Anda di halaman 1dari 47

PRAKTIKUM I

PENGENALAN PENGGUNAAN MIKROSKOP , PENGAMATAN DAN


PEMBELAHAN SEL (MITOSIS)

1. PENGENALAN DAN PENGGUNAAN MIKROSKOP

A. DASAR TEORI
Manusia memiliki beberapa pancaindra untuk dapat mengenali lingkungannya. Salah
satu dari panca indra tersebut adalah mata. Mata adalah salah satu organ yang berperan dalam
sistem penglihatan, mata bekerja untuk mendeteksi cahaya, meneruskan sinyal tersebut ke
retina dan membuat efek visual yang dikirim ke otak. Namun untuk melihat benda-benda yang
berukuran relatif kecil, mata akan mengalami kesulitan. Mata tidak dapat memusatkan
pandangan pada benda-benda yang jaraknya kurang dari 25 cm karena jarak tersebut adalah
jarak maksimun untuk pembesaran efektif mata.
Disisi lain, banyak hal yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, contohnya saja
sel. Sel yang merupakan unit fungsional dan struktural terkecil dari makhluk hidup tidak dapat
dijangkau oleh mata telanjang, hal ini disebabkan karena ukuran sel itu sendiri terlalu kecil
untuk dilihat. Maka dari itu, diperlukan sebuah alat yang dapat membantu kita untuk melihat
benda-benda yang berukuran sangat kecil seperti sel.
Pada awalnya, untuk melihat benda yang berukuran kecil, para peniliti menggunakan
kaca pembesar (lup) yang menggunakan sebuah lensa cembung yang mempunyai titik fokus
yang dekat dengan lensanya. Namun kaca pembesar ini memiliki kelemahan karena jarak
benda harus lebih kecil dari jarak titik fokus ke lensa kaca pembesar tersebut.
Seiring berkembangnya zaman dan peradaban yang semakin kompleks, para ilmuwan
berhasil menciptakan mikroskop. Mikroskop disini berfungsi untuk membantu kita mengamati
benda-benda kecil yang tidak dapat dijangkau oleh penglihatan mata normal. Mikroskop
bekerja lebih spesifik jika dibanding cara kerja kaca pembesar, karena mikroskop sudah
dilengkapi dengan 2 lensa cembung dan berbagai ukuran perbesaran.
Mikroskop optik terdiri atas dua yaitu, mikroskop biologi dan mikroskop stereo.
Mikroskop biologi digunakan untuk pengamatan benda tipis transparan. Penyinaran diberikan
dari bawah dengan sinar alam atau sinar lampu. Mikroskop biologi ini umumnya memiliki
lensa objektif dan lensa okuler dengan pembesaran sebagai berikut:
a. Objektif 4x dengan okuler 10x, pembesaran 40x
b. Objektif 10x dengan okuler 10x, pembesaran 100x
c. Objektif 40x dengan okuler 10x, pembesaran 400x
d. Objektif 100x dengan okuler 10x, pembesaran 1000x
Objektif yang paling kuat pada mikroskop optik 1000x disebut objektif emersi, karena
penggunaanya harus dengan minyak emersi dan cara memakainya dengan khusus pula.
Mikroskop stereo digunakan untuk pengamatan benda-benda yang tidak terlalu besar,
transparan atau tidak. Penyinarannya dapat diatur dari atas maupun dari bawah dengan sinar
alam atau lampu. Memiliki dua buah objektif dan okuler, sehingga diperoleh bayangan tiga
dimensi dengan pengamatan dua belah mata. Kekuatan pembesaran tidak terlalu kuat
umumnya adalah objektif 1x atau 2x dengan okuler 10x atau 15x.
Mikroskop memiliki komponen-komponen dari kaca yang mudah rusak, berupa lensa-
lensa dan cermin.
Ada beberapa jenis mikroskop yaitu :
1. Mikroskop Cahaya
Pada mikroskop cahaya, cahaya tampak melewati spesimen dan kemudian melewati
lensa.
2. Mikroskop Elektron (ME)
Mikroskop elektron memfokuskan sinar elektron melalui spesimen atau ke
permukaan.
3. Scanning Electron Microscope (SEM)
Scanning Electron Microscope terutama berguna untuk studi rinci topografi
spesimen.
4. Transmission Electron Microscope (TEM)
Transmission electron microscope (TEM) digunakan untuk mempelajari struktur
internal sel (Campbell, 2010).

Bagian-bagian dan fungsi mikroskop:


No. Nama Bagian Fungsi
Menangkap bayangan dari lensa objektif kemudian
1 Lensa Okuler
diperbesar
2 Tubus/Tabung Meneruskan bayangan dari lensa objektif ke lensa okuler
3 Lengan Untuk memegang mikroskop saat diangkat atau dipindahkan
4 Makrometer Menaikkan atau menurunkan tubus secara kasar
5 Mikrometer Menaikkan atau menurunkan tubus secara halus
6 Sendi Inklinasi Sebagai pertemuan antara kaki dengan lengan mikroskop
7 Revolver Tempat melekatnya lensa objektif berbagai ukuran
8 Lensa Objektif Menangkap bayangan objek kemudian diperbesar
Sebagai penjepit kaca objek agar tidak bergerak pada saat
9 Sengkeling
melakukan pengamatan
10 Meja Sediaan Tempat untuk meletakkan kaca objek
Menangkap cahaya dari cermin dan meneruskannya ke meja
11 Kondensor
sediaan
Mengatur jumlah cahaya dari cermin untuk masuk ke
12 Diafragma
kondesor
13 Cermin Alat penangkap dan pemantul cahaya
14 Kaki Untuk menopang mikroskop

Anatomi Mikroskop
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mengetahui dan mengenal bagian-bagian mikroskop.
2. Mahasiswa mengetahui cara dan mampu menggunakan mikroskop dengan benar.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat
 Mikroskop
 Gelas objek (object glass)
 Gelas penutup (cover glass)
Bahan
 Potongan kertas huruf b dan q

D. CARA KERJA
1. Pemeliharaan Mikroskop
a. Bawalah mikroskop dengan posisi tegak
b. Atur kedudukan tabung sedemikian rupa sehingga ujung lensa objektif lemah
berjarak 1 cm dari atas meja benda
c. Aturlah penjepit sediaan dengan rapi dan cermin pada posisi tegak agar debu
tidak banyak menempel
d. Setiap akan menggunakan mikroskop bersihkan lensa atau bagian lainnya
dengan kain lap bersih dari bahan yang halu
2. Mencari bidang penglihatan
a. Naikkan tabung menggunakan makrometer sehingga lensa objektif tidak
membentur meja atau panggung bila revolver diputar putar
b. Tempatkan lensa objektif pembersaran lemah (4x atau 10x) dengan memutar
revolver sampai bunyi klik
c. Bukalah diaframa sebesar-besarnya dengan menarik tangkainya ke belakang
d. Aturlah letak cermin ke arah cahaya sehingga terlihat lapang pandang yang
terang dalam lensa okuler.
3. Mencari bayangan sediaan
a. Letakkan potongan huruf “b” atau “q” pada gelas objek
b. Amatilah potongan kertas huruf “b” atau “q”
c. Tutup perlahan- lahan gelas obyek dengan gelas penutup
d. Naikkan tabung mikroskop menggunakan makrometer
e. Letakkan sediaan yang akan diamati ditengah lubang meja
f. Jepit sediaan agar tidak tergeser
g. Putar makrometer ke belakang sampai penuh dengan hati-hati sampai jarak
antara ujung lensa objektif dengan permukaan atas kaca penutup hanya 1 mm
h. Membidik mata ke lens okuler
i. Putar revolver dan lensa objektif yang sesuai untuk mendapat pembesaran yang
kuat
E. INSTRUKSI KERJA
Lakukan identifikasi setiap komponen mikroskop, pemeliharaan alat, pencarian bidang
penglihatan dan bayangan sediaan

II. PENGAMATAN SEL

A. DASAR TEORI
Sel adalah suatu unit fungsional dan struktural terkecil makhluk hidup yang dapat
menopang kehidupan. struktur sel hewan berbeda dengan sel tumbuhan. Sel hewan tidak
memiliki dinding sel. Secara umum sel hewan tidak memiliki vakuola, jika ada vakuola,
ukurannya sangat kecil. Karena sel hewan tidak berdinding sel maka bentuk sel hewan
tidak tetap. Sel tunggal yang bebas terapung dalam cairan akan bergerombol dan mendapat
tekanan yang tidak sama dari berbagai arah, sel-sel itu berbentuk irregular.
Pada organisme bersel banyak tidak semata-mata merupakan kumpulan sel, tetapi
saling berhubungan dan berkoordinasi secara harmonis. Sel-sel sangat bervariasi
ukurannya, bentuknya, strukturnya dan fungsinya. Ada yang berukuran mikron, milimeter
bahkan ada yang berukuran sentimeter (serat dalam tumbuhan tertentu). Beberapa sel ada
yang relatif sederhana organisasi bagian dalamnya tetapi ada pula yang kompleks.
Beberapa sel ada yang mempunyai fungsi bermacam-macam tetapi ada juga yang
terspesialisasi aktivitasnya. Robert Hooke adalah orang yang pertama kali melihat adanya
ruang-ruang yang dibatasi oleh dinding sel pada sayatan gabus yang ia sebut sebagai sel.
Kemudian ia melihat cairan yang terdapat di dalam sel, isi sel tersenut selanjutnya
diinterpretasikan sebagai materi hidup yang disebut protoplasma (Suradinata, 1998).
Jika sejumlah sel yang sama besarnya dan mendapat tekanan yang sama dari segala
arah, maka sel-sel itu akan berhimpit satu dengan yang lain dan berpermukaan datar.
Bentuk sel hewan multiselular tergantung pada fungsi alat atau jaringan tubuh. Secara
umum sel hewan tidak memiliki vakuola, jika ada vakuola, ukurannya sangat kecil. Pada
beberapa jenis hewan bersel satu ditemukan adanya vakuola, misalnya pada Amoeba dan
Paramaecium. Bagian paling besar pada sel hewan adalah nukleus.
Bentuk sel hewan multiselular tergantung pada fungsi alat atau jaringan tubuh.
Bagian-bagian sel yang utama adalah membran, sitoplasma dan inti. Sel epitelium rongga
mulut merupakan epitelium pipih berlapis banyak. Sel ini tidak memiliki dinding sel, tetapi
memiliki membran sel yang berfungsi memberi bentuk pada sel. Pada bagian tengah sel
terlihat adanya inti sel serta terdapat cairan sitoplasma. Sel epitel rongga mulut lebih
mudah dan aman untuk diamati dan dibuat smear atau sediaan. Buccal smear adalah suatu
teknik pengamatan sel-sel bucal dengan cara mengerok bagian dalam pipi.

B. TUJUAN
Mahasiswa dapat menjelaskan bagian sel hewan dan tumbuhan dan menyebutkan
perbedaan antara keduanya

C. ALAT DAN BAHAN


1. Pengamatan Sel Hewan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah:
 Mikroskop
 Kaca obyek
 Kaca penutup
 Pipet tetes
 Jarum
 Kertas isap
 Tusuk gigi
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum adalah:
 Epitel rongga mulut
 Air (Aquades)
 Methylen blue
2. Pengamatan Sel Tumbuhan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah:
 Mikroskop
 Kaca preparat
 Kaca penutup
 Silet
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum adalah:
 Tisu
 Kentang

D. CARA KERJA
Pengamatan Sel Hewan
1. Keroklah secara perlahan bagian dalam pipi dari dalam rongga mulut
menggunakan ujung tumpul tusuk gigi hingga diperoleh lapisan lendirnya.
2. Teteskan sedikit air dengan pipet tetes diatas kaca obyek, lalu sebarkan lendir
pada ujung tusuk gigi itu dan aduk dengan tetesan air tadi agar sel-sel tidak
mengelompok.
3. Tutup dangan kaca penutup (cover glass) agar tidak terbentuk gelembung udara
dibawah cover glass.
4. Isap air yang berlebihan dengan kertas isap melalui tepi cover glass.
5. Teteskan methylen blue dengan hati-hati pada pinggir cover glass dan tempelkan
kertas isap pada pinggir cover glass yang berlawanan agar methylen blue cepat
merata.
6. Letakkan preparat tersebut diatas meja preparat mikroskop, amati secara bertahap
dengan pembesaran lemah (100x), kemudian ganti dengan pembesaran kuat
(400x).
Pengamatan Sel Tumbuhan
1. Iris tipis umbi kentang.
2. Letakkan sampel kentang pada kaca preparat, tutup dengan kaca penutup.
3. Amatilah dengan mikroskop.
4. Gambar bagian-bagian sel seperti dinding sel, sitoplasma, dan butir-butir pati!

E. INSTRUKSI KERJA
1. Bagian sel apakah yang tampak? Gambarlah hasil pengamatan anda pada lembar
kerja dan lengkapi dengan keterangan.
2. Bandingkanlah hasil pengamatan pada sel epitel rongga mulut dan sel kentang
kemudian jelaskan bagian-bagian sel hewan dan tumbuhan dan sebutkan perbedaan
antara keduanya!

III. PEMBELAHAN SEL (MITOSIS)


A. DASAR TEORI
Setiap organisme tumbuh dan berkembang karena sel-sel dalam tubuhnya terus
menerus bertambah. Pembelahan sel setiap organisme akan diikuti dengan pembagian
komponen (organel) sel tersebut ke anak sel. Ada 3 macam pembelahan sel, yaitu amitosis,
mitosis, dan meiosis. Masing-masing pembelahan sel tersebut dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop.
Mitosis merupakan pembelahan sel yang menghasilkan 2 buah sel anak yang
identik, yaitu sel-sel anak yang memiliki jumlah kromosom sebanyak yang dimiliki oleh
sel induknya. Mitosis adalah pembelahan sel yang terjadi secara tidak langsung (Setjo,
2004). Hal ini dikarenakan pada pembelahan sel secara mitosis terdapat adanya tahapan-
tahapan tertentu. Siklus sel adalah kejadian-kejadian yang berlangsung dengan urutan
tertentu yang dimulai dari pembelahan sel hingga pembelahan sel dalam pembentukkan sel
anakkan. Tahapan-tahapan (fase-fase) yang terdapat pada pembelahan mitosis meliputi:
profase, metafase, anafase, dan telofase.
Mitosis terjadi di dalam sel somatik yang bersifat meristematik, yaitu sel-sel yang
hidup terutama sel-sel yang sedang tumbuh (ujung akar dan ujung batang). Proses
pembelahan secara mitosis pada mahkluk hidup bersel banyak
adalah memperbesar ukuran tubuh dan mengganti sel-sel tubuh yang mengalami
kerusakan. Sedangkan pada mahkluk hidup bersel satu, mitosis bertujuan untuk
memperbanyak jumlah sel dan mempertahankan dari kepunahan.bertujuan untuk
mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan inti secara berturut-
turut.
Mitosis pada tumbuhan terjadi selama mulai dari 30 menit sampai beberapa jam
dan merupakan bagian dari suatu proses yang berputar dan terus-menerus. Pada praktikum
kali ini digunakan akar bawang merah (Allium cepa) karena jaringan akar bawang merah
(Allium cepa) merupaskan jaringan yang mudah ditelaah untuk pengamatan mitosis (Sugiri,
1992).

B. TUJUAN
1. Mengamati fase-fase pembelahan mitosis pada sel ujung akar bawang merah
(Allium cepa).
2. Mengamati pola kromosom pada masing-masing fase pembelahan mitosis.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Mikroskop
2. Kaca benda dan kaca penutup
3. Pipet kaca dan pipet plastik
4. Pinset
5. Gelas arloji
6. Silet
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Ujung akar bawang merah (Allium cepa)
2. Asam asetat glasial
3. HCl 1 N
4. Safranin
5. Aquades
6. Tisu

D. CARA KERJA
(Langkah kerja nomor 1 dan 2 telah dilaksanakan oleh asisten)
1. Tumbuhkan akar Allium cepa, potong bagian ujungnya sepanjang 0,5–1 cm.
2. Rendam potongan ujung akar Allium cepa ke dalam larutan fiksasi 45% asam
asetat (45 ml asam asetat glasial ditambah 55 ml aquades) selama 24 jam.
3. Angkat potongan ujung akar Allium cepa kemudian rendam ke dalam HCl 1 N (5 ml
HCl ditambah 55 ml aquades) pada cawan petri selama 10–15 menit.
4. Pindahkan ujung akar Allium cepa ke dalam gelas arloji yang berisi safranin (1 tetes
safranin diencerkan dengan 2 tetes aquades) direndam selama 10–15 menit.
5. Pindahkan ujung akar Allium cepa ke kaca objek. Potong ujungnya sepanjang 1–2 mm
atau sesuai batas tudung akar, cacah dengan menggunakan silet kemudian tutup dengan
kaca penutup.
6. Lakukan squashing, yaitu menekan cacahan ujung akar yang telah berada di antara kaca
objek dan kaca benda dengan bantuan kepala pipet plastik.
7. Amati preparat di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x.
8. Gambarlah hasil pengamatan.

E. INSTRUKSI KERJA

1. Lakukan pengamatan di bawah mikroskop sesuai prosedur


2. Gambarlah hasil pengamatan preparat
PRAKTIKUM II
SEL DAN JARINGAN DASAR

A. DASAR TEORI
Pada organisasi kehidupan, baik pada hewan maupun tumbuhan, sel menempati urutan
tingkat organisasi yang terendah. Secara singkat, organisasi di dalam organisme adalah sebagai
berikut:
Sel → jaringan → organ → sistem → individu
Sel yang sangat kecil itu disusun oleh bagian-bagian:
1. Membran plasma,
2. Sitoplasma terdiri atas organel dan sitosol,
3. Nukleus atau inti sel.
Sedangkan jaringan merupakan kumpulan sel-sel yang sejenis baik struktur maupun fungsinya
serta zat interselulernya. Meskipun sangat kompleks, pada mammalia diketahui 4 jenis jaringan
utama, yaitu :
1. jaringan epitel,
2. jaringan ikat (jaringan penyambung),
3. jaringan otot
4. jaringan saraf.
Keempat jaringan utama tersebut tidaklah terpisah satu sama lain atau membentuk satu
kesatuan tersendiri akan tetapi biasanya saling berhubungan satu sama lain dan dalam
perbandingan yang berbeda-beda membentuk berbagai organ dan sistem tubuh.

1. Jaringan epitel
Jaringan epitel merupakan jaringan yang membatasi tubuh dan lingkungannya,
baik di sebelah luar maupun sebelah dalam (kulit, dinding usus, pembuluh darah), berupa
lapisan meristematik. Jaringan epitel terdiri dari sel-sel yang rapat berdekatan satu sama
lain dengan sedikit zat interselulernya. Jaringan epitel tidak mempunyai pembuluh darah.
Sel-sel epitel pada bagian dasarnya berhubungan dengan jaringan lain dibagian bawahnya
yang disebut dengan membran basalis. Di bawah membran basalis terdapat jaringan ikat
yang berfungsi sebagai tempat melekat jaringan epitel ke jaringan lain di bawahnya.
Klasifikasi jaringan epitel:
a) Epitel penutup
Jaringan epitel penutup merupakan jaringan yang sel-selnya tersusun dalam lapisan
seperti membran yang menutupi permukaan luar atau melapisi rongga tubuh.
Pengelompokannya berdasarkan jumlah lapisan sel dan morfologinya. Epitel penutup
terdiri atas:
 Epitel selapis pipih, terdiri dari selapis sel yang bentuknya pipih
 Epitel selapis kubus, merupakan epitel selapis dengan bentuk selnya berupa kubus.
 Epitel selapis silindris, merupakan epitel selapis dan silindris dengan inti sel
terletak agak ke basal.
 Epitel berlapis pipih, merupakan epitel yang berlapis-lapis dan epitel yang paling
luar berbentuk pipih, sel-sel pada lapisan dalam berbentuk kubus atau silindris.
 Epitel berlapis kubus, sel-selnya terdiri atas 1-2 lapisan dan berbentuk kubus.
 Epitel berlapis silindris, selnya berlapis-lapis dan sel-sel yang paling atas berbentuk
silindris
 Epitel transisional, merupakan epitel berlapis-lapis tetapi sel paling atas cenderung
berbentuk bulat dan besar, bila direnggangkan sel-sel tersebut tidak robek dan
menjadi pipih.
 Epitel berlapis semu, sel-sel epitelnya satu lapis semuanya melekat pada membrana
basalis tetapi hanya sebagian sel yang mencapai permukaan.
b) Epitel kelenjar
Jaringan epitel kelenjar adalah jaringan yang dibentuk oleh sel-sel yang dikhususkan
untuk menghasilkan suatu getah sekresi yang komposisinya berbeda dengan darah atau
cairan antarsel.

2. Jaringan ikat
Jaringan ikat bertanggung jawab untuk memberikan dan mempertahankan bentuk
tubuh karena mempunyai fungsi mekanik. Jaringan ikat terdiri atas matriks yang
menghubungkan dan mengikat sel dan organ sehingga memberikan sokongan pada tubuh.
Jaringan ikat dengan fungsi seperti itu tidak ditemukan pada permukaan luar tubuh,
mengandung banyak pembuluh darah kecuali tulang rawan. Secara umum sel-selnya
berjarak jauh satu sama lain dengan zat interselulernya (matriks) yang banyak. Ada tiga
jenis serabut utama jaringan ikat yaitu:
a) Serabut kolagen (tidak elastis tetapi memiliki kelenturan yang besar terdiri atas
serat-serat protein kolagen)
b) Serabut elastin (terdiri atas protein elastin, lebih halus dari kolagen, sangat
elastis)
c) Serabut retikulin (sangat halus, terdiri atas protein kolagen dan glikoprotein

Selain serabut-serabut tersebut di atas, jaringan ikat tersusun oleh sel-sel tertentu.
Sel-sel tersebut: fibroblast (menghasilkan serabut-serabut dan zat interseluler), makrofag
(memfagositosis bakteri dan jaringan yang rusak), melanosit (menghasilkan pigmen
melanin), sel plasma (menghasilkan antibodi), mast sel (menghasilkan anti koagulan
heparin), leukosit (terutama basofil, eosinofil, dan limfosit), sel adventitial (berperan
dalam regenerasi sel-sel yang rusak) dan sel adiposa (penyimpanan lemak netral). Ada
beberapa jenis jaringan ikat yaitu jaringan ikat embrionik dan jaringan ikat dewasa.
a) Jaringan ikat embrionik, terdapat sewaktu dalam perkembangan embrio, disebut
mesenkim,
b) Jaringan ikat dewasa, terdiri atas :
 Jaringan ikat longgar, zat interselulernya setengah cair dengan serabut-
serabut yang jarang
 Jaringan ikat padat, serabut kolagen jumlahnya lebih menonjol sehingga
sering disebut jaringan kolagen
 Jaringan ikat elastis, mengandung serabut elastin yang tebal dan sejajar
 Jaringan ikat retikulin, mengandung banyak serabut retikulin
 Jaringan lemak, merupakan jaringan ikat jarang berfungsi sebagai cadangan
energi dan menahan panas/mengurangi pengeluaran panas tubuh melalui kulit.
 Jaringan ikat cair, jaringan ini berupa darah, zat antar selnya berupa plasma
darah dan selnya terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit.
c) Tulang rawan, merupakan sejenis jaringan ikat dengan zat interselulernya
berupa jeli dan di dalamnya terdapat serabut kolagen dan elastin. Pada zat
interselulernya terdapat rongga yang dinamakan lakuna yang berisi sel-sel rawan
yang disebut kondrositt. Ada tiga jenis tulang rawan, yaitu:
 Tulang rawan hialin terdapat pada rangka janin, ujung-ujung tulang
panjang, rawan pada tulang rusuk, rawan pada hidung dan laring
 Tulang rawan elastin banyak mengandung serabut elastin
 Tulang rawan fibrosa, mengandung banyak matriks yang dibentuk oleh
serabut kolagen, sangat kuat dan kaku
d) Tulang, merupakan salah satu jaringan terkeras di dalam tubuh mamalia. Tulang
terdiri dari bahan intersel yang mengalami kalsifikasi, matriks tulang, dan
berbagai jenis sel seperti osteosit (ditemukan pada lakuna di dalam matriks),
osteoblast (yang mengsintesis komponen organic matriks) dan osteoklas (sel
raksasa berinti banyak, diperlukan dalam perombakan tulang).

B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan membedakan struktur dan morfologi
bermacam-macam sel epitel
2. Mahasiswa mampu mengidentfikasi dan membedakan struktur dan morfologi
bermacam-macam jaringan pengikat dan penunjang

C. ALAT DAN BAHAN


1. Mikroskop Binokuler
2. Preparat Histologi Jaringan 1 Set
3. Minyak emersi

D. CARA KERJA
a. Naikkan tabung menggunakan makrometer sehingga lensa objektif tidak
membentur meja atau panggung bila revolver diputar putar
b. Tempatkan lensa objektif pembersaran lemah (4x atau 10x) dengan memutar
revolver sampai bunyi klik
c. Bukalah diaframa sebesar-besarnya dengan menarik tangkainya ke belakang
d. Aturlah cahaya sehingga terlihat lapang pandang yang terang dalam lensa
okuler.
e. Naikkan tabung mikroskop menggunakan makrometer sehingga jarak antara
lensa objektif dengan meja adalah sekitar 3 cm
f. Letakkan sediaan yang akan diamati ditengah lubang meja
g. Jepit sediaan agar tidak tergeser
h. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah
i. Setelah terlihat, teteskan minyak emersi pada preparat
j. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran kuat sampai 400x. dengan
cara memutar makrometer ke belakang sampai penuh dengan hati-hati sampai
jarak antara ujung lensa objektif dengan permukaan atas kaca penutup hanya 1
mm
k. Membidik mata ke lensa okuler
l. Putar revolver dan lensa objektif yang sesuai untuk mendapat pembesaran yang
kuat
m. Agar mendapat bayangan yang jelas bisa digunakan mikrometer dan menggeser
meja sediaan

E. INSTRUKSI KERJA
Lakukan pengamatan struktur dan morfologi sel dengan perbesaran yang sesuai dan
gambarlah!
PRAKTIKUM III
HISTOLOGI DAN BIOKIMIA SEL DARAH

1. HISTOLOGI SEL DARAH

A. DASAR TEORI
Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma di dalam cairan yang
disebut plasma. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti
luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang
berbentuk plasma. Untuk dapat melihat perbedaan dari sel darah dengan plasma dapat
dilakukan dengan cara sentrifugasi tabung hematokrit berisi darah yang telah diberi bahan anti
koagulasi.
Sel-sel darah terbagi dalam tiga golongan fungsional utama yaitu sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Jenis jenis leukosit di
kelompokkan berdasarkan bentuk nukleus, ada tidaknya granula didalam sitoplasma dan
afinitas terhadap pulasan granula. Leukosit yang mempunyai granula adalah neutrofil, basofil,
dan eosinofil. Sedangkan leukosit yang tidak mempunyai granula adalah monosit dan limfosit
Eritrosit
Eritrosit memiliki bentukan bundar berwarna merah muda dengan bagian tengahnya
pucat. Eritrosit merupakan sel darah yang tidak memiliki inti dan jumlahnya paling banyak.
Jumlah eritrosit normal untuk perempuan 3,5juta -5juta, laki laki 4juta-6juta.
Leukosit
1. Leukosit bergranula
 Neutrofil adalah jenis leukosit yang paling banyak ditemukan dalam darah dan
merupakan 60-70 % dari leukosit yang beredar.Selnya cukup besar, hampir 1,5x ukuran
eritrosit. Intinya berlobus banyak 2-5 buah satu sama lain dihubungkan dengan benang
kromatin halus sehingga tampat seperti segmen segmen. Kromatin intinya kasar dan
padat. Ada neutrofil yang muda dengan inti bentuk inti bengkok, tidak berlobus yang
disebut neutrofil batang. Sitoplasma neutrofil mengandung granula spesifik halus
berwarna merah muda.
 Eosinofil ukurannya kurang lebih sama dengan neutrofil intinya tampak terdiri atas dua
lobus, namun dapat juga memiliki tiga lobus. Eosinofil memiliki granula kasar dengan
ukuran kurang kebih seragam dan berwarna merah jingga. Jumlahnya 2-4 % dari
leukosit yang beredar.
 Basofil ukurannya juga kurang lebih sama dengan neutrofil. Sel ini jumlahnya sangat
sedikit yaitu kurang dari 1 % leukosit yang beredar, sehingga sulit untuk ditemukan.
Granula sitoplasma berwarna biru kehitaman, bersebar menutupi inti.

2. Leukosit tidak bergranula


 Monosit merupakan leukosit paling besar. Jumlahnya sekitar 3-8 % dari seluruh
leukosit. Sel ini memiliki inti yang besar, eksentris, terpulas tidak sepadat leukosit lain.
Sitoplasma berwarna biru kelabu tanpa granula spesifik, kadang dapat bergranula
azurofil (granula lisosom kecil yang terlihat ungu merah muda dan vakuol sitoplasma).
 Limfosit merupakan leukosit dua terbanyak dengan jumlah 20-30% dari seluruh
leukosit. Kromatin inti padat dan berwarna biru gelap, sitoplasma relatif sedikit dan
berwarna biru langit tanpa granula spesifik, namun pada beberapa sel terlihat granula
azurofil, jika pulasannya baik dan berwarna ungu kemerahan
Keping Darah
Keping darah sebenarnya tidak memenuhi syarat untuk disebut sebagai sebuah sel yang
utuh karena tidak memiliki inti. Oleh karena itu dinamakan keping darah. Berbentuk sebagai
keping-keping sitoplasma berukuran 2-5 μm lengkap dengan membran plasma yang
mengelilinginya. Pada sediaan apus darah, trombosit sering terdapat bergumpal.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu mengidentfikasi dan membedakan struktur dan morfologi
bermacam-macam sel darah

C. ALAT DAN BAHAN

 Mikroskop Binokuler
 Preparat Histologi Darah 1 Set

D. CARA KERJA
1. Naikkan tabung menggunakan makrometer sehingga lensa objektif tidak
membentur meja atau panggung bila revolver diputar putar
2. Tempatkan lensa objektif pembersaran lemah (4x atau 10x) dengan memutar
revolver sampai bunyi klik
3. Bukalah diaframa sebesar-besarnya dengan menarik tangkainya ke belakang
4. Aturlah h cahaya sehingga terlihat lapang pandang yang terang dalam lensa
okuler.
5. Naikkan tabung mikroskop menggunakan makrometer sehingga jarak antara
lensa objektif dengan meja adalah sekitar 3 cm
6. Letakkan sediaan yang akan diamati ditengah lubang meja
7. Jepit sediaan agar tidak tergeser
8. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah
9. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran kuat sampai 400x. dengan
cara memutar makrometer ke belakang sampai penuh dengan hati-hati sampai
jarak antara ujung lensa objektif dengan permukaan atas kaca penutup hanya
1 mm
10. Membidik mata ke lensa okuler
11. Putar revolver dan lensa objektif yang sesuai untuk mendapat pembesaran
yang kuat
12. Agar mendapat bayangan yang jelas bisa digunakan mikrometer dan
menggeser meja sediaan

E. INSTRUKSI KERJA
Lakukan pengamatan struktur dan morfologi sel darah dengan perbesaran yang sesuai
kemudian gambarlah !

2. PENGARUH LARUTAN HIPOTONIS TERHADAP SEL DARAH MERAH

A. DASAR TEORI
Hemolisis adalah peristiwa pecahnya sel darah merah yang menyebabkan hemoglobin
dilepaskan dari sel tersebut. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
hemolisis, salah satunya adalah dengan memasukkan ke dalam larutan dengan tekanan
osmotik lebih rendah (hipotonik). Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi
hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan
larutan) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran semipermiabel dan
menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan
tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya
hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya.
Resistensi Osmotik Minimum : Kadar NaCl terendah di mana darah mulai mengalami
hemolisa (0,44%).

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu menganalisis faktor yang dapat melisiskan darah dan menjelaskan
mekanisme lisis darah akibat larutan hipotonis

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang dibutuhkan pada praktikum hemolisis darah
 NaCl
 Tabung reaksi
 Spuit 3cc
 Alcohol swab
 Aquadest
 Pipet
Bahan yang dibutuhkan pada praktikum hemolisis darah
 Darah 3 cc

D. CARA KERJA
1. Siapkan tabung reaksi dan beri label 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
2. Ke dalam masing-masing tabung buat pengenceran
1 : 10 ml aquadest
2 : 9 ml aquadest + 1 ml NaCl 2%
3 : 8 ml aquadest + 2 ml NaCl 2%
4 : 7,5 ml aquadest + 2,5 ml NaCl 2%
5 : 7 ml aquadest + 3 ml NaCl 2%
6 : 6,5 ml aquadest + 3,5 ml NaCl 2%
7 : 6 ml aquadest + 4 ml NaCl 2%
8 : 5,5 ml aquadest + 4,5 ml NaCl 2%
9 : 5 ml aquadest + 5 ml NaCl 2%
10 : 4,5 ml aquadest + 5,5 ml NaCl 2%
3. Masukkan dalam masing-masing tabung 2 tetes sel darah
4. Aduk perlahan-perlahan
5. Diamkan 1 jam
6. Amati

E. INSTRUKSI KERJA
Lakukan praktikum hemolisa darah dengan pemberian larutan hipotonis dan amati

3. PENGARUH PELARUT ORGANIK TERHADAP SEL DARAH MERAH


A. DASAR TEORI
Dinding eritrosit terdiri dari lemak dan protein (lipoprotein). Pelarut organik dapat
melarutkan lemak dari dinding eritrosit sehingga dapat mempercepat hemolisa.
Derajat kelarutan hemolisa dari besar → kecil : eter, toluene, aseton, kloroform, alkohol

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu menganalisis faktor yang dapat melarutkan komponen dinding
eritrosit.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat yang dibutuhkan :
 Tabung reaksi
 Spuit 3cc
 Alcohol swab
 Aquadest
 Pipet
Bahan yang dibutuhkan
 Darah
 Eter
 Toluene
 Aseton
 Kloroform
 Alkohol
D. CARA KERJA
1. Siapkan tabung reaksi dan beri label 1,2,3,4,5,6
2. Ke dalam masing-masing tabung buat pengenceran
 1 : 10 ml NaCl 0,9%
 2 : 10 ml NaCl 0,9% + alkohol 2 tetes
 3 : 10 ml NaCl 0,9% + eter 2 tetes
 4 : 10 ml NaCl 0,9% + aseton 2 tetes
 5 : 10 ml NaCl 0,9% + kloroform 2 tetes
 6 : 10 ml NaCl 0,9% + toluene 2 tetes
3. Masukkan dalam masing-masing tabung 2 tetes sel darah
4. Aduk perlahan-perlahan
5. Diamkan 30 menit

E. INSTRUKSI KERJA

Lakukan pengamatan menggunakan mata telanjang dan bandingkan warna tabung


reaksi setelah penambahan masing-masing pelarut organik.

4. PENGARUH ION KALSIUM TERHADAP SEL DARAH MERAH

A. DASAR TEORI
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan
sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit. Volume
darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan arau kira-kira lima liter.
Sekitar 55% adalah plasma darah sedangkan 45% sisanya terdiri dari sel darah. Sifat
darah diantaranya memiliki tekanan osmotik sebesar 28mmHg, viskositas sebesar 1,7
pada suhu 37oC dan pH sebesar 7,0 sampai 7,8 (Pearce, 2006).

Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media transportasi, pengatur
suhu tubuh, pemeliharaan keseimbangan cairan, serta keseimbangan basa eritrosit selama
hidupnya tetap berada dalam tubuh. Sel darah merah mampu mengangkut secara efektif
tanpa meninggalkan fungsinya di dalam jaringan serta keberadaannya dalam darah hanya
melintas saja. Darah juga memiliki kepng darah atau biasa disebut trombosit yang
berperan dalam proses penggumpalan darah (Hilman et al., 2005).

Peristiwa penggumpalan darah oleh Dr. Karl Landsteiner pada tahun 1901 dijadikan
sebagai dasar adanya penggolongan darah dengan sistem ABO. Landsteiner menemukan
bahwa eritrosit dari beberapa individu akan menggumpal apabila dicampur dengan serum
darah dari individu lainnya namun kejadian ini terjadi pada semua orang. Mekanisme
pembekuan darah ialah trombosit akan mengalami penggumpalan (aglutinasi) karena
adanya jaringan yang mengalami kerusakan atau cedera. Trombosit yang mengalami
penggumpalan disebut tromboplastin. Ion Ca yang terdapat dalm darah menyebabkan
prokonvertin menjadi konvertin. Tromboplastin lalu bereaksi dengan konvertin dan ion
Ca mengubah protrombin menjadi trombin namun hanya sedikit. Trombin akan berikatan
dengan ion Ca lalu dengan adanya trombin maka accelarator globulin plasma dari inaktif
menjadi accelarator serum aktif. Protrombin berubah menjadi trombin lalu mengaktifkan
fibrinogen. Fibrinogen akan berubah menjadi benang-benang halus yang disebut fibrin
(Campbell et al., 2006).

F. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu menganalisis faktor yang dapat melarutkan komponen dinding
eritrosit.

G. ALAT DAN BAHAN


Alat
 Tabung reaksi
 Pipet tetes
Bahan
 Darah
 Antikoagulan oksalat
 Larutan CaCl2 5%

H. CARA KERJA
1. Masukkan 9 tetes darah ke dalam tabung reaksi
2. Masukkan 1 tetes oksalat ke dalam tabung reaksi yang sama  darah oksalat
3. 2 ml darah oxalat + 5 tetes CaCl2 3% → kocok
4. Sebagai kontrol siapkan 2 ml darah nonfibrin (serum) + 5 tetes CaCl 5% → kocok
I. INSTRUKSI KERJA

Lakukan pengamatan menggunakan mata telanjang dan bandingkan antara kontrol


dengan perlakuan

5. PENGENDAPAN GLOBULIN DAN ALBUMIN

A. DASAR TEORI
Albumin dan globulin merupakan protein yang diproduksi di hepar. Albumin
memiliki BM 69.000. Sifat albumin adalah : Larut dalam air dan
mengendap dlm (NH4)2SO4 jenuh. Fungsi albumin adalah mengatur tek.
osmose darah & keseimbangan cairan tubuh. Berat molekul Globulin
adalah140.000. Sifat globulin tidak larut dalam air dan mengendap dlm lrt
(NH4)2SO4 ½ jenuh. Fungsi utama dari globulin adalah pertahanan tubuh

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mengetahui komponen-komponen protein dalam darah manusia

C. ALAT DAN BAHAN


Alat
 tabung reaksi
 spatula
 penjepit
 pembakar spirtus
 korek api
 gelas ukur
 corong
 kertas saring pipet tetes.
Bahan.
 Plasmadarah
 larutan (NH4)2SO4
 ammonium sulfat padat
 serum darah
 air

D. CARA KERJA
(Pengendapan Globulin)
 Isilah tabung dengan 3 ml plasma darah
 Tambahkan 3 ml larutan(NH4)2SO4 jenuh,
 Gojok
 Saringlah dengan kertas saring.
 Tambahkan 3 hingga 4 tetes air
 Catatan : Filtrat dari penyaringan disimpan untuk digunakan pada uji
pengendapan albumin.
(Pengendapan albumin)
 Tambahkan kedalam Filtrat dari uji pengendapan globulin
ammonium sulfat padat
 Kocok secara perlahan
 Saringlah menggunakan kertas saring  akan terbentuk endapan
 Tambahkan air pada endapan yang ada pada kertas saring

E. INSTRUKSI KERJA
Lakukan langkah-langkah sesuai prosedur diatas dan amati
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorlan. Kamus Saku Kedokteran Dorland, 29th Edition. 2014. Elesevier.
2. Eroschenko, V.P. Di fiore Atlas of Histology 12e. 2012. Lippincolt.
3. Mescher, A. Junqueira's Basic Histology: Text and Atlas. 2013. McGraw Hill
LAPORAN 1
HASIL PENGAMATAN MIKROSKOP, PENGAMATAN DAN PEMBELAHAN SEL

A. GAMBAR MIKROSKOP DAN IDENTIFIKASI BAGIAN SERTA PENGAMATAN


KERTAS

Gambar Mikroskop :

Gambar Potongan Kertas Menggunakan Mata telanjang dan dibawah Mikroskop


Pembahasan
1. Jelaskan fungsi komponen mikroskop!
2. Bagaimanakah sifat bayangan yang dibentuk oleh mikroskop?
B. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBELAHAN SEL

1. Sel Manusia
Gambar Preparat: Epitel Pipi
Pembesaran: 400x
Pewarnaan: -
Keterangan:
1. Membrane sel
2. Inti sel
3. sitoplasama

Gambar Preparat: Epitel Pipi


Pembesaran: 100x
Pewarnaan: Metilen Blue
Keterangan:
1. Membrane sel
2. Inti sel
3. sitoplasama

Gambar Preparat: Epitel Pipi


Pembesaran: 400x
Pewarnaan: Metilen Blue
Keterangan:
1. Membrane sel
2. Inti sel
3. Sitoplasama
4. Granula

C. PEMBAHASAN
Pembahasan dilakukan dengan cara menjawab petanyaan-pertanyaan dibawah ini
Pertanyaan:
3. Bagaimana bentuk dan susunan sel epitel pipi yang kalian amati?
4. Dapatkah kalian mengamati nukleus sel epitel pipi pada percobaan tersebut?
Terangkan bagian-bagian sel yang anda dapat amati pada setiap pembesaran!
5. Apakah fungsi metilen blue pada praktikum ini?
6. Mengapa digunakan ujung bawah akar sebagai preparat dalam praktikum ini?
7. Jelaskan fase-fase pembelahan mitosis yang teramati pada pengamatan
preparat sel ujung akar bawang merah (Allium cepa)!
LAPORAN 2. HASIL PENGAMATAN BENTUK DAN STRUKTUR SEL

A. HASIL PENGAMATAN BENTUK DAN STRUKTUR SEL


JARINGAN EPITEL
1. Epitel Selapis Pipih
Gambar Preparat: Kapsul Bowman ginjal
Pembesaran:
Pewarnaan: H&E
Keterangan:
1. Inti sel
2. Batas sel
3. Sitoplasma
4. Jaringan ikat

2. Epitel Selapis Kubus


Gambar Preparat: Kelenjar Tyroid
Pembesaran:
Pewarnaan: H&E
Keterangan:
1. Inti sel
2. Batas sel
3. Sitoplasma
4. Jaringan ikat
3. Eptel Selapis Silindris
Gambar Preparat: Usus Halus
Pembesaran:
Pewarnaan: H&E
Keterangan:
1. Inti sel
2. Batas sel
3. Sitoplasma
4. Jaringan ikat

4. Epitel Berlapis Silindris


Gambar Preparat: Duktus Paratiroid
Pembesaran:
Pewarnaan: H&E
Keterangan:
1. Inti sel
2. Batas sel
3. Sitoplasma
4. Jaringan ikat

5. Epitel Silindris Berlapis Semu


Gambar Preparat: Trakea
Pembesaran:
Pewarnaan: H&E
Keterangan:
1. Inti sel
2. Batas sel
3. Sitoplasma
4. Sel goblet
5. Membran Basalis
6. Jaringan ikat
6. Epitel Berlapis Pipih
Gambar Preparat: Esofagus
Pembesaran:
Pewarnaan: H&E
Keterangan:
1. Inti sel
2. Sel pipih
3. Lamina propria
4. Jaringan ikat

7. Epitel Transisional
Gambar Preparat: Urinary Bladder
Pembesaran:
Pewarnaan: H&E
Keterangan:
1. Epitel Transisional
2. Membrane Basalis
3. Sel Binuklear
4. Lamina propria
5. Jaringan ikat

8. Epitel Selapis Silindris Bersilia


Gambar Preparat: Oviduk
Pembesaran:
Pewarnaan: H&E
Keterangan:
1. Epitel Silindris
2. Silia
3. Sel Goblet
4. Lamina propria
5. Jaringan ikat
9. Epitel Kelenjar, sec. of scalp showing sebaceous gland, human, H&E
Gambar Preparat: Kelenjar Sebasea
Pembesaran:
Pewarnaan: H&E
Keterangan:
1. Sel kelenjar
2. Duktus
3. Jaringan ikat

JARINGAN IKAT
1. Mesensimal
Gambar Preparat: Jaringan Subkutan
Pembesaran:
Pewarnaan: H&E
Keterangan:
1. Sel Fibroblas
2. Serat Kolagen
3. Pembuluh darah/Kapiler

2. Jaringan Ikat Elastis


Gambar Preparat: Jar. Ikat Elastis
Pembesaran:
Pewarnaan: H&E
Keterangan:
1. Fibroblas
2. Serat Elastis
3. Pembuluh Darah/Kapiler
4. Serat Kolagen
3. Jaringan Ikat Retikuler
Gambar Preparat: Limpa
Pembesaran:
Pewarnaan: H&E
Keterangan:
1. Fibroblas
2. Serat Retikuler
3. Pembuluh Darah/Kapiler
4. Serat Kolagen

4. Sel Mast
Gambar Preparat: Mesentary
Pembesaran:
Pewarnaan: H&E
Keterangan:
1. Inti sel
2. Batas Sel
3. Jaringan ikat

5. Jaringan Lemak Coklat


Gambar Preparat: Lemak Coklat
Pembesaran:
Pewarnaan: H&E
Keterangan:
1. Sel Lemak
2. Inti sel lemak
3. Fibroblas
4. Serat kolagen
5. Pembuluh Darah/Kapiler
6. Jaringan Lemak
Gambar Preparat: Lemak
Pembesaran:
Pewarnaan: H&E
Keterangan:
1. Sel Lemak
2. Inti sel lemak
3. Fibroblas
4. Serat kolagen
5. Pembuluh Darah/Kapiler

7. Tendon
Gambar Preparat: Tendon
Pembesaran:
Pewarnaan: H&E
Keterangan:
1. Fibroblas
2. Inti fibroblas
3. Serat Kolagen
4. Pembuluh Darah

8. Jaringan Ikat kolagen


Gambar Preparat: Tendon
Pembesaran:
Pewarnaan: H&E
Keterangan:
1. Serat Kolagen
2. Fibroblas
3. Pembuluh darah
LAPORAN 3. 1 HASIL PENGAMATAN BENTUK DAN STRUKTUR SEL DARAH

1. Eritrosit
Sediaan : Hapusan darah
Pewarnaan : HE
Perbesaran : 400 x
Mengandung pigmen berwarna merah. bentuk bulat, dari samping tampak biconcave
(doble cekung), tidak berinti.

2. Neutrofil
Sediaan : Hapusan darah
Pewarnaan : HE
Perbesaran : 1000 x
Sel netrofil matang berbentuk bulat dengan diameter 10-12 μm. Intinya berbentuk tidak
bulat melainkan berlobus berjumlah 2-5 lobi bahkan dapat lebih
3. Basofil
Sediaan : Hapusan darah
Pewarnaan : HE
Perbesaran : 1000 x
Jenis sel ini terdapat paling sedikit diantara sel granulosit yaitu sekitar 0.5%, sehingga
sangat sulit diketemukan pada sediaan hapusan. Ukurannya sekitar 10-12 μm sama besar
dengan netrofil. Kurang lebih separuh dari sel dipenuhi oleh inti yang bersegmen-segmen atau
kadang-kadang tidak teratur. Inti satu, besar bentuk pilihan irreguler, umumnya bentuk huruf
S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul menutupi inti,
sehingga tidak mudah untuk mempelajari intinya. Granul spesifik bentuknya ireguler berwarna
biru tua dan kasar tampak memenuhi sitoplasma

4. Eosinophil
Sediaan : Hapusan darah
Pewarnaan : HE
Perbesaran : 1000 x
Jumlah sel eosinofil sebesar 1-3% dari seluruh lekosit atau 150-450 buah per mm3
darah. Ukurannya berdiameter 10-15 μm, sedikit lebih besar dari netrofil. Intinya biasanya
hanya terdiri atas 2 lobi yang dipisahkan oleh bahan inti yang sebagai benang. Butir-butir
khromatinnya tidak begitu padat kalau dibandingkan dengan inti netrofil
5. Limfosit
Sediaan : Hapusan darah
Pewarnaan : HE
Perbesaran : 1000 x
Limfosit mempunyai inti bulat dan gelap karena khromatinnya berkelompok dan tidak
nampak nukleolus. Sitoplasmanya yang sedikit tampak mengelilingi inti sebagai cincin
berwarna biru muda. Kadang-kadang sitoplasmanya tidak jelas mungkin karena butir-butir
azurofil yang berwarna ungu

6. Monosit
Sediaan : Hapusan darah
Pewarnaan : HE
Perbesaran : 1000 x
Sel ini merupakan sel yang terbesar diantara sel leukosit karena diameternya sekitar 12-
15 μm. Bentuk inti dapat berbentuk oval, sebagai tapal kuda atau tampak seakan-akan terlipat-
lipat. Butir-butir khromatinnya lebih halus dan tersebar rata dari pada butir khromatin limfosit.
Sitoplasma monosit terdapat relatif lebih banyak tampak berwarna biru abu-abu. Berbeda
dengan limfosit, sitoplasma monosit mengandung butir-butir yang mengandung perioksidase
seperti yang diketemukan dalam netrofil.
LAPORAN PRAKTIKUM 3.2 HEMOLISIS DARAH

Tabung % NaCl Hemolisis

10

PEMBAHASAN
LAPORAN PRAKTIKUM 3.3 HASIL PRAKTIKUM PENGARUH ZAT
KIMIA

No Tabung Pelarut Hemolisis

1 NaCl 0.9%

2 Kloroform

3 Eter

4 Aseton

5 Toluene

6 Alcohol

PEMBAHASAN
LAPORAN PRAKTIKUM 3.4 PENGARUH ION KALSIUM

No Tabung Pelarut Hemolisis

1 Darah oksalat
+CaCl2

2 Darah nonfibrin
+CaCl2

PEMBAHASAN
LAPORAN PRAKTIKUM 3.5 PENGENDAPAN ALBUMIN DAN GLOBULIN

HASIL PENGAMATAN

PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai