Anda di halaman 1dari 6

FAKTOR RISIKO ABLASIO RETINA REGMATOGEN DISERTAI

ABLASIO KOROID PADA PASIEN DI CHINA

Penulis : Yong-Hao Gu, Gen-Jie Ke, Lin Wang, Qi-Hong Gu, En-Liang Zhou, Hong-Biao

Pan, Shi-Ying Wang

Sumber : International Journal Opthalmology, 2016, 989-993

Kandidat :

Rifal Akbar

406182068

Pembimbing :

dr. Saptoyo Argo Morosidi, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI

PERIODE 02 MARET 2020 – 05 APRIL 2020

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

JAKARTA
FAKTOR RISIKO ABLASIO RETINA REGMATOGEN DISERTAI
ABLASIO KOROID PADA PASIEN DI CHINA

Penulis : Yong-Hao Gu, Gen-Jie Ke, Lin Wang, Qi-Hong Gu, En-Liang Zhou, Hong-
Biao Pan, Shi-Ying Wang

Sumber : International Journal Opthalmology, 2016, 989-993

LATAR BELAKANG

Prevalensi ablasio koroid/Choroidal Detachment (CD) pada Rhegmatogenous Retinal


Detachment (RRD) adalah 2% - 4,5% di negara-negara barat. Sebagian besar memiliki
tekanan intraokular rendah/Intra Ocular Pressure (IOP) rendah, peradangan uvea,
peningkatan kerusakan sawar darah-retina, dan biasanya perkembangan cepat, prognosis
buruk, dan perawatannya sulit. Mekanisme CD sendiri belum secara jelas digambarkan,
namun faktor-faktor yg telah diteliti sebelumnya yg berkaitan dengan CD yaitu miopia yg
tinggi, afakia/pseudofakia, usia tua, dan macular hole, tetapi mayoritas penelitian sebelumnya
tidak memiliki perbandingan statistik yg rinci.

TUJUAN

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis secara komprehensif faktor risiko CD
pada RRD untuk meningkatkan pemahaman dan penatalaksanaan untuk kondisi tersebut.

METODOLOGI

Desain penelitian yang digunakan adalah retrospektif, dengan sampel penelitian


berjumlah 265 kasus. Penelitian dilakukan di Anhui Provincial Hospital in Hefei, China dan
dilakukan dari bulan Oktober 2012 sampai bulan Juni 2014. Persetujuan etik didapatkan dari
Dewan Rumah Sakit Provinsi Anhui dan Universitas Kedokteran Provinsi Anhui. Informed
consent diperoleh dari pasien secara lisan. Dilakukan anamnesis pada pasien berupa waktu
dari keluhan pandangan buram/hilangnya sebagian penglihatan muncul sampai datang ke
dokter, umur, jenis kelamin, riwayat mata sebelumnya, riwayat penyakit sistemik
sebelumnya. Kemudian semua pasien dilakukan pemeriksaan oftalmologi lengkap ( tajam

2
penglihatan, pemeriksaan slitlamp, oftalmoskopi indirek binokular, tonometri, USG tipe A
(untuk mengukur axial length), USG tipe B, Ultrasound Biomicroscope (UBM) untuk
mendiagnosis CD ).

Data dianalisis menggunakan software SPPS versi 19. Data kuantitatif dinilai
menggunakan analisis Kolmogrov Smirnov. Sedangkan data kualitatif diuji dengan fisher
exact test/x2 test. Setelah itu dilakukan regresi logistik untuk menentukan faktor risiko dari
CD. Faktor risiko dikatakan signifikan bila P <0,05.

KRITERIA INKLUSI DAN EKSLUSI

Kriteria Inklusi

 Pasien dengan Ablasio Retina Regmatogen

Kriteria eksklusi

 Pasien dengan Ablasio Retina Traksional


 Pasien dengan riwayat trauma mata/operasi vitreoretinal
 Pasien dengan congenital ocular syndrome

HASIL

Dari hasil penelitian dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri dari 52
mata (19,62%) yang merupakan grup RRD disertai dengan CD (grup RRDCD). Sedangkan
kelompok kedua terdiri dari 213 mata (80,38%) yang merupakan grup RRD tanpa adanya CD
(grup RRD).

Tabel 1 membandingan parameter demografi dan medis antara kedua kelompok.


Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dalam rasio jenis kelamin, usia,
timbulnya penyakit, atau riwayat medis hipertensi dan diabetes.

3
Tabel 1 perbandingan pasien dengan CD dan tanpa CD

Tabel 2 Faktor Risiko Choroidal Detachment

4
Sepuluh faktor terkait dimasukkan dalam analisis regresi logistik bertahap. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa miopia tinggi, TIO rendah, dan tingkat ablasio retina yang
lebih besar adalah faktor signifikan untuk berkembangnya CD.

Insiden CD dalam RRD dalam penelitian ini adalah 19,62%, yang mana lebih tinggi
dari laporan sebelumnya di negara-negara barat. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh
prevalensi miopia yang lebih tinggi di Cina dan juga karena penggunaan Ultrasound
BioMicroscope (UBM) yang sangat baik dalam mendiagnosis CD. UBM dapat mendeteksi
terlepasnya badan siliaris dan koroid anterior, yang sulit dinilai jika menggunakan
oftalmoskopi indirek dan USG tipe-B. UBM dapat mengurangi tingkat false negative
RRDCD.

Miopia tinggi, setidaknya -6,0 D atau panjang axial lebih dari 26,0 mm menyebabkan
pencairan vitreus lebih rentan terjadi dan mata dengan miopia tinggi memeiliki koroid yang
tipis, sehingga penurunan TIO di RRDCD dapat memperburuk transudasi cairan dan
menghasilkan CD.

Tingkat ablasi retina yang jauh lebih besar ditemukan pada pasien RRDCD, sebuah
temuan yang belum dijelaskan oleh penelitian lain sebagai faktor risiko. Ablasio retina yang
besar sering melibatkan makula. Hal tersebut mungkin menjelaskan tajam penglihatan yang
lebih buruk pada pasien RRDCD. RD dan lubang multipel yang lebih luas akan mengekspos
lebih banyak sel epitel pigmen retina ke cairan vitreous atau subretinal, yang dapat
menyebabkan peradangan mata yang lebih parah dan lebih banyak aliran cairan melalui RPE
yang berperan dalam CD.

Menurut penelitian ini, beberapa faktor lain diantaranya usia ≥ 60 tahun, gangguan
tajam penglihatan yg berat, pseudofakia, multiples hole, dan makular hole terkait dengan
RRDCD, namun memang tidak signifikan menjadi faktor risiko.

Pada penelitian ini dan penelitian lain didapatkan bahwa RRDCD sering ditemukan
pada usia ≥ 60 tahun, namun pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan
antara usia dan RRDCD.

Hasil penelitian ini menunjukan pseudofakia terkait dengan RRDCD. Operasi katarak
dapat mengganggu vitreous dan menyebabkan traksi, yang dapat menginduksi lubang
makula, robekan retina multipel, atau perluasan ablasi retina yang lebih luas.

5
KESIMPULAN

Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat beberapa faktor risiko yang secara
signifikan dapat menyebabkan Choroidal Detachment pada pasien dengan Rhegmatogenous
Retinal Detachment, faktor-faktor tersebut diantaranya adalah miopoia berat, TIO yg rendah,
dan luasnya ablasio retina. Disamping itu terdapat faktor lain yg diduga terkait dengan
choroidal detachment yaitu usia ≥ 60 thn, gangguan tajam penglihatan yg berat, pseudofakia,
multiples hole, & makular hole.

RANGKUMAN DAN HASIL PEMBELAJARAN

Dari penelitian ini dapat dipelajari bahwa, pasien dengan ablasio retina regmatoid
memiliki risiko terjadinya ablasio koroid terutama bila memiliki 3 faktor risiko utama yaitu
miopia berat, TIO yg rendah, dan ablasio retina yg luas.

Selain itu terdapat beberapa faktor yang terkait dengan RRDCD meskipun bukan
merupakan faktor yang signifikan yaitu usia ≥ 60 tahun, gangguan tajam penglihatan yang
berat, pseudofakia, multiples hole, dan makular hole.

Disamping itu kita juga bisa melakukan edukasi kepada pasien-pasien yg memiliki
riwayat faktor risiko diatas untuk tidak membiarkan dan sesegera mungkin menyarankan
untuk dilakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan yg tepat agar jangan sampai terjadi ablasio
koroid.

Anda mungkin juga menyukai