Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

Daftar isi...................................................................................................................1

BAB I : Dasar Teori.................................................................................................2

1.1 Pengenalan Alat Laboratorium Mikrobiologi....................................................2


1.2 Disinfeksi Kulit..................................................................................................3
1.3 Sterilisasi Alat....................................................................................................5

BAB II : Langkah Kerja...........................................................................................8

2.1 Pengenalan Alat Laboratorium Mikrobiologi....................................................8

2.2 Disinfeksi Kulit..................................................................................................8

2.3 Sterilisasi Alat....................................................................................................9

BAB III : Hasil Pengamatan dan Pembahasan.......................................................10

3.1 Pengenalan Alat Laboratorium Mikrobiologi..................................................10

3.2 Disinfeksi Kulit................................................................................................14

3.3 Sterilisasi Alat..................................................................................................17

3.4 Pedoman Keselamatan Kerja di Laboratorium Mikrobiologi..........................18

Daftar Pustaka........................................................................................................21

1
BAB I

DASAR TEORI

1.1 Pengenalan Alat Laboratorium Mikrobiologi

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme yang


tidak dapat dilihat dengan mata telanjang untuk meneliti apa saja yang
terkandung di dalam mikroorganisme. Dalam meneliti mikroorganisme diperlukan
teknik atau cara – cara khusus untuk mempelajarinya serta untuk bekerja pada
skala laboratorium untuk meneliti mikroorganisme baik sifat maupun
karakteristiknya, tentu diperlukan adanya pengenalan alat yang akan digunakan
serta mengetahui cara penggunaan alat – alat yang berhubungan dengan penelitian
unutk memudahkan dalam melakukan penelitian.

Laboratorium, seperti layaknya tempat bekerja harus dapat memberikan


kenyamanan, kesehatan dan keamanan kepada semua orang yang bekerja
didalamnya, termasuk pengelola laboratorium itu sendiri. Untuk itu, perlu studi
kelayakan mengenai perencanaan dalam merancang laboratorium kimia yang
meliputi adanya prosedur pengoperasian baku yang memerhatikan kesehatan dan
keselamatan kerja di laboratorium, adanya ventilasi dan perlengkapan pelindung
yang berfungsi baik, adanya penataan dan pengelolaan bahan kimia dan peralatan
laboratorium, serta adanya prosedur pengolahan limbah laboratorium.

Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita harus mengenal atau


mengetahui tentang alat-alat yang digunakan dalam melakukan praktikum
tersebut. Hal ini berguna untuk mempermudah kita dalam melaksanakan
percobaan, sehingga resiko kecelakaan di laboratorium dapat ditanggulangi.

Nama pada setiap alat menggambarkan mengenai kegunaan alat dan atau
menggambarkan prinsip kerja pada alat yang bersangkutan. Dalam
penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada pula yang khusus.
Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan
peralatan khusus lebih banyak digunakan untuk suatu pengukuran atau penentuan

Pada laboratorium mikrobiologi ada beberapa alat yang umum digunakan dan
harus dikenal serta diketahui cara penggunaannya, yang antara lain :

– Autoklaf – Kaca penutup


– Oven – Mikroskop medan terang
– Kulkas – Pipet tetes dan pipet serologis
– Cawan Petri – Gelas ukur
– Tabung reaksi – Neraca analitik
– Ose – Inkubator
– Lampu spiritus – Shaker
– Beaker gelas – Penangas air

2
– Hot plate – Stirer
– Labu Erlenmeyer – Colony counter
– Kaca obyek biasa – Haemasitometer
– Kaca obyek cekung – Laminar air flow (Millati, 2010)

1.2 Disinfeksi Kulit

Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar
luas dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi. Bakteri umumnya
merupakan organisme uniseluler (bersel tunggal), prokariotik, tidak mengandung
klorofil, serta berukuran mikroskopik (sangat kecil). Media setengah padat yaitu
media yang mengandung agar 0,3% - 0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal,
tidak padat, tidak begitu cair. Media semipadat dibuat dengan tujuan supaya
pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh permukaan media tetapi tidak
mengalami pencampuran sempurna jika tergoyang. Inokulasi pada media setengah
padat bertujuan untuk menyebarkan koloni bakteri dan spesimen merata pada
permukaan medium sehingga mudah dipisahkan atau diisolasi bakteri satu dengan
yang lainnya. Pada media setengah padat digunakan nutrien agar. Komposisi
kandungan dari nutrien agar adalah ekstra daging 10 gram, pepton 10 gram, NaCl
5 gram, Aquades 1000 ml, dan 15 gram agar/liter. Disinfektan adalah bahan kimia
yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik
seperti bakteri dan virus juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah
mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Bahan kimia tertentu merupakan
zat aktif dalam proses disinfeksi dan sangat menentukan efektivitas dan
fungsi serta target mikroorganisme yang akan dibasmi. Sifat-sifat disinfektan yang
ideal antaralain :

1. Mempunyai efektivitas yang tingi terhadap sejumlah besar jenis


mikroorganisme dalam konsentrasi sedemikian rendahnya, sehingga
ekonomis dalam pemakaiannya dan tidak toksis untuk hewan atau
tumbuhan.

2. Tidak merusak dan tidak mewarnai bahan-bahan seperti pakaian, alat


rumah tangga, atau bahan-bahan yang terbuat dari logam, bau dan rasa
tidak menyengat.

3. Tidak hilang keaktifannya oleh bahan-bahan dari luar.

4. Merupakan zat penegang permukaan yang baik, jadi mempunyai sifat


membasahkan dan penetrasi yang baik.

5. Stabil dalam penyimpanan.

6. Mudah didapat dan tidak mahal.

7. Mudah digunakan untuk kondisi rumah tangga dan keperluan lain yang
praktis.

3
8. Hal yang utama adalah mempunyai sifat mikrobisida yang sempurna
dalam waktu beberapa mikrobiostatis yang membawa pada perasaan
(sangkaan) aman yang semu.

Selain itu, komponen-komponen disinfektan terdiri dari:

1. Garam atau basa yang kuat dengan komponen-komponen amonium yang


terdiri dari empat bagian.

2. Adanya unsur radikal dalam garam atau basa tersebut.

3. Radikal merupakan golongan alifat dan asam sulfat.

Beberapa kelompok utama disinfektan yaitu:

1. Fenol dan persenyawaan penolat

2. Alkohol

3. Hidrogen

4. Logam berat dan persenyawaannya

5. Detergen

6. Aldehid

7. Kemosferilisator gas

8. Oksidator

9. Aerosol

10. Zat warna

11. Yodium

12. Preparat Chlor

Hasil proses desinfeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor:


 Beban organik (beban biologis) yang dijumpai pada benda.
 Tipe dan tingkat kontaminasi mikroba.
 Pembersihan/dekontaminasi benda sbelumnya.
 Konsentrasi desinfektan dan waktu pajanan
 Struktur fisik benda
 Suhu dan PH dari proses desinfeksi.

4
Terdapat 3 tingkat desinfeksi:

 Desinfeksi tingkat tinggi


Membunuh semua organisme dengan perkecualian spora bakteri.
 Desinfeksi tingkat sedang
Membunuh bakteri kebanyakan jamur kecuali spora bakteri.
 Desinfeksi tingkat rendah
Membunuh kebanyakan bakteri beberapa virus dan beberapa jamur
tetapi tidak dapat membunuh mikroorganisme yang resisten seperti basil
tuberkel dan spora bakteri.
1.3 Sterilisasi Alat

Suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, jika ditumbuhkan
di alam suatu medium tidak ada jasad renik yang dapat berkembang baik
dinamakan Sterilisasi . Sterilisasi harus dapat membunuh renik yang paling tahan
panas yaitu spora bakteri. Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan
bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses
sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang
merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan.

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara


mekanik, fisik dan kimiawi (Indra, 2008) :

1. Sterilisasi mekanik/Filtrasi

Sterilisai secara mekanik (filtrasi) dikerjakan dalam suhu ruangan dan


menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil ( 0.22 mikron atau 0.45
mikron ) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Sterilisasi ini
ditujukan untuk bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.

2. Sterilisasi Fisik

Sterilsasi fisik dapat digunakan dengan cara pemanasan atau penyinaran. Terdapat
empat macam sterilisasi dengan pemanasan :

a. Pemijaran Api

membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset,
batang L, dll.

b. Panas kering

5
Sterilisasi panas kering yaitu sterilisasi dengan menggunakan udara panas.
Karakteristik sterilisasi kering adalah menggunakan oven suhu tinggi (170-180’C)
dengan waktu yang lama (1-3 jam). Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang
terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. Sebelum dimasukkan ke
dalam oven alat/bahan teresbut dibungkus, disumbat atau dimasukkan dalam
wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi ketika dikeluarkan dari oven.

c. Uap panas

Konsep ini hampir sama dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih
tepat menggunakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.

d. Uap panas bertekanan (Autoclaving)

Alat yang digunakan adalah autoclave. Cara kerja alat ini adalah menggunakan
uap panas dengan suhu 121oC selama 15 menit pada tekanan 1 atm. Sterilisasi
uap tergantung pada:

1) alat/bahan harus dapat ditembus uap panas secara merata tanpa mengalami
kerusakan

2) Kondisi steril harus bebas udara (vacum)

3) Suhu yang terukur harus mencapai 121oC dan dipertahankan selama 15 menit.

Bahan/alat yang tidak dapat disterilisasi dengan uap panas adalah serum, vitamin,
antibiotik, dan enzim, pelarut organik, seperti fenol, buffer dengan kandungan
detergen, seperti SDS. Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari
total volumenya.

Prosedur dalam penggunaan autockave :

a) Pelajari bagian-bagian autoclave dan fungsinya masing-masing.

b) Tuangkan air suling ke dalam autoclave hingga batas yang dianjurkan.

c) Masukkan alat/bahan yang akan diserilkan, ditata sedemikian rupa sehingga


uap air secara merata dapat menembus alat/bahan yang akan disterilkan tersebut.

d) Tutup autoclave dan hidupkan alat. Perhatikan tahap kenaikan suhu dan
tekanan pada autoclave. Tunggu hingga alat mencapai suhu 121oC selama 15
menit. Autoclave akan otomatis membunyikan alarm, jika proses sterilisasi sudah
selesai.

e) Hindari membuka tutup autoclave begitu proses sterilisasi selesai, tunggu


sampai tekanan dan suhunya turun.

6
Sterilisasi fisik dengan penyinaran dapat dengan menggunakan sinar Ultra Violet
(Riantini, 2001)

3. Sterilisasi kimiawi

Digunakan pada alat/bahan yang tidak tahan panas atau untuk kondisi aseptis
(Sterilisasi meja kerja dan tangan). Bahan kimia yang dapat digunakan adalah
Alkohol, asam parasetat, formaldehid dll.

7
BAB II

LANGKAH KERJA

2.1 Pengenalan Alat Laboratorium Mikrobiologi

1. Identifikasikan semua peralatan kerja yang tersedia di Laboratorium


Terpadu saudara yang rutin digunakan dalam praktikum mikrobiologi.

2.2 Disinfeksi Kulit

2.2.1 Alat dan Bahan

 Agar darah dalam cawan petri


 Kapas steril
 Air kaldu
 Sabun cair
 Kasa steril
 Kapas steril
 Chlorhexidine-alcohol
 Pensil gelas atau spidol

2.2.2 Langkah Kerja

1. Bagian bawah lempeng agar darah dibagi menjadi 4 sektor dengan pensil
gelas atau spidol
2. Usap kapas steril yang telah dibasahi dengan kaldu dan usapka ke jari
tangan kemudian ditanamkan pada sektor 1 agar darah, yaitu sektor tanpa
perlakuan
3. Tangan dicuci dengan seksama (7 langkah cuci tangan) menggunakan
sabun dan air kemudian dikeringkan dengan kasa steril dan dengan usap
kapas lain usap jari tangan dengan air kaldu, kemudian tanam pada sektor
2 lempeng darah, yang merupakan sektor dengan perlakuan
4. Usap dengan kapas steril yang telah dibasahi dengan air kaldu dan diusap
pada jari tangan yang lain, kemudian ditanam pada sektor 3 yang
merupakan sektor tanpa perlakuan

8
5. Tindakan serupa dilakukan menggunakan antispetik chlorhexidine-alcohol
dengan arah memutar dari dalam keluar, lalu biarkan sampai mongering.
Kemudian usap jari tangan tersebut dengan kapas steril lain yang telah
dicelupkan ke air kaldu lalu ditanam ke sektor 4 yang menggunakan
perlakuan.
6. Lempeng tersebut diinkubasi selama 18-24 jam dengan suhu 35-370C

2.3 Sterilisasi Alat


2.3.1 Alat dan Bahan
 Dua batang gelas steril
 Suspensi bakteri Staphylococcus aureus atau E.coli
 Natrium hipoklorit 0,5%
 Kaldu @2cc (2 tabung)
2.3.2 Langkah Kerja
1. Dua batang gelas steril dimasukkan kedalam suspensi bakteri
2. Salah satu batang gelas langsung dimasukkan ke dalam kaldu
3. Batang gelas yang lain dimasukkan ke dalam natrium hipoklorit 0,5%
kemudian dimasukkan ke dalam kaldu
4. Inkubasi kedua tabung berisi kaldu tersebut pada suhu 350C selama 18-24
jam

9
BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengenalan Alat Laboratorium Mikrobiologi

NO Nama Alat Fungsi Gambar Prinsip Kerja


1 Mikroskop Untuk mengamati Obyek ditempatkan di meja
mikroorganisme yang preparat di bawah lensa
tidak nampak dengan objektif sehingga terbentuk
mata telanjang bayangan nyata terbalik dan
diperbesar. Lensa okuler
(yang dekat mata) mempunyai
peran seperti lup, sehingga
pengamat dapat melakukan
dua jenis pengamatan yaitu
dengan mata tak
berakomodasi atau dengan
mata berakomodasi
maksimum
2 Sterilisator Untuk mensterilkan Mensterilkan alat dan bahan
berbagai macam alat dan dengan tekanan sehingga
bahan dari semua menghasilkan panas yang
mikroorganisme yang lebih tinggi. Hal ini bertujuan
menggunakan uap air untuk lebih menyempurnakan
panas bertekanan proses sterilisasi.

10
3 Inkubator Untuk menginkubasi Mengubah energi listrik
atau memeram menjadi energi panas. Kawat
mikroorganisme pada nikelin akan menghambat
suhu yang terkontrol aliran elektron yang mengalir
sehingga mengakibatkan
peningkatan suhu kawat

4 Laminar Untuk melindungi Sistem kerja laminar air flow


Bench / BSC produk, pekerja, dan adalah memeriksa bagian-
lingkungan luar dari bagian objek yang masuk ke
penyebaran dalamnya agar bersih, bebas
mikroorganisme dari mikroorganisme yang
terdapat dari lingkungan luar.
Laminar air flow juga
mengalirkan udara bersih ke
sekitar area kerja. Bench dan
fitur filtrasi pada dinding
belakangnya terbuat dari
polypropyrene sehngga sangat
bagus untuk
pengaplikasiannya.

11
5 Hot Plate Untuk Pengadukan dengan bantuan
dan Stirrer menghomogenkan suatu batang magnet Hot plate dan
Bar larutan dengan magnetic stirrer seri SBS-100
pengadukan. Pelat dari SBS misalnya mampu
(plate) yang terdapat menghomogenkan sampai 10
dalam alat ini dapat L, dengan kecepatan sangat
dipanaskan sehingga lambat sampai 1600 rpm dan
mampu mempercepat dapat dipanaskan sampai
proses homogenisasi. 425oC.

6 Colony Untuk mempermudah Mempermudah perhitungan


Counter penghitungan koloni koloni yang tumbuh setelah
yang tumbuh setelah diinkubasi di dalam cawan
diinkubasi di dalam karena adanya kaca pembesar.
cawan karena adanya Menyimpan cawan petri yang
kaca pembesar berisi bakteri atau jamur ke
dalam kamar hitung,
kemudian mengatur alat
penghitung pada posisi (000)
dan mulai menghitung dengan
menggunakan jarum penunjuk
sambil melihat jumlah pada
layar hitung.

12
7 Sentrifugator Memisahkan campuran Prinsip kerjanya yaitu dimana
padat/ cair atau cair/ cair objek diputar secara
yang tidak saling larut horizontal pada jarak radial
dari titik dimana dititik
tersebut dikenekan gaya. Pada
saat objek diputar, partikel-
partikel yang ada akan
berpisah dan berpencar sesuai
berat jenis masing-masing
partikel. Dengan gaya yang
paling berperan adalah gaya
sentrifugal. Dengan adanya
teknik ini, proses
pengendapan suatu bahan
akan lebih cepat dan optimum
dibandingkan dengan teknik
biasa.
8 Water Bath Alat laboratorium Digunakan untuk menyimpan
berbentuk kotak yang media agar (yang digunakan
digunakan dalam proses untuk analisa dengan teknik
inkubasi. tuang / pure plate ) supaya
media tetap dalam kondisi
leleh/cair, bisanya suhu diatur
pada kisaran 40-45oC. Untuk
menjaga air pada penangas air
tidak terkontaminasi mikro
organisme maka perlu
ditambahkan citric acid 0.3%
dan potassium sorbat 0.1%.

13
9. Neraca Alat penghitung satuan Dengan penggunaan sumber
Analitik massa suatu benda tegangan listrik yaitu stavolt
dengan teknik digital dan dilakukan peneraan
dan tingkat ketelitian terlebih dahulu sebelum
yang cukup tinggi digunakan kemudian bahan
diletakkan pada neraca lalu
dilihat angka yang tertera
pada layar, angka itu
merupakan berat dari bahan
yang ditimbang.

3.2 Disinfeksi Kulit

Ujung Jari Pertama Ujung Jari Kedua


Tanpa Sabun Tanpa Chlorhexidine-
Perlakuan Perlakuan alcohol
Perumbuhan 2 koloni 2 koloni 40 koloni 11 koloni
Bakteri (jumlah (berukuran (berukuran (berukuran (berukuran
koloni) kecil) besar) kecil) besar)

14
Pada area 1 (yang tidak dilakukan aseptik) digunakan jari orang pertama dan
dihasilkan pertumbuhan koloni sejumlah koloni dengan ukuran kecil. Pada area 2
(dengan perlakuan menggunakan sabun) dengan menggunakan jari yang berbeda
dari orang pertama dihasilkan pertumbuhan koloni sejumlah 2 koloni dengan
ukuran yang besar. Pada sektor ketiga (tidak dilakukan aseptik) menggunakan jari
orang kedua, dihasilkan pertumbuhan koloni sejumlah 40 koloni dengan ukuran
yang kecil. Sedangkan pada sektor keempat (dengan perlakuan diberi alcohol
70%), dihasilkan pertumbuhan koloni sejumlah 11 koloni dengan ukuran yang
kecil.

Pada area 1 dan 3 (tanpa perlakuan) ditemukan pertumbuhan koloni.


Pertumbuhan bakteri pada area 1 lebih sedikit jika dibandingkan dengan
pertumbuhan bakteri pada sektor 3. Perbandingan pertumbuhan bakteri pada area
1 and sektor 3 sebesar 2:40.

Pada area 2 dan 4 (area dengan perlakuan), juga ditemukan pertumbuhan


bakteri. Pada area 2 yang diberi perlakuan berupa sabun, jumlah pertumbuhan
bakteri lebih sedikit dibandingkan pada area 4 yang diberi perlakuan berupa
pemberian alcohol 70%. Perbandingan pertumbuhan bakteri pada area 2 dan 4
adalah sebesar 2:11.

15
Pada percobaan kali ini kami memperoleh hasil yang sesuai dan yang tidak
sesuai dengan teori. Hasil pengamatan yang sesuai dengan teori terjadi pada area
ke 3 dan 4. Dimana area 3 terdapat pertumbuhan bakteri yang lebih banyak
dibandingkan dengan area 4. Hal ini dikarenakan jari yang ditempelkan pada area
4 telah diberi perlakuan berupa pengolesan dengan alkohol 70% yang merupakan
disinfektan yang baik sebelum dioleskan dengan kaldu.

Sedangkan kami juga menemukan hasil yang tidak sesuai dengan teori
yaitu pada area 1 dengan area 2, dimana area 1 yang tidak diberi perlakuan
ditumbuhi koloni yang sama daripada area 2 yang telah dilakukan cuci tangan
sebelumnya. Menurut teori seharusnya pada area 1 ditumbuhi koloni lebih banyak
daripada area 2 karena pada area 1 tidak dilakukan kegiatan aseptik untuk
membunuh bakteri-bakteri yang ada di tangan. Selain itu, pada area 2 dan 4 masih
ditumbuhi koloni. Berdasarkan teori, setelah melakukan kegiatan aseptik
seharusnya tidak ada bakteri pada jari-jari tangan sehingga koloni tidak tumbuh
pada media. Perbedaan dengan teori juga terdapat pada area 1 dan 3 dimana area
tersebut tidak diberikan perlakuan sehingga menurut teori jumlah koloni akan
sama atau berbeda tetapi hanya terpaut sedikit. Tetapi pada percobaan kami
mendapatkan perbedaan yang mencolok yaitu 2:40.

Adanya perbedaan hasil dengan teori yang ada disebabkan dari beberapa
kesalahan, antara lain :

1. Perbedaan kebersihan tangan antara orang pertama dengan orang


kedua. Jika kebersihannya sama, hasil koloni akan sama jumlahnya
2. Setelah melakukan cuci tangan atau pemberian alkohol pada tangan
tidak ditunggu hingga kering
3. Terkontaminasi dengan lingkungan sekitar

16
3.3 Sterilisasi Alat

Batang Gelas
Tanpa Natrium Dengan Natrium
Hipoklorit 0,5% Hipoklorit 0,5%
Pertumbuhan Bakteri Keruh Tidak Keruh
Staphylococcus aureus
(kekeruhan medium)

Sebelum diinkubasi Setelah diinkubasi

Pada batang gelas yang hanya dimasukkan ke dalam kaldu tanpa


dimasukkan ke dalam natrium hipoklorit 0,5%, setelah diinkubasi nampak cairan
yang keruh. Sedangkan pada batang gelas yang dimasukkan ke dalam natrium
hipoklorit 0,5% kemudian dimasukkan ke dalam kaldu, setelah diinkubasi cairan
nampak lebih bening daripada batang gelas yang tidak dimasukkan ke dalam
natrium hipoklotrit 0,5%. Hal ini menandakan adanya pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus pada batang gelas yang tidak dimasukkan ke dalam
natrium hipoklorit 0,5% (keruh). Sedangkan pada batang yang dimasukkan ke
dalam natrium hipoklorit (tidak keruh) tidak ada pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.

Dengan begitu, dapat ditarik kesimpulan bahwa natrium hipoklorit 0,5%


dapat dijadikan sebagai bahan untuk mensterilkan bahan.

Pada saat memasukkan batang gelas ke dalam kaldu dan natrium


hipoklorit 0,5% terjadi kesalahan yaitu terjatuhnya batang gelas tersebut ke meja

17
tempat praktikum. Hal itu menyebabkan kontaminasi dengan lingkungan luar.
Tetapi kami melakukan pembersihan batang gelas tersebut menggunakan alkohol
dan mengulangi kembali langkah percobaannya.

3.4 Pengenalan Alat Laboratorium Mikrobiologi


1. Potensi bahaya di laboratorium

Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau


bersumber dari berbagai faktor, antara lain : 1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya
yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan atau dari
pekerjaan itu sendiri; 2) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari
atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi
termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir; 3)faktor
manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia
yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang
prima baik fisik maupun psikis.

Menurut Nuryani R (2005 : 142) jenis-jenis bahaya dalam laboratorium


diantaranya adalah ;

a. Kebakaran, sebagai akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang mudah


terbakar seperti pelarut organik, aseton, benzene, etil alcohol, etil eter, dll.

b. Ledakan, sebagai akibat reaksi eksplosif dari bahan-bahan reaktif seperti


oksidator.

c. Keracunan bahan kimia yang berbahaya, seperti arsen, timbal, dll.

d. Iritasi yaitu peradangan pada kulit atau saluran pernapasan dan juga pada
mata sebagai kontak langsung dengan bahan-bahan korosif.

e. Luka pada kulit atau mata akibat pecahan kaca, logam, kayu dll

f. Sengatan listrik.

2.Prosedur keamanan sebelum, selama, dan setelah bekerja di laboratorium

a) Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah melakukan aktifitas


kerja
b) Menggunakan jas lab, sarung tangan, masker, sepatu khusus lab
c) Mematuhi peraturan peraturan yang ada di laboratorium
d) Memahami semua prosedur kerja

18
e) Jaga ruang kerja bebas dari semua bahan yang tidak perlu. Ransel, dompet,
dan mantel harus ditempatkan dalam rak-rak kecil atau loker diluar
laboratorium.
f) Sterilkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.
g) Mensterilkan area kerja dengan menggunakan alcohol 70%
h) Membatasi banyak bicara atau bergurau selama bekerja, tidak berlari
larian dalam laboratorium
i) Tidak menggunakan peralatan yang sudah pecah atau rusak
j) Menggunakan bulb pipet untuk memipet cairan dan tidak menggunakan
mulut
k) Buang sampah domestic ke tempat sampah non medis dan sampah
laboratorium ketempat sampah medis.

3. Prosedur keamanan saat bekerja dengan biakan bakteri

a) Jas lab harus selalu digunakan.


b) Mencuci tangan dengan sabun antiseptik setiap selesai bekerja.
c) Dekontaminasi permukaan meja sebelum mulai dan sesudah pekerjaan
selesai.
d) Perhatikan posisi duduk. Duduklah dengan nyaman dan tegak, jangan
mendekatkan wajah ke meja
e) Selalu menggunakan rak untuk meletakkan tabung yang berisi spesimen
atau medium kultur
f) Menggunakan sengkelit dengan lingkaran penuh yang telah disediakan.
Menggunakan pembakar gas atau bunsen untuk membakar sengkelit
dengan penuh kehati-hatian untuk menghindari percikan bahan infeksius.
g) Transfer/mengambil biakan mikroorganisme dari kultur dengan cara
yang benar.
4. Contoh kasus kecelakaan di laboratorium

Bahan infeksius tumpah.

Yang harus dilakukan adalah 1) menutup tumpahan dengan tissue; 2)


melaporkan kepada pembimbing; 3) memberitahu orang di sekitarnya; 4)
menjauhi tempat tumpahan tersebut; 5) bila mengenai kulit, segera
membasuh bagian yang terkena tumpahan dengan alkohol 70% dan

19
dilanjutkan mencuci dengan sabun antiseptik dan air mengalir; 6) bila
mengenai mata atau selaput lendir, maka segera dibilas dengan air mengalir.
Jika bahan infeksius tertelan segera lapor ke pembimbing

20
DAFTAR PUSTAKA

Modul Praktikum Laboratorium Mikrobiologi FKIK UIN Malang.

Laelatunni’mah F, dkk,.2014. Makalah Sterilisasi dan Desinfeksi.Purwokerto :


Stikes Harapan Bangsa.

Anonym. 2012. Pengenalan Alat Mikrobiologi. Jakarta: Erlangga

Hafsah, Bakti. 2009.Mikrobiologi Umum. Universitas Islam Negeri Alauddin


Makassar; Makassar.

Iqbal, RM. 2012. Laporan Praktikum Mikrobiologi - Pengenalan Alat


Laboratorium.

Widodo, LU. 2013. Dasar-dasar Praktikum Mikrobiologi.

21

Anda mungkin juga menyukai