilakukan tindakan penanggulangan cepatnya memberikan peringatan kewaspadaan dini KLB kepada
dengan cepat dan tepat. program terkait di lingkungan Departemen Kesehatan, Dinas
Kesehatan Propinsi, dan sektor terkait nasional.

- Memberikan informasi perkembangan penyakit


Advokasi dan Asistensi Penyelenggaraan SKD-KLB
berpotensi KLB dan adanya ancaman KLB dalam jangka panjang
Penyelenggaraan SKD-KLB dilaksanakan terus menerus secara untuk mendorong kesiapsiagaan KLB di Iingkungan Departemen
sistematis di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota dan di Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi dan lintas sektor nasional
masyarakat yang membutuhkan dukungan politik dan anggaran secara teratur setiao tahun.
yang memadai di berbagai tingkatan tersebut untuk menjaga
Peningkatan Kesiapsiagaan Terhadap KLB
kesinambungan penyelenggaraan dengan kinerja yang tinggi.
Departemen Kesehatan beserta UPTnya menyelenggarakan
Pengembangan SKD.KLB darurat
kegiatan:
Apabila diperlukan untuk menghadapi ancaman terjadinya KLB
- Peningkatan kegiatan surveilans dan penyelidikan lebih
penyakit tertentu yang sangat serius dapat dikembangkan dan
Iuas terhadap kondisi rentan KLB
atau dltingkatkan SKD-KLB penyakit tertentu dan dalam periode
waktu terbatas dan wilayah terbatas. - Peningkatan kegiatan surveilans dan penyelidikan
lebih luas terhadap KLB atau dugaan adanya KLB
Peran Unit SKD-KLB dan Mekanlsme Kerja
- Mendorong kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap
Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Oinas
KLB serta pelaksanaan upaya-upaya pencegahan KLB meialui
Kesehatan Kabupaten/Kota, Unit Pelayanan Kesehatan termasuk
perbaikan kondisi rentan KLB di Propinsi
UPT Depkes dan daer3h serta anggota masyarakat perorangan
dan kelompok berpe€n dalam penyelenggaraan SKD-KLB - Apabila diperlukan melakukan penyiapan tim
bekerjasama dengan sektor terkait di wilayahnya. Peran tersebut penyelidikan dan penanggulangan KLB nasional, penyiapan
dilaksanakan sebagai kegiatan teknis SKD-KLB dan upaya untuk cadangan obat dan sarana penunjang penyelidikan dan
memperkuat kinerja SKD-KLB. penanggulangan KLB nasional, seta penyiapan media komunikasi
dan konsultasi, penyiapan jejaring SKD-KLB dan pedoman
Peran Departemen Kesehatan
penyelidikan dan penanggulangan KLB serta tata cara
a. Kajian Epidemiologi Ancaman KLB pelaporannya secara nasional

- Menjalin kemitraan lintas sektor terkait nasional dalam


upaya pencegahan KLB melalui perbaikan kondisi rentan KLB .
Pengetahuan tentang herd immunity bermanfaat untuk
mengetahui bahwa menghindarkan terjadinya epidemi tidak perlu
semua penduduk yang rentan tidak dapat dipastikan, tetapi
tergantung dari jenis penyakitnya, misalnya variola dibutuhkan
Advokasi dan Asistensi Penyelenggaraan SKD-KLB
90%-95% penduduk kebal
Untuk menjaga kesinambungan penyelenggaraan SKD-KLB dengan
2) Patogenesitas
kinerja yang tinggi, maka Departemen Kesehatan :
Kemamampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada
(1). Mengupayakan dukungan kebijakan dan anggaran
pejamu sehingga timbul sakit.
penyelenggaraan SKD-KLB secara nasional.
3) Lingkungan Yang Buruk
(2). Melaksanakan pembinaan dan asistensi teknis
penyelenggaraan SKD-KLB . Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi
mempengaruhi kehidupan ataupun perkembangan organisme
tersebut. (Notoatmojo, 2003)
Pengembangan Teknologi SKo. KLB

(1). Melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi


7. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan
SKDKLB serta penanggulangan KLB.
pencegahan KLB
(2). Pengembangan teknologi diagnostik.
Pencegahan KLB

1. Intensifikasi sosialisasi kewaspadaan penyakit yang


Menyusun peraturan perundangan tergolong KLB

Menyusun pedoman SKD-KLB dan penanggulangan KLB masing 2. Pencarian aktif suspek dan kasus tambahan
masing penyakit berpotensi KLB secara nasional.
3. Tatalaksana kasus sesuai standar yang harus dirawat
Pengembangan dan atau peningkatan SKD-KLB darurat inap diruang khusus infeksius

Untuk menghadapi ancaman serangan KLB penyakit tertentu yang 4. Evaluasi cangkupan imunisasi terhadap penyakit yang
sangat serius dapat mengembangkan SKD-KLB penyakit tertentu tergolong KLB untuk mengetahui kamunitas rentan
yang baru atau meningkatkan SKD-KLB penyakit tertentu yang
5. Peningkatan kebersihan lingkungan
sudah ada, pada wilayah tertentu dan periode waktd tertentu.

8. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan


6. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan
penyebaran penyakit dalam islam
faktor-faktor KLB
Ada sebagian kecil kaum muslimin percaya bahwa wabah atau
1) Herd Immunity Yang Rendah
penyakit menular tidak ada. Hal ini mereka dasarkan pada hadits:
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya
KLB/Wabah adalah Herd Immunity. Secara umum dapat dikatakan
bahwa herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda: “Tidak ada
penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat penyakit menular dan thiyarah (merasa sial dengan burung dan
disamakan dengan tingkat kekebalan individu yaitu makin tinggi sejenisnya), dan saya menyukai ucapan yang baik”. (HR. Muslim
tingkat kekebalan seseorang, makin sulit terkena penyakit no. 2223)
tersebut. Demikian pula dengan herd immunity, makin banyak
proporsi penduduk yang kebal berarti makin tinggi tingkat herd Hal ini tentu kelihatannya bertentangan dengan kenyataan yang
immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi semakin sulit. ada di mana kita melihat banyak sekali wabah dan penyakit yang
menular, wabah ini bahkan bisa merenggut nyawa sekelompok
Kemampuan mengadakan perlingangan atau tingginya herd orang dengan cepat.
immunity untuk menghindari terjadi epidemi bervariasi untuk tiap
penyakit tergantung pada: Perlu diketahui ada dalil-dalil lain yang menunjukkan bahwa Islam
juga mengakui adanya wabah penyakit menular. Dari Abu
a) Proporsi penduduk yang kebal Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
b) Kemampuan penyebaran penyakit oleh kasus atau karier,
dan
“Janganlah unta yang sehat dicampur dengan unta yang sakit”.
c) Kebiasaan hidup penduduk. (HR. Bukhari no. 5771 dan Muslim no. 2221)
Dan Sabda beliau, Rukun Warga, Ketua Rukun Kampung atau Kepala Dukuh yang
mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita tersebut.

(2). Petugas kesehatan yang memeriksa penderita, atau


memeriksa bahan-bahan pemeriksaan penderita penyakit
berpotensi KLB, yaitu dokter atau petugas kesehatan, dokter
“Larilah dari penyakit kusta seperti engkau lari dari singa”. (HR.
hewan yang memeriksa hewan sumber penyakit menular
Muslim: 5380)
berpotensi KLB dan petugas laboratorium yang memeriksa
Maka kompromi hadits ini:maksud dari hadits pertama yang spesimen penderita atau tersangka penderita penyakit
menafikan penyakit menular adalah penyakit tersebut tidak berpotensi KLB.
menular dengan sendirinya, tetapi menular dengan kehendak dan
(3). Kepala stasiun kereta api, kepala pelabuhan laut, kepala
takdir Allah. Berikut keterangan dari Al-Lajnah Ad-Daimah
bandar udara, kepala terminal kendaraan bermotor, kepala
(semacam MUI di Saudi):
asrama, kepala sekolah, pimpinan perusahaan, kepala kantor
pemerintah dan swasta, kepala Unit Pelayanan Kesehatan.

(4). Nakhoda kapal, pilot pesawat terbang, dan pengemudi


angkutan darat.
Wabah yang dinafikan dari hadits tersebut yaitu apa yang diyakini
oleh masyarakat jahiliyah bahwa wabah itu menular dengan 2. Laporan kejadian luar biasa
sendirinya (tanpa kaitannya dengan takdir dan kekuasaan Allah).
Laporan kejadian luar biasa merupakan laporan yang dibuat oleh
Adapun pelaranan masuk terhadap suatu tempat yang terdapat
unit kesehatan, dan merupakan peringatan dini adanya KLB.
tha’un (wabah menular) karena itu merupakan perbuatan
Laporan ini bisa dilaporkan baik secara lisan maupun secara
preventif (pencegahan). (Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah no. 16453)
tertulis. Pelaporannya harus diikuti laporan hasil penyelidikan dan
Hal ini diperkuat dengan hadits bahwa Allah yang menciptakan penanggulangan KLB. Ini dari laporan ini ,mencakup nama daerah
pertama kali penyakit tersebut. Ia tidak menular kecuali dengan KLB, jumlah penderita dan meninggal saat laporan, nama penyakit
izin Allah. dan gejala umum, dan langkah langkah yang sedang dilakukan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu , bahwa seorang 3. Laporan penyelidikan KLB dan rencana
lelaki yang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam penanggulangan KLB
bahwa onta yang berpenyakit kudis ketika berada di antara onta-
Laporan ini membuktikan kebenaran adanya KLB penyakit
onta yang sehat tiba-tiba semua onta tersebut terkena kudis,
tertentu pada suatu daerah. Serta menyelidiki penjelasan
maka beliau bersabda:
diagnosis penyebab, sumber penularan, dan pencemaran yang
sudah diidentifikasi melalui laboraturium. Penyelidikan ini juga
menyelidiki waktu adanya KLB serta keadaan saat dilakukannya
“Kalau begitu siapa yang menulari (onta) yang pertama ?” (HR. penyelidikan, kelompok penduduk terserang serta adanya
Al-Bukhari dan Muslim) kesakitan

9. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan 4. Laporan penanggulangan KLB


prosedur pelaporan KLB
5. Laporan bulanan KLB
Setelah mengetahui adanya KLB, maka puskesmas atau yang
menangani harus melaporkan pada pihak yang lebih berwenak. Kepala puskesmas yang menerima laporan kewaspadaan harus
Terdapat jenis jenis pelaporan KLB, diantaranya: segera memastikan adanya KLB. Bila dipastikan telah terjadi KLB,
kepala puskesmas harus segera membuat laporan KLB,
1. Laporan Kewaspadaan melaksanakan penyelidikan epidemiologis, dan penanggulangan
KLB. Laporan KLB disampaikan secara lisan dan tertulis.
Laporan kewaspadaan KLB merupakan laporan adanya seorang Penyampaian secara lisan dilakukan dengan tatap muka, melalui
atau sekelompok penderita atau tersangka penderita penyakit telepon, radio, dan alat komunikasi lainnya. Penyampaian secara
berpotensi KLB pada suatu daerah atau lokasi tertentu. Isi laporan tertulis dapat dilakukan dengan surat, faksimili, dan sebagainya.
kewaspadaan terdiri dari jenis penyakit; gejala-gejala penyakit; Laporan KLB puskesmas dikirimkan secara berjenjang kepada
desa/lurah, kecamatan dan kabupaten/kota tempat kejadian; Menteri dengan berpedoman pada format laporan KLB (Formulir
waktu kejadian; jumlah penderita dan jumlah meninggal. W1). Formulir Laporan KLB (Formulir W1) adalah sama untuk
puskesmas, kabupaten/kota dan provinsi, namun dengan kode
Perorangan dan organisasi yang wajib membuat Laporan
yang berbeda. Formulir berisi nama daerah KLB (desa, kecamatan,
Kewaspadaan KLB antara lain :
kabupaten/kota dan nama puskemas), jumlah penderita dan
(1). Orang yang mengetahui adanya penderita atau tersangka meninggal pada saat laporan, nama penyakit dan gejala-gejala
penderita penyakit berpotensi KLB, yaitu orang tua penderita atau umum yang ditemukan diantara penderita, dan langkah-langkah
tersangka penderita, orang dewasa yang tinggal serumah dengan yang sedang dilakukan. Satu formulir W1 berlaku untuk satu jenis
penderita atau tersangka penderita, Ketua Rukun Tetangga, Ketua penyakit saja.
b. Angka rata-rata bulanan selama satu tahun dari
penderita-penderita baru dari suatu penyakit menular di suatu
Laporan KLB puskesmas (W1Pu) dibuat oleh kepala puskesmas Kecamatan, menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih, bila
kepada camat dan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. dibandingkan dengan angka rata-rata bulanan dalam tahun
Laporan KLB kabupaten/kota (W1Ka) dibuat oleh kepala dinas sebelumnya dari penyakit yang sama di Kecamatan yang sama
kesehatan kabupaten/kota kepada bupati/walikota dan kepala pula
dinas kesehatan provinsi. Laporan KLB provinsi (W1Pr) dibuat oleh
kepala dinas kesehatan provinsi kepada gubernur dan Menteri c. Case Fatality rate suatu penyakit menular tertentu
(up. Direktur Jenderal). dalam satu bulan di suatu Kecamatan, menunjukkan kenaikan 50
% atau lebih, bila dibandingkan CFR penyakit yang sama dalam
10. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan bulan yang lalu di Kecamatan tersebut.
prosedur penetapan dan pencabutan KLB
d. Proporsional rate penderita baru dari suatu penyakit
Prosedur penetapan KLB menular dalam waktu satu bulan, dibandingkan dengan
proportional rate penderita baru dari penyakit menular yang sama
selama periode waktu yang sama dari tahun yang lalu
1. Pemastian diagnosis penyakit menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih.

Pemastian penetapan kondisi luar biasa haruslah melalui e. Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang
diagnosis yang tepat. Maka dari itu, perlu adanya pemantapan timbul di suatu kelompok masyarakat.
diagnosis sebelum penetapan KLB disebarluaskan. Pemastian
f. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit menular
diagnosis dapat melalui cara berikut :
yang sebelumnya tidak ada/dikenal.
a. Mencocokkan gejala penyakit yang terjadi pada individu.
4. Penetapan KLB
b. Membuat distribusi frekuensi gejala klinisnya.
Apabila salah satu dari kriteria diatas telah terpenuhi maka yang
Cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda-tanda dan gejala- berhak menetapkan kondisi KLB adalah kepala dinas kabupaten/
gejala yang ada pada kasus adalah sebagai kota, atau kepala dinas provinsi, atau menteri kesehatan. Apabila
kepala dinas kabupaten/kota tidak menetapkan keadaan KLB,
berikut : maka kepala djnas kesehatan provinsi berhak menetapkan
keadaan KLB. Apabila kepala dinas provinsi, atau kabupaten /kota
a. Buat daftar gejala-gejala yang muncul pada kasus tersebut tidak menetapkan keadaan KLB, maka menteri kesehatan berhak
menetapkan keadaan KLB.
b. Hitung persen kasus yang mempunyai gejala tersebut
Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, provinsi atau menteri
c. Susun ke bawah menurut urutan frekuensinya
harus mencabut keadaan KLB apabila sudah tidak memenuhi
2. Analisis data KLB kriteria KLB yang sudah dijelaskan di atas.

Setelah memastikan diagnosis, langkah berikutnya adalah sebagai 11. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan
berikut : tujuan penetapan KLB

a. Membandingkan insidensi penyakit penyakit yang Tujuan dari penetapan Kejadian Luar Biasa pada kasus penyakit
tengah yang tengah berjalan dengan insidensi penyakit dalam yang menular dan banyak menyebabkan kesakitan dan kematian
keadaan biasa (endemik), pada populasi yang dianggap berisiko, adalah agar penyakit tersebut menjadi fokus pemerintah serta
pada tempat dan waktu tertentu. masyarakat seluruh Indonesia bahwa penyakit tersebut butuh
penanganan segera sebelum menjadi wabah dan menyebabkan
b. Dengan Pola maksimum dan Minimum 5 tahunan atau banyak kematian. Selain daripada hal tersebut biaya
3 tahunan. penanggulangan penyakit tersebut akan menambah beban
masyarakat dan negara bila sudah tersebar luas. Sehingga
c. Membandingkan frekuensi penyakit pada tahun yang penetapan beberapa penyakit menular yang telah disebutkan
sama bulan berbeda atau bulan yang sama tahun berbeda . dalam tujuan pembelajaran sebelumnya menjadi hal penting dan
patut untuk diberikan perhatian lebih. Pemerintah juga telah
3. Menelaah kriteria penetapan KLB:
menetapkan program penanggulangan KLB dengan tujuan sebagai
a. Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular di berikut:
suatu Kecamatan menunjukkan kenaikan 3 kali atau lebih selama
tiga minggu berturut-turut atau lebih.
Tujuan Umum
b. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu
penyakit menular di suatu Kecamatan, menunjukkan kenaikan dua Terselenggaranya kewaspadaandan kesiapsiagaan terhadap
kali lipat atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata-rata kemungkinan terjadinya KLB.
sebulan dalam setahun sebelumnya dari penyakit menular yang
sama di kecamatan tersebut itu. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasi adanya ancaman KLB. d. sistem peringatan dini-KLB di rumah sakit .

b. Terselenggaranya peringatan kewaspadaan dini KLB. - Sumber data lain dalam jejaring surveilans
epidemiologi adalah :
c. Terselenggaranya kesiapsiagaan menghadapi
kemungkinan terjadinya a. data surveilans terpadu penyakit,

KLB. b. data surveilans khusus penyakit berpotensi KLB,

d. Terdeteksi secara dini adanya kondisi rentan KLB. c. data cakupan program,

e. Terdeteksi secara dini adanya KLB. d. data lingkungan pemukiman dan perilaku, pertanian,
meteorologi geofisika
f. Terselenggaranya penyelidikan dugaan KLB.
e. informasi masyarakat sebagai laporan kewaspadaan KLB,

f. data lain terkait


12. Mahaisswa mampu mengetahui dan menjelaskan
prosedur sebelum penetapan KLB Berdasarkan kajian epidemiologi dirumuskan suatu peringatan

- Pencegahan kewaspadaan dini KLB dan atau terjadinya peningkatan KLB pada

Seperti pada definisi wabah, maka upaya pencegahan yang daerah dan periode waktu tertentu.
dilakukan selama ini adalah upaya bagaimana mencegah kondisi
wabah agar tidak terjadi. Oleh karena itu upaya yang dilakukan 3. Peringatan Kewaspadaan Dini KLB
selama ini adalah bagaimana menangani terjadinya KLB (kondisi
4. Peringatan kewaspadaan dini KLB dan atau terjadinya
sebelum wabah terjadi) di Indonesia. Bahkan dalam
peningkatan KLB pada daerah tertentu dibuat untuk jangka
pelaksanaanya upaya pencegahan tersebut dilakukan jauh lebih
pendek (periode 3-6 bulan yang akan datang) dan disampaikan
awal yaitu mencegah agar KLB tidak terjadi, melalui Sistem
kepada semua unit terkait di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB).
Dinas Kesehatan Propinsi, Departemen Kesehatan, sektor terkait
Penyelenggaraan SKD-KLB secara jelas telah diatur dalam
dan anggota masyarakat, sehingga mendorong peningkatan
PERMENKES No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pedoman
kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB di Unit Pelayanan
Penyelenggaraan Sistim
Kesehatan dan program terkait serta peningkatan kewaspadaan
- Kewaspadaan Dini KLB. Kegiatan SKD KLB secara umum masyarakat perorangan dan kelompok. Peringatan kewaspadaan
meliputi: dini KLB dapat juga dilakukan terhadap penyakit berpotensi KLB
dalam jangka panjang (periode 5 tahun yang akan datang), agar
1. Kajian Epidemiologi Ancaman KLB terjadi kesiapsiagaan yang lebih baik serta dapat menjadi acuan
perumusan perencanaan strategis program penanggulangan KLB.
2. Untuk mengetahui adanya ancaman KLB, maka
dilakukan kajian secara terus menerus dan sistematis terhadap 5. Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan terhadap
berbagai jenis penyakit berpotensi KLB dengan menggunakan KLB
bahan kajian :
6. Kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap KLB meliputi
a. data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB, peningkatan kegiatan surveilans untuk deteksi dini kondisi rentan
KLB; peningkatan kegiatan surveilans untuk deteksi dini KLB;
b. kerentanan masyarakat, antara lain status gizi dan imunisasi, penyelidikan epidemiologi adanya dugaan KLB; kesiapsiagaan
menghadapi KLB dan mendorong segera dilaksanakan tindakan
c. kerentanan lingkungan,
penanggulangan KLB.
d. kerentanan pelayanan kesehatan,
7. Langkah-Langkah Penyidikan KLB:
e. ancaman penyebaran penyakit berpotensi KLB dari daerah atau
1. Persiapan penelitian lapangan.
negara lain, serta
2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB.
f. sumber data lain dalam jejaring surveilans epidemiologi.
3. Memastikan Diagnosis Etiologis
- Sumber data surveilans epidemiologi penyakit
berpotensi KLB adalah : 4. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau
paparan
a. laporan KLB/wabah dan hasil penyelidikan dan penanggulangan
KLB, 5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu dan
tempat.
b. data epidemiologi KLB dan upaya penanggulangannya,
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan
c. surveilans terpadu penyakit berbasis KLB,
segera (jika diperlukan).
7. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran j. Strategi penemuan kasus,

8. Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB k. Sarana dan tenaga yang diperlukan 11

9. Merencanakan penelitian lain yang sistimatis 3. Pertemuan Dengan Pejabat Setempat

10. Menetapkan saran cara pencegahan atau a. Membicarakan rencana dan pelaksanaan penyidikan
penanggulangan. KLB.

11. Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus b. Kelengkapan sarana dan tenaga di daerah.
dengan komplikasi.
c. Memperoleh ijin dan pengamanan.
12. Melaporkan hasil penyidikan kepada instansi
kesehatan setempat dan kepada sistim pelayanan kesehatan yang - Pemastian Diagnosis Penyakit
lebih tinggi.
A. Pemastian dignosis penyakit dengan cara :

a. Mencocokkan gejala/tanda penyakit yang terjadi pada


- Persiapan Penelitian Lapangan individu

Dikerjakan secepat mungkin, dalam 24 jam pertama sesudah b. Menyusun distribusi frekuensi gejala klinisnya.
adanya informasi. Persiapan penelitian lapangan meliputi :
Cara menghitung distribusi frekuensi dari tanda-tanda dan gejala-
1. Pemantapan (Konfirmasi) Informasi gejala yang ada pada kasus adalah sebagai berikut :

a. Asal informasi adanya KLB. Dapat berasal dari : a. Buat daftar gejala yang ada pada kasus

b. - laporan Wabah (W1), b. Hitung persen kasus yang mempunyai gejala tersebut

c. - Analisis sistim kewaspadaan dini didaerah tersebut c. Susun ke bawah menurut urutan frekuensinya
(laporan W2),

d. - Hasil laboratorium, laporan Rumah Sakit (RL2a, RL2b)


atau masyarakat.

e. Gambaran tentang penyakit yang sedang berjangkit,


meliputi:

f. - Gejala klinis,

g. - Pemeriksaan yang telah dilakukan untuk menegakkan


diagnosis dan hasil pemeriksaannya, komplikasi yang terjadi
(misalnya kematian, kecacatan, kelumpuhan dan lainnya)

h. Keadaan geografi dan tranportasi yang dapat


digunakan didaerah KLB.

2. Pembuatan Rencana Kerja (rencana penyidikan


/proposal), yang minimal berisi :

a. Tujuan Penyidikan KLB

b. - Memastikan diagnosis penyakit

c. - Menetapkan KLB

d. - Menentukan sumber dan cara penularan

e. - Mengetahui keadaan penyebab KLB

f. Definisi kasus awal,

g. - Arahan pada pencarian kasus

h. Hipotesis awal mengenai agent penyebab (penyakit),


cara dan cara dan sumber penularan sumber penularan,

i. Macam dan sumber data yang diperlukan,

Anda mungkin juga menyukai