Anda di halaman 1dari 24

Dosen Pengajar : Ns. Umi Racmawati, M,Kep.,Sp.Kep.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MASALAH


ATRIUM SEPTAL DEFECT (ASD)

DI SUSUN OLEH
Kelompok III

Adilah Nissyah Saffinulfah : P202102003


Astari Nasar : P202102001
Masyitha Citra Ardani : P201901035
Muh Bayu Yusril Al Hasan : P201901038
Nur Aisyah : P201901025
Orpa Puspitasari : P202102009
Sri Anjani : P201901019
Wa Ode Yuni : P201901041

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2021/2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atrial Septal Defect Merupakan adanya hubungan (lubang)
abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri.
Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka
adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung
antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan
pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat
muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup
spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum yaitu kegagalan
pembentukan septum sekundum dan defek septum primum adalah
kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antar bilik
atau pada bantalan endokard.
ASD (Atrial Septal Defect) merupakan kelainan jantung bawaan
tersering setelah VSD (ventrikular septal defect). Dalam keadaan normal,
pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan
kanan sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi lahir,
lubang ini biasanya menutup. Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus
mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan (shunt). Maka darah bersih dan
darah kotor bercampur.
Sebagian besar penderita ASD tidak menampakkan gejala
(asimptomatik) pada masa kecilnya, kecuali pada ASD besar yang dapat
menyebabkan kondisi gagal jantung di tahun pertama kehidupan pada
sekitar 5% penderita. Kejadian gagal jantung meningkat pada dekade ke-4
dan ke-5, dengan disertai adanya gangguan aktivitas listrik jantung
(aritmia).

2
Seluruh penderita dengan ASD harus menjalani tindakan
penutupan pada defek tersebut, karena ASD tidak dapat menutup secara
spontan, dan bila tidak ditutup akan menimbulkan berbagai penyulit di
masa dewasa. Namun kapan terapi dan tindakan perlu dilakukan sangat
tergantung pada besar kecilnya aliran darah dan ada tidaknya gagal
jantung kongestif, peningkatan tekanan pembuluh darah paru (hipertensi
pulmonal) serta penyulit lain.
Sampai 5 tahun yang lalu, semua ASD hanya dapat ditangani
dengan operasi bedah jantung terbuka. Operasi penutupan ASD baik
dengan jahitan langsung ataupun menggunakan patch sudah dilakukan
lebih dari 40 tahun. Tindakan operasi ini sendiri, bila dilakukan pada saat
yang tepat (tidak terlambat) memberikan hasil yang memuaskan, dengan
risiko minimal (angka kematian operasi 0-1%, angka kesakitan rendah).
Pada penderita yang menjalani operasi di usia kurang dari 11 tahun
menunjukkan ketahanan hidup pasca operasi mencapai 98%. Semakin tua
usia saat dioperasi maka ketahanan hidup akan semakin menurun,
berkaitan dengan sudah terjadinya komplikasi seperti peningkatan tekanan
pada pembuluh darah paru.
Namun demikian, tindakan operasi tetap memerlukan masa
pemulihan dan perawatan di rumah sakit yang cukup lama, dengan trauma
bedah (luka operasi) dan trauma psikis serta relatif kurang nyaman bagi
penderita maupun keluarganya. Hal ini memacu para ilmuwan untuk
menemukan alternatif baru penutupan ASD dengan tindakan intervensi
non bedah (tanpa bedah jantung terbuka), yaitu dengan pemasangan
alat Amplatzer Septal Occluder (ASO).

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ASD?
2. Apa saja klasifikasi dari ASD?
3. Apa penyebab ASD ?
4. Bagaimana tanda dan gejala yang muncul?
5. Bagaimana patofisiologi ASD?
6. Bagaimana pathway ASD?
C. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan
makalah ini, antara lain :
1. Untuk mengetahui pengertian ASD
2. Mengetahui etiologi, klasifikasi, patofisiologi dan tanda serta gejala
ASD
3. Untuk memahami Asuhan Keperawatan pada pasien dengan ASD
4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak semester IV

4
BAB II

TUNJAUAN PUSTAKA

A. Definisi ASD
ASD adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang (defek) pada
septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan
fungsi septum interatrial semasa janin. Defek Septum Atrium (ASD, Atrial
Septal Defect) adalah suatu lubang pada dinding (septum) yang
memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan atrium kanan). Kelainan
jantung ini mirip seperti VSD, tetapi letak kebocoran di septum antara
serambi kiri dan kanan. Kelainan ini menimbulkan keluhan yang lebih
ringan dibanding VSD.
Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal
pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan
jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah
defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara
serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena
kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus
venousus di dekat muara vena kavasuperior, foramen ovale terbuka pada
umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum
yaitu kegagalan pembentukan septum sekundum dan defek
septum primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang
letaknya dekat sekat antar bilik atau pada bantalan endokard. Macam-
macam defek sekat ini harus ditutup dengan tindakan bedah sebelum
terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri
sebagai tanda timbulnya sindrome Eisenmenger.
Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan
dikontraindikasikan. Tindakan bedah berupa penutupan dengan menjahit
langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambal defek dengan
sepotong dakron.

5
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa Atrial Septal Defect ( ASD ) penyakit jantung bawaan dimana terdapat
lubang ( defek ) pada sekat atau septum interatrial yang memisahkan atrium
kiri dan kanan yang terjadi karena kegagalan fusi septum interatial semasa
janin.
B. Klasifikasi
Berdasarkan letak lubang, ASD dibagi dalam tiga tipe :
1. Ostium secundum :
merupakan tipe ASD yang tersering. Kerusakan yang terjadi
terletak pada bagian tengah septum atrial dan fossa ovalis. Sekitar 8 dari
10 bayi lahir dengan ASD ostium secundum. Sekitar setengahnya ASD
menutup dengan sendirinya. Keadaan ini jarang terjadi pada kelainan yang
besar. Tipe kerusakan ini perlu dibedakan dengan patent foramen ovale.
Foramen ovale normalnya akan menutup segera setelah kelahiran, namun
pada beberapa orang hal ini tidak terjadi hal ini disebut paten foramen
ovale. ASD merupakan defisiensi septum atrial yang sejati.
2. Ostium primum :
kerusakan terjadi pada bagian bawah septum atrial. Biasanya
disertai dengan berbagai kelainan seperti katup atrioventrikuler dan
septum ventrikel bagian atas. Kerusakan primum jarang terjadi dan tidak
menutup dengan sendirinya.
3. Sinus venosus :
Kerusakan terjadi pada bagian atas septum atrial, didekat vena
besar (vena cava superior) membawa darah miskin oksigen ke atrium
kanan. Sering disertai dengan kelainan aliran balik vena pulmonal, dimana
vena pulmonal dapat berhubungan dengan vena cava superior maupun
atrium kanan. Defek sekat primum dikenal dengan ASD I, Defek sinus
Venosus dan defek sekat sekundum dikenal dengan ASD II.

6
C. Etiologi ASD
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan
angka kejadian ASD.
Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Faktor Prenatal
a. Ibu menderita penyakit infeksi rubella
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2. Faktor Genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Ayah atau ibu menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
d. Lahir dengan kelainan bawaan lain
D. Tanda dan Gejala ASD
ASD di awal kehidupan tidak menimbulkan gejala. Saat tanda dan
gejala muncul biasanya murmur akan muncul. Seiring dengan berjalannya
waktu ASD besar yang tidak diperbaiki dapat merusak jantung dan paru
dan menyebabkan gagal jantung. Keadaan ini tidak akan terjadi sampai
pasien dewasa. Tanda dan gejala gagal jantung diantaranya:
1. Kelelahan
2. Mudah lelah dalam beraktivitas
3. Napas pendek dan kesulitan bernapas
4. Berkumpulnya darah dan cairan pada paru
5. Berkumpulnya cairan pada bagian bawah tubuh.

7
E. Patofisiologi ASD
Darah arterial dari atrium kiri masuk ke atrium kanan. Aliran tidak
deras karena perbedaan tekanan atrium kiri dan kanan tidak besar (tekanan
atrium kiri lebih besar dari tekanan atrium kanan. Beban pada atrium
kanan, atrium pulmonalis kapiler paru, dan atrium kiri meningkat,
sehingga tekanannya meningkat. Tahanan katup pulmonal naik, timbul
bising sistolik karena stenosis relative katup pulmonal.
Juga terjadi stenosis relative katup trikuspidal, sehingga terdengar
bising diastolic. Penambahan beban atrium pulmonal bertambah, sehingga
tahanan katup pulmonal meningkat dan terjadi kenaikan tekanan ventrikel
kanan yang permanen. Kejadian ini berjalan lambat. Pada ASD primum
bias terjadi insufisiensi katup mitral atau trikuspidal sehingga darah dari
ventrikel kiri atau kanan kembali ke atrium kiri atau kanan saat sistol

8
F. Pathway
Berikut pathway ASD

Defek antara atrium dextra dan


atrium sinistra

Tekanan atrium
sinistra > atrium
dextra

Terjadi aliran yang tinggi dari atrium sinistra ke strium dextra

Vol. ventrikel sinistra


Vol. atrium dextra

Curah jantung Akral dingin


Vol. ventrikel dextra

Hipoksia Heart rate


jaringan Peningkatan aliran
meningkat
darah pulmonal

Preload
Kelemahan Edema paru

Dx 2 : TD
Dx 4 : kerusakan
intoleransi
pertukaran gas
aktivitas
Dx 1 : penurunan
CO

Ketidakadekuatan O2 BB rendah/tidak bertambah,


dan nutrisi ke jaringan pertumbuhan dan perkembangan
lambat

Dx 3 : gangguan pertumbuhan dan perkembangan

9
G. Manifestasi Klinis
Penderita ASD sebagian besar menunjukkan gejala klinis sebagai
berikut :
1. Detak jantung berdebar-debar (palpitasi)
2. Tidak memiliki nafsu makan yang baik
3. Sering mengalami infeksi saluran pernafasan
4. Berat badan yang sulit bertambah
Gejala lain yang menyertai keadaan ini adalah :
1. Sianosis pada kulit di sekitar mulut atau bibir dan lidah
2. Cepat lelah dan berkurangnya tingkat aktivitas
3. Demam yang tak dapat dijelaskan penyebabnya
4. Respon tehadap nyeri atau rasa sakit yang meningkat.
H. Penatalaksanaan Medis
ASD kecil tidak perlu oprasi karena tidak menyebabkan gangguan
hemodinamik atau bahaya endokarditis infektif. ASD besar perlu tindakan
bedah yang dianjurkan dilakukan dibawah umur 6 tahun (pra sekolah).
Walaupun setelah operasi kemungkinan ventrikel kanan masih
menunjukkan dilatasi. Hal ini karena komplien otot jantung sudah
berkurang. Pada penutupan spontan ASD sangat kecil kemungkinannya
sehingga operasi sangat berarti. Defek fosa ovalis atau defek
atrioventrikuler dengan komplikasi ditutup dengan bantuan mesin jantung
paru.

10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian Umum
a. Keluhan Utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke dokter
tergantung dari jenis defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun
atrium, tapi biasanya terjadi sesak, pembengkakan pada tungkai dan
berkeringat banyak.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Anak mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan
pembengkakan pada tungkai tapi biasanya tergantung pada derajat
dari defek yang terjadi.
2) Riwayat kesehatan lalu
a) Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu
(infeksi virus Rubella), mungkin ada riwayat pengguanaan
alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM pada ibu.
b) Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
c) Riwayat Neonatus
 Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
 Anak rewel dan kesakitan
 Tumbuh kembang anak terhambat
 Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegali
 Sosial ekonomi keluarga yang rendah.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
 Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang
mengalami kelainan defek jantung

11
 Penyakit keturunan atau diwariskan
 Penyakit congenital atau bawaan
e) Sistem yang dikaji :
Pola Aktivitas dan latihan
 Keletihan/kelelahan
 Dispnea
 Perubahan tanda vital
 Perubahan status mental
 Takipnea
 Kehilangan tonus otot
Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan
 Riwayat hipertensi
 Endokarditis
 Penyakit katup jantung.
Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
 Ansietas, khawatir, takut
 Stress yang b/d penyakit
f) Pola nutrisi dan metabolic
 Anoreksia
 Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
g) Pola persepsi dan konsep diri
 Kelemahan
 Pening
j) Pola peran dan hubungan dengan sesama
 Penurunan peran dalam aktivitas sosial dan keluarga

12
B. Pemeriksaan Fisik
1. Pada pemeriksaan biasanya didapatkan impuls prominent ventrikel
kanan dan pulsasi arteri pulmonal yang terpalpasi. Bunyi jantung 1
normal/split, dengan aksentuasi penutupan katup trikuspid.
Bertambahnya aliran ke katup pulmonal dapat menyebabkan
terdengarnya murumur midsistolik. Splitting bunyi jantung 2  melebar
dan tidak menghilang saat ekspirasi. Murmur middiastolik rumbling,
terdengar paling keras di SIC IV dan sepanjang linea sternalis kiri,
menunjukan peningkatan alisan yang melewati katup tricuspid. Pada
pasien dengan kelainan ostium primum, thrill pada apex dan murmur
holosistolic menunjukan regurgitasi mitral/tricuspid  atau VSD.
2. Hasil pemeriksaan fisik dapat berubah saat resistensi vaskular pulmonal
meningkat menghasilkan berkurangnya pirau kiri ke kanan. Baik itu
aliran balik pulmonal dan murmur tricuspid intensitasnya akan
berkurang, komponen bunyi jantung ke 2 dan ejeksi sistolik akan
meningkat, murmur diastolic akibat regurgitasi pulmonal dapat muncul.
Sianosis dan clubbing finger berhubungan dengan terjadinya pirau kanan
ke kiri.
3. Pada orang dewasa  dengan ASD dan fibrilasi atrial, hasil pemeriksaan
dapat dipusingkan dengan mitral stenosis dengan hipertensi pulmonal
karena murmur diastolik tricuspid dan bunyi jantung 2 yang melebar.

13
C. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto Ronsen Dada
Pada defek kecil gambaran foto dada masih dalam batas normal. Bila
defek bermakna mungkin tampak kardiomegali akibat pembesaran jantung
kanan. Pembesaran ventrikel ini lebih nyata terlihat pada foto lateral.
2) Elektrokardiografi  
Pada ASD I, gambaran EKG sangat karakterstik dan patognomis, yaitu
sumbu jantung frontal selalu kekiri. Sedangkan pada ASD II jarang sekali
dengan sumbu Frontal kekiri.
3) Kateterisasi Jantung
Katerisasi jantung dilakukan defek intra pad ekodiograf tidak jelas terlihat
atau bila terdapat hipertensi pulmonal pada katerisasi jantung terdapat
peningkatan saturasi O2 di atrium kanan dengan peningkatan ringan
tekanan ventrikel kanan dan kiri bil terjadi penyakit vaskuler paru tekanan
arteri pulmonalis, sangat meningkat sehingga perlu dilakukan tes dengan
pemberian O2 100% untuk menilai resensibilitas vasakuler paru pada
Syndrome ersen menger saturasi O2 di atrium kiri menurun.
4) Eko kardiogram  
Ekokardiogram memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan dan septum
interventrikular yang bergerak paradoks. Ekokardiogrfi dua dimensi dapat
memperlihatkan lokasi dan besarnya defect interatrial pandangan subsifoid
yang paling terpercaya prolaps katup netral dan regurgitasi sering tampak
pada defect septum atrium yang besar.
5) Radiologi  
Tanda - tanda penting pad foto radiologi thoraks ialah:
a) Corak pembuluh darah bertambah
b) Ventrikel kanan dan atrium kanan membesar
c) Batang arteri pulmonalis membesar sehingga pada hilus tampak
denyutan ( pada fluoroskopi) dan disebut sebagai hilam dance.

14
D. Diagnose Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan dalam rate, irama, konduksi
jantung, menurunnya preload
2. Intoleransi aktivitas b.d hipoksia
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai
oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
4. Kerusakan pertukaran gas b.d edema paru

15
E. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan atau Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria hasil Keperawatan
1. Penurunan curah T : 1) Auskultasi nadi apical, kaji 1) Biasanya terjadi tachycardia
jantung bd Klien memperlihatkan frekuensi, irama jantung. untuk mengkompensasi penurunan
perubahan dalam peningkatan curah jantung 2) Catat bunyi jantung. kontraktilitas jantung.
rate, irama, KH : 3) Palpasi nadi perifer. 2) S1 dan S2 lemah, karena menurunnya
konduksi jantung, denyut jantung kuat, Untuk mengetahui fungsi pompa kerja pompa S3 sebagai aliran
menurunnya teratur, dan dalam batas jantung yang sangat dipengaruhi kedalam serambi yaitu distensi. S4
preload. normal oleh CO dan pengisisan jantung. menunjukkan inkopetensi atau
4) Pantau tekanan darah. stenosis katup.
5) Pantau keluaran urine, catat 3) Untuk mengetahui fungsi
penurunan keluaran, dan pompa jantung yang sangat
kepekatanatau konsentrasi urine. dipengaruhi oleh CO dan pengisisan
6) Kaji perubahan pada sensori jantung.
contoh : letargi, bingung, 4) Dengan menurunnya CO
disorientasi, cemas dan depresi. mempengaruhi suplai darah keginjal

16
7) Berikan istirahat semi recumbent yang juga mempengaruhi
(semi-fowler) pada tempat tidur. pengeluaran hormone aldosteron yang
8) Kolaborasi dengan dokter berfungsi pada proses pengeluaran
untuk terapi, oksigen, obat jantung, urine.
obat diuretic dan cairan. 5) Menunjukkan tidak adekuatnya
perfusi.
6) Serebral sekunder terhadap penurunan
curah jantung.
7) Memperbaiki insufisiensi kontraksi
jantung dan menurunkan kebutuhan
oksigen dan penurunan venous return.
8) Membantu dalam proses kimia dalam
tubuh.
2. Intoleransi aktivitas b.d T: 1) Taksiran tingkat, kelelahan, 1) Untuk memberikan informasi
hipoksia. klien menunjukkan kemampuan untuk melakukan tentang energi cadangan
perbaikan curah jantung ADL danrespon untuk beraktivitas.
yang terlihat dari aktivitas 2) Berikan periode dan istirahat dan 2) Untuk meningkatkan istirahat
klien tidur yang cukup dan menghemat energy.
3) Hindari suhu lingkungan yang 3) Karena hipertemia/ hipoterma

17
ekstrim dapat meningkatkan kebutuhan
oksigen
3. Gangguan T: 1) Beri diet tinggi nutrisi yang 1) diharapkan dengan konsumsi
pertumbuhan dan Memberikan support seimbang. diet tinggi nutrisi pertumbuhan
perkembangan b.d untuk tumbuh kembang 2) Pantau tinggi dan berat yang adekuat tercapai.
tidak adekuatnya KH : badan; gambarkan pada 2) untuk menentukan
suplai oksigen dan zat Anak mencapai grafik pertumbuhaN kecenderungan pertumbuhan.
nutrisi ke jaringan. pertumbuhan yang 3) Dorong aktivitas yang sesuai 3) melalui aktivitas yang sesuai
adekuat. usia. misalnya bermain, diharapkan
• Anak melakukan 4) Tekankan bahwa anak klien dapat tumbuh dan
aktivitas sesuai usia. mempunyai kebutuhan yang berkembang semampunya.
• Anak tidak mengalami sama terhadap sosialisasi 4) sosialisasi merupakan faktor
isolasi sosial. seperti anak yang lain. yang mempengaruhi
5) Izinkan anak untuk menata pertumbuhan dan
ruangnya sendiri dan batasan perkembangan anak
aktivitas karena anak akan 5) Memberikan kesempatan anak
beristirahat bila lelah. berkreativitas dalam melakukan
aktivitas sesuai usia.

4. Kerusakan pertukaran T: 1) Berikan bronkodilator sesuai 1) Bronkodilatormendilatasi jalan

18
gas b.d edema paru setelah diberikan yang diharuskan. napas dan membantu melawan
intervensi terjadi 2) Dapat diberikan peroral, IV, edema mukosa bronchial dan
perbaikan dalam inhalasi spasme muscular.
pertukaran gas 3) Observasi efek samping: 2) Mengkombinasikan medikasi
KH: takikardi, disritmia, eksitasi dengan aerosolized
 Melaporkan sistem saraf pusat, mual, bronkodilator nebulisasi
penurunan dispnea. muntah. biasanya digunakan untuk
 Menunjukan 4) Evaluasi tindakan nebuliser, mengendalikan bronko
perbaikan dalam inhaler dosis terukur. konstriksi
laju aliran ekspirasi. 5) kaji penurunan sesak napas, 3) Teknik ini memperbaiki
 Menggunakan penurunan mengi, ventilasi dengan membuka jalan
peralatan oksigen kelonggaran sekresi, napas dan membersihkan jalan
dengan tepat ketika penurunan ansietas. napas dari sputum.
dibutuhkan. 6) pastikan bahwa tindakan 4) Oksigen akan memperbaiki

 Menunjukan gas dilakukan sebelum makan hipoksemia. Diperlukan

darah arteri yang untuk menghindari mual dan observasi yang cermat terhadap

normal. muntah. aliran atau presentase yang


diberikan dan efeknya pada pasien.
7) Intruksikan dan berikan jika pasien mengalami retensi CO2

19
dorongan pada pasien untuk kronis, maka ada perangsangan
pernapasan diafragmatik dan bernapas
batuk yang efektif.
8) Berikan oksigen dg metoda
yang diharuskan.
9) jelaskan pentingnyatindakan
ini pada pasien.
10) evaluasi efektifitas; amati
tanda-tanda hipoksia
11) analisa gas darah arteri
bandingkan dengan nilai- nilai
dasar.
12) Lakukan oksimetri nadi untuk
memanitau saturasi oksigen.
13) Jelaskan bahwa tidak
merokok dianjurkan pada
pasien atau pengunjung

20
F. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan suatu tindakan atau pelaksanaaan
dari sebuah rencana yang sudah di susun secara matang dan terperinci,
implementasi biasanya di lakukan setelah perencaan di anggap sempurna.
Menurut Nurdin Usman mengatakan bahwa, implementasi adalah
bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem.
Implementasi bukan sekedar aktivitas tetapi suatu kegiatan yang terencana
untuk mencapai tujuan kegiatan.
G. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai
apakah tindakan keperawatan yang di lakukan tercapai atau tidak untuk
mengatasi suatu masalah (Meirisa, 2013).

21
22
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Defek Septum Atrium (ASD, Atrial Septal Defect) adalah suatu lubang
pada dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan
atrium kanan). Kelainan jantung ini mirip seperti VSD, tetapi letak kebocoran
di septum antara serambi kiri dan kanan. Kelainan ini menimbulkan keluhan
yang lebih ringan dibanding VSD.
Seluruh penderita dengan ASD harus menjalani tindakan penutupan pada
defek tersebut, karena ASD tidak dapat menutup secara spontan, dan bila
tidak ditutup akan menimbulkan berbagai penyulit di masa dewasa. Namun
kapan terapi dan tindakan perlu dilakukan sangat tergantung pada besar
kecilnya aliran darah dan ada tidaknya gagal jantung kongestif, peningkatan
tekanan pembuluh darah paru (hipertensi pulmonal) serta penyulit lain.
B. Saran
Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan
jantung ASD Sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang bermanfaat untuk
menanganinya secara efektif dan efisien .
Mahasiswa kesehatan sebaiknya memahami dan mnegetahui konsep.
Atrium septum defek dan askep nya guna unttuk mengaplikasikan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien.
Perawat memiliki pengetahuan tentang ASD untuk dapat mempengaruhi
orang tua dalam menjalani pengobatan untuk sehingga penyakit lebih berat
dapat dihindari

23
DAFTAR PUSTAKA

Let’s learn together Nurse. (10 Juli 2011), Asuhan Keperawatan dengan
Atrial Septal Defect, diperoleh 25 februari 2015, dari
http://learntogether-aries.blogspot.com/2011/07/asuhan-
keperawatan-pada-pasien-dengan.html
Wahab, Samik. Kardilogi Anak : 2009. Penyakit Jantung Kongenital yang
Tidak Sianotik. Jakarta.EGC
Blok artikel kesehatan. (28 Maret 2013). Atrial Septal Defect, diperoleh 25
Februari 2-15, dari http://lomboksehat.blogspot.com/2011/08/atrial-
septal-defect-ilmu-penyakit-anak.html
Agung Prasetya. (1 Agustus 2014). ASKEP ASD. diperoleh 25 Februari
2015,http://agungprasetya140494.blogspot.com/2014/08/asuhan-
keperawatan-atrial-septal-defect.html
Betz Lynn Ciciy dan Sawden A linda.2009. Buku Saku Keperawatan
Pediatrik.. Jakarta.EGC
Corwin J Elizabeth.2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta.EGC
Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum.
Grasindo. Jakarta.Hal 70

24

Anda mungkin juga menyukai