PENDAHULUAN
1
Penyakit jantung congenital atau penyakit jantung bawaan (pjb) terjadi pada
sekitar 8 dari 1000 kelahiran hidup.Insiden lebih tinggi pada yang lahir mati (2%),
abortus (10-25%), dan bayi premature (sekitar 2% termasuk defek sekat ventrikel),
tetapi tidak termasuk duktus anteriosus paten sementara (PDA). Insiden menyeluruh
ini tidak termasuk prolaps katup mitral, PDA pada bayi premature dan katup aorta
bicuspid (ada sekitar 0,9% seri dewasa). Pada bayi-bayi dengan defek jantung
congenital, ada spectrum keparahan yang lebar, sekitar 2-3 dari 1000 bayi neonatus
total akan bergejala penyakit jantung pada usia 1 tahun pertama. Diagnosis
ditegakkan pada umur 1 minggu pada 40-50% penderita dengan penyakit jantung
congenital dan pada umur 1 bulan pada 50-60% penderita. Sejak pembedahan
paliatif atau korektif berkembang, jumlah anak yang hidup dengan penyakit jantung
kongenitalbertambah secara dramatis.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang askep anak dengan gangguan Penyakit Jantung Bawaan
(PJB) meliputi Atrial Septal Defect (ASD), Venticicular Septal Defect (VSD), Paten
Duktus Arteriosus (PDA).
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami Konsep Dasar Penyakit Atrial Septal Defect
(ASD), Venticicular Septal Defect (VSD), Paten Duktus Arteriosus (PDA)
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.2 ETIOLOGI
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa
faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
ASD. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu:
1. Faktor Prenatal.
a. Ibu menderita infeksi Rubella
3
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderita IDDM
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetic
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Ayah atau ibu menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
d. Lahir dengan kelainan bawaan lain
2.1.3 Patofisiologi
Darah artenal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui defek sekat ini. Aliran ini
tidak deras karena perbedaan
tekanan pada atrium kiri dan
kanan tidak begitu besar
(tekanan pada atrium kiri 6
mmHg sedang pada atrium
kanan 5 mmHg).
5
Komponen aorta dan pulmonal bunyi jantung II terbelah lebar (wide split)
yang tidak berubah saat inspirasi maupun ekspirasi (fixed split).
3. Pada defek sedang sampai besar bunyi jantung I mengeras dan terdapat
bising ejeksi sistoik. Selain itu terdapat bising diastolik di daerah trikuspid
akibat aliran darah yang berlebihan melalui katup trikuspid pada fase
pengisian cepat ventrikel kanan.
4. gejala-gejala bervariasi sesuai ukuran defek, letih dan dispnea pada saat
bergerak paling banyak ditemukan
5. peningkatan berat badan yang lambat dan infeksi pernapasan yang sering
dapat terjadi
6. murmur ejeksi sistolik dapat diauskultasi, biasanya paling jelas terengar
pada ruang interkosta ke dua
7. Demam yang tak dapat dijelaskan penyebabnya
8. Respon tehadap nyeri atau rasa sakit yang meningkat
6
a. Melihat adanya peningkatan saturasi oksigen di atrium kanan
b. Mengukur rasio besarnya aliran pulmonal dan sistemik
c. Menetapkan tekanan dan resistensi arteri pulmonal
d. Evaluasi anomaly aliran vena pulmonalis
e. Menunjukkan pemisahan septum atrium kanan dan peningkatan
sirkulasi pulmonal
2.1.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Pembedahan
Untuk tujuan praktis, penderita dengan defek sekat atrium
dirujuk ke ahli bedah untuk penutupan bila diagnosis pasti. Dengan
terbuktinya defek sekat atrium dengan shunt dari kiri ke kanan pada
anak yang umurnya lebih dari 3 tahun, penutupan adalah beralasan.
Agar terdeteksi, shunt dari kiri ke kanan harus memungkinkan rasio
QP/QS sekurang-kurangnya 1,5 : 1 ; karenanya mencatat adanya
shunt merupakan bukti cukup untuk maju terus. Dalam tahun pertama
atau kedua, ada beberapa manfaat menunda sampai pasti bahwa defek
tidak akan menutup secara spontan. Pembedahan penutupan defek
dianjurkan pada saat anak berusia 5-10 tahun. Prognosis sangat
ditentukan oleh resistensi kapiler paru, dan bila terjadi syndrome
eisenmenger, umumnya menunjukkan prognosis buruk. ASD kecil
(diameter < 5 mm) karena tidak menyebabkan gangguan
hemodinamik dan bahaya endokarditis infeksi, tidak perlu dilakukan
operasi. ASD besar (diameter > 5 mm s/d beberapa centimeter), perlu
tindaklan pembedahan. ASD I disertai celah katup mitral dan
trikuspidal operasi paling baik dilakukan umur antara 3-4 tahun.
Apabila ditemukan tanda-tanda hipertensi pulmonal, operasi dapat
dilakukan pada masa pemantauan elektrolit berkala masih
merupakan terapi standar gagal jantung pada bayi dan anak.
7
Alat payung ganda yang dimasukan dengan kateter jantung
sekarang digunakan untuk menutup banyak defek sekat atrium. Defek
yang lebih kecil dan terletak lebih sentral terutama cocok untuk
pendekatan ini. Kesukaran yang nyata yaitu dekatnya katup
atrioventrikular dan bangunan lain, seperti orifisium vena kava, adalah
nyata dan hingga sekarang, sistem untuk memasukkan alat cukup besar
menutup defek yang besar tidak tersedia. Keinginan untuk menghindari
pemotongan intratorak dan membuka jantung jelas. Langkah yang paling
penting pada penutupan defek sekat atrium transkateter adalah penilaian
yang tepat mengenai jumlah, ukuran dan lokasi defek. Defek yang lebih
besar dari pada diameter 25 mm, defek multipel termasuk defek di luar
fosa ovalis, defek sinus venosus yang meluas ke dalam vena kava, dan
defek dengan tepi jaringan kurang dari 3-6 mm dari katup trikuspidal
atau vena pulmonalis kanan dihindari.
Untuk penderita dengan defek yang letaknya sesuai, ukuran
ditentukan dengan menggembungkan balon dan mengukur diameter
yang direntangkan. Payung dipilih yang 80% lebih besar daripada
diameter terentang dari defek. Lengan distal payung dibuka pada atrium
kiri dan ditarik perlahan-lahan tetapi dengan kuat melengkungkan sekat
ke arah kanan. Kemudian, lengan sisi kanan dibuka dan payung didorong
ke posisi netral. Lokasi yang tepat dikonfirmasikan dan payung
dilepaskan. Penderita dimonitor semalam, besoknya pulang dan dirumat
dengan profilaksi antibiotik selama 6-9 bulan. Seluruh penderita dengan
ASD harus menjalani tindakan penutupan pada defek tersebut, karena
ASD tidak dapat menutup secara spontan, dan bila tidak ditutup akan
menimbulkan berbagai penyulit di masa dewasa. Namun kapan terapi
dan tindakan perlu dilakukan sangat tergantung pada besar kecilnya
aliran darah (pirau) dan ada tidaknya gagal jantung kongestif,
peningkatan tekanan pembuluh darah paru (hipertensi pulmonal) serta
penyulit lain. Sampai 5 tahun yang lalu, semua ASD hanya dapat
ditangani dengan operasi bedah jantung terbuka.
8
Aso adalah alat khusus yang dibuat untuk menutup ASD tipe
sekundum secara non bedah yang dipasang melalui kateter secara
perkutaneus lewat pembuluh darah di lipat paha (arteri femoralis). Alat
ini terdiri dari 2 buah cakram yang dihubungkan dengan pinggang
pendek dan terbuat dari anyaman kawat nitinol yang dapat teregang
menyesuaikan diri dengan ukuran ASD. Di dalamnya ada patch dan
benang polyester yang dapat merangsang trombosis sehingga
lubang/komunikasi antara atrium kiri dan kanan akan tertutup sempurna.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi,
bunyi jantung tambahan(murmur), edema tungkai, hepatomegali.
2) Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
3) Kaji adanya hipertermi pada ujung jari
4) Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
9
PATHWAY ASD
Gangguan organ pada ibu hamil dan faktor genetik
10
2.1.8 Asuhan Keperawatan Defek Septum Antrium
A. Pengkajian Pasien dengan Defek Septum Antrium
1. Riwayat kesehatan
Bukti penambahan BB yang buruk, makan buruk, intoleransi aktivitas,postur
tubuh tidak umum, atau infeksi saluran pernapasan yang sering. Observasi
anak terhadap manifestasi ASD Pada Bayi.
a. Dispnea, khususnya setelah kerja fisik seperti makan, menangis,
mengejan
b. Keletihan
c. Pertumbuhan dan perkembangan buruk (gagal tumbuh)
Sebagian anak menderita KJB dapat tumbuh dan berkembang secara
normal. Pada kasus yang spesifik seperti VSD, ASD dan TF,
pertumbuhan fisik anak terganggu, terutama berat badannya. Anak
kelihatan kurus dan mudah sakit, terutama karena mengalami infeksi
saluran pernapasan. Sedangkan untuk perkembangannya yang sering
mengalami gangguan adalah aspek motoriknya.
d. Pemeriksaan Fisik B1-B6
1) B1 (Breathing)
Kongesti vaskular pulmonal : dispnea ortopnea, dispnea nokturnal
paroksimal, batuk, dan edema pulmonal akut.
2) B2 ( Blood)
Inspeksi : adanya parut pada dada keluhan kelemahan fisik, edema
ekstremitas
Palpasi : denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanya ditemukan.
Auskultasi : tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan
volume sekuncup. Bunyi jantung tambahan akibat kelinan katup
biasanya ditemukan apabila penyebab gagal jantung adalah kelainan
katup.
Perkusi : batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan
adanya hipertrofi jantung (kardiomegali).
Penurunan curah jantung
Bunyi jantung dan crackles
Disritmia
11
Distensi vena jugularis
Kulit dingin
Perubahan denyut nadi
3) B3 (Brain)
Kesadaran klien biasanya composmentis. Sering ditemukan sianosis
perifer apabila terjadi perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif
klien meliputi wajah meringis, menangis, merintih, menggeliat.
4) B4 (Bladder)
Pengukuran otot urine selalu dihubungkan dengan intake cairan.
Perawat perlu memonitor adanya oliguria karena merupakan tanda
awal dari shock kardiogenik. Adanya edema ektremitas
menunjukkan adanya retensi cairan yang parah.
5) B5 (Bowel)
Hepatomegali nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran karena di hepar.
6) B6 (Bone)
Edema dan mudah lelah.
2. Lakukan pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan yang mendetail terhadap
jantung.
a. Denyut arteri pulmonalis dapat diraba di dada
b. Pemeriksaan dengan stetoskop menunjukkan bunyi jantung yang
Abnormal.
c. Bisa terdengar murmur akibat peningkatan aliran darah yang melalui
katup pulmonalis
d. Tanda-tanda gagal jantung
e. Jika shuntnya besar, murmur juga bisa terdengar akibat peningkatan
aliran darah yang mengalir melalui katup trikuspidalis
3. Lakukan pengukuran tanda-tanda vital.
4. Kaji tampilan umum, perilaku, dan fungsi:
a. Inspeksi
1) Status nutrisi–Gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang
buruk berhubungan dengan penyakit jantung.
12
2) Warna – Sianosis adalah gambaran umum dari penyakit jantung
kongenital, sedangkan pucat berhubungan dengan anemia, yang
sering menyertai penyakit jantung.
3) Deformitas dada – Pembesaran jantung terkadang mengubah
konfigurasi dada.
4) Pulsasi tidak umum – Terkadang terjadi pulsasi yang dapat dilihat.
5) Ekskursi pernapasan – Pernapasan mudah atau sulit (mis; takipnea,
dispnea, adanya dengkur ekspirasi).
6) Jari tabuh – Berhubungan dengan beberapa type penyakit jantung
kongenital.
7) Perilaku – Memilih posisi lutut dada atau berjongkok merupakan
ciri khas dari beberapa jenis penyakit jantung.
b. Palpasi dan perkusi
1) Dada – Membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung dan
karakteristik lain (seperti thrill-vibrilasi yang dirasakan pemeriksa
saat mampalpasi)
2) Abdomen – Hepatomegali dan/atau splenomegali mungkin terlihat.
3) Nadi perifer – Frekwensi, keteraturan, dan amplitudo (kekuatan)
dapat menunjukkan ketidaksesuaian.
c. Auskultasi
1) Jantung – Mendeteksi adanya murmur jantung.
2) Frekwensi dan irama jantung – Menunjukkan deviasi bunyi dan
intensitas jantung yang membantu melokalisasi defek jantung.
3) Paru-paru – Menunjukkan ronki kering kasar, mengi.
4) Tekanan darah – Penyimpangan terjadi dibeberapa kondisi jantung
(mis; ketidaksesuaian antara ekstremitas atas dan bawah) Bantu
dengan prosedur diagnostik dan pengujian – mis; ekg, radiografi,
ekokardiografi, fluoroskopi, ultrasonografi, angiografi, analisis
darah (jumlah darah, haemoglobin, volume sel darah, gas darah),
kateterisasi jantung.
13
B. Diagnosa
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan dalam rate, irama dan konduksi
jantung
2. Intoleransi aktifitas b.d hipoksia
3. kerusakan pertukaran gas b.d edema paru
C. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan / Kriteria Intervensi
o Hasil
1. Penurunan T: - Auskultasi nadi apical, kaji
curah jantung Klien frekuensi, irama jantung
b.d perubahan memperlihatkan - Catat bunyi jantung
dalam rate, peningkatan curah - Palpasi nadi perifer. Untuk
irama dan jantung mengetahui fungsi pompa
konduksi KH: Denyut jantung jantung yang sangat dipengaruhi
jantung kuat dapat teraba, oleh CO dan pengisiaan jantung
iramanya teratur dan - Pantau tekanan darah
dalam batas normal - Pantau keluaran urine, catat
80-90 kali permenit. penurunana keluaran dan
Tidak terjadi kepekaan atau konsentrasi urine
penurunan curah - Kolaborasi dengan dokter untuk
jantung. terapi oksigen, obat jantung obat
diuretic dan cairan
2.2.2 Etiologi
VSD bisa ditemukan bersamaan dengan kelainan jantung lainnya.
Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD yaitu:
Gizi ibu hamil yang buruk, ibu yang alkoholik
Usia ibu diatas 40 tahun
Ibu menderita diabetes.
Lebih dari 90% kasus penyakit jantung bawaan penyebabnya adalah
multi factor.
Factor yang berpengaruh adalah faktor eksogen dan faktor endogen.
Faktor eksogen : berbagai jenis obat, penyakit ibu ( rubella, IDDM ), ibu
hamil dengan alkoholik
Faktor endogen : penyakit genetik (dowm sindrom)
16
2.2.3 Patofisiologi
Defek septum
ventricular ditandai dengan
adanya hubungan septal yang
memungkinkan darah
mengalir langsung antar
ventrikel, biasanya dari kiri ke
kanan. Diameter defek ini
bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm.
Ukuran fisik defek
adalah besar, tetapi bukan
satu-satunya yang menentukan besar shunt dari kiri ke kanan. Besar shunt juga
ditentukan oleh tingkat tahanan vaskuler pulmonal dibanding dengan tahanan
vaskuler sistemik. Bila ada komunikasi kecil (biasanya <0,5 cm 2), defek disebut
restriktif (membatasi)dan tekanan ventrikel kanan normal. Tekanan yang lebih tinggi
di ventrikel kiri mendorong shunt dari kiri ke kanan; namun, ukuran defek
membatasi besarnya shunt. Pada defek besar nonrestriktif (biasanya >1,0 cm 2),
tekanan ventrikel kanan dan kiri seimbang. Pada defek ini, arah dan besar shunt
ditentukan oleh rasio tahanan vaskuler pulmonal terhadap sistemik. Darah kaya
oksigen bercampur dengan darah miskin oksigen. Sehingga jantung memompa
sebagian darah miskin oksigen ke tubuh dan juga darah kayaoksigen dipompa
jantung ke paru. Ini berarti kerja jantung tidak efisien Kadangkala VSD dapat
menutup sendiri. Jika VSD besar biasanya selalu harus dioperasi..VSD ini tergolong
Aliran kanan ke kiri pada Jk Menutup spontan
Penyakit Jantung bawaan (PJB) nonsianotik dengan vaskularisasi paru bertambah.
ventrikel kanan dan
VSD
arteriini memiliki sifat khusus,yaitu: shunt pada daerah ventrikel, aliran darah pada
pulmonal
arteri pulmonalis lebih banyak, tidak ada sianosis. Defek septum ventrikel biasa
Bj menimbulkan
sebagai defek terisolasi dan sebagai komponen anomali gabungan.
pembentukan Lubang biasanya
membran
P peningkatan
tunggal dan
vaskularitas terletakdan
pulmonal pada bagian membranosa septum. Gangguan fungsional lebih
tergantung tekanan
peningkatan pada ukurannya dan keadaan bantalan vaskuler paru, dari pada lokasi
ventrikel kanan H puncak katup
defek. trikuspidal disposisi
berlawanan
Peningkatan kongesti
PATHWAY
pulmonal dan
VSD Kij hipertropi ventrikel
kardiomegali
kanan dan atrium kanan
17
Murmur, getaran,
tekanan nadi melebar, K sterosis pulmonal
CHF, gagal tumbuh rendah, dispnea,
murmur kencang
Defek antara ventrikel kanan dan kiri
19
Pemeriksaan echocardiografi pada VSD meliputi M-Mode,dua
dimensi doppler.Pada doppler berwarna dapat menyatakan adanya adanya
hipertropi ventrikel kanan dan kemungkinan dilatasi arteri pulmonal
akibat peningkatan aliran darah.
Pada defek besar,ekokardiografi dapat menunjukkan adanya
pembesaran ke empat ruang jantung dan pelebaran arteri pulmonalis.
Kateterisasi jantung diperlukan :
Tujuan kateterisasi jantung terutama untuk mengetahui :
Jumlah defek
Evaluasi tahanan vaskular paru.
Evaluasi beban kerja ventrikel kanan dan kiri.
Mengetahui defek lain selain VSD.
Kateterisasi jantung kanan untuk mengukur tekanan dan saturasi pada
aliran darah pulmonal sedangkan kateterisasi jantung kiri untuk aliran
darah sistemik
2.2.7 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Pada bayi dengan VSD besar, manajemen medik mempunyai dua
tujuan: mengendalikan gagal jantung kongestif dan mencegah terjaddinya
penyakit vaskuler pulmonal.. Gagal jantung pada pasien dengan defek
septum ventrikel sedang atau besar biasanya diatasi dengan digoksin
(dosisrumat 0,01 mg/kgBB/hari, dalam 2 dosis), kaptropril (ACE inhibitor),
dan diuretik seperti furosemid atau spironolakton. Jika pengobatan awal
berhasil, shunt ukurannya dapat mengurang dengan perbaikan spontan,
terutama selama umur tahun pertama. penyakit vaskuler pulmonal dicegah
bila pembedahan dilakukan pada umur tahun pertama. Dengan demikian
defek besar yang disertai dengan hipertensi pulmonal harus ditutup secara
elektif pada umur tahun antara 6 dan 12 bulan; atau lebih awal jika gejala-
gejala ada.
Pembedahan yang dilakukan untuk memperpanjang umur harapan
hidup, dilakukan pada umur muda, yaitu dengan 2 cara :
20
Pembedahan : menutup defek dengan dijahit melalui cardiopulmonal
bypass
Non pembedahan : menutup defek dengan alat melalui kateterisasi jantung
a. Pada VSD kecil : ditunggu saja, kadang-kadang dapat menutup secara
spontan.
b. Pada VSD ssedang : jika tidak ada gejala gagal jantung, dapat
ditunggui sampai umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan
dapat mengecil
c. Pada VSD besar : biasanya pada keadaan menderita gagal jantung
sehingga dalam pengobatannya menggunakan digitalis. Operasi dapat
d. ditunda sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan
dapat dilakukan setelah umur 6 bulan.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
5) Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi,
bunyi jantung tambahan(murmur), edema tungkai, hepatomegali.
6) Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
7) Kaji adanya hipertermi pada ujung jari
8) Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
21
Aneurisma
Resiko endokarditis infektif (terjadi < 2% anak, tergantung pada ukuran VSD)
Infeksi pernafasan
Gagal jantung kongestif (ditampakkan melalu pertumbuhan yang lambat)
Hipertensi pulmonal
B. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung b.d malformasi jantung
2) Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal
3) Tidak toleransi terhadap aktifitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian
oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
4) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai
oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
5) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat
makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
6) Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan
7) Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekwatiran terhadap
penyakit anak.
C. Intervensi Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d malformasi jantung
Tujuan : Curah jantung membaik
Kriteia hasil : adanya tanda-tanda membaiknya curah jantung
Intervensi :
22
Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan
kehangatan kulit.
Tegakkan derajat sianosis (membrane mukosa, clubbing)
Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachipnea, sesak, lelah saat
minum susu, periorbital edema, oliguria dan hepatomegali.
Kolaborasi untuk pemberian obat (diuretic, untuk menurunkan afterload)
sesuai indikasi
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal
Tujuan : Pertukaran gas membaik
Kriteria hasil : tidak adanya tanda-tanda resistensi pembuluh paru
Intervensi :
Monitor kualitas dan irama pernafasan
Atur posisi anak dengan posisi fowler
Hindari anak dari orang yang terinfeksi
Berikan istirahat yang cukup
Berikan oksigen sesuai indikasi
3. Tidak toleransi terhadap aktifitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian
oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
Tujuan : Aktifitas klien terpenuhi
Kriteria hasil : Anak berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuanya
Intervensi :
Ijinkan anak sering istirahat dan hindarkan gangguan saat tidur
Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktifitas ringan
Bantu anak untuk memilih aktifitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan
kemampuan anak
Berikan periode istirahat setelah melakukan aktifitas
Hindarkan suhu lingkungan terlalu panas atau dingin
Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan /kecemasan anak
4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai
oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
Tujuan : Tidak terjadi perubahan pertumbuhan dan perkembangan
Criteria hasil : Pertumbuhan anak sesuai kurva pertumbuhan BB dan TB.
Intervensi :
23
Sediakan didit yang seimbang, tinggi zat nutrisi untuk mencapai
pertumbuhan yang adekuat.
Monitor TB dan BB
Libatkan keluarga dalam pemberian nutrisi kepada anak
5. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan
dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : Anak mempertahankan intake makanan dan minuman
Intervensi :
Timbang BB setiap hari dengan timbangan yang sama
Catat intake dan out put secara benar
Berikan makanan dengan porsi kecil sering
Berikan minum yang banyaK
6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
Monitor tanda –tanda vital
Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
Berikan istirahat yang adekuat
Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal
7. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekwatiran terhadap penyakit
anak.
Tujuan : Tidak terjadi perubahan peran orang tua
Kriteria hasil ;
– Orang tua mengekspresikan perasaannya
– Orang tua yakin memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.
Intervensi :
Motivasi orang tua ntuk mengekspresikan perasaannya sehubungan dengan
anaknya
Diskusikan dengan orang tua tentang rencana pengobatan
Berikan informasi yang jelas dan akurat
24
Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit
Motivasi keluarga untuk melibatkan anggota keluarga lain dalam perawatan
anak.
25
2.3.3 Manifestasi klinis
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh
masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom
gawat nafas).. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik terdapat tanda
gagal jantung:
Machinery murmur (khas pada PDA),
Tekanan nadi besar (water hammer pulse),
Ujung jari hiperemik,
Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan
meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
Apnea, Tachypnea
Nasal fharing
Retraksi dada
Hipoksemia
Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang
besar akan membanjiri paru-paru
2.3.4 Patofisiologi PDA
Paten duktus arteriosus
(PDA) adalah tetap terbukanya
duktus arteriosus setelah lahir,
yang menyebabkan mengalirnya
darah secara langsung dari aorta
(tekanan lebih tinggi) ke dalam
arteri pulmonal (tekanan lebih
rendah). Aliran kiri ke kanan ini
menyebabkan resirkulasi darah
beroksigen yang jumlahnya
semakin banyak dan mengalir ke
dalam paru, serta menambah beban
jantung sebelah kiri. Usaha tambahan dari ventrikel kiri untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan ini menyebabkan pelebaran dan hipertensi atrium kiri yang
26
progresif. Efek jantung kumulatif mengakibatkan peningkatan vena dan kapiler
pulmonal, yang menyebabkan terjadinya edema paru. Edema paru ini menimbulkan
penurunan difusi oksigen dan hipoksia, dan terjadi konstriksi arteriol paru yang
progresif.
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah
pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan ( fetus ). Hubungan ini
( shunt ) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di
dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan
aliran darah bersih dari ibu ( melalui vena umbilikalis ) kemudian masuk ke dalam
atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran
sistemik melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri
pulmonalis utama (arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior dari
aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika
media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin
yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki
lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat ( unfragmented ). Sel-sel otot polos
pada duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan
vasokonstriktor (pO2). Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis
yang dimulai segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan
tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan
duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA)
akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan
hipertensi pulmonal dan sianosis. Besarnya pirai (shunt) ditentukan oleh diameter,
panjang PDA serta tahanan vaskuler paru (PVR).
Hipertensi pulmonal dan gagal jantung kanan dapat terjadi jika keadaan ini
tidak dikoreksi melalui penanganan medis atau bedah. Sebagian besar PDA
mengalirkan darah dari kiri ke kanan, tetapi pengaliran duktal dari kanan ke kiri
dapat terjadi yang berkaitan dengan penyakit paru, lesi obstruktif jantung kiri, dan
koarktasio aorta. Penutupan PDA terutama bergantung pada respons konstriktor dari
duktus terhadap tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain yang mempengaruhi
penutupan duktus adalah kerja prostaglandin, tahanan vaskular pulmonal dan
sistemik, ukuran duktus, dan keadaan bayi (prematur atau cukup bulan). PDA lebih
27
sering terdapat pada bayi prematur dan kurang dapat ditoleransi dengan baik oleh
bayi karena mekanisme kompensaisi jantungnya tidak berkembang baik dan piaru
kiri ke kanan itu cenderung lebih besar.
PATHWAY
Defek sianosis
PDA
Hipoksia
28
2.3.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Pada bayi prematur dengan duktus arteriosus persisten dapat
diupayakan terapi farmakologis dengan memberikan :
Endometasin intravena atau per oral dosis 0,2 mg/kgBB dengan selang
waktu 12 jam, diberikan 3 kali. Terapi tersebut hanya efektif pada bayi
prematur dengan usia kurang dari 1 minggu, yang dapat menutup
duktus pada lebih kurang 70 % kasus, meski sebagian akan membuka
kembali .Pada duktus arteriosus persisten dengan shunt kiri ke kanan
sedang atau besar dengan gagal jantung diberikan terapI.
medikamentosa (yakni digoksin, furosemid Pemeriksaan
Penunjang.PDA besar. Pada foto toraks dijumpai pembesaran ventrikel
kanan dan kiri, di samping pembesaran arteri pulmonalis dan cabang-
cabangnya. Pada EKG tampak hipertropi biventrikuler, dengan
dominasi), yang bila berhasil akan dapat menunda operasi sampai 3-6
bulan sambil menunggu kemungkinan duktus menutup. Indikasi
operasi duktus arteriosus dapat diringkas sebagai berikut:
Duktus arteriosus persisten pada bayi yang tidak memberi respons
terhadap pengobatan medikamentosa;
Duktus arteriosus dengan keluhan;
Duktus arteriosus persisten dengan endokarditis infeksius yang kebal
terhadap terapi medikamentosa.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi,
bunyi jantung tambahan(murmur), edema tungkai, hepatomegali.
2) Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
3) Kaji adanya hipertermi pada ujung jari
4) Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
C. Perencanaandan
31
aktivitas ringan
c. Bantu anak untuk memilih aktivitas yang
sesuai usia, kondisi dan kemampuan anak
d. Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu
panas, atau dingin
e. Hindarkan hal-hal yang menyebabkan
ketakutan/ kecemasan pada anak
4 Anak akan tumbuh sesuai dengan Memberikan support untuk tumbuh kembang:
kurva pertumbuhan berat dan b. Kaji tingkat tumbuh kembang anak
tinggi badan c. Berikan stimulasi tumbuh kembang:
aktivitas bermain, game, nonton tv, teka-
teki, menggambar, dll.
d. Libatkan keluarga agar tetap memberiakan
stimulasi selama dirawat
5 Anak akan memepertahankan Mempertahankan pertumbuhan berat dan tinggi
intake makanan dan minuman badan yang sesuai:
untuk mempertahankan berat a. Sediakan diit yang seimbang
badan dan menopang b. Monitor tinggi dan berat badan
pertumbuhan c. Catat intake dan output secara benar
d. Berikan makanan dengan porsi kecil tapi
sering untuk menghindari kelelalhan pada
saat makan
e. Anak-anak yang mendapat diuretik
biasanya sangat haus oleh karena itu cairan
tidak dibatasi
6. Anak tidak akan menunjukkan Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda
tanda-tanda infeksi infeksi:
a. Hindarkan kontak dengan individu yang
terinfeksi
b. Berikan istirahat yang adekuat
c. Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal
7 Orang tua akan mengekspresikan Memberikan support pada orang tua:
perasaannya akibat memeiliki a. Ajarkan orang tua untuk
anak dengan kelainan jantung, mengekspresikan perasaannya karena
mendiskusikan rencana memiliki anak dengan kelainan jantung,
32
pengobatan dan memiliki mendiskusikan rencana pengobatan den
keyakinan bahwa orang tua memiliki keyakinan bahwa orang tua
memiliki peran penting dalam memiliki peranan penting dalam
keberhasilan pengobatan keberhasilan pengobatan
b. Eksplorasi perasaan orang tua mengenai
perasaan takut, rasa bersalah, berduka,
dan perasaan tidak mampu
c. Mengurangi ketakutan dan kecemasan
orang tua dengan memberikan informasi
yang lebih jelas
d. Libatkan orang tua dalam perawatan
anak selama di RS
e. Memberikan dorongan kepada keluarga
untuk melibatkan anggota keluarga lain
dalam perawatan anak.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DEFEK SEPTUM ANTRIUM, DEFEK SEPTUM
VENTRIKEL DAN PATENT DUKTUS ARTERIOSUS
34
1) Pernafasan dengan ETT dibantu dengan ventilator mode IPPV, FiO2
60 %, frekwensi nafas 40 x/mnt, SaO2 50-60 % dan makin turun.
2) Ronchi positif (+), tidak ada whezing, tidak ada stridor.
3) Retraksi intercostal positif (+)
4) Pernafasan cuping hidung positif (+)
B2 (Bleeding) / sirkulasi :
1) Perfusi jaringan dingin, klien tampak biru, sianosis
2) Capilary refill time 3 detik
3) Suhu : 36,50 C
4) Tensi : 60/30 mmHg
5) Nadi : 95 x/mnt
6) Terpasang CVP 8 cm H2O
7) Terpasang balon drain tekanan (-) 8 cm H2O, cairan merah
8) Infus D10 0,18 MS 200 cc / 24 jam
B3 (Brain) / Kesadaran :
1) Kesadaran menurun , somnolen, usia 3 bulan
2) GCS 6, gerakan sangat lemah
3) Kejang tidak ada (-)
4) Pupil isokor, diameter sama
5) Sklera putih
6) Kemampuan buka mata lemah
B4 (Blader) / Perkemihan :
1) Bayi menggunakan kateter
2) Kateter menates
3) Produksi urine ± 3 cc/jam
B5 (Bowel) / Pencernaan :
1) Bising usus positis (+), kembung posistif (+)
2) Terpasang sonde susu 120 cc/24 jam
3) BAB encer berlendir, warna hijau kehitaman, jumlah 50 cc/BAB
B6 (Bone) / Tulang otot-integumen
1) Pergerakan sendi sangat lemah
2) Pnemoni positif (+) membaik
3) Terpasang infus divena kava (bilument), udema tidak ada
35
4) Luka operasi tertutup hepafix, tidak ada rembesan darah
5) Kulit sangat halus dan sensitif, terbaring dalam waktu yang lama
6) Kulit sekitar pantat, genetalia tampak kemerahan (bintik-bintik merah)
sedikit terkelupas
4. Data Psikososial
Ibu sangat cemas dan bingung
Ibu sering menanyakan kondisi anaknya
Ibu menanyakan bagaiman kondisi anaknya selanjutnya, apakah akan
normal
Ibu menangis saat bertanya tentang anaknya dan berharap cepat sembuh
5. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 27 Maret 2015 :
1. Thorak photo : Cor : jantung membesar kekanan dan kekiri
Pulmo : tampak infiltrat pada supra parahiler kanan dan
kedua paru tampak hiperareated
Kedua sinus Phrenicocostalis tajam
Kesimpulan : Kardiomegali dengan pnemoni
36
CHO2 : 48,0 %
6. Terapie
Tanggal 28 Maret 2015 :
Obat : Meronem : 3 x 50 mg/iv
Cloxacillin : 3 x 50 mg/iv
Cairan : D10 0,18 NS : 180 cc/24 jam
KCl : 1 meq
DO :
- pasien nampak tachipnea,
- Frekwensi nafas 40 x/mnt, SaO2
50-60 % dan makin turun
37
- Ronchi positif (+), Retraksi
intercostal positif (+)
- Pernafasan cuping hidung positif
(+)
- Menggunakan otot aksesorius
untuk bernafas (+)
2 DS : Ibu mengatakan bahwa anak Defect Struktur Ketidakefektifan
2 sering tidur dari pada bangun, dan Perfusi Jaringan
jika bangun bisanya menangis. Perifer (00204)
DO :
- - Capilary refill time 3 detik
- - Pasien terlihat pucat dan lemas
- - TD : 60/30 mmHg, Nadi: 95
x/mnt
- - Perfusi jaringan dingin
- - klien tampak biru
3 DS: Keluarga mengatakan bahwa Perubahan Penurunan Curah
33 anak tidak banyak aktifitas dan Kontraktilitas Jantung (00029)
lemas. Jantung (penurunan
TD)
DO:
Bradikardi, Dispnea, Perubahan
warna kulit, Penurunan stroke
volume index, TD : 60/30 mmHg,
Nadi : 95 x/mnt
IV. INTERVENTION
Nama pasien : An K Ruang/kelas :
Umur : 3 Bln No. Reg :
38
No.D Tujuan dan Intervensi Rasional Ttd
x Kriteria hasil
1 Setelah diberikan 1. 1. Kecepatan nafas
asuhan keperawatan kedalaman biasanya
1x 24 jam pernafasan dan meningkat.
diharapkan dengan ekspansi dada. Dispnea dan
Tujuan : pola nafas 2. terjadi
kembali efektif dan bantu peningkatan
Kriteria hasil : mengubah posisi kerja nafas.
• sesak nafas (posisi semi 2. Duduk tinggi
berkurang fowler). memungkinkan
• Respiration dalam 3. ekspansi paru
batas normal antara kolaborasi dan
15-30 x/menit, SaO2 dengan memudahkan
80 -100 % memberikan pernafasan.
Penggunaaan otot oksigen 3. Meningkatkan
bantu pernafasan (-) tambahan sesuai sediaan oksigen
Pernafasan cuping indikasi. untuk
hidung (-) 4. kebutuhan/menc
perilaku tenang, egah iskemia.
bantu pasien 4. Membantu klien
untuk kontrol mengalami efek
diri dengan fisiologi
menggunakan hipoksia, yang
pernapasan lebih dapat
lambat dan dimanifestasikan
dalam.
2 Setelah diberikan 1. Kaji warna 1. Mengetahui
asuhan keperawatan kulit, secara derajat
teratur
1x24 jam dengan hipoksemia dan
Tujuan : perfusi 2. Catat Bunyi peningkatan
jaringan kembali tambahan tahanan perifer.
normal dengan (murmur) 2. Menunjukkan
Kriteria hasil : Pertahankan aliran darah
39
• CRT < 3 detik. Therapi oksigen dalam jantung
•Blood Pressure secara (kelainan katup,
dalam rentang 95- Adekuat kerusakan
110 systole dan 58- .Tinggikan septum tertutup)
71 Diastole bagian kaki dari 3. Mempertahanka
Pulse dalam rentang permukaan n oksigenasi
103-186 x/Menit badan. agar udara yang
Cyanosis (-), Akaral 3. Jelaskan pada dihirup dapat
Kembali Hangat. keluarga atas masuk dengan
segala maksimal.
prosedure 4. Mengembalikan
tindakan yang sirkulasi darah
dilakukan ke jaringan
4. Kolaborasi perifer.
dengan doker
untuk
pemberian obat
diaforesis
40
Cyanosis (-) dengan tim mengkompensasi
dokter untuk penurunan
terapi kontraktilitas
oksigen,obat jantung
jantung, obat 4. memperbaiki
diuretik dan insufisiensi
cairan kontraksi
jantung dan
penurunan venus
return membantu
dalam proses
kimia dalam
tubuh
Identitas Pasien:
a. Nama : Anak W
b. Usia : 16 tahun
c. Tanggal MRS : 19 Mei 2012
d. TB : 157 cm
41
e. BB : 34 kg
f. TD : 100/60 mmHg
g. Nadi : 110x/mnt
h. RR : 28x/mnt
i. Suara Jantung : Gallop (S3)
j. IMT : 13,79
k. LK : 52,5
l. LLA : 17 cm
m. LB : 64
n. LP : 60cm
o. RBC :6,38
p. MCV : 72,8fL
q. MCH : 24,1g/dl
ANALISIS DATA
Data Objektif Data Subjektif
- Tubuh kebiruan - Sesak nafas
- Hanya mampu menghabiskan ½ - Nafsu makan berkurang
porsi makan - Perut terasa penuh
- Scoliasis thoracalis - Sulit tidur
- Cardiomegali
INTERVENSI
N Diagnosa NOC NIC
o
1. Decrease Cardiac Cardiac Pump Cardiac Care
Output berhubungan Effectivenes Definisi : membatasi
dengan malformasi Definisi : komplikasi dari
jantung keadekuatan volume ketidakseimbangan
Domain 4 : darah yang antara suplai oksigen
activity /rest dikeluarkan dari miokard dan
Class 4 : ventrikel kiri untuk pemenuhan
42
Cardiovascular/ mundukung tekanan kebutuhan pasien
Pulmonary fungsi sistemik dengan gejala
Responses Indikator : kerusakan fungsi
Definisi : - Suara jantung jantung
ketidakcukupan pasien normal Aktivitas:
darah yang dipompa - Dapat mentoleransi - Catat tanda dan
oleh jantung untuk aktifitas gejala penurunan
memenuhi - Tidak sianosis curah jantung
kebutuhan tubuh - Tidak mengalami - Selalu monitor
Batasan sesak nafas TTV
karakteristik: - Ukuran jantung - Monitor status
- Takikardi (nadi 110 pasien kembali cardivaskuler
kali/ menit ) normal - Sediakan terapi anti
- Sianosis aritmia berdasarkan
- Tidak bisa tidur kebijakan unit
- Sesak nafas - Monitor respon
- Suara jantung pasien untuk
gallop (S3) pengobatan anti
- Cardiomegali aritnia
- Jadwalkan
pelatihan dan waktu
istirahat untuk
mencegah kelelahan
- Monitor toleransi
aktivitas pasien
- Instruksikan pasien
untuk segera
melaporkan pada
petugas jika
merasakan
ketidaknyamanan di
dada
2. Impaired Gas Respiratory Status : Oxcygen terapy
Excange Gas Exchange Definisi :pemberian
43
berhubungan dengan Definisi : pertukaran O2 dan monitoring
ventilasi : CO2 dan O2 alveolar keefektifitasan
ketidakseimbangan untuk Aktivitas :
perfusi mempertahankan - Memertahankan
Domain 3 : konsentrasi gas darh kepatenan jalan nafas
Elimination and arteri - Atur Oksigenisasi
Exchange Indikator : - Kelola tambahan
Class 4 : Respiratory - Hasil X-Ray dada oksigen
Fungtion tidak menunjukkan - Monitor aliran
Definisi : kelebihan / scoliosis thoracalis oksigen
kekurangan - Klien mampu - Monitor posisi
oksigenisasi dan atau mencapai selang oksigen
pengeluaran keseimbangan - Cek peralatan dan
CO2 pada membran ventilasi perfusi aliran O2 secara
kapiler alveolar - Klien tidak berkala untuk
Batasan merasakan sesak memastikan aliran
Karakteristik : nafas sesuai dengan yang
- Pernafasan tidak - Klien tidak dibutuhkan
normal mengeluhkan kurang - Monitor keefektifan
- Warna kulit istirahat / tidur terapi oksigen
kebiruan / sianosis - Klien tidak - Monitor
- Kurang istirahat menunjukkan kemampuan paisen
- Takikardi (nadi 110 sianosis untuk mentoleransi
kali / menit) ketika oksigen
dilepaskan saat
makan
Respratory
Monitoring
Definisi :
Mengumpulakan dan
menganalisis data
pasien untuk
memastikan jalan
nafas dan pertukaran
44
gas yang adekuat
Aktivitas :
- Monitor kecepatan,
ritme, kedalaman,
dan usaha dalam
bernafas
- Monitor pola nafas
- Auskultasi pola
nafas, catat area
penurunan /
ketidakseimbangan
ventilasi dan adanya
suar tambahan
- Monitor adanya
dyspnea
3. Activity Intolerance Activity Tolerance Cardiac Care :
berhungan dengan Definisi : respon fisik Rehabilitatif
ketidakseimbangan untuk energi yang Aktivitas :
suplay O2 dibutuhakan sehari- - Memantau toleransi
Domain 4 : hari aktifitas pasien
activity /rest Indikator: - Instruksikan pasien
Class 4 : - Denyut nadi untuk
Cardiovascular/ kembali pada range memberitahukan
Pulmonary normal ketika mengalami
Responses - Tidak sianosis nyeri dada
Definisi : tidak - Dapat berjalan lebih - Instruksikan pasien
berfungsinya fisik jauh dari 10 m dalam merawat diri
atau energi fisik - Dapat melakukan saat nyeri dada
untuk aktifitas sehari-hari
mempertahankan mulai dari yang
atau memenuhi ringan
kebutuhan aktivitas
sehari-hari yang
diinginkan
45
Batasan karakteristik
:
- HR 110 kali/ menit
- Pasien
mengeluhkan sesak
nafas ketika berjalan
kurang lebih 10 m
Sleep Enhancement
Definisi : fasilitasi
siklus kebiasaan tidur
dan bangun
Aktivitas :
- Memperkirakan
siklus bangun tidur
pasien dalam
merencanakan
tindakan
keperawatan
- Anjurkan pasien
untuk memonitor
pola tidur
- Menyesuaikan
lingkungan untuk
membuat pasien
nyaman dalam tidur
(pencahayaan dan
temperatur diatur
sesuai dengan yang
diinginkan)
4. Imbalance Nutrition Appetite Nutrition Terapy
Less Than Body Definisi : keinginan Defiisi : Pemberian
Requirement untuk makan ketika makanan dan
berhungan dengan sakit atau menerima minuman untuk
adanya gangguan pengobatan mendukung proses
46
Ventrikel Septum Indikator : metabolik pasien
Defect - Pasien dapat yang malnutrisi atau
Domain 2 : Nutrition menikmati makan beresiko tinggi
Class 1 : Ingestion - Keinginan untuk malnutrisi
Definisi : Intake makan meningkat Aktivitas :
nutrisi tidak sesuai - Intake nutrisi yang - Lengkapi
dengan kebutuhan dikonsumsi juga pengakjian nutrisi
metabolik mengalami yang dikonsumsi
Batasan peningkatan pasien
Karakteristik: - Monitor makanan
- Pasien hanya dan minuman serta
menghabiskan ½ menghitung intake
porsi makan nutrisi
- BB 34 kg - Kolaborasi dengan
- IMT : 13,79 ahli gizi , jumlah
- Pasien merasakan kalori dan tipe nutrisi
perut penuh yang yang dibutuhkan
menyebabkan - Memilih suplement
gangguan rasa nutrisi jika
makan dibutuhkan
Nutrition Monitoring
Definisi:
mengumpulkan dan
menganalisis data
pasien untuk
mencegah atau
meminimalisir
malnutrisi
Aktivitas:
- Monitor BB
- Monitor energi
yang dikeluarkan,
kelemahan dan
kelelahan
47
Nutrition Status Nutrition
Defiisi : menambah Management
nutrisi yang Definisi : membantu
dibutuhkan untuk atau menyediakan
metabolik keseimbangan intake
Indikator : makanan dan
- Intake nutrisi cukup minuman
- Intake makanan Aktivitas:
cukup - Pengakjian
- Kenaikan BB / TB makanan yang
menimbulakan alergi
- Mengkaji makanan
yang disenangi
- Memberikan dan
menyarankan untuk
mengkonsumsi
rendah kolesterol
- Catat intake yang
masuk
3. ANALISA DATA
Data Etiologi Problem
Data Subjektif : Malforasi jantung Penurunan curah jantung
Ibu klien mengatakan
anaknya gelisah,
rewel, dan menangis
Data Objektif :
- Denyut nadi naik
(150 x/menit)
- Tachyepne
- Suara jantung
tambahan
(Machinery mur-mur
persisten)
Data Subjektif: Kongesti Pulmonal Gangguan pertukaran gas
Ibu klien mengatakan
anaknya kesulitan
bernafas
49
Data Objektif :
- RR ( 50/menit)
Data Subjektif: Kelelahan pada saat Perubahan nutrisi kurang
Pasien rewel tidak mau makan dan dari kebutuhan tubuh
makan dan minum meningkatnya
kebutuhan kalori
Data Objektif:
- Berat 20 kg
- Biokimia : Hb 8,5gr
Hb/dl dan albumin
45%
- Diet : makan tidak
habis, nafsu makan
menurun
- Pembentukan energi
berkurang
- Lemah, lesu
- Anoreksia
Data objektif: Menurunnya status Resiko infeksi
Ibu klien mengatakan kesehatan.
anaknya demam, rewel
Data Objektif:
- Jumlah limfosit 40%
- hipertermi (38 C),
- RR: 50x/menit
- Nadi: 150x/menit
- Gagal jantung
kongestif
- Pasien gelisah,
stress
- Respon imun
menurun
- Resiko infeksi
Data Subjektif : Kurang pengetahuan Kecemasan orang tua
Orang tua cemas, tidak orang tua dan
tenang, dan emosinya hospitalisasi.
labil
Data Objektif:
- Menarik diri
- Tidak ikut bersedia
dalam melakukan
50
proses keperawatan
PDA (Patent Ductus
Arteriosus)
- Anak menangis dan
ketakutan
- Kecemasan pada
orang tua
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung
b. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat
makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
d. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.
e. Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan hospitalisasi.
51
5. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil
1 Penurunan Tujuan : 1. Observasi 1. Permulaan
Curah Mempertahankan curah kualitas dan gangguan pada
jantung b.d jantung yang adekuat kekuatan jantung akan
malformasi Kriteria hasil : setelah denyut ada perubahan
jantung dilakukan tindakan jantung, nadi tanda-tanda
keperawatan selama perifer, warna vital,
1x24 jam Anak akan dan semuanya
menunjukkan tanda- kehangatan harus cepat
tanda membaiknya kulit dideteksi untuk
curah jantung 2. Tegakkan penanganan
derajat lebih lanjut.
sianosis 2. Pucat
(sirkumoral, menunjukkan
membran adanya
mukosa, penurunan
clubbing) perfusi
3. Monitor sekunder
tanda-tanda terhadap
CHF (gelisah, ketidak
takikardi, adekuatan
tachypnea, curah jantung,
sesak, mudah vasokonstriksi
lelah, dan anemia.
periorbital 3. Deteksi dini
edema, untuk
oliguria, dan mengetahui
hepatomegali adanya gagal
) jantung
4. Kolaborasi kongestif
Pemberian Kolaborasi
digoxin 4. Obat ini dapat
sesuai order, mencegah
dengan semakin
menggunakan memburuknya
teknik keadaan klien.
pencegahan 5. Obat anti
bahaya afterload
toksisitas. mencegah
5. Berikan terjadinya
52
pengobatan vasokonstriksi
untuk 6. Diuretik
menurunkan bertujuan
afterload untuk
6. Berikan menurunkan
diuretik volume plasma
sesuai dan
indikasi. menurunkan
retensi cairan
di jaringan
sehingga
menurunkan
risiko
terjadinya
edema paru.
2 Gangguan Tujuan : Mengurangi 1. Observasi 1. Untuk deteksi
pertukaran adanya peningkatan kualitas dan dini terjadinya
gas b.d resistensi pembuluh kekuatan gangguan
kongesti paru denyut pernapasan
pulmonal. Kriteria hasil :setelah jantung, nadi 2. Untuk
dilakukan tindakan perifer, warna mengetahui
keperawatan selam dan keadaan
1x24 jam kehangatan sirkulasi darah
Anak akan kulit dalam tubuh
menunjukkan tanda- 2. Atur posisi 3. Untuk
tanda tidak adanya anak dengan memudahkan
peningkatan resistensi posisi fowler pasien dalam
pembuluh paru 3. Hindari anak bernapas
dari orang 4. Agar anak
yang tidak tertular
terinfeksi infeksi yang
4. Berikan akan
istirahat yang memperburuk
cukup keadaan
kolaborasi 5. Membantu
5. Berikan klien untuk
oksigen jika memenuhi
ada indikasi oksigenasinya.
54
untuk peningkatan
pemeriksaan tanda vital
darah, seperti 2. Untuk
Hb dan mengurangi
leukosit risiko infeksi
4. Kolaborasi nosokomial
untuk 3. Penurunan Hb
pemberian dan
antibiotik peningkatan
jumlah
leukosit dari
normal
membuktikan
adanya tanda-
tanda infeksi
4. Antibiotik
mencegah
perkembangan
mikroorganis
me patogen
5 Kecemasan Tujuan: kecemasan 1. Kaji tingkat 1. Pengetahuan
orang tua b.d menurun pengetahuan orang tua akan
kurang Kriteria hasil:setelah orang tua mempengaruhi
pengetahuan dilakukan tindakan 2. Beri persepsi dan
orang tua dan keperawatan penjelasan tingkah
hospitalisasi. selama2x24 jam. tentang lakunya pada
Orang tua tampak keadaan anak
tenang ,orang tua tidak anaknya 2. Dengan
bertanya-tanya lagi dan 3. Libatkan mengetahui
orang tua berpartisipasi keluarga kondisi
dalam proses dalam anaknya, akan
perawatan.lagi,orangtua perawatan mengurangi
berpartisipasi dalam anaknya. kecemasan orang
proses perawatan. 4. Berikan tua.
support dan 3. Akan membuat
reinforcement orang tua nyaman
atas apa yang dan lebih tenang
dapat dicapai jika senantiasa
oleh orang dekat dengan
tua. anaknya.
5. Latih orang 4. Dukungan dan
tua tentang kasih sayang
cara-cara orang tua akan
mempercepat
55
perawatan kesembuhan anak.
bayi dirumah 5. Dengan
sebelum bayi menambah
pulang pengetahuan
orang tua dalam
perawatan
anaknya
akan
mempermudah
proses
perawatan dan
penyembuhan
anak.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Penyakit jantung kongenital merupakan penyakit jantung yang terjadi
akibat kelainan dalam perkembangan jantung dan pembuluh darah, sehingga dapat
mengganggu dalam fungsi jantung dan sirkulasi darah jantung atau yang dapat
56
mengakibatkan sianosis dan asianosis. Penyakit jantung kongenital secara umum
terdiri atas dua kelompok yakni sianosis dan asianosis. Pada kelompok sianosis
tidak terjadi percampuran darah yang teroksigenasi dalam sirkulasi sistemik dan
pada yang asianosis terjadi percampuran sirkulasi pulmoner dan sistemik. Secara
umum penyakit jantung sianotik seperti tetralofifallot dan penyakit jantung
nonsianotik seperti cacat sekat ventrikel (ventrikel septal defect-VSD),cacat sekat
atrium (atrium septal defect-ASD),patent ductus arteriosus (PDA).
4.2 SARAN
Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan jantung
ASD/ VSD/PDA Sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang bermanfaat untuk
menanganinya secara efektif dan efisien .
a. Mahasiswa kesehatan sebaiknya memahami dan mnegetahui konsep.
ASD/VSD/PDA dan askep nya guna unttuk mengaplikasikan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien
b. Perawat memiliki pengetahuan tentang ASD/VSD/PDA untuk dapat
mengantisipasi orang tua dalam menjalani pengobatan untuk sehingga
penyakit lebih berat dapat dihindari .
c. Pelayanan keperawatan dapat memberikan anjuran kepada orang tua untuk
melalukan terapi agar ASD/ VSD/ PDA dapat teratasi.
57
DAFTAR PUSTAKA
58