Anda di halaman 1dari 5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Evidence Based Practice ini tepat
pada waktunya. Harapan kami semoga laporan ini bisa membantu menembah
pengetahuan dan pemehaman khususnya pada kami dan orang lain tentunya terutama
terkait dengan topik EBP yang berjudul “Efektivitas metode komunikasi terapeutik tehadap
penurunan tingkat kecemasan keluarga pasien yang di rawat di Ruang GICU A Rumah
Sakit Hasan Sadikin Bandung” Kami tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini.
Supaya laporan ini nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada laporan ini kami mohon maaf yang sebesar besarnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada pembimbing akademik
serta pembimbing klinik di ruang GICU 1 A yang terlibat mendukung dalam penulisan
laporan ini. Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat.

Bandung, 3 Januari 2023

Kelompok 1A
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan sebuah institusi yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan perseorangan secara paripurna mulai
dari pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan unit gawat darurat. Penyelenggaraan ini
bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan,
perlindungan dan keselamatan kepada pasien, masyarakat, lingkungan serta sumber
daya manusia dirumah sakit (Triwibowo, 2012).
Intensive Care Unit (ICU) merupakan salah satu ruang rawat di Rumah sakit
dengan staf dan perlengkapan khusus yang ditujukan untuk mengelola pasien dengan
penyakit, trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa sewaktuwaktu karena
kegagalan atau disfungsi satu organ atau sistem masih ada dan memiliki kemungkinan
disembuhkan kembali melalui perawatan dan pengobatan intensif (Musliha, 2010).
Kondisi pasien yang masuk ruang ICU antara lain pasien kritis, pasien tidak stabil
yang memerlukan terapi intensif, pasien yang mengalami gagal nafas berat, pasien
bedah jantung, pasien yang memerlukan pemantauan yang bersifat intensif, invasive
dan noninvasive agar komplikasi yang lebih berat dapat dihindari serta menangani
pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi akut (Haliman &
Wulandari, 2012).
Pasien yang masuk ke ruang ICU ini adalah dalam keadaan mendadak dan
tidak direncanakan. Hal ini menyebabkan keluarga dari pasien datang dengan
berbagai macam stressor. Seperti, ketakutan akan kematian, ketidakpastian, biaya
perawatan, berbagai perubahan emosional, situasi dan keputusan antara kehidupan
dan kematian, ketidakberdayaan untuk selalu berada disamping orang yang disayangi
sehubungan dengan aturan kunjungan yang ketat diruang ICU dan tidak terbiasa
dengan rutinitas lingkungan diruang ICU (Retnaningsih, 2016). Semua stressor ini
menyebabkan keluarga jatuh pada kondisi psikologis yang tidak stabil berupa rasa
takut yang berlebihan, perasaan menyerah dan putus asa, kecemasan hingga depresi
(Maria, 2017).
Kecemasan yang terjadi pada keluarga pasien biasanya disebabkan oleh
kurangnya informasi yang disampaikan oleh perawat melalui komunikasi khususnya
tentang kondisi dan proses perawatan pasien di ruang ICU, ketatnya aturan kunjungan
di ruang ICU yang membuat keluarga merasa tidak dapat mendampingi pasien secara
maksimal sehingga menimbulkan kecemasan pada keluarga (Davidson et all, 2014).
Kecemasan pada keluarga ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi kondisi
pasien yang dirawat di ruang ICU, hal ini terjadi jika keluarga mengalami kecemasan
maka berkibat pada pengambilan keputusan yang tertunda sehubungan dengan proses
pengobatan dan perawatan yang akan diterima pasien.
Tanda-tanda kecemasan pada keluarga yang dapat dlihat secara fisik adalah
jari tangan dingin, detak jantung cepat, badan terasa gemetar, berkeringat dingin,
kepala pusing, nafsu makan berkurang hingga tidur tidak nyenyak. Sedangkan dari
segi mental gejala yang muncul adalah berperilaku menghindar, khawatir terhadap
sesuatu, ketakutan akan ketidakmampuan mengatasi masalah, tidak dapat
memusatkan perhatian dan perasaan ingin lari dari kenyataan (Ramaiah, 2014).
Anggota keluarga memiliki peranan penting dalam membantu proses
pengobatan pada pasien, terutama dalam hal memberi dukungan moral untuk 4
mendapatkan respon pengobatan terbaik. Namun, jika keluarga dalam keadaan cemas
dan depresi yang terlalu tinggi maka mereka tidak mungkin dapat memberi dukungan
secara maksimal kepada pasien baik dari segi moral maupun dari segi materil yang
sangat dibutuhkan pasien.
Penerapan komunikasi terapeutik yang tidak maksimal oleh perawat dapat
membuat keluarga semakin cemas sehubungan dengan terbatasnya informasi tentang
perawatan pasien. Perawat terkadang hanya berfokus pada kondisi individu pasien
dalam melakukan tindakan sehingga mengabaikan kecemasan pada pasien dan
keluarganya. Padahal, dengan berkomunikasi terapeutik yang baik antara perawat
dengan keluarga pasien maka dapat menimbulkan rasa nyaman, aman, dan rasa
percaya kepada keluarga sehingga perawat dapat 5 memberikan asuhan keperawatan
yang lebih berkualitas kepada pasien (Priyoto, 2015).
Komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat haruslah sesuai tahap dan
dilakukan secara sitematis. Mulai dari tahap pra interaksi, orientasi, kerja hingga fase
terminasi. Komunikasi terapeutik itu sendiri merupakan komunikasi yang dilakukan
atau dirancang secara profesional untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat
dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi
(Afnuhazi, 2015)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam EBP ini adalah “Apakah terdapat efektivitas metode komunikasi
terapeutik tehadap penurunan tingkat kecemasan keluarga pasien yang di rawat di
ICU”
C. Tujuan
Tujuan penulisan EBP ini adalah untuk mengetahui komunikasi terapeutik
efektif terhadap penurunan tingkat kecemasan keluarga pasien yang di rawat di ICU.
D. Manfaat
Manfaat dari EBP ini adalah untuk mengetahui tingkat keefektifan komunikasi
terapeutik terhadap penurunan tingkat kecemasan keluarga pasien yang di rawat di
ICU.
Daftar Pustaka

Triwibowo, Cecep.2012. Manajemen Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit: Jakarta

Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Haliman. Alif, & Ari Wulandari. 2012. CERDAS MEMILIH RUMAH SAKIT. Ed.I.-
Yogy.ed. Benedicta Rini W. Yogyakarta: Rapha.

Retnaningsih,D. 2016 . Kepuasan Keluarga Pasien Di Ruang ICU Rumah Sakit Permata
Medika Semarang. In Jurnal Kesehatan Kusuma Husada

Maria, Sekunda. 2017. Response time Perawat dalam Memberikan Pelayanan dengan
Kepuasan Pasien Di Instalasi Gawat Darurat. Vol 4, No 2 November 2019, pp. 82-89,
PISSN 2549-4880, E-ISSN 2614-1310: 1-8.

Davison, G.C & Neale J.M. (2014). Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ramaiah,Savitri. 2014 .Kecemasan, Bagaimana Mengatasi Penyebabnya.Jakarta: Pustka


Populer Obor.

Priyoto. (2015). Perubahan dalam perilaku kesehatan konsep dan aplikasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Afnuhazi, R., (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai