Orang dgn sumsum tulang normal , hemolisis pada darah tepi akan
direspon oleh tubuh dgn peningkatan eritropoesis dalam sumsum
tulang.
Kemampuan maksimum sumsum tulang, meningkatkan
eritropoesis adalah 6 – 8 kali normal.
Jika derajat hemolisis tdk terlalu berat ( pemendekan masa
hidup erirosit sekitar 50 hari ) maka sumsum tulang akan
melakukan kompensasi shg tdk timbul anemia. Keadaan ini
disebut hemolisis terkompensasi.
Jika kemampuan kompensasi sumsum tulang dilampaui maka
terjadi anemia hemolitik.
ENZIMOPATI
Pada sel eritrosit terjadi metabolisme glukosa utk menghasilkan ATP.
ATP digunakan utk :
- Utk kerja pompa ionik
- Utk penyediaan besi hemoglobin dlm bentuk ferro
Def. Enzim piruvat kinase, glukosa fosfat isomerase dan G6PD dapat
mempermudah dan mempercepat hemolisis.
DEFISISENSI G6PD
Etiologi dan epidemiologi
- defisiensi enzim ini paling sering mengakibatkan hemolisis.
Enzim ini dikode oleh gen yg terletak di kromosom X shg
defisiensi G6PD lebih sering mengenai laki2.
- Perempuan biasanya carrier dan asimptomatik.
- Di seluruh dunia ada 400 varian G6PD.
- Varian ini terjadi krn adanya perubahan substitusi basa
berupa penggantian asam amino.
- G6PD normal disebut : Tipe B
- Diantara varian G6PD yg bermakna scr klinik adalah tipe A-
Tipe ini terutama ditemukan pd org keturunan afrika.
- tipe mediteranian relatif sering ditemukan diantara org
mediterania asli, dan lebihbberat dari A- karena dpt
mengakibatkan anemia hemolitik nonsferositik tanpa adanya
stres oksidatif yg jelas.
Manifestasi klinis
- aktivitas G6PD yg normal menurun 50% pd waktu umur
eritrosit mencapai 120 hari.
- Pada tipe A- penurunan terjadi sedikit lebih cepat dan lebih
cepat lagi pd varian mediteranian.
- Meskipun umur eritrosit pd tipe A- lebih pendek, tp tidak
menimbulkana nemia kecuali bila terpajan dgn infeksi virus
dan bakteri disamping obat2an atau toksin yg dapat
berperan sbg oksidan yg mengakibatkan hemolisis.
- Obat2an yg dapat mempresipitasi hemolisis pd pasien dgn
defisisensi G6PD adalah : asetanilid, fuzolidon, isobutil nitrit,
metilen blue, asam nalidiksat, naftalen, niridazol, piridium,
sulfameoksazol, vitamin K, dll.
- Hemolisis akut terjadi bbrp jam setelah terpajan dgn
oksidan, diikuti hemoglobinuria dan kolaps pembuluh darah
perifer pd kasus yg berat.
- Hemolisis biasanya self-limited krn yg mengalami destruksi
hanya populasi eritrosit yg tua saja.
- Sebagian kecil pasien defisiensi G6PD ada yg sgt sensitif dgn
fava beans ( buncis ) dan dapat mengakibatkan krisis
hemolisis fulminan setelah terpajan.
Diagnosis
- Diagnosis defisiensi G6PD dipikirkan jika ada episode
hemolsis akut pd laki2 keturunan afrika atau mediterania.
- Pd anamnesis perlu ditanyakan ttg kemungkinan terpajan
dgn zat2 oksidan, misalnya obat atau suatu zat.
- Pemeriksaan aktivitas enzim mungkin false negatif jika
eritrosit tua defisiensi G6PD telah lisis. Makanya perlu
pemeriksaan ulang aktivitas enzim 2 – 3 bulan kemudian,
pada saat ada sel2 yg tua.
Terapi
- pasien dgn defisiensi G6PD tipe A-, hemolisis terjadi self-
limited shg tdk perlu terapi khusus, kecuali terapi utk infeksi
yg mendasari dan hindari obat2an atau zat yg
mempresipitasi hemolisis.
- Pada hemolisis berat, yg bisa terjadi pd varian mediteranian,
mungkin diperlukan transfusi darah.
Manifestasi klinis
- hemolisis berat terjadi pada masa awal kanak2 dgn anemia,
ikterus dan spelnomegali.
- Anemia pd pasien ini berupa anemia normositik normokrom
dgn retikulositosis.
Diagnosis
- Ditegakan berdasarkan pemeriksaan enzimatik khusus dgn
menggunakan konsentrasi substrat yg sesuai utk mendeteksi
varian2 berafinitas rendah thd substrat.
Terapi
- Sebagian bsr pasien dk membutuhkan terapi kecuali pasien
dgn hemolisis berat harus diberikan asam folat 1 mg/hari.
Transfusi darah diperlukan ketika krisis hipoplastik.
MALARIA
Pada infeksi malaria, derajat anemia yg terjadi tdk sesuai dgn rasio
jumlah sel yg terinfeksi, namun penyebabnya masih blm jelas.
Penghancuran eritrosit pd infeksi malaria disebabkan lisisnya eritrosit
akibat infeksi lgsg, peningkatan proses penghancuran eritrosit yg
mengandung parasit dan proses otoimun. Namun tdk satupun
mekanisme diatas yg dpt menjelaskan terjadinya anemia berat pd
malaria.