TERAPI TRADISIONAL/KOMPLEMENTER DI
KOMUNITAS
OLEH
2021
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat.
Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif
(Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan
terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi
peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi komplementer.
2
3. Mahasiswa dapat mengetahui jenis – jenis terapi
komplementer
4. Mahasiswa dapat mengetahui tekhnik terapi komplementer
5. Mahasiswa dapat mengetahui persyaratan terapi komplemeter
6. Mahasiswa dapat mengetahui fokus terapi komplementer
dalam keperawatan komunitas
7. Mahasiswa dapat mengetahui peran perawat dalam terapi
komplementer pada keperawatan komunitas
8. Mahasiswa dapat mengetahui penerapan terapi komplementer
pada keperawatan komunitas (lansia)
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
diposisikan sebagai upaya promosi kesehatan, misalnya klien dipijat
secara rutin untuk mencegah munculnya stress.
Terapi komplementer merupakan terapi holistis atau terapi
nonbiomedis. Hasil penelitian tentang psikoneuroimunologi
mengungkapkan bahwa proses interaktif pada manusia dengan tubuh,
pikiran, dan interaksi social memengaruhi kesejahteraan seseorang.
NCCAM menetapkan bahwa terapi komplementer secara garis besar
didasarkan sebagai kategori terapi pikiran-tubuh (mind-body terapies).
Sementara terapi biomedis lebih banyak memengaruhi seluruh tubuh dan
berfokus pada dampak terapi terhadap pengobatan atau penanganan
masalah fisik. Sebagai contoh, pada terapi biomedis, evaluasi efek obat
antihipertensi hanya ditentukan melalui tekanan darah dan tidak
memperhatikan bagaimana obat memengaruhi alam rohani dan
psikologis.
NCCAM mendefinisikan terapi komplementer adalah suatu
penyembuhan yang mencakup system kesehatan, modalitas, praktik dan
teori, serta keyakinan dari masyarakat atau budaya dalam periode sejarah
tertentu. CAM mencakup semua praktik serta ide-ide yang dimaknai
sebagai upaya mencegah atau mengobati penyakit atau mempromosikan
kesehatan dan kesejahteraan.
5
penggunaan terapi komplementer berbeda dengan model biomedis
konvensional. Biomedis berusaha untuk menghilangkan dan memperbaiki
etiologi atas masalah yang mendasari serta menekankan pada pengobatan
trauma maupun situasi darurat lainnya (Well, 1995). Sementara tujuan
terapi komplementer dalam sintesis keperawatan adalah untuk mencakup
keselarasan dan keseimbangan dalam diri seseorang. Zollman dan Vickers
(1999) menyatakan tujuan dari intervensi terapeutik adalah untuk
mengembalikan keseimbangan dan memfasilitasi respon tubuh daripada
penyembuhan proses penyakit atau penghentian gejala. Oleh karena itu,
perawat memberikan perawatan yang mencakup modifikasi gaya hidup,
perubahan diet, olahraga, pengobatan khusus, konseling, latihan,
bimbingan pada pernapasan, relaksasi serta resep herbal. Konsep ini
menekankan pentingnya system perawatan yang menerapkan pendekatan
kepedulian secara holistis terhadap perawatan yang akan meningkatkan
pelayanan kesehatan.
6
Tabel klasifiskasi berdasarkan National Center for Complementary/Alternative
Medicine
Jenis Contoh
Terapi pikiran - Yoga, tah chi, internal qi – gong, meditasi ,
tubuh imagery,hipnosis, biofedback, dukungan
( mind – body) . kelompok, terapi seni , terapi musik, terapi dansa ,
Pendekatan prilaku journaling , humor, psikoterapi tubuh, dan
psikologi, sosial,
pengakuan nonlocality, soul retrieval,
dan spiritual untuk penyembuhan spiritual, holistik nursing, plasebo
kesehatan . sweat lodges.
Terapi sistemPengobatan tradisional cina (akupuntur, formula
pengobatan herbal, diet, exterlan dan internal qi-gong, tai chi,
alternatif ( alternatif
pijatan dan manipulasi, acupotomy), sistem adat
medical sistem ). tradisional seperti pengobatan asli penduduk
pengobatan amerika, pengobatan ayuverda, unani-tibbi,
nonmedis yangpengobatan kampo, pengobatan tradisional afrika,
melibatkan teori dan pengobatan tradisional aborigin, curanderismo,
praktik dari sistem sistem pengobatan barat yang tidak konvensional
yang komplet. (hemeopati, radiestasia,, cayce-based systems,
radionics). Naturopati.
Terapi berbasis Herbal, diet khusus (pritkin, omishatki, tinggi
biologi (biological serat, makrobiotik), pengobatan orthomolecular
based therapies). (gizi), intervensi farmakologi/biologis/
Terapi yang bersifat instrumental (kartilago ozon, cone therapy,
alami. sengatan lebahelektrodiasnostik, iridologi
Praktik, intervensi,
dan produknya
berbasis biologis
Terapi manipulatif Pengobatan kiropraktik pijatan dan gerakan tubuh
dan berbasis tubuh atau body work (kranial-sakrum astheopatic
(manipulative and manipulative treatment. Pijatan swedia,
body sistems) refleksologi metode pilates, polaritas, gerak tubuh
Sistem yang trager, teknik alexander, teknik feldenkrais. Pijatan
berdasarkan pada chinese tui Na, akupresur, ralfing), serta terapi
kegiatan manipulasi fisika nonkonvensional seperti hidroterapi,
dan atau gerakan distermi, terapi, cahaya dan warna, colonic,
anggota tubuh. pernafasan ;lubang hidung secara bergantian
(alternatenostrilbreathing).
Terapi energi Sentuhan terpeutik, sentuhan penyembuhan,
(energy therapies) penyembuhan natural, shen, reiki, huna, qi-gong
Sistem pengobatan external dan magnet
yang menggunakan
medan energi halus
di dalam dan sekitar
tubuh
7
Jenis – jenis terapi Komplementer sesuai PERMENKES No:
1109/Menkes/Per/IX/2007, antara lain:
1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) meliputi :
Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif meliputi: akupuntur,
akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, Ayurveda
3. Cara penyembuhan manual meliputi: chiropractice, healing touch,
tuina, shiatsu, osteopati, pijat urut/terapi massage pada anak autis
meningkatkan perhatian dan belajar, dan dapat meningkatkan pola
makan, meningkatkan citra tubuh, dan menurunkan kecemasan pada
anak susah makan (Stanhope, 2004).
4. Pengobatan farmakologi dan biologi meliputi: jamu, herbal, gurah
5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan meliputi: diet
makro nutrient, mikro nutrient
6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan meliputi: terapi ozon,
hiperbarik, EECP
8
atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk
menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara.
3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan
alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan
penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal
yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik
terhadap keamanan maupun efektivitasnya.
Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya
efektivitasnya untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak
bisa dibandingkan satu dengan lainnya karena masing – masing
mempunyai teknik serta fungsinya sendiri – sendiri. Terapi hiperbarik
misalnya, umumnya digunakan untuk pasien – pasien dengan gangren
supaya tidak perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi
herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara,
terapi akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan
sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu
makan serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul
akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah,
fatigue (kelelahan) dan neuropati.
9
2.6. Fokus Terapi Komplementer Dalam Keperawatan Komunitas
11
keterampilan terapi komplementer seorang perawat membutuhkan pendidikan
lanjutan atau khusus (Snyder & Lindquist, 2010). Pendidikan tersebut dapat
dilakukan secara mandiri di institusi yang terakreditasi, adapun pelatihan
terapi komplementer yang telah diakui oleh Badan PPSDM (Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia) Kesehatan RI yang telah
dikembangkan adalah akupuntur dan akupresur untuk tenaga kesehatan.
Perawat yang telah mendapatkan pengakuan dari organisasi profesi atau
lembaga tersertifikasi dapat melakukan intervensi terapi komplementer untuk
praktik ataupun penelitian. Penelitian yang dilakukan perawat tetap harus
menggunakan pertimbangan etik dan standar yang sesuai dengan batasan yang
berlaku. Perawat yang terlibat aktif dalam penelitian terapi komplementer,
salah satu diantara ketua atau anggota tim interdisiplin harus memiliki
kemampuan atau sertifikat tersebut (Snyder & Lindquist, 2010). Perawat
dalam memberikan terapi komplementer dalam asuhan keperawatan dilakukan
sesuai langkah proses keperawatan. Hal ini sesuai undang-undang yang
berlaku di Indonesia tentang tugas dan wewenang perawat dalam
penatalaksanaan tindakan komplementer dan alternatif. Proses keperawatn
penting digunakan bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, mengatasi
masalah aktual atau potensial dalam status kesehatan (Bertnan et al, 2015).
Perawat menggnakan proses keperawatan dengan mempertimbangkan klien
menjadi mampu mengenali kesehatannya sendiri dan menghormati
pengalaman subjektifnya yang relevan dalam memelihara kesehatan atau
pendampingan dalam pemulihan. Dala model kesehatan holistik klien
dilibatkan dalam proses pemulihan dan juga pemeliharaan kesehatan
(Edelman dan Mandle, 2010). Artinya seseorang perawat yang melakukan
intervensi komplementer harus menggunakan pendekatan proses keperawatan,
jika tidak demikian makan praktik yang dilakukan identik dengan pengobat
tradisional (batra). Kebutuhan praktik keperawatan lanjut dalam memberikan
terapi komplementer yang terintegrasi antara intervensi konvensional dengan
tradisional dapat memunculkan dileme terhadap penghargaan imbalan jasa
(Gaydos, 2001).
12
2.8. Penerapan Terapi Komplementer di Komunitas (Lansia )
1. Gangguan Persarafan pada Lansia dengan Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi
lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg (Smeltzer,2001). Menurut WHO (1978), tekanan
darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Pada usia lanjut patogenesis terjadinya hipertensi usia lanjut sedikit berbeda
dengan yang terjadi pada dewasa muda. Faktor yang berperan pada usia lanjut
terutama adalah :
1). Penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron akibat proses
menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus : hipertensi
glomerulo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.
2). Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Makin lanjutnya usia
semakin sensitive terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.
3). Peningkatan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang pada akhirnya akan
mengakibatkan hipertensi sistolik saja.
4). Perubahan ateromatus akibat proses menua menyebabkan disfungsi
endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan substansi
kimiawi lain yang kemudian menyebabkan resorbsi natrium di tubulus
ginjal, meningkatkan proses sclerosis pembuluh darah perifer dan keadaan
lain yang berakibat pada kenaikan tekanan darah.
13
dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyup jantung waktu istirahat
yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar,
kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun (Poweell,
2000).
Tujuan senam lansia dengan hipertensi :
a. Melebarkan pembuluh darah
b. Tahanan pembuluh darah menurun
c. Berkurangnya hormon yg memacu peningkatan tekanan darah
d. Menurunkan lemak / kolesterol yang tinggi.
2) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai
untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga
untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
3) Khiropraktik
Terapi cara ini dlakukan melalui perbaikan pada ruas tulang belakang,
terutama pada posisi tulang atlas leher. Perbaikan langsung terlihat pada
terapi minggu pertama sampai dengan minggu kedelapan (The Journal of
Human Hypertension). Terjadi penurunan rata-rata 17 mmHg untuk
tekanan sisitolik dan 10 mmHg untuk tekanan diastolik, yang identik
dengan hasil terapi yang dicapai dengan menggunakan dua macam obat
anthipertensi. Cara pengobatan ini dilakukan dengan penekanan dan
tarikan jari jemari tangan pada ruas tulang belakang tersebut atau dengan
bantuan alat yang digetarkan oleh arus listrik. Tujuannya adalah
memperbaki dan mengembalikan posisi tulang belakang atau ligament ke
posisi normalnya. Tulang belakang sebagai pusat saraf motorik dan
otonom berperan dalam timbulnya berbagai keluhan penyakit, termasuk
hipertensi. Sebelum terapi diberikan, pasien perlu ditanyakan mengenai
gejala dan keluhan yang dialaminya, ada tidaknya tanda-tanda
osteoporosis atau patah tulang dan riwayat trauma yang mencederai tulang
punggung. Khiropraktik menjadi pilihan pengobatan alternative antara lain
14
karena efek samping obat anthipertensi yang mengganggu atau semata-
mata karena kebosanan pasien dengan penggunaan obat basa dan ingin
mencoba cara lain.
2. Gangguan Pernapasan pada Lansia Dengan Asma
Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronis saluran napas yang
menyebabkan hiperresponsvitas jalan napas. Penyakit asma ditandai
dengan 3 hal, antara lain penyempitan saluran napas, pembengkakan, dan
sekresi lendir yang berlebih di saluran napas. Berdasarkan data Organisas
Kesehatan Dunia (WHO), jumlah pengidap asma di dunia diperkirakan
mencapai 300 juta orang dan diperkirakan meningkat hingga 400 juta pada
tahun 2025. Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel,
terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan
hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48).
Terapi Komplementer yang dapat diterapkan diantaranya,
1. Latihan Pernapasan
Terapi pernapasan pada penderita asma dilakukan dengan latihan
pernapasan duduk dan pernapasan bergerak.
a. Latihan pernapasan duduk
Latihan napas pada posisi duduk bagi penderita asma merupakan
pengambilan posisi dengan tenang agar mencapai ketenangan yang
mendalam, untuk memacu otak menjalankan fungsi secara
maksimal karena otak merupakan komando tertinggi bagi tubuh.
pelaksanaan, sebagai berikut :
1) Letakan kedua telapak tangan didepan dada, tarik napas perlahan-
lahan dan diikuti tarikan kedua telapak tangan perlahan-lahan
kesamping sampai otot dada terulur kebelakang lakukan sampai 7
kali.
2) Sama seperti diatas meletakan kedua telapak tangan didepan dada,
tetapi dalam menarik napas dan menarik tangan repetisinya lebih
cepat sekali tarik sekali frekuensi pernapasan.
b. Latihan pernapasan bergerak
15
Pengolahan pernapasan yang dilakukan bersamaan dengan
melakukan gerak. Pada awal gerakan, napas ditarik sebanyak
mungkin melalui hidung, kemudian ditekan dan ditahan dibawa
perut sambil menggesek telapak kaki setengah lingkaran dengan
gerakan memutar pada posisi tiap penjuru, seiring seirama dengan
gerakan tangan. Kekhususan di dalam latihan pernapasan adalah:
waktu mengeluarkan napas (ekspirasi) dikerjakan secara aktif,
sedangkan sewaktu menarik napas, lebih banyak secara pasif.
Mengeluarkan napas melalui mulut seperti sewaktu meniup lilin
atau bersiul, pelan-pelan, dengan mengkempiskan dinding perut.
Sewaktu inspirasi, dinding perut relaks (pasif) dan udara masuk ke
paru-paru melalui hidung.
1. Teknik Pernapasan Buteyko
Teknik pernapasan Buteyko merupakan salah satu teknik olah
napas yang bertujuan untuk menurunkan ventilasi alveolar
terhadap hiperventilasi paru penderita asma (GINA, 2005).
Teknik pernapasan Buteyko juga membantu menyeimbangkan
kadar karbondioksida dalam darah sehingga pergeseran kurva
disosiasi oksihemoglobin yang menghambat kelancaran
oksigenasi dan efek Bohr pada penderita asma dapat dikurangi.
Oksigenasi yang lancar akan menurunkan kejadian hipoksia,
hiperventilasi dan apnea saat tidur pada penderita asma
(Murphy, 2005).
Teknik pernapasan Buteyko juga diyakini dapat membantu
mengurangi kesulitan bernapas pada penderita asma. Caranya
adalah dengan menahan karbondioksida agar tidak hilang
secara progresif akibat hiperventilasi. Sesuai dengan sifat
karbondioksida yang mendilatasi pembuluh darah dan otot,
maka dengan menjaga keseimbangan kadar karbondioksida
dalam darah akan mengurangi terjadinya bronkospasme pada
penderita asma (Kolb, 2009).
16
Tahapan persiapan dalam melakukan teknik pernapasan
Buteyko terdiri dari pengukuran waktu lamanya menahan
napas (control pause), konsentrasi dalam mengatur napas,
relaksasi bahu, memantau aliran udara, bernapas dangkal dan
latihan blok. Latihan teknik pernapasan Buteyko dilakukan satu
kali sehari minimal selama seminggu (Casano, 2008)
17
3. Inkontinensia stress dicirikan dengan keluarnya sejumlah kecil
urine ketika tertawa, bersin, melompat, batuk atau
membungkuk.
4. Inkontinensia overflow, dicirikan dengan volume dan aliran
urine buruk atau lambat dan merasa menunda atau mengejan.
5. Inkontinensia fungsional, dicirikan dengan volume dan aliran
urine yang adekuat.
6. Hiegiene buruk atau tanda – tanda infeksi.
7. Kandung kemih terletak di atas sifisis pubis.
18
kombinasi dengan modalitas pengobatan lain untuk
mendapatkan hasil yang lebih optimal.
19
tingkah laku ini umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap
pertama untuk penderita insomnia. Terapi tingkah laku meliputi :
a. Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik.
b. Teknik Relaksasi.
Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat
biofeedback, dan latihan pernapasan. Cara ini dapat
membantu mengurangi kecemasan saat tidur. Strategi ini
dapat membantu mengontrol pernapasan, nadi, tonus otot,
dan mood.
3. Terapi kognitif
Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur dengan
pemikiran yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada
konseling tatap muka atau dalam grup.
4. Kontrol stimulus
Terapi ini dimaksudakan untuk membatasi waktu yang dihabiskan
untuk beraktivitas.
5. Restriksi Tidur
Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan
ditempat tidur yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Dari materi diatas dapat disimpulkan bahwa terapi komplementer
adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung
atau pendamping kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai
pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.
Terapi komplementer adalah tindakan yang diberikan sebagai bagian dari
keperawatan kesehatan, terdiri dari berbagai macam bentuk praktik
kesehatan selain tindakan konpensional, ditunjukkan untuk
meningkatkan derajat Kesehatan. Di Indonesia ada 3 jenis teknik
pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional
adalah akupuntur, terapi hiperbalik, herbal medik. Terapi komplementer
untuk hipertensi yaitu : senam, teknik biofeedback, khiropraktik. Terapi
komplementer untuk asma yaitu : latihan pernapasan dan teknik
pernapasan buteyko. Terapi komplementer untuk inkontinensia urine
adalah latihan otot dasar panggul dan stimulasi listrik. Terapi
komplementer untuk insomnia adalah akupunktur dan terapi tingkah laku.
3.2. Saran
Dengan tersusunnya makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi
pembaca maupun penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami
butuhkan, karena penulis sadar bahwa penyusunan makalah ini jauh dari
kata sempurna dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
lebih baik.
21
DAFTAR PUSTAKA
Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community& public health nursing. 6th ed.
St. Louis:Mosby Inc.
22