Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA

Nama : Poppy Putri Kusumaning Ayu


No.Mahasiswa: 20120310084
Rumah Sakit : RSUD Muntilan

1. Pengalaman
Seorang pasien laki-laki, usia 30 tahun datang ke IGD dengan keluhan pusing + , 3
hari demam, mual + , muntah - , kesadaran compos mentis. Suhu tubuh menunjukkan
38,60C. Buang air besar jarang, buang air kecil dalam batas normal tetapi berwarna
seperti air teh. Setelah dilakukan pemeriksaan , pasien didiagnosis menderita
hepatitis, dengan ditemukannya SGOT dan SGPT yang tinggi.

2. Masalah yang dikaji


Apakah gejala dari hepatitis? Apakah SGOT dan SGPT itu? Apakah SGOT dan SGPT
yang tinggi selalu menunjukkan adanya hepatitis? Mengapa pasien diberi injeksi
sotatic dan hepamax?

3. Analisis Kritis
Gejala hepatitis: gamabaran hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari infeksi
asimptomatik tanpa kuning sampai yang sangat berat yaitu hepatitis fulminant yang
dapat menimbulkan kematian. Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap:
1. Fase inkubasi: waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus.
Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis.
2. Fase prodromal (pra ikterik): fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama
dan timbulnya gejala icterus. Awitannya dapat singkat ditandai dengan malaise
umum, myalgia, atralgia, mudah lelah, gejala saluran nafas atas dan anoreksia.
Mual, muntah dan anoreksia berhubungan dengan perubahan penghidu dan rasa
kecap. Diare/konstipasi dapat terjadi. Demam derajat rendah umumnya terjadi
pada hepatitis A akut. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran
kanan atas/epigastrum.
3. Fase ikterus: icterus muncul 5-10 hari tapi dapat muncul bersamaan dengan
munculnya gejala.
4. Fase konvalesen (penyembuhan): diawali dengan menghilangnya icterus dan
keluhan lain tapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul
perasaan sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya
akan membaik dalam 2-3 minggu.
Seperti yang banyak diketahui SGOT dan SGPT adalah pemeriksaan
laboratorium untuk melihat fungsi hati (hepar). Terkadang banyak yang salah
mengartikan bahwa peningkatan SGOT dan SGPT berarti otomatis ada gangguan dari
fungsi hepar. Padahal, kadar nilai SGOT dan SGPT tidak hanya berhubungan dengan
kelainan di hati saja (non hepatik).
Adanya enzim-enzim pelaku detoksifikasi pada hati menyebabkan enzim-
enzim tersebut dapat digunakan sebagai parameter kerusakan hati. Dua macam enzim
aminotransferase yang sering digunakan dalam diagnosis klinik kerusakan sel hati
adalah Aspartat Aminotransferase (AST) yang disebut SGOT (Serum Glutamic
Oxaloasetic Transaminase) dan Alanin Aminotransferase (ALT) yang juga disebut
SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase ). Transaminase termasuk enzim
plasma non fungsional dengan tidak melakukan fungsi fisiologik di dalam darah.
Kehadiran transaminase dalam plasma pada kadar di atas nilai normal memberi
dugaan suatu peningkatan kecepatan kerusakan jaringan (Meyes et al. 1991).
Jaringan hati mengandung lebih banyak SGPT daripada SGOT. SGPT paling
banyak ditemukan dalam hati, sehingga untuk mendeteksi penyakit hati, SGPT
dianggap lebih spesifik dibanding SGOT. Peningkatan kadar SGOT dan SGPT akan
terjadi jika adanya pelepasan enzim secara intraseluler ke dalam darah yang
disebabkan nekrosis sel-sel hati atau adanya kerusakan hati secara akut (Wibowo et
al. 2008 ).
Kenaikan SGOT bisa bermakna kelainan non hepatik atau kelainan hati yang
didominasi kerusakan mitokondria. Hal ini terjadi karena SGOT berada dalam sitosol
dan mitokondria. Selain di hati, SGOT terdapat juga di jantung, otot rangka, otak dan
ginjal. Peningkatan kedua enzim selular ini terjadi akibat pelepasan ke dalam serum
ketika jaringan mengalami kerusakan. Pada kerusakan hati yang disebabkan oleh
keracunan atau infeksi, kenaikan aktivitas SGOT dan SGPT dapat mencapai 20-100x
harga batas normal tertinggi.
SGOT dan SGPT, sebagian kecil juga diproduksi oleh sel otot, jantung,
pankreas, dan ginjal. Itu sebabnya, jika sel-sel otot mengalami kerusakan, kadar kedua
enzim ini pun meningkat. Rusaknya sel-sel otot bisa disebabkan oleh banyak hal,
misalnya aktivitas fisik yang berat, luka, atau trauma. Ketika kita mendapat injeksi
intra muskular (suntik lewat jaringan otot), sel-sel otot pun bisa mengalami sedikit
kerusakan dan meningkatkan kadar enzim transaminase ini.
Untuk pengobatan pada pasien ini, ada beberapa obat yang diberikan, salah
satunya sotatic dengan injeksi dan hepamax . Indikasi pemberian sotatic adalah
pengobatan simtomatik jangka pendek pada nyeri panas di dada/lambung dan
keterlambatan pengosongan lambung karena refluks esofagitis. Mengurangi mual dan
muntah metabolik. Memudahkan intubasi usus pada anak dan dewasa. Efek samping:
sakit kepala,cepat lelah, reaksi ekstrapiramidal (jangka panjang pada anak) dan sedasi.
Indikasi pemberian hepamax adalah mempertahankan dan meningkatkan
fungsi hati. Mencegah dan mengobati kelainan hati seperti hepatitis virus akut ,
hepatitis yang disebabkan oleh obat atau toksik , hepatitis kronis atau sirosis, penyakit
hati yang disebabkan oleh alkohol. Obat ini dikonsumsi bersamaan dengan makanan.

4. Bukti Dokumentasi
Pemeriksaan lab
Kimia darah Hasil Nilai rujukan
HBsAg negatif negatif
Na 135-148 mmol/l
K 3,5-5,3 mmol/l
Cl 98-106 mmol/l

Pemeriksaan Hasil Flag Satuan Nilai normal


Glukosa 134 Mg/dl 120-140
sewaktu
SGOT 182 high U/L 14-38
SGPT 166 high U/L 4-41
Pengobatan:
Inf. RL 20 tpm
Inj. Sotatic 1A/8 jam
Inj. Ranitidin 1A/12 jam
Inj. Cefotaxim 1gr/12 jam
Oral paracetamol 3x500 mg
Hepamax 3x1
5. Referensi
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Edisi V, Jilid I
http://deoblogger.blogspot.com/2010/07/kenaikan-sgot-dan-sgpt.html
http://penyakithepatitis.org/gejala-hepatitis/
http://medicastore.com/obat/10443/HEPAMAX_CAPSULE.html
http://medicastore.com/obat/5567/SOTATIC_AMPUL.html

Dokter Pembimbing FKIK UMY

( dr. Hafni Z.N, MMR )

Anda mungkin juga menyukai