Anda di halaman 1dari 13

PERBANDINGAN DETEKSI PROGRESIVITAS GLAUKOMA DENGAN

MENGGUNAKAN OCULAR COHERENCE TOMOGRAPHY DAN PEMERIKSAAN

LAPANG PANDANG

Penulis : Xinbo Zhang, Anna Dastiridou, Brian A. Francis, Ou Tan, Rohit Varma, David S.

Greenfield, Joel S. Schuman, David Huang

Sumber : American Journal of Ophthalmology, 2017, 63-74

Oleh

Alfonsus Pramudita Santoso

406192039

Pembimbing

dr. Saptoyo Argo Morosidi, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI


PERIODE 2 MARET – 5 APRIL 2020

LEMBAR PENGESAHAN

Nama (NIM) : Alfonsus Pramudita Santoso (406192039)


Universitas : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Judul : Perbandingan Deteksi Progresivitas Glaukoma dengan Menggunakan
Ocular Coherence Tomography dan Pemeriksaan Lapang Pandang
Bagian : Ilmu Penyakit Mata RSUD Ciawi
Pembimbing : dr. Saptoyo Argo Morosidi, Sp.M
Tanggal diajukan : 17 Maret 2020

Telah diperiksa dan disahkan

Mengetahui,

Ketua SMF Ilmu Penyakit Mata Pembimbing

dr. Saptoyo Argo Morosidi, Sp.M dr. Saptoyo Argo Morosidi, Sp.M
Judul jurnal

Perbandingan Deteksi Progresivitas Glaukoma dengan Menggunakan Ocular Coherence


Tomography dan Pemeriksaan Lapang Pandang

Penulis

Xinbo Zhang, Anna Dastiridou, Brian A. Francis, Ou Tan, Rohit Varma, David S. Greenfield,
Joel S. Schuman, David Huang

Sumber

American Journal of Ophthalmology, 2017, 63-74

LATAR BELAKANG

Glaukoma adalah penyebab utama kebutaan irreversible di seluruh dunia. Karena


progresivitas glaukoma sangat berbahaya dan tidak dapat diprediksi, maka dari itu diperlukan
pemeriksaan secara berkala. Tidak terdapat pemeriksaan baku emas untuk mengevaluasi
progresivitas glaukoma. Pemeriksaan lapang pandang sangat penting utnuk monitor
kerusakan fungsional, namun sangat subjektif sehingga diperlukan pemeriksaan berkala
untuk melihat progresivitasnya. Optical coherence tomography bersifat objektif dan lebih
presisi. Namun OCT dianggap kurang berguna pada glaukoma tahap lanjut karena adanya
“floor effect” pada lapisan serabut saraf.

Penggunaan pemeriksaan lapang pandang (Humphrey Field Analyzer) sering


dipakai klinisi untuk melihat progresivitas glaukoma. Namun pemeriksaan lapang pandang
susah dikerjakan untuk beberapa pasien. Serta semakin sering seorang pasien dilakukan
pemeriksaan lapang pandang, akan mengurangi sensitivitas dari pemeriksaan tersebut karena
pasien memperbaiki performanya dari waktu ke waktu.

OCT sudah sering digunakan untuk mengukur ketebalan dari lapisan serabut saraf
dan kompleks sel ganglion yang berhubungan erat dengan tingkat keparahan penyakit
glaukoma. OCT dipecaya dapat mendiagnosis glaukoma dengan objektif dan memiki akurasi
yang baik, serta dapat memprediksi kemungkinan tingkat keparahan dari penyempitan lapang
pandang. Baru baru ini pemeriksaan lapang pandang dipercaya lebih informative untuk
glaukoma yang sudah tahap lanjut . OCT didpercaya lebih baik untuk mendeteksi glaukoma
pada tingkat keparahan yang lebih ringan. OCT biasa digunakan klinisi untuk memonitor
progresivitas glaukoma karena lebih objektif jika dibandingkan dengan pemeriksaan lapang
pandang.

TUJUAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan sensitivitas dan spesifisitas


dari penggunaan ocular coherence tomography dan visual field sebagai alat untuk mendeteksi
progresivitas glaukoma pada berbagai tingkat keparahan glaukoma.

METODOLOGI

Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan evaluasi berkala selama 5 kali (setiap
6 bulan) menggunakan OCT untuk mengukur ketebalan dari kompleks sel ganglion, dan
lapisan serabut saraf peripapilar dengan menggunakan pemeriksaan lapang pandang.
Penelitian ini dilakukan pada tiga kelembagaan yaitu Doheny Eye Institute at the University
of Southern California, the University of Pittsburgh Medical Center, and Bascom Palmer
Eye Institute at the University of Miami.
Progresivitas glaukoma di analisis dengan membagi subjek penelitian menjadi 2
kelompok yaitu perimetric glaucoma (PG) dengan pre-perimetric glaucoma (PPG). Pada
kelompok PPG, tidak terdapat adanya gangguan lapang pandang, namun sudah tampak
adanya tampakan glaukoma pada diskus optikus dan cup-disc ratio. Sedangkan pada
kelompok PG akan dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat keparahannya,
yaitu tingkat ringan, sedang, dan berat.

Setiap kali pemeriksaan, subjek penelitian akan dilakukan pengukuran tebal


kompleks sel ganglion serta lapisan serabut saraf dengan menggunakan OCT. Untuk OCT
akan digunakan 2 parameter utama yaitu lapisan sel serabut saraf peripapilar tebal dan
kompleks sel ganglion. Apabila parameter yang digunakan memiliki nilai p diatas 0.05 maka
parameter akan dianggap signifikan, yang artinya memiliki nilai kemaknaan. Tingkat
kemaknaan yang dimaksud adalah adanya gradient negative yang menunjukan penurunan
tingkat ketebalan.setiap pengambilan akan dilakukan pengecekan 3 kali untuk diambil rata
rata.
Peneliti menggunakan aplikasi Guided Progression Analysis pada Humphrey
Field Analyser untuk mendeteksi progresivitas glaukoma. Akan ada 2 parameter untuk
pengukuran lapang pandang, yaitu event analysis dan trend analysis lalu akan digabungkan
kedua parameter tersebut.

Akan digunaka 5 kali visit pada penelitian ini, pengukuran yang pertama kali
akan digunakan sebagai baseline dan 4 sisanya adalah pengukuran ulang. Untuk
mempertahankan penelitian dari adanya bias, maka hanya pengukuran dengan kedua alat di
hari yang sama yang hasilnya akan diambil. Peneliti juga mengeksklusi subjek dengan
penyakit katarak.

KRITERIA INKLUSI EKSKLUSI

Kriteria Inklusi :

- Subjek suspek glaukoma (tidak memiliki kelainan dalam pemeriksaan lapang


pandang, namun sudah terdapat adanya “cupping” pada diskus optikusnya
- Subjek terdiagnosa glaukoma yang sudah terdapat adanya lapang pandang
- Pasien yang mengikuti 5 kali pemeriksaan rutin

Kriteria Eksklusi :

- Subjek dengan katarak

HASIL

Dari total 663 pasien PPG, hanya ada 356 yang memenuhi kriteria inklusi dan
menjadi subjek penelitian, dan didapatkan 153 dari 377 subjek untuk PG. Serta setelah
melakukan eksklusi pada 3% pasien dengan katarak. Penelitian dilakukan selama 54,1 + 16,2
bulan untuk pasien PPG, dan 56,7 + 16,0 bulan untuk pasien PG. Tidak didapatkan adanya
perbedaan umur, ras, jenis kelamin, dan riwayat glaukoma di keluarga pada kedua kelompok.

Peneliti melakukan investigasi pada tebal kompleks sel ganglion, lapisan sel
serabut saraf peripapiler dan melihat hubungannya dengan progresivitas glaukoma.
Didapatkan nilai p yang signifikan untuk kedua parameter pada uji OCT (p<0.001, p<0.001
untuk kompleks sel ganglion, dan p=0.034, p<0.001 untuk lapisan serabut saraf). Dengan
menggunakan satu parameter saja yaitu kompleks ganglion retina pada kedua kelompok
sudah terlihat adanya perbedaan yang bermakna (p=0.042, p=0.034). Untuk kedua parameter,
terdapat nilai signifikansi yang sama dalam menentukan progresivitas penyakit.
Gambar 1 Karakteristik Subjek Penelitian

Gambar 2 Rata rata Hasil Pengukuran Mata


Pada perbandingan tingkat deteksi OCT dan pemeriksaan lapang pandang,
didapatkan bahwa OCT memiliki tingkat deteksi progresivitas yang signifikan lebih tinggi
dibandingkan denga pemeriksaan lapang pandang untuk kelompok PPG. Sedangkan untuk
kelompok PG, meskipun memiliki selisih signifikansi pada kedua pemeriksaan yang lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok PPG, tetapi OCT masih memiliki tingkat signifikansi
yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pemeriksaan lapang pandang. Pada kelompok
PG, hanya terdapat 7% subjek yang progresivitasnya terdeteksi dengan pemeriksaan lapang
pandang murni, namun tidak terdeteksi oleh OCT.
Gambar 3 Deteksi Progresivitas pada Subjek Perimetric Glaucoma
Gambar 4 Deteksi Progresivitas pada Subjek Pre-Perimetric Glaucoma

Peneliti juga membagi PG menjadi 3 kelompok dengan tingkat keparahan penyakit


yang berbeda. Pada 101 mata dengan glaukoma ringan, OCT memiliki signifikansi tingkat
deteksi yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pemeriksaan lapang pandang. Pada
42 subjek dengan glaukoma sedang dan parah, OCT memiliki tingkat signifikansi tingkat
deteksi yang lebih tinggi namun tidak signifikan jika dibandingkan dengan pemeriksaan
lapang pandang. Terdapat penurunan kemampuan deteksi pada pengukuran ketebalan lapisan
serabut retina pada glaukoma ringan ke glaukoma tingkat akhir darii 43.2% menjadi 26,7%.
Sedangkan parameter OCT kompleks sel ganglion tetap konstan pada 44.1% untuk glaukoma
ringan mejadi 46.7% pada glaukoma tingkat akhir. Apabila dibandingkan dengan pemeriksan
laang pandang pada subjek PG dengan tingkat glaukoma berat, parameter lapisan serabut
saraf peripapilar lebih buruk jika dibandingkan dengan pemeriksaan lapang pandang.
Pada glaukoma berat, terdapat adanya “floor effect” pada pemeriksaan OCT,
menyebabkan progresivitas penyakit pada glaukoma berat tidak signifikan. Sedangkan pada
pemeriksaan lapang pandang, terdapat adanya “lag effect” sehingga dibutuhkan waktu yang
lebih lama agar progresivitas glaukoma pada pemeriksaan lapang pandang terdapat adanya
perubahakn yang signifikan. OCT memiliki kemampuan deteksi glaukoma dalam waktu yang
lebih singkat pada hampir semua tingkat glaukoma, kecuali pada glaukoma berat.
Pemeriksaan panag pandang lebih baik dibandingkan dengan OCT untuk pemeriksaan
progresivitas glaukoma berat.

Gambar 5 Deteksi berdasarkan Tingkat Keparahan


Gambar 6 Perbandingan Waktu pada Berbagai Parameter berdasarkan Tingkat
Keparahan Glaukoma

Gambar 7 Kurva Kaplan Meier


KESIMPULAN

Dalam managemen glaukoma, pemeriksaan structural dapat mengidentifikasi lebih


baik pada tingkat keparahan yang ringan. Namun pemeriksaan lapang pandang memiliki
kemampuan mengidentifikasi lebih baik pada tingkat keparahan penyakit yang berat. Namun
pemeriksaan OCT juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi glaukoma tingkat lanjut
dengan menggunakan identifikasi ketebalan kompleks sel ganglionnya. Penggunaan lapisan
serabut saraf peripapiler kurang dapat mengidentifikasi progresivitas di glaukoma tingkat
akhir karena lapisan serabut saraf peripapiler memiliki fase plateau pada glaukoma berat
sehingga menjadi kurang bermakna, sedangkan kompleks sel ganglion cenderung untuk
mengalami kerusakan pada glaukoma fase akhir.

OCT menunjukan kemampuan deteksi progresivitas penyakit lebih baik dan


membutuhkan periode waktu yang lebih singkat jika dibandingkan dengan pemeriksaan
lapang pandang (Gambar 7). Dapat disimpulkan bahwa OCT memiliki tingkat sensitivitas
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemeriksaan lapang pandang pada semua kelompok
subjek penelitian. Jadi klinisi dapat mengandalkan OCT untuk mengidetifikasi progresivitas
glaukoma. Namun akan lebih baik jika dilakukan kedua pemeriksaan antara OCT dengan
pemeriksaan lapang pandang.

RANGKUMAN DAN HASIL PEMBELAJARAN

Penggunaan OCT memiliki kelebihan dalam akurasi dan kecepatan identifikasi progresivitas
glaukoma pada seluruh tingkat keparahan penyakit, terutapa pada suspek glaukoma dan
glaukoma derajat ringan. Pada OCT, parameter yang cukup sensitif untuk melihat keparahan
glaukoma adalah ketebalan dari kompleks sel ganglion.

Anda mungkin juga menyukai