Anda di halaman 1dari 11

PPT dr.

Ngesti

1. SIP (masa berlaku: 5 tahun atau tergantung kebijakan masing-masing dinas kesehatan daerah)
Dikeluarkan oleh dinas kesehatan tempat kita melakukan praktik, maksimal tiap dokter punya 3 SIP, dengan 1 SIP
untuk satu tempat praktik. SIP dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten atau kota tempat
praktek (oleh dinas kesehatan) Untuk bisa mendapatkan SIP: *Harus memiliki STR *Mempunyai tempat praktik
*Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi.
2. Dokter yang berhalangan praktik harus membuat pemberitahuan dan merujuk dokter pengganti. Dokter pengganti
atau dokter yang diberi limpahan kewenangan juga harus punya STR dan SIP.
3. Hukuman pelanggaran disiplin (3): peringatan tertulis, rekomendasi pencabutan STR dan SIP, re-schooling.
(peringatan lisan hanya untuk pelanggaran etik)
4. Setelah lulus S.Ked atau pendidikan pre-klinik, lalu ko-ass, lalu UKMPPD, lalu dapat STR lalu internship (selama
internship ini tidak boleh membuka praktik sendiri karena belum ada SIP. Setelah internship baru bisa dapat SIP
dan buka praktik sendiri.
Setiap dokter yang membuka dan melakukan praktek kedokteran tanpa SIP melanggar UU nomor 29 tahun 2004
tentang praktik kesehatan. Hukuman: Penjara maksimal 3 tahun, dan denda maksimal 100 jt.
5. Perbedaan hukum disiplin dan etik (kalau sanksi hukum disiplin paling awal dulu peringatan tertulis, tapi kalau
sanksi hukum pelanggaran etika itu berupa peringatan lisan terlebih dulu, jika tidak mempan peringatan tertulis.)
6. Jika ada konflik antara dokter dan pasien maka yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah jalur mediasi. Jangan
sampai langsung ke pengadilan karena di pengadilan seorang dokter bisa dipermainkan oleh aparat hukum.
7. Jenis-jenis malpraktik:
 Malpraktik medis dan non medis. Malpraktik medis terbagi menjadi:
 Ethical Malpraktek.
 Juridicial Malpraktek.
o Malpraktek perdata ( Civil Malpractice )
o Malpraktek Pidana ( Criminal Malpractice )
o Malpraktek Administratif ( Administratif Malpractice )
o Perbedaan antara Malpraktek dan Negligence (Kelalaian)
 Malpraktek bisa terjadi karena sengaja maupun kelalaian, sedangkan kelalaian
o ( Negligence ) terjadi karena ketidak sengajaan,kurang teliti, kurang hati-hati, sembrono.
Penyebab malpraktik: (nda tau)
• Kurang baiknya hubungan dokter dengan pasien.
• Hasil pengobatan/perawatan yang tidak memuaskan.
• Biaya yang terlalu tinggi.
8. Masalah hukum dalam transaksi terapeutik antara helth provider dan health receiver
1. pasien dengan pihak RS
2. pasien dengan dokter
3. pasien dengan tenaga kesehatan lainnya
9. Upaya untuk menghindari Malpraktek :
* Bekerja sesuai dengan Standard Profesi medik (SPM}.
* Senantiasa mendapatkan Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent) dari pasien.
* Membuat Rekam Medis yang lengkap serta akurat.
* Menjaga kerahasiaan pasien
* Membayar sesuai kewajaran
* Menjaga hubungan baik dokter - pasien
Penyebab tuntutan malpraktik: Kurang baiknya hubungan dokter dengan pasien, hasil pengobatan atau perawatan
yang tidak memuaskan, dan biaya yang terlalu tinggi.
10. Perbedaan malpraktik dan untoward results (resiko medisdokter bebas dari hukuman)
Malpraktik: Kegagalan dokter mematuhi standar pelayanan medik atau kekurangcakapan atau kelalaian
dalam memberikan pelayanan kepada pasien yg merupakan penyebab langsung dari cidera pd pasien
Untoward results: Suatu cidera yg terjadi dalam suatu tindakan medis yg tidak dapat
dibayangkan/diperkirakan sebelumnya dan bukan akibat dari kekurangcakapan dokter. Ini suatu kemalangan dan
dokter tidak bertanggung jawab secara hukum.
Perbedaan keduanya: Perlu dibedakan antara Malpraktek medik dengan Untoward results (kegagalan
medik yg terjadi pada tindakan/pelayanan medis yg bukan akibat kesalahan dokter)
11. Penanganan sengketa medis (perdata) Nonlitigasi (di luar pengadilan) Litigasi (Sidang pengadilan). Penanganan
malpraktik perdata melalui pengadilan negeri dan membayar ganti rugi.
12. Saat pasien dalam keadaan darurat (Apa yang harus dilakukan? Jika pendarahan cobalah hentikan pendarahannya
lalu merujuk ke rumah sakit, tidak apa-apa tidak pakai SIP, tidak masalah karena dalam keadaan darurat.)
13. Contoh kasus seperti tertinggal gunting di dalam tubuh pasien (Itu masuk pelanggaran apa: disiplin, etik, perdata
atau pidana) termasuk dalam semua pelanggaran.

PPT dr. Agus

14. Ayat tentang awal kehidupan: QS. Al-Mukminun: 12-13


Akhir kehidupan: QS. At-Thoha: 15 (?)
Kedudukan manusia sebagai makhluk yang sempurna: QS. At-Tin: 4-5
Ilmu yang diberikan kepada manusia: QS. Al-Baqarah: 32
15. Manusia itu seharusnya mengisi perutnya dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman, dan sepertiga udara
agar memudahkan kerja sistem pencernaan.

PPT dr. Kiki

16. Isi sumpah dan janji dokter


 KODEKI (yang ada di ppt 17 pasal, sedangkan yang baru 21 pasal.)
Bagian-bagiannya ada empat dan hanya perlu mengikuti seperti yang ada di ppt.
Ada kewajiban umum: 1-9
kewajiban terhadap teman sejawat: 10-13
kewajiban terhadap pasien: 14-16
kewajiban terhadap diri sendiri:16-17
17. Ukuran papan nama: 40x60 cm, cat putih tulisan hitam, bisa diletakkan di persimpangan jalan, tertulis nama
lengkap plus gelar yang sah juga jenis pelayanan dan waktu praktek.
18. Kertas resep: Ukuran maksimal 1\4 kertas folio (10,5x15,5 cm), bertuliskan nama lengkap dan gelar yang sah, SIP,
no telpon, dan waktu praktek.
19. Siapa saja pihak yang berhak memberi informed consent dengan kriterianya (misal anak-anak berarti orangtuanya,
suami berarti istri atau keluarga dan lain-lain.) Batas umur bagi yang memberikan informed consent adalah
keluarga atau kerabat dekat yang telah berusia lebih dari 18 tahun.
20. Jika ada istri yang sakit dan tidak ingin diketahui oleh sang suami meskipun sudah ditanyai, sebaiknya seorang
dokter tidak boleh membuka rahasia sang istri. Walaupun itu adalah suaminya, dokter harus menanyakan ijin sang
istri sekaligus mengedukasi karena penyakit istri itu adalah rahasia.
21. Hak pasien (6)  memilih dokter, dirawat dokter, menerima atau menolak pengobatan setelah menerima
informasi, hak atas kerahasiaan, mati secara bermartabat, dan mendapat dukungan moral atau spritual.
22. VER (Visum Et Repertum) boleh dikeluarkan, jika ada surat dari penyidik (pengadilan seperti jaksa dan hakim,
pengacara bukan.) Dalam VER apa saja yang perlu diperiksa? Jenis-jenis dan bagian-bagian dalam isinya apa saja,
siapa saja yang berhak memintanya.
23. Dasar hukum KODEKI  UU No. 44 tahun 2012
24. 6 sasaran keselamatan pasien apa saja:
-ketepatan identifikasi pasien
-peningkatan komunikasi yang efektif
-kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
-peningkatan keamanan bagi obat yang perlu diwaspadai (LASA-look alike sound alike)
-pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
-pengurangan resiko pasien jatuh.
25. Insiden keselamatan pasien
*KTD (Kejadian Tidak Diharapkan): Insiden yang terjadi karena tidak diharapkan dan menyebabkan cedera pada
pasien.
*KNC (Kejadian Nyaris Cedera): Terjadi sebuah insiden yang NYARIS terpapar pada pasien.
*KTC (Kejadian Tidak Cedera): Insiden telah terjadi dan terpapar pada pasien namun tidak menimbulkan cedera
atau dampak apapun pada pasien.
*KPC (Kondisi Penyebab Cedera): Kondisi yang bisa menyebabkan cedera atau dapat menyebabkan insiden pada
pasien.
*Kejadian Sentinel: Suatu KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang menyebabkan kematian atau cedera yang serius.
26. KNC, KTD, dll  KTC: kejadian tidak cedera, sudah terpapar insiden tapi belum cedera. Misal, salah suntik obat
pada pasien tapi terjadi reaksi apa-apa. Hal ini terjadi mungkin saja karena kurang atau salah atau mungkin tanpa
identifikasi sama sekali.
27. Tanda area yang akan operasi itu adalah tanda panah pada daerah yang akan dioperasi, bukan tanda silang.
28. RCA : setelah terjadi, HFMEA: sebelum terjadi, khususnya untuk pasien resiko jantung agar tidak sampai terjatuh.
29. Standar keselamatan pasien (7):
-Hak pasien
-Mendidik pasien dan keluarga
-Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan
-Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
-Peran pemimpin dalam meningkatkan keselamatan pasien.
-Mendidik staff tentang keselamatan pasien.
-Komunikasi yang baik antar staff untuk mencapai keselamatan pasien.
30. 5 momen cuci tangan:
-Sebelum masuk ke kamar pasien (baik untuk membersihkan sesuatu atau memegang barang-barang di sekitar
pasien)
-Sebelum memegang pasien
-Sesudah masuk ke kamar pasien (atau menyentuh barang-barang di sekitar pasien)
-Sesudah menyentuh pasien
-Sesudah menyentuh cairan pasien (muntahan, darah, dll)
31. Jenis-jenis gelang warna di rumah sakit (6 macam)
Merah: Alergi Biru: Laki-laki Pink: Perempuan
Kuning: Resiko Jantung Putih: Baru lahir Ungu: Kemungkinan hidup kecil
32. Dasar hukum patient safety: Permenkes No. 11 tahun 2017: tentang keselamatan pasien.
33. TUJUAN PATIENT SAFETY
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
2. Meningkatnya akuntabilitas RS terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di RS
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD

PPT dr. Ina

34. Pengertian etika: Akhlak, pemahaman tentang apa yang baik dan buruk, serta hak dan kewajiban. Cara yang
dilakukan atau tidak dilakukan oleh masyarakat secara UMUM atau UNIVERSAL. Ex: mencuri, berdusta, dll.
Etiket: Suatu cara atau ketentuan yang dilakukan atau tidak dilakukan dimana ketentuan-ketentuan itu telah
disepakati. Etiket itu hanya berlaku pada masyarakat yang menyepakati ketentuan tersebut. ex: kentut di daerah
Amerika jauh lebih sopan dari bersendawa, sedangkan di Indonesia justru sebaliknya.
Norma kesopanan (etiket): Ditentukan oleh masing-masing kelompok budaya atau komnitas.
Norma Hukum: ditentukan oleh lembaga otoritas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Norma moral atau etika: umumnya bersifat universal ditentukan oleh kelompok atau masyarakat tertentu.
Ciri-ciri nilai moral atau norma moral: 1. Nilai berkaitan dengan subjek, kalau tidak ada subjek yang memberi nilai,
maka jadi tidak bernilai.
2. Nilai tampil dalam konteks praktis. Dimana subjek meletakkan sesuatu dalam konteksnya, misal: keadilan.
3. Nilai menyangkut hal-hal yang ditambahkan oleh subjek, sesuatu dengan sifat-sifat yang dimiliki objek, misal
“perbuatan baik” atau melakukan hal-hal baik.
35. Prinsip etika kedokteran (4)  justice (keadilan), beneficience (manfaat), autonomy, non-maleficience (tidak
merugikan  dibagi menjadi dua macam, termasuk juga mencegah kecacatan, pasien non-identitas segera
dioperasi)
36. Perbedaan profesi kesehatan dan hukum kesehatan.
Etika profesi kesehatan: adalah perilaku bertindak bagi petugas atau profesi kesehatan dalam melayani kesehatan
masyarakat
Hukum kesehatan: adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan atau
pelayanan kesehatan dan penerapannya
37. Perbedaan etik dan hukum
Etik Hukum
Hanya untuk lingkungan profesi Berlaku untuk umum
Disusun berdasarkan kesepakatan dari anggota profesi Disusun oleh pihak otoritas pemerintah yang
berwenang
Tidak semua butir-butir peraturan dituliskan Semua butir-butir peraturan dituliskan
Sanksi berupa tuntunan Sanksi berupa tuntutan
Pelanggaran diproses oleh MKDKI Pelanggaran di proses di pengadilan
Proses penyelesaian tidak memerlukan bukti fisik Proses penyelesaian HARUS memiliki bukti fisik

38. Ciri-ciri profesi: mengikuti pendidikan sesuai degan standar nasional, perkerjaan berdasarkan etik profesi,
mengutamakan kemanusiaan daripada kepentingan materi, pekerjaannya legal, anggotanya merupakan pelajar
sepanjang hayat, anggotanya tergabung dalam suatu organisasi profesi.
39. UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan : Hak & Kewajiban
40. Area kompetensi (pilar-pilar, jangan lupa!)

Area Profesionalitas yang Luhur


1. Berke-Tuhanan Yang Maha Esa/Yang Maha Kuasa
2. Bermoral, beretika dan disiplin
3. Sadar dan taat hukum
4. Berwawasan sosial budaya
5. Berperilaku profesional

41. Pluralisme (saling menghormati): adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok –kelompok
yang menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain
Respect for diversity (menghormati keberagaman): paham atau ideologi yang menganjurkan masyarakat
untuk menerima dan menganggap keanekaragaman budaya adalah hal yang ada dalam suatu wilayah.
42. Manusia sebagai makhluk sosial. Manusia adalah makhluk multidimensional, yaitu sebagai personal / individual,
sosial –komunal, dan spiritual –kosmological. Masyarakat adalah suatu organisasi manusia yang saling
berhubungan satu sama lain. Masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang di bawah tekanan
serangkaian kebutuhan dan dibawah pengaruh seperangkat kepercayaan, ideal dan tujuan, tersatukan dan terlebih
dalam suatu rangkaian kesatuan kehidupan bersama Hanya manusia yang memiliki yang dianggap sebagai makhluk
yang memiliki kesadaran, kebutuhan, dan kebiasaan berkelompok

43. Penyelenggaraan praktik kedokteran. Dokter adalah suatu profesi yang berhubungan langsung dengan manusia
sebagai lawan interaksinya dalam konteks makhluk yang sama berbudaya. Karena itu seorang dokter harus
mengetahui segala hal yang berkaitan dengan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial
44. UU Permenkes tentang Rekam Medis: UU No. 269 tahun 2008
Rekam medis berapa lama harus disimpan dan kapan bisa dimusnahkan, dokumen punya siapa isi punya siapa,
Informed consent: UU No. 290 tahun 2008, siapa pihak yang boleh bertanda tangan di sana selain pasien. Jenis-
jenis informed consent, kapan kita bisa menyampaikan informed consent itu.

Rahasia kedokteran: UU No. 36 Tahun 2012. Apa itu rahasia kedokteran, siapa saja yang boleh membuka dan memintanya
 yaitu aparat penegak hukum (hakim dan jaksa), peneliti untuk penelitian atas ijin dan pasien tentunya.

ETIKA KADAVER (dr. Herry)


44. Prinsip Dasar Penggunaan Kadaver:
Sebagai sarana pendidikan kedokteran atau media dan metode pembelajaran anatomi.

45. Tujuan dan sasaran :


a. Mahasiswa memiliki wawasan/orientasi dan pola pikir (mindset) yang pas/tepat/akurat mengenai gambaran
anatomis tubuh manusia;
b. Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan, serta sikap dan perilakunya
terhadap pasien/ klien yang dihadapinya ketika bekerja sebagai dokter.
c. Mahasiswa mampu melaksanakan prosedur dan tata cara atau etika penggunaan dengan memperlakukan
kadaver sebagaimana layaknya seperti orang hidup, seperti memberikan penghormatan/penghargaan selaku
“Guru Besar” atau “Mortui vivos Docent”.
d. Selain Kadaver, ada pula media pembelajaran anatomi, yaitu: Manekin (Phantom), Boneka (Dummy), dan
“ADAM” (Anatomy Dissection Animation for Medicine).
46. Prosedur Tata Cara Pengadaan Kadaver
a. Izin resmi dari instansi terkait (Rumah Sakit, dll.) termasuk persetujuan tertulis dari ahli waris (jika ada); di
Indonesia = 2 X 24 jam; di Roma = 10 hari
b. Hanya semata-mata bertujuan untuk digunakan dalam proses pendidikan kedokteran/pembelajaran anatomi
(diseksi anatomis bukan otopsi forensik).

47. Etika Perlakuan terhadap Kadaver dari Aspek Medis


a. Syarat kadaver yang tidak dapat digunakan:
1) Untuk kepentingan forensik;
2) Berpenyakit menular;
3) Berpenyakit kulit;
4) Postur sangat gemuk/sangat kurus;
5) Kondisi membusuk.
b. Etika menjaga martabat dan kualitas kadaver:
1) Anatomic gifts (dibungkus/dipetikan);
2) Perawatan kadaver (diawetkan);
3) Perawatan organ dan jaringan kadaver;
4) Akses/keamanan (perawatan laboratorium).

48. Etika Perlakuan terhadap Kadaver dari Sudut Pandang Islam


a. Islam melarang agresi (perlakuan tidak senonoh/tidak etis dan kekerasan) terhadap jasmani dan rohani
manusia termasuk tehadap mayat;
b. Dari Aisyah RA, bahwa Rasulullah SAW berkata: “mematahkan atau menghancurkan tulang orang mati,
(dosanya) sama saja dengan memecahkan tulang orang hidup.” (HR Abu Daud);
c. Dari Aisyah RA, bahwa Rasulullah SAW berkata: “Janganlah kamu memaki/mencela orang yang telah mati,
karena sesugguhnya ia telah menemui apa yang telah diamalkannya semasa hidup.” (HR Bukhari)

49. Dasar Hukum Bedah Mayat


a. UU No. 36 Thn. 2009 tentang Kesehatan. Bagian 18: Bedah Mayat; Pasal 117
b. PP No. 18 Thn. 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat dan/atau
Jaringan Tubuh Manusia.

50. Akibat Perlakuan Tidak Etis terhadap Kadaver


a. Masalah umum, antara lain adalah pembiaran mayat sehingga terlambat dalam penanganannya, juga dapat
menimbulkan “persekusi”/memermalukan mayat dikarenakan terbukanya aurat mayat;
b. Masalah khusus, antara lain adalah mengakibatkan mayat rusak/membusuk sehingga tidak dapat digunakan
sebagai kadaver ataupun diurus tata cara pemulasarannya (terutama dalam ajaran Islam).

NILAI DAN NORMA KESEHATAN (dr. Herry)


51. Pengertian Nilai, Norma
a. Nilai-Nilai
1) Bersifat implisit/tersirat/non-formalistis
2) Bersifat relatif (belum tentu diterima di lingkungan masyarakat lainnya)
3) Pengungkapan sikap-sikap hidup yang baik/patokan/keyakinan hidup
b. Norma
1) Bersifat eksplisit/tersurat/formalistis
2) Rambu-rambu perilaku hidup/aturan/kaidah.petunjuk/pedoman hidup
3) Tolak ukur suatu tindakan pantas diterima atau tidak
52. Macam-macam Norma:
a. Norma Agama
b. Norma Kesusilaan
c. Norma Kesopanan;
d. Norma Kebiasaan
e. Kode Etik

53. Kategorisasi Nilai (Notonegoro):


a. Nilai Dominan
1) Perubahan ke arah yang lebih baik
2) Dianut dalam waktu yang lama
3) Ada antusiasme/ekemauan yang kuat
4) Pengaruh prestise/gengsi

b. Nilai yang Mendarah Daging (Internalized Value)


Berupa: semacam rasa malu yang berlebihan. (Contoh: kawin lari di Sulawesi)

54. Kategori Nilai dan Fungsi Nilai Budaya


a. Kategori Nilai Budaya
1) Nilai ekonomi
2) Nilai teoretis
3) Nilai kuasa;
4) Nilai estetika
5) Nilai solidaritas
6) Nilai agama
b. Fungsi Nilai Budaya
1) Penyalur perilaku
2) Penyaring persepsi

55. Norma Sosial Masyarakat Indonesia


a. Norma Agama (Spiritual)
b. Norma Nuraniah (Moralitas)

56. Tingkatan Norma Sosial


a. Cara
b. Kebiasaan
c. Kelakuaan
d. Adat-istiadat
e. Norma Hukum

57. Macam-macam norma dan kode etik (tidak ada di ppt: Googling)
Nilai Budaya = Persepsi

PERILAKU SEHAT DAN PELAYANAN KESEHATAN (dr. Herry)


58. Konsep Dasar Perilaku
a. Ditentukan 2 faktor utama: (WHO)
1) Faktor Perilaku/Internal/Intrinsik/Endogen
2) Faktor Non-perilaku/Eksternal/Eksrinsik/Eksogen
b. Menurut Becker (1979)
1) Perilaku Sehat (Healthy Behavior): aktivitas upaya untuk mempertahankan dan meningktakan kesehatan;
2) Perilaku Sakit (Illness Behavior): aktivitas upaya untuk mencari penyembuhan penyakit/mengatasi
masalah kesehatannya; dan
3) Perilaku Peran Orang Sakit (The Sick Role Behavior): aktivitas sebagai orang sakit dengan mengenali hak-
hak (rights) dan kewajiban (obligation) dalam rangka mengatasi masalah kesehatannya.

59. Teori Perilaku


Skinner yang dikutip Notoatmojo (2003):
Stimulus-Organisme-Respons/Reaksi (“S-O-R”)
Notoatmojo (2003): Respons atas Stimulus terbagi atas 2 bentuk:
a. Perilaku Tertutup (Covert Behavior) : tidak dapat diamati/dilihat oleh orang lain;
b. Perilaku Terbuka (Overt Behavior) : dapat diamati/dilihat oleh orang lain.

60. Perilaku terbagi beberapa tingkatan: (urutan)


a. persepsi (mengenal, memilih objek)
b. respons terpimpin (melakukan secara benar & teratur sesuai contoh/model)
c. mekanisme (secara otomatis/ menjadi kebiasaan)
d. adaptasi (praktik yang telah berkembang baik)

61. Respon terhadap stimulus (Sunaryo, 2004):


a. Faktor endogen
Jenis ras, jenis kelamin (lelaki = maskulin, perempuan = feminin), sifat fisik/konstitusi raga, sifat
kepribadian/watak, bakat bawaan (sebagai interaksi =resultante faktor keturunan dengan faktor lingkungan
dan bergantung pada kesempatan ruang berkiprah mengembangkan diri), disebut atribusi internal;
b. Faktor eksogen
Lingkungan kehidupan/ habitat, tingkat pendidikan, tingkat sosial-ekonomi, dan agama, disebut atribusi
eksternal.

62. Perilaku dipengaruhi 3 faktor (Green, 1980):


a. Faktor Predisposisi
b. Faktor Pendukung
c. Faktor Pendorong

63. Klasifikasi Perilaku Kesehatan


a. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintenance)
b. Perilaku Pencarian/Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan (Health Seeking Behavior)
c. Perilaku Kesehatan Lingkungan (Environment Health Behavior)

PRINSIP BIOETIK (dr. Herry)


64. Konsep Dasar Bioetik
Manusia = makhluk multidimensional = kehidupan kompleks
Diperlukan pemahaman holistik dan komprehensif

65. Masa sekarang bioetik berkembang pesat


a. Etik : Nilai-nilai sikap hidup dan norma-norma perilaku yang baik
b. Etika : Ilmu pengetahuan mengenai etika
c. Bioetik : Integrasi/pemaduan dan sinergisasi/sinkronisasi antara hakikat/esensi nilai-nilai kemanusiaan
dengan pengelolaan/manajemen fenomena dina-mika atas eksistensi dan interaksi kehidupan umat manusia
d. Bioetika : Ilmu pengetahuan mengenai bioetik

66. Totalitas (keseluruhan) dan Integritas (keutuhan)


Prinsip totalitas dan integritas (pars pro toto) tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya
Aristoteles menyebut sebagai “totum quam partes, quam esse necesse est” (bagian tubuh secara natural
menyokong seluruh bagian tubuh, sehingga totalitas menjadi utama).

67. Confidentiality dan Privacy


a. Confidentiality (bahasa Latin, con = dengan, fidere = kepercayaan/amanah) :
1) Menjaga kerahasiaan
2) Berkaitan dengan informasi yang dikumpulkan lalu dijaga kerahasiannya
b. Privacy (bahasa Latin, privatus (kata benda)/privare (kata kerja) = menyingkirkan diri)
1) Hak atas ruang pribadi
2) Berkaitan dengan siapa yang boleh mengakses informasi tersebut

(Demi kepentingan umum, informasi keduanya dapat dibuka namun sesuai dengan prosedur
standar/formal/baku. Tapi privacy harus berdasarkan persetujuan orang yang bersangkutan.)

68. Equity, Justice, dan Equality


a. Equity
Kesetaraan/kesamaan derajat manusia - bersifat kualitas.
b. Justice
Keadilaan (sesuai proporsi sebenarnya/berimbang/keseimbangan antara hak dengan kewajiban) - bersifat
kuantitas dan kualitas.
c. Equality
Kesetimbangan - bersifat kuantitas

69. Ordinary dan Extraordinary


a. Ordinary
Sesuatu yang bersifat biasa/layak. Dalam hal melakukan tindakan (medis) harus mempertim-bangkan hal ini
guna diterapkan kepada pasien/ klien; artinya, masih sanggup diterima dengan baik oleh pasien/klien sesuai
kondisi kesehatannya.
b. Extraordinary
Sesuatu yang bersifat luar biasa/di luar kelayakan. Dalam hal melakukan tindakan (medis) harus
mempertimbangkan hal ini guna diterapkan kepada pasien/klien; artinya, jangan memaksakannya bilamana
tidak sanggup diterima dengan baik oleh pasien/klien apalagi jika kondisi kesehatannya tidak
memungkinkan.

70. Respect, Protect

71. Hak hidup sehat dan hak kesehatan.


a. Hak hidup sehat (esensial): Manusia berhak untuk hidup sehat sebagai hak manusiawi/
asasi/esensial/fundamental yang bersifat universal, namun dalam bentuk hidup sehat bermutu, yakni dalam
derajat kesehatan setinggi-tingginya/optimal) dan tidak membahayakan atau tidak berpotensi mengancam
dirinya.
b. Hak kesehatan: adalah hak untuk mendapatkan perlindungan kesehatan dan akses pelayanan kesehatan (yang
wajib diselenggarakan oleh Negara/ Pemerintah).
Hak kesehatan bagi setiap warga negara:
1) Respecting: menghormati/menghargai;
2) Protecting: melindungi/menghindarkan;
3) Fulfilling: mengupayakan/memenuhi;
4) Availibility: ketersediaan fasilitas;
5) Accessibility: keterjangkauan fasilitas;
6) Acceptability: keterimaan masyarakat;
7) Quality: kualitas/mutu layanan.

Perbedaan keduanya: Hak kesehatan itu lebih ke akses ke pelayanan kesehatan.

dr. Doby (PPT Etika Penelitian)

72. Syarat-syarat penelitian

73. Alur penelitian: Medis dan Masyarakat (?)


74. Prinsip etik penelitian (3)  BAH (Baik (4), Adil, Hormat)
75. Fokus penelitian etik (2): Penelitian akademik dan bioetik (bagan)
76. Soal cerita tentang prinsip etika penelitian.
77. Hafalkan checklist laik etik (7)
78. PSP (Persetujuan Setelah Penjelasan)
Misal: Sebelum PSP, informasi harus dijelaskan sejelas dan sedetil mungkin agar pasien mengerti dan dapat
memutuskan sendiri.
Unsur penting PSP (4/ mungkin soalnya kecuali)
“ Informed Consent” / Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)
a. Merupakan syarat mutlak penelitian kesehatan
b. Informasi selengkap mungkin,tidak boleh ada yang dirahasiakan oleh peneliti
c. Isi informasi harus mencakup (Deklarasi Helsinki) : “The aims, method, anticipated benefits and potential
hazards of the study and the discomfort it may entail”

Etika Tenaga Kesehatan

79. UU. No.36 tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan


80. Apa saja yang termasuk tenaga medis?
a. dokter umum,
b. dokter gigi
c. dokter gigi spesialis
d. dokter spesialis
81. Dalam salah satu pasal disebutkan bahwa pelayanan kesehatan merupakan suatu upaya dimana seorang dokter
tidak boleh memberikan jaminan, karena dokter hanya bisa berusaha.
82. Syarat pelimpahan (4)
a. Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan keterampilan yang telah dimiliki oleh penerima
pelimpahan;
b. Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan pemberi pelimpahan;
c. Pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan yang dilimpahkan sepanjang pelaksanaan
tindakan sesuai dengan pelimpahan yang diberikan;
d. Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk pengambilan keputusan sebagai dasar pelaksanaan tindakan.
83. Pasal 57: Hak-hak tenaga kesehatan
Pasal 58 & 59: Kewajiban tenaga kesehatan
84. Tanggung jawab tenaga kesehatan (tanggung jawab berbeda dengan kewajiban)
KAIDAH ETIKA KEDOKTERAN DAN ETIKA KLINIK (dr. Doby)
85. Prinsip etik klinik (4) dan ciri-cirinya
a. Medical Indication
Penilaian aspek indikasi medis ini menggunakan kaidah dasar bioetik Beneficence dan Nonmaleficence.
Pertanyaan etika pada topik ini adalah serupa dengan seluruh informasi yang selayaknya disampaikan kepada
pasien pada doktrin Informed consent.
b. Patient Preference
Memperhatikan nilai (value) dan penilaian tentang manfaat dan beban yang akan diterimanya, yang berarti
cerminan kaidah Autonomy.
Pertanyaan etiknya meliputi pertanyaan tentang kompetensi pasien, sifat volunteer, sikap dan
keputusannya, pemahaman atas informasi, siapa pembuat keputusan bila pasien tidak kompeten, nilai dan
keyakinan yang dianut pasien, dan lain-lain.
c. Quality of Life
Apa, siapa, dan bagaimana melakukan penilaian kualitas hidup merupakan pertanyaan etik sekitar
prognosis, yang berkaitan dengan kaidah dasar bioetik yaitu Beneficence, Nonmaleficence, dan Autonomy.
d. Contextual or External/ Contextual Features
Prinsip dalam Contextual Features adalah Loyalty dan Fairness.
Disini dibahas pertanyaan etik seputar aspek non medis yang mempengaruhi keputusan, seperti faktor
keluarga, ekonomi, agama, budaya, kerahasiaan, alokasi sumber daya dan faktor hukum.
86. Dokter  saat dihadapkan dengan dilemma etik  harus mengambil keputusan yang paling kecil resikonya bagi
pasien.
87. Dasar Etik Kedokteran (4)
88. Hubungan antara pasien dan dokter: meskipun keduanya merupakan lawan jenis, seorang dokter tetap memiliki
kewajiban untuk memeriksa pasiennya dengan menjunjung tinggi profesionalitas. (autonomy)
89. Tugas Terstruktur: Etik yang terkait.

Anda mungkin juga menyukai