Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengalaman merupakan semua aktivitas kehidupan manusia yang

meliputi semua poses kehidupannya dan saling berpengaruh antar individu

dalam lingup fisik maupun sosial (Aswasulasikin, 2018). Pengalaman setiap

individu pasti berbeda-beda, apalagi pengalaman antara keluarga satu

dengan keluarga lainnya ketika ada salah satu dari keluarga mereka yang

sedang mengalami penyakit kronis atau kritis pasti responnya akan berbeda,

bahkan ada keluarga pasien yang mendampingi pasien dalam kondisi kritis

pasti mengalami kondisi stress yang tinggi (Porter, 2012 dalam Pae, dkk

2015). Pengalaman psikologi yang lain yang juga muncul seperti gelisah,

cemas, dan juga tanda-tanda depresi yang dapat terjadi pada keluarganya.

Keluarga merupakan suatu sistem yang saling berkaitan dan memiliki

bagian-bagian yang terhubung antara satu dengan yang lain.Gangguan pada

keluarga dapat disebabkan oleh tidak berfungsinya keluarga.

Keluarga pasien mengalami stressor sehingga menimbulkan

masalah psikologi yang akhirnya menimbulkan perasaan gelisah dan cemas

karena ingin segera mengetahui kondisi pasien tertolong atau tidak. Selain

itu perasaan sedih juga dialami keluarga pasien ketika melihat anggota

keluarganya yang sedang terbaring sakit karena terpasang banyak alat medis

serta banyak tindakan medis yang dilakukan pada pasien sehingga

menimbulkan perasaan sedih pada keluarganya, selain itu keluarga pasien


1
2

juga berharap agar dapat mendampingi pasien secara terus menerus di

ruangannya, akan tetapi keluarga pasien juga merasakan hambatan untuk

mendampingi pasien salah satunya karena tidak adanya prosedur

pendampingan, kurangnya pengetahuan juga membuat bingung dengan

segala tindakan medis yang dilakukan, serta hambatan pendampingan juga

berasal dari segi fasilitas yang ada di rumah sakit (Pae, dkk, 2015).

Rumah sakit merupakan suatu tempat yang unik dan kompeks.

Rumah sakit unik karena tidak hanya memberikan perawatan dan

pengobatan, tetapi juga tempat tinggal, perawatan yang ada di rumah sakit

dalam bentuk pelayanan terhadap pasien yang sedang melakukan rawat inap

ataupun pasien yang hanya melakukan pengobatan. Kompleksnya sebuah

rumah sakit karena terdapat permasalahan yang rumit dimana rumah sakit

adalah suatu organisasi padat karya dengan latar belakang pendidik yang

berbeda-beda didalamnya, terdapat berbagai fasilitas pengobatan, berbagai

macam peralatan medis, dan yang dihadapi oleh tenaga medis di rumah sakit

adalah berbagai individu yang beremosi labil, tegang emosional karena

sedang keadaan sakit termasuk juga keluarga pasien (Setyawan dan

Supriyanto, 2019). Rumah sakit didalamnya terdapat beberapa bangsal salah

satunya seperti bangsal bedah, bangsal dalam, bangsal perinatalogi, VK

(Verlos Kamer) dan ponek, IGD (Instalasi Gawat Darurat), dan

ICU/Intensive Care Unit (Agustin dkk, 2016).

ICU (Intensive Care Unit) merupakan sebuah kesatuan

organisasional pelayanan klinis khusus yang terpisah dari unit lainnya,

ruangan ini di operasikan secara terintegritas dengan depertemen lainnya

2
3

didalam sebuah rumah sakit. Ruang ICU terdapat tenaga kerja yang

profesional seperti dokter, perawat, dan petugas kesehatan lainnya yang

dioperasikan dengan kebijakan dan prosedur khusus dalam usaha

meningkatkan kualitas pelayanan dan edukasi berkelanjutan dengan

mengembangkan program riset tersendiri. Ruang ICU memiliki peran

penting sesuai levelnya dan berkewajiban menyokong pelayanan rumah

sakit (Rehatta, dkk, 2019).

Ruang ICU yang ada di rumah sakit merupakan salah satu area

untuk melakukan perawatan intensif, pasien-pasien yang berada di ruangan

ini dipantau secara ketat dan diberikan terapi supportif maksimal. Ruangan

ini diberikan pada pasien yang mengalami penyakit kritis dengan ancaman

atau yang mengalami ancaman, gagal organ, gagal fungsi vital, pasien

dengan penyakit yang potensial mengancam nyawa sehingga pemeriksaan

diagnostik dan adekuat serta terapi pengobatan maupun pembedahan dapat

dilakukan pada pasien.

Pasien yang di rawat di ruang ICU atau di ruang lainnya biasanya

bersal dari berbagai daerah yang berbeda-beda, sehingga mereka memiliki

kebiasaan-kebiasaan dan budaya yang berbeda. Seperti halnya budaya pada

orang Madura yang sangat unik pada saat berkunjung ke rumah sakit.

Masyarakat Maduara mempunyai sifat kekeluargaan yang kuat, sehingga

mereka lebih mementingkan kepentingan keluarga dan kerabat

dibandingakan kepentingan pribadi, misal jika ada tetangganya yang

kesusahan misalnya saat ada salah satu tetangganya yang sakit maka mereka

akan sigap untuk menolong sesama, itupun mereka tanpa diminta untuk

3
4

membantu tetangga atau kerabatnya yang sakit untuk dibawa ke rumah

sakit maka mereka akan saling membantu tetangga yang mengalami

kesusahan, selain itu ketika ada kerabat atau tetangganya yang sedang sakit

maka mereka akan beramai-ramai menjenguk ke rumah sakit, sehingga

timbul rasa kekeluargaan, rasa keperdulian, rasa kebersamaan, ikut

merasakan apa yang di alami oleh kerabat merupakan alasan orang Madura

khususnya daerah perdesaan yang datang untuk menjenguk kerabatnya yang

dirawat di rumah sakit (Walangitan dan Sadewo, 2014).

Budaya berkunjung ke Rumah Sakit ini oleh masyarakat memiliki

2 dampak yaitu dampak positif dan negatif. Dampak positif yang dapat

diambil dari budaya ini adalah adanya dukungan sosial bagi anggota

keluargayang sakit, sedangkan damak negatifnya adalah asien merasa tidak

nyaman karena bising dan tiak bisa istirahat (Walangitan dan Sadewo,

2014). Sedangkan ketika pasien di rawat di ruang ICU biasanya adalah

pasien-pasien yang gawat darurat, pasien kritis, dan pasien yang mengalami

penyakit kritis yang membutuhkan perawatan intensive yang di pantau

secara ketat, membutuhkan ketenangan dan juga kenyamanan (Rehatta,

2019). sehingga budaya tersebut dapat memberikan pengaruh negatif

terhadap pasien ICU yang di rawat. Berdasarkan dari hasil studi

pendahuluan yang peneliti dapatkan dari RSUD.Dr. Moh Anwar Sumenep,

dari 10 pasien yang di rawat di sana, didapatkan data 8 dari 10 pasien dijaga

oleh keluarga pasien lebih dari 10 orang dan 2 pasien lainnya hanya dijaga

kurang dari 10 orang. Kebanyakan dari pasien tersebut dijaga oleh keluarga

pasien lebih dari 10 orang.

4
5

Hasil pelitian yang dilakukan di Amerika mnunjukkan 20% (1 dari

5 setara 500.000 orang pertahun) meninggal di ruang ICU, sedangkan 25 %

meninggal (Curtis, 2008 dalam Agustin dkk, 2016). Angka kematian di

ruang ICU RSUP DR.Sardjito yaitu 31% tahun 2010 (233 dari 742 pasien)

yang terdiri dari 8% meninggal sebelum dirawat 48 jam dan 23% meninggal

setelah lebih 2 hari dirawat (Medical Record RSUP DR. Sardjito, 2010

dalam Agustin dkk, 2016).

Pengalaman yang di alami oleh keluarga pasien ketika berada di

rumah sakit biasanya bermacam-macam. Keluarga pasien yang mengalami

sakit kritis atau penyakit kronis biasanya merasakan perasaan cemas yang

tinggi, takut, sedih, marah, rasa ingin mendampingi pasien secara terus-

menerus sehingga perawatan pasien keluarga pasien oleh keluarga tidak

berfungsi dengan baik. Selain itu perasaan cemas yang dialami oleh

keluarga pasien dapat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien,

bahkan dapat memperparah kondisi pasien (Stuart dan Sunden, 2008 dalam

Agustin dkk, 2016). Kecemasan yang terjadi ada keluarga pasien

disebabkan oleh tidak tahu dengan diagnosis dan tindakan medis yang akan

diberikan oleh nakes. Keluarga merupakan pedukung sistem utama yang

memberikan setiap perawatan langsung pada pasien.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui “Pengalaman Keluarga Suku Madura Selama Proses

Pendampingan Pasien di Ruang Intensive Care Unit RSUD Dr.H. Moh

Anwar Sumenep”.

5
6

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu :

“Bagaimana pengalaman keluarga suku Madura selama proses

pendampingan pasien di Ruang Intensive Care Unit RSUD Dr. Moh Anwar

Sumenep? ”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengalaman keluarga suku Madura selama proses

pendampingan pasien di Ruang Intensive Care Unit RSUD Dr.Moh

Anwar Sumenep.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengalaman kelurga suku Madura di Ruang

Intensive Care Unit RSUD Dr.Moh Anwar Sumenep.

2. Mengidentifikasi proses pendampingan pasien di Ruang Intensive

Care Unit RSUD Dr.Moh Anwar Sumenep.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian

dan memberikan informasi pada peneliti berikutnya untuk melakukan

penelitian yang lebih komprehensif.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Sebagai informasi dan bahan masukan bagi pendidikan

keperawatan mengenai pengalaman keluarga suku Madura selama proses

6
7

pendampingan pasien di Intensive Care Unit sehingga institusi

pendidikan keperawatan dapat mengetahui pengalaman keluarga pasien

ketika di ruangan Intensive Care Unit.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Rumah Sakit

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kualitas

pelayanan pasien dan keluarga pasien.

b. Memberi informasi kepada Rumah Sakit tentang pengalaman keluarga

pasien selama pendampingan pasien di ruang ICU.

2. Masyarakat

Masyarakat dapat menmgetahui informasi tentang bagaimana

pengalaman keluarga pasien di ruang ICU selama proses mendampingi

pasien, sehingga masyarakat mengetahui hal apa saja yang yang harus di

lakukan dan dirasakan ketika mendampingi pasien di ruang ICU.

7
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Faktor yang
mempengaruhi
pengalaman :
1. Tingkat
pendidikan
Anggota
2. Umur Pengalaman
Keluarga
3. Budaya keluaraga
4. Latar belakang
sosial ekonomi
5. Lingkungan fisik Dirawat di ruang
6. Pekerjaan ICU
7. Kepribadian

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Gambar 3.1 : Kerangka Konseptual Pengalaman Keluarga Suku Madura


selama Proses Pendampingan Pasien di Ruang Intensive Care
Unit RSUD Dr.H. Moh Anwar Sumenep.

8
9

Berdasarkan pada gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa pengalaman

keluarga yang mendampingi pasien di ruang ICU dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitutingkat pendidikan, umur, budaya, latar belakang sosial ekonomi,

lingkungan fisik, pekerjaan, dan keperibadian.

Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti tentang “Pengalaman

Keluarga Suku Madura selama Proses Pendampingan Pasien di Ruang Intensive

Care Unit RSUD Dr.H. Moh Anwar Sumenep.”


BAB 4

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan disajikan metode penelitian yang akan dijelaskan untuk

menjawab tujuan penelitian berdasarkan masalah yang telah ditetapkan antara lain

desain penelitian, kerangka kerja, identifikasi variabel, definisi operasional,

sampel penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, etika penelitian, dan

keterbatasan.

4.1 Desain Penelitian dan Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian

Kualitatif. Dimana penelitian ini menggunakan pendekatan Fenomenologi

yang bermaksud untuk memahami suatu fenomena yang terjadi pada subjek

penelitian secara holistic dan deskriptif dalam bentuk kata-katadan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang dialami dan dengan memanfaatkan

berbagai metode ilmiah. Penelitian ini dilakukan dengan cara sebuah

pengamatan dan interview wawancara mendalam kepada anggota keluarga

dalam mendampingi proses pendampingan pasien. Dalam penelitian ini

peneliti ingin meneliti tentang “Pengalama Keluarga Suku Madura selama

Proses Pendampingan Pasien di Ruang Intensive Care Unit RSUD Dr.Moh.

Anwar Sumenep”.

4.2 Keranga Kerja (Frame Work)

Frame work adalah sesuatu yang abstrak, logika scara arti harfiah

dan akan membantu dalam menghubungkan hasil penemuan dengan hoby of

knowledge (Nursalam, 2017).

10
Populasi
Sebagian keluarga pasien di Ruang ICU RSUD Dr. Moh.Anwar Sumenep:
921 orang

Sampel/Informan :
Sebagian keluarga yang mendampingi proses pendampingan pasien di ruang
ICU sebayak 10 orang

Tehnik Sampling
Purposive Sampling

Variabel Penelitian
Pengalaman Keluarga Suku Madura Selama Proses
Pendampingan Pasien di Ruang ICU

Pengumpulan Data
Indepent interview, handphone, buku catatan

Analisis Data
Open Coding, Axial Coding, Selective Coding

Hasil dan Pembahan Data

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.1 kerangka kerja Pengalaman Keluarga Suku Madura dalam


Proses Pendampingan Pasien di Ruang Intensive Care Unit
RSUD.Dr. Moh Anwar Sumenep.

11
4.3 Sampling Design

4.3.1 Informan

Sampel adalah seleksi dari keseluruhan subjek yang diteliti dan

mewakili seluruh populasi (Nursalam, 2017). Dalam hal ini yang menjadi

sampel dalam penelitian ini yaitu keluarga pasien yang mendampingi pasien

selama pasien di rawat di ruang ICU. Estimasi jumlah sampel yang akan

dipilih yaitu sebanyak 10 orang.

4.3.2 Sampling

Tehnik sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi sebuah

peristiwa dari populasi untuk dapat mewakili populasi penelitian

(Nursalam, 2017). Dalam penelitian tehnik pengambilan data yang

digunakan adalah Purposive Sampling adalah suatu metode penelitian

sampel yang dilakukan berdasarkan maksud atau tujuan tertentu yang

ditentukan oleh peneliti (Kusuma, 2013) dalam prosedur sampling yang

paling penting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key

informan) atau situasi social tertentu yang syarat informasi. Memilih

sampel, dalam hal ini informan kunci atau situasi social lebih cepat di

lakukan dengan sengaja atau bertujuan, yakni dengan Purposiv Sampling.

Informan pada penelitian ini merupakan keluarga pasien yang mendamping

pasien di ruang ICU dan mampu memberikan informasi yang dibutuhkan

peneliti tentang tema peneliti yang ingin diteliti dengan kriteria inklusi dan

eklusi sebagai berikut:

12
1. Kriteria Inklusi

a. Informan merupakan keluarga inti (orang tuaa, saudara kandung, anak,

suami atau istri) yang mendampingi pasien di ruang ICU RSUD Dr.

Moh Anwar Sumenep.

b. Pasien opname lebih dari 2 hari di ruang ICU.

c. Keluarga mampu menceritakan dengan lisan penalamannya dengan

baik.

d. Bersedia menjadi responden dengan mengisi informend consent.

2. Kriteria Eklusi

a. Informan merupakan keluarga pasien yang hanya 1-2 hari

mendampingi pasien di ruang ICU RSUD Dr. Moh Anwar Sumenep.

b. Mengundurkan diri menjadi informan.

c. Anggota keluarga sedang sakit saat penelitian.

4.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu bentuk pengukuran atau ciri yang dimiliki

oleh anggota dalam suatu kelompok (orang, situasi, benda)yang berbeda

dengan yang dimiliki kelompok tersebut (Nursalam, 2017). Data penelitian

ini variabelnya adalah “Pengalaman Keluarga Suku Madura dalam Proses

Pendampingan Pasien di Ruang Intensive Care Unit RSUD.Dr. Moh Anwar

Sumenep”.

4.5 Definisi Oprasional

Definisi Operasional adalah mendefinisikan suatu variabel secara

operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati dalam pengukuran

13
secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena dengan menggunakan

parameter (Nursalam, 2017).

Table 4.1 Definisi operasional Pengalaman Keluarga Suku Madura


dalam Proses Pendampingan Pasien di Ruang Intensive Care
Unit RSUD.Dr. Moh Anwar Sumenep.

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur

Pengala Pengalaman- Pengalaman keluarga pasien Observasi dan


man pengalaman yang Kebiasaan selama pendampingan pasien wawancara
keluarga dialami keluarga selama
pasien proses pendampingan
pasien ketika berada di
ruang ICU

4.6 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini tehnik pengumpulan data yang digunakan oleh

peneliti adalah dengan melakukan observasi dan wawancara mendalam

dimana peneliti akan memperoleh keterangan atau hal-hal yang mendalam

dari informan untuk tujuan peneliti dengan cara Tanya jawab sambil tatap

muka secara langsung dengan informan tentang pengalaman kelurga pasien

selama proses pendampingan pasien dengan atau tanpa menggunakan

pedomen. Setelah mengenal calon informan, maka peneliti memperkenalkan

identitas dan para informanpun memperkenalkan identitas mereka. Setelah

itu peneliti melakukan kontrak waktu untuk melakukan wawancara dengan

masing-masing informan. Berdasarkan waktu yang telah disepakati, peneliti

menemui calon informan pertama, menjelaskan tujuan penelitian, manfaat,

prosedur penelitian, hak-hak informan, peran informan dalam penelitian

serta membina hubungan saling percaya dengan calon informan. Dalam

pengumpulan data ini peneliti menggunakan alat bantu perekam

14
(handphone), kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang ada dalam

pedomen wawancara yang telah disiapkan sebelumnya.

Wawancara diawali dengan pertanyaan terbuka dan bersifat umum

tentang kabar informan, aktivitas sehari-hari, keterlibatan dalam kegiatan

sehari-hari dan lingkungan keluarga maupun sosialnya, pengalaman pribadi

informan selama merawat anggota keluarganya yang sakit, hingga

dilanjutkan dengan pertanyaan berdasarkan pedomen wawancara, dan tujuan

penelitian. Setelah wawancara selesai, maka peneliti meminta ketersediaan

dari informan untuk diwawancarai kembali apabila peneliti perlu

mengklarifikasi jawaban yang telah diberikan sebelumnya atau bila peneliti

butuh tambahan data.

Proses pengumpulan data telah dilakukan dengan mewawancarai

pada 9 informan dan 1 petugas kesehatan di RSUD Dr. Moh. Anwar

Sumenep, peneliti akan mewawancarai sampai mencapai saturasi data pada

informan yang dituju. Proses wawancara dilakukan dalam waktu 40 sampai

60 menit tiap informan. Selama proses wawancara dari informan pertama

hingga informan ke 10 informan, peneliti mengisi catatan lapangan yang

berisi tentang tanggal, waktu, dan informasi dasar tentang suasanaa saat

wawancara dilakukan di RSUD Dr. Moh. Anwar Sumenep.

4.7 Alat dan Bahan

Pada penelitian fenomenologi, alat pengumpul data yang digunakan

sesuai dengan bentuk data yang akan diperoleh. Dalam penelitian ini,

peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan beberapa alat

bantu yaitu: diri peneliti, pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan pedomen

15
wawancara, wawancara dilakukan secara semi terstruktur, catatan lapangan

untuk menulis hasil observasi yang berisikan deskriptif tentang tanggal,

waktu dan informasi dasar tentang suasana saat wawancara seperti keadaan

lingkungan, interaksi sosial dan aktivitas yang sedang berlangsung pada saat

wawancara. Dan alat perekam yang digunakan adalah tape recorder

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di ruang ICU RSUD.Dr.Moh Anwar

Sumenep pada bulan Maret 2020. Setelah mendapatkan izin penelitian dari

Universitas Wiraraja Sumenep. Maka penelitian ini meminta izin kepada

Direktur RSUD.Dr.Moh Anwar Sumenep untuk melakukan penelitian

kepada keluarga pasien di ruang ICU. Selanjutnya peneliti mengumpulkan

populasi dan menentukan sampel yang akan di teliti.

Tahapan ini dibagi dalam 3 tahapan, yaitu:

1. Pra Lapangan

Pada tahapan pra lapangan peneliti akan melakukan obsevasi

pendahuluan untuk menentukan beberapa hal berikut :

a. Menentukan tema pokok penelitian.

b. Menemukan gatekeepers dan key person untuk menjembatani peneliti

dengan informan dalam proses penelitian.

c. Menemukan gambaran umum penelitian.

2. Lapangan

Pada lapangan adalah tahap pengumpulan data, dimana untuk

mengumpulkan data maka dilakukan hal sebagi berikut:

16
a. Menemukan informan.

b. Melakukan observasi, wawancara serta membuat catatan dari hasil

penelitian.

c. Menggunakan trianggulasi data untuk menemukan kebenaran data.

d. Membuat catatan penelitian.

3. Menyusun Laporan

Pada tahap ini data yang sudah terkumpul akan dilakukan

sebagai berikut :

a. Membuat laporan penelitian.

b. Melengkapi kekurangan data.

c. Melakukan triangulasi data.

4.9 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu cara peneliti

memperoleh data penelitian mulai dari persiapan, intervensi hingga

pengambilan data dan terminasi.

Table 4.2 Prsedur Pengambilan Data Penelitian Studi Kualitatif


Pengalaman Keluarga Suku Madura Selama Proses
Pendampingan Pasien Di Intensive Care Unit RSUD. Dr.
Moh Anwar Sumenep.
Prosedur
tetap
1 Pengertian Pengalaman-pengalaman yang dialami keluarga selama proses
pendampingan pasien ketika berada di ruang ICU.
2 Tujuan 1. Mengidentifikasi pengalaman kelurga suku Madura di Ruang Intensive
Care Unit RSUD Dr.Moh Anwar Sumenep.
2. Mengidentifikasi proses pendampingan pasien di Ruang Intensive Care
Unit RSUD Dr.Moh Anwar Sumenep.

3 Prinsip 1. Bersedia menjadi informan dalam dalam penelitian dengan mengisi


lembar persetujuan yang telah disiapkan oleh peneliti.
2. Merahasiakan identitas informan (memakai inisial) dan informasi yang
telah di sampaikan.
3. Menggunkan bahasa yang mudah dimengerti oleh informan
4. Segala bentuk pertanyaan yang diajukan dicatata, direkam menggunakan
alat perekam suara atau video.
4 Persiapan 1. Lakukan pre induksi (wawancara) untuk membangun bina hubungan
17
lingkungan saling percaya (BHSP).
2. Memberikan penjelasan pada informan dalam melaksanakan wawancara
mendalam dengan peneliti.
3. Carilah tempat bagi informan yaitu tempat yang tidak bising, lingkungan
yang tidak formal, dan tempat yang netral.
4. Memberiakn waktu pada saat wawanacara

Tahap kerja :
1. Persiapan alat dan bahan
a. Lembar wawancara dan buku catatan
b. Alat perekam (suara, kamera, video)
c. Notes (catatan)
d. Alat tulis
2. Persiapan informan
a. Inorman diposisikan menghadap peneliti
b. Memposisikan informan senyaman mungkin agar tidak tegang
3. Prosedur kerja
a. Membuka wawancara
b. Menanyakan semua pertanyaan yang sudah disiapkan dalam lembaran wawancara
c. Merekam dan mencatat semua jawaban dan pertanyaan yang dikeluarkan oleh
informan selama proses tanya jawab
4. Terminasi
Apabila wawancara sudah selesai, pewawancara menyimpulkan hasil wawancara dan
ada akhirnya menyampaikan terimakasih atas partisipasinya dalam wawancara tersebut.
6 Hasil 1. Informan menjawab semua pertanyaan yang diajukan
2. Memperoleh data yang diinginkan.
3. Mengetahui segala sesuatu yang diperlukan.

7 Hal-hal 1. Proses wawancara harus diperhatikan karena topic penelitian ini


yang harus merupakan hal yang sensitif
diperhatikan 2. Tidak melakukan hal-hal yang tidak menjadi informan kecewa
3. Memberikan prosedur wawancara yang telah disiapkan
4. Tidak melontarkan kata-kata yang membuat informan kecewa atau
marah
5. Buat daftar pertanyaan dengan susulan kebutuhan peneliti
6. Bukalah sesi wawancara dengan cara yang tepat
7. Pastikan kebenaran data yang telah dicatat
8. Antisipasi hal-halyang tidak diinginkan (catatan hilang, pertanyaan
penting belum ditanyakan, alat rekam rusak dan memori tinggal sedikit)

4.10 Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dari hasil observasi dan wawancara

kemudian diolah dengan tahap sebagai berikut:

1. Open Coding

Pada tahap ini peneliti akan mencari selengkap dan sebanyak

mungkin variasi data yang ada termasuk didalamnya bentuk pengalaman

yang terjadi pada keluarga pasien di ruang ICU. Kemudian peneliti

18
merinci kelengkapan data yang ada untuk selanjutnya diperiksa dan

dikelompokkan berdasarkan pengalaman-pengalaman serta budaya

dalam pendampingan yang dilakukan oleh informan. Dari hasil tersebut

akan dibandingkan berdasarkan pengalaman, yang mana data tersebut

akan dijelaskan secara konsep lokal sesuai dengan ucapan informan yang

kemudian dikatagorikan sesuai dengan persamaan data yang diperoleh

dari setiap informan.

2. Axial Coding

Pada tahap ini hasil yang di peroleh di open coding

diorganisasikan kembali berdasarkan katagori untuk dikembangkan ke

arah proporsisi-proporsisi yang diantaranya adalah factor yang

mempengaruhi, fenomena, konteks, kondisi intervening, strategi interaksi

dan tindakan dan konsekuensi.

3. Selective Coding

Pada tahap ini data akan digolongkan nama yang mempengaruhi

pengalaman keluaraga, serta mengaitkan antara pengalaman keluarga

yang dimiliki dalam proses pendampingan pasien oleh keluarga tersebut.

Kemudian dari hasil penggolongan ini akan menghasilkan hubungan dan

kesimpulan yang akan menjawab judul penelitian.

4.11 Masalah Etik Penelitian

Dalam penelitian ini mengajukan izin kepada Direktur RSUD

Dr.Moh Anwar Sumenep untuk mendapatkan persetujuan, kemudian

peneliti melakukan pengambilan data kepada informan yang akan diteliti

dengan menekankan pada masalah etik sebagai berikut:

19
1. Informaned Consent (Persetujuan Responden)

Lembar persetujuan peneliti yang diberikan kepada responden

dengan tujuan agar informan mengetahui maksud dan tujuan peneliti

serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika informan

bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika

informan menolak untuk diteliti peneliti tidak akan memaksakan tetap

akan menghormati keputusan informan.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Peneliti tidak akan mencantumkan nama di lembar observasi

maupun wawancara, cukup dengan memberikan tanda atau inisial pada

lembar observasi dan wawancara. Hal ini bertujuan untuk menjaga

kerahasiaan informan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informan yang diberikan oleh informan kepada

peneliti dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

20

Anda mungkin juga menyukai