Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA

MENYEBUTKAN APLIKASI TEORI OREM DILINGKUNGAN


SEKITAR
Dosen Pengampuh : Sudarwati Nababan, S.Kep.,Ns.,M.Kep

OLEH :

MARTINA TOURISTA TOA (011221088)


ANTONIA YOVITA (011221089)
DINA DINCE TELUPERE (011221090)
PIUS NASUTION MAU (011221092)
ROMANA SANDRANI WANGGE (011221093)
ESTER TIA (011221095)
YOHANITA FIRMINA DA ATE (011221099)
STEFANIA LIDIA (011221100)
DEBORA ISADORA (011221101)

PROGRAM STUDI S I KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NUSA NIPA

INDONESIA

2023
CONTOH APLIKASI TEORI OREM DALAM KEHIDUPAN KESEHARIAN

1) PENGERTIAN TEORI OREM DAN PEMAPARAN SINGKAT MENGENAI


TEORI OREM
Orem ( 1971) Pelayanan manusia yang berpusat kepada kebutuhan manusia
untuk memgurus diri bagaimana mengaturnya secara terus - menerus untuk
dapat menunjang kesehatan dan kehidupan, sembuh dari penyakit atau
kecelakaan, dan menanggulangi akibat – akibatnya . Teori Orem ( teori self
care ) perawatan diri, atau self care deficit teori. Orang dewasa dapat merawat
diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia, dan orang sakit membutuhkan
bantuan untuk memenuhi aktivitas, self care mereka.
Asuhan keperawatan mandiri dilakukan dengan memperhatikan tingkat
ketergantungan, kebutuhan dan kemampuan pasien . Pertama perawat memberi
perawatan total ketika pertama kali asuhan keperawatan dilakukan karena
tingkat ketergantungan pasien yang tinggi. Kedua perawat dan pasien saling
berkolaborasi dalam melakukan tindakan keperawatan . Ketiga pasien merawat
diri sendiri dengan bimbingan perawat. Perlu diingaat keterlibatan keluarga,
orang terdekat dan lingkungan sekitaar pasien juga turut mendukung
kesembuhan dan kesejahteraan pasien. Pelayanan keperawatan sangat penting
saat klien tidak dapat memenuhi kebutuhan biologis, psikologis,
perkembangan atau sosial. Perawat mencari tahu mengapa klien tidak bisa
memenuhi kebutuhan tersebut. Apa yang harus dilakukan supaya klien
mendapatkan kebutuhannya dan seberapa banyak perawatan diri yang dapat
dilakukan klien, ( Potter dan Perry , 2009).

2) CONTOH KASUS DALAM KEHIDUPAN KESEHARIAN


 Penyakit DM merupakan penyakit kronis , membutuhkan
perawatan dan pengobatan jangka panjang dilakukan secara teratur.
Namun yang terjadi pasien tidak minum obat dan diet secara teratur,
obat diminum jika pasien ingat saja, begitupun pola makan yang
disediakan, keluarga menyuguhkan makanan yang sama kepada
pasien tampa memperhatikan diet pasien. Dalam hal ini sesuai
dengan teori orem perawat, dalam melakukan beberapa Tindakan
diantaranya :
 Menjelaskan kepada pasien bagaimana mengendalikan
keadaan glikemik dalam batas normal sehingga dapat
mencegah berbagai komplikasi baik akut maupun kronik.(
saleh. Mumu.Ara. Begum,& Ali ( 2012)
 Mengajarkan kepada pasien bagaimana cara mengukur kadar
gula darah secara mandiri dan melibatkan keluarga
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pentingnya menjaga
diet makanan dan minuman bagi pasien
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pentingnya
berolahraga dan pentingnya merawat area kaki .
Hal – hal yang diharapkan antara lain :
 Pasien mampu mengerti dan memahami maksud dan
penjelasan perawat,
 Pasien mampu mengukur kadar glikemia sendiri
dengan bantuan alat pengukur gula darah
 Pasien dapat minum obat tepat waktu, atau dapat
menyuntikan insulin tepat waktu, tepat dosis, tepat
tekniknya dan tepat lokasi penyuntikan
 Pasien mampu menjaga pola makan dan minum,
begitupun keluarga pasien mampu menyiapkan
makanan yang sesuai kondisi pasien.
 Pasien mampu berolahraga sesuai kemampuan dan
mampu merawat kaki pasien
Ini adalah salah satu contoh masih ada beberapa contoh lainnya diantaranya
aplikasi teori orem pada pasien skizofrenia, & pasien hipertensi,
 Pada pasien skizofrenia , dimana pasien putus obat , beberapa hari setelah putus
obat pasien Kembali berperilaku tidak normal diantaranya tidak mampu
merawat dan mengurus dirinya sendiri, tidak bisa menyikat gigi, menyisir
rambut, mandi ,memakai pakaian mandiri dsb nya, Pendekatan yang dilakukan
oleh perawat adalah melakukan komunikasi terapeutik terhadap pasien,
menciptakan suasana nyaman dan rasa kepercayaan agar pasien dapat terbuka
dan mau menerima perawat. Setelah menciptakan suasana yang kondulsif
perawat dapat memberi support agar pasien mau minum obat Kembali, selain itu
perawat dapat memotivasi pasien untuk mengurus dirinya , keterlibatan keluarga
sangat diperlukan dimana keluarga akan diberi HE untuk dapat memberi support
dan motivasi dan dapat aktif berperan langsung membantu pasien dalam
mengurus dirinya sendiri, keluarga aktif untuk selalu mengingatkan pasien jam
minum obat . Membimbing pasien agar dapat dan mampu merawat diri sendiri
,keluarga sebagai org terdekat mampu menyiapkan segala keperluan pasien dan
mempermudah proses penyembuhan .
 Pada pasien stroke di Ruang Rawat Inap salah satu rumah sakit, Nampak
pasien ini orang dewasa namun tidak mampu merawat dirinya sendiri. Tidak
terpenuhinya kebutuhan personal hygiene juga berdampak pada psikososial yang
berhubungan dengan imobilisasi. Gangguan tersebut meliputi gangguan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri
dan gangguan interaksi sosial (Wartonah, 2010). Dampak terburuk ketika
kebersihan diri tidak terpenuhi terutama pada pasien stroke., dapat timbul
beberapa gangguan antara lain adalah gangguan fisik berupa gangguan integritas
kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan
gangguan pada kuku. Menurut teori Dorthea Orem perawatan diri merupakan
kegiatan memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan kehidupan, kesehatan
dan kesejahteraan individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Model Orem
diperluas dari perawatan individu menjadi perawatan keluarga dan keluarga
dibutuhkan jika seorang dewasa tidak mampu melaksanakan perawatan
perawatan diri secara memadai untuk memepertahankan kehidupan, memelihara
kesehatan, atau penyakit. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan pemenuhan
kebersihan diri menurut Orem diantaranya usia, jenis kelamin, status
perkembangan, status kesehatan, sosiokultural, sistem pelayanan kesehatan,
sistem keluarga, pola hidup, lingkungan, dan ketersediaan sumber (Akbar,
2019). Salah satu faktor yang mempengaruhi kebutuhan perawatan diri menurut
Orem adalah sistem keluarga yaitu keluarga dapat melakukan atau menjalankan
perawatan diri yang meliputi sikap mengenai kesehatan mereka dan kemampuan
mereka untuk melaksanakan perilaku perawatan diri, hal tersebut yang
menjadikan dukungan keluarga dibutuhkan apabila individu tidak dapat
melakukan pemenuhan kebersihan diri (Friedman, 2014). Keluarga pasien
adalah orang yang 24 jam selalu menemani pasien keluarga hanya berfokus pada
pengobatan pasien dan mengabaikan kebersihan diri pasien. Dari masalah ini
maka peran perawat adalah memberi Pendidikan kesehatan kepada keluarga
pasien agar mampu merawat kebersihan diri pasien, karena keterbatasan keadaan
pasien saat ini. Keluarga diharapkan memberikan dukungan sehingga kebutuhan
pasien akan rasa dicintai dapat terpenuhi, agar pasienpun merasakan bahawa
masih ada yang memperhatikan , peduli, dan dihargai, selama berada dirumah
sakit keluarga memiliki peran dan andil dalam pemenuhan kebutuhan pasien,
dalam bentuk materi dukungan ,maupun semangat Keluarga berperan penting
dalam upaya meningkatkan kemampuan pasien untuk mandiri, meningkatkan
rasa percaya diri pasien, dan meminimalkan agar tidak menambah masalah
kesehatan (Friedman, 2013) . Beberapa bentuk perhatian juga diberikan keluarga
sebagai bentuk dukungan emosional. Keluarga juga memberikan dukungan
instrumental, seperti membantu rentang gerak sendi, dan membantu pasien
selama melakukan pengobatan. Sedangkan dukungan penghargaan pada
umumnya diberikan keluarga dalam bentuk sikap dan perhatian. Selain itu
dukungan yang diberikan keluarga dapat berupa dukungan informasional, karena
keluarga merupakan sumber informasi bagi pasien , keluarga yang selalu
mencari tahu dan menanyakan setiap perkembangan kondisi pasien pada tenaga
kesehatan di rumah sakit. Selanjutnya dapat berupa dukungan penghargaan atau
penilaian, yaitu keluarga bertindak membimbing dan Menurut hierarki
kebutuhan manusia Maslow kebersihan diri menempati tingkat pertama atau
dasar yaitu kebutuhan fisiologis dimana yang pertama kali harus dipenuhi.
Menurut teori Dorothea Orem, Perawatan diri adalah kegiatan memenuhi
kebutuhan dalam mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan
individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit yang berkembang dari
perawatan individu menjadi perawatan keluarga (Akbar, 2019).
 Pasien post sc dengan infeksi luka operasi. Tanda dan gejala yang timbul
pada infeksi post operasi jahitan dikulit perut terlihat merah dan meradang, terasa
sangat gatal, keluar cairan putih kekuningan atau darah disela-sela jahitan, merasa
panas di daerah jahitan, nyeri kalau ditekan. Peran perawat sangat penting dalam
merawat pasien dengan infeksi Post SC antara lain sebagai pemberi pelayanan
kesehatan, pendidik, pemberi asuhan keperawatan. Oleh karena itu, untuk dapat
tercapainya tujuan praktek keperawatan secara optimal dan berkualitas, maka perlu
mengembangkan ilmu dan praktek keperawatan salah satunya melalui penerapan
model konseptual self care. Teori self care ini dikemukakan oleh Dorothy Orem,
Fokus utama dari model konseptual self care ini adalah meningkatkan kemampuan
seseorang atau keluarga untuk dapat merawat dirinya atau anggota keluarganya
secara mandiri sehingga tercapai kemampuan untuk mempertahankan kesehatan
dan kesejahteraannya.. Dorothy Orem memberikan pelayanan keperawatan dengan
memunculkan potensi pada tiap individu yang terganggu karena kondisinya sakit.
Serta perawat memberikan motivasi kepada seorang klien untuk memenuhi Teori
self care ini dikemukakan oleh Dorothy Orem, Fokus utama dari model konseptual
self care ini adalah meningkatkan kemampuan seseorang atau keluarga untuk dapat
merawat dirinya atau anggota keluarganya secara mandiri sehingga tercapai
kemampuan untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraannya. Konsep self
care ini juga merupakan suatu landasan bagi kebutuhannya sendiri (self care) tanpa
adanya ketergantungan pada orang lain. Sehingga pasien secara mandiri mengerti
tentang pentingnya melakukan perawatan diri, untuk mencapai kesehatan yang
optimal. perawat dalam memandirikan individu/keluarga sesuai tingkat
ketergantungannya bukan menempatkan keluarga atau individu dalam posisi
dependent. Karena menurut Orem, self care itu bukan proses intuisi, tetapi
merupakan suatu perilaku yang dapat dipelajari melalui proses belajar (Aru, 2012).
Teori Orem masih lebih berfokus pada masalah fisiologis, namun diagnosa dapat
dikembangkan ke masalah lain sesuai hirarki kebutuhan dasar yang dikembangkan
Maslow Didapatkan 1 masalah keperawatan dari hasil pengkajian menurut aplikasi
teori Orem yang telah dilakukan yaitu: Gangguan health devition self care
berhubungan dengan infeksi pada luka Post SC. Peran dan partisipasi aktif keluarga
sangat dibutuhkan untuk ersama – sama pasien, membantu pasien memenuhi
kebutuhan pasien dalam memenuhi kebutuhan pasien selama pasien belum bisa
memenuhi kebutuhannya sendiri selama sakit
 Tuna wisma juga merupakan klien yang patut mendapat perhatian khusus
bagi perawat kesehatan komunitas.Teori Perawatan Diri banyak digunakan dalam
ilmu keperawatan untuk memberikan kerangka kerja konseptual sebagai panduan
praktik dan membangun pengetahuan perawatan diri melalui riset. Orem
mendeskripsikan perawatan diri sebagai tindakan yang berkesinambungan yang
diperlukan dan dilakukan oleh orang dewasa untuk mempertahankan hidup,
kesehatan dan kesejahteraan. Teori ini juga digunakan dalam konteks tuna wisma
oleh banyak ahli. Tuna wisma, dengan segala kondisi lingkungan dan kemampuan
yang seadanya, melakukan perawatan diri dengan seadanya pula. Hal ini
menimbulkan banyak masalah kesehatan yang muncul pada populasi tersebut. ).
Menurut Orem (2001), perawatan merupakan fokus khusus pada manusia yang
membedakan keperawatan dari pelayanan masyarakat lainnya. Dari sudut pandang
ini, peran keperawatan dalam masyarakat untuk memampukan individu dalam
mengembangkan dan melatih kemampuan perawatan diri mereka agar mereka
dapat memenuhi kebutuhan perawatan yang berkualitas dan memadahi pada diri
mereka sendiri. Menurut teori ini, individu yang mempunyai kebutuhan perawatan
diri melebihi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut disebut defisit
perawatan diri dan mengindikasikan bahwa orang tersebut membutuhkan
keperawatan. Kebutuhan perawatan diri penyimpangan kesehatan diperlukan sesuai
dengan kondisi-kondisi masalah yang banyak ditemui pada tuna wisma. Misalnya
masalah anemia, malnutrisi, penyakit kulit, infeksi telinga, gangguan mata, masalah
gigi, infeksi saluran pernafasan atas, dan masalah gastrointestinal. Masalah
kesehatan mental yang ditemukan pada tuna wisma anak-anak meliputi
keterlambatan perkembangan, depresi, ansietas, keinginan bunuh diri, gangguan
tidur, pemalu, penarikan diri, dan agresi. Perawat perlu mencari sumber masalah
dan berusaha menyelesaikan penyebab untuk mengatasi masalah yang ada. Orem
memandang manusia dalam dua kategori, yaitu yang membutuhkan perawatan diri
(tuna wisma) dan agen yang memberikan perawatan diri. Agen pemberi perawatan
tidak hanya terbatas pada perawat, namun juga keluarga atau orang lain yang dapat
memberikan perawatan kesehatan bagi tuna wisma. Kondisi sehat dapat tercapai
bila terpenuhi kebutuhan perawatan diri bagi tuna wisma. Untuk memenuhi hal ini
diperlukan strategi yang adekuat mengingat uniknya kondisi tuna wisma,
banyaknya kebutuhan perawatan diri, dan masih kurangnya support system bagi
tuna wisma terutama di Indonesia. Kondisi ini tercapai ketika tercapai
keseimbangan antara kebutuhan dengan kemampuan untuk melakukan perawatan
diri. Tuna wisma terpapar berbagai elemen, mengalami kondisi fisik yang
berdesakan dan tidak sehat. Penelitian Murray (1996, dalam Stone, 2002)
menunjukkan bahwa mayoritas tuna wisma takut terhadap kekerasan dan tidak
mampu melindungi diri. Mereka juga frustasi dengan petugas penampungan dan
reaksi negatif dari orang lain. Hal ini merefleksikan kebutuhan terhadap perawat
yang memberikan perawatan yang holistik dan sensitif terhadap kebutuhan mereka
secara kompeten. Keperawatan pada tuna wisma diharapkan muncul kesadaran
pada diri mereka untuk melakukan hal ini secara mandiri atau dengan
memanfaatkan dukungan yang ada misalnya keluarga dan agen perawatan diri
lainnya. Dengan adanya support sitym dari keluarga dan masyarakay tuna wisma
merasa bahwa mereka masih diperhatikan dan dihargaiPerawat sebagai case
manager melakukan home visit (kunjungan ke tempat persinggahan mereka) untuk
melakukan pengkajian, intervensi dan rujukan kepada agen perawatan diri lain yang
diperlukan sesuai dengan permasalahan yang ditemui. Pelayanan yang dapat
diberikan kepada mereka mencakup pelayanan kesehatan primer, nutrisi, pelayanan
legal, peer education, bantuan finansial, dan konseling NARKOBA. Ada bebrapa
gambaran asuhan keperawatan yang bisa diterapkan pada tuna wismaMengingat
keunikan kondisi klien tuna wisma, asuhan keperawatan yang diberikan harus
mempertimbangkan aspek-aspek berikut ini :
a. Accessibility : kemampuan tuna wisma untuk menggunakan pelayanan, meliputi
jarak, usaha, biaya, dan kesadaran tentang butuhnya perawatan diri sebagai kunci
bagi para tuna wisma. Akses meliputi waktu dan lokasi pelayanan.
b. Acceptability : tingkat penerimaan tuna wisma yang dapat mereka gunakan. Hal
ini ditinjau dari perspektif individu, keluarga, dan komunitas. Tuna wisma akan
memilih menggunakan pelayanan kesehatan berdasar persepsi kompetensi
perawatan, pengalaman sebelumnya, bahasa, dan budaya atau sensitivitas perilaku
pemberi pelayanan kesehatan (Magilvy, Congdon, & Martinez, 1994). Aplikasi
Teori Orem pada Tuna Wisma Volume 1, Nomor 1, Tahun 2007
c. Affordability : kesanggupan ekonomi. Kondisi tuna wisma yang kurang mampu
dalam perekonomian dapat dibantu oleh pemerintah. Diperlukan suatu bentuk
pelayanan yang optimal dengan dukungan dari pemerintah berupa dana dan
kebijakan.
d. Appropriateness : Bentuk asuhan keperawatan yang diberikan harus sesuai
dengan kebutuhan perawatan diri tuna wisma dan hal ini merasa dibutuhkan sebagai
kebutuhan utama bagi mereka. Perawat perlu menumbuhkan kepedulian tuna
wisma tentang kebutuhan perawatan diri yang diperlukan mereka.
e. Adequacy : Keadekuatan intervensi keperawatan berbasis komunitas meliputi
kualitas dan kelengkapan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
sesuai dengan tingkat kebutuhannya (wholly compensatory, partially compensatory,
atau supportive-educative system). Diperlukan rancangan program yang sangat
bagus untuk dapat menghasilkan outcome yang optimal pada populasi tuna wisma
dengan segala kondisi yang ada.
 Penerapan teori orem pada pasien yang terkena gout Arthritis ( asam urat ).
Peranan keluarga sangat diharapkan dimana ada beberapa peranan keluarga yang
muncul dalam hal ini .Keluarga mempunyai 5 tugas dibidang kesehatan yang perlu
dilakukan dan dipahami yaitu : mengenal masalah dalam kesehatan keluarga,
membuat keputusan tindakan yang tepat, memberi perawatan pada anggota
keluarga yang sakit, mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang
sehat, menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat. Peran
keluarga kepada anggota keluarga yang menderita Artritis gout adalah salah satunya
pantau kadar asam urat dengan melakukan pengecekkan secara rutin ke tempat
pusat kesehatan dan lainnya, agar mengetahui kadar asam urat dengan kadar asam
urat yang normal adalah di bawah 6 mg/dL untuk perempuan dan laki-laki di bawah
7 mg/dL. Dari sudut pandang ini, peran keperawatan dalam masyarakat untuk
memampukan individu dalam mengembangkan dan melatih kemampuan perawatan
diri mereka agar mereka dapat memenuhi kebutuhan perawatan yang berkualitas
dan memadahi pada diri mereka sendiri. Masalah ketidakmampuan pasien dan
keluarga dalam merawat penyakit Gout artritis Mengajarkan pasien dan keluarga
tentang penyakit gout, dan hari Menyarankan kontrol sebulan sekali, menyarankan
istirahat tepat pada waktunya, memotivasi melakukan intervensi yang diajarkan,
salah satunya adalah dengan kompres hangat pada lokasi persendian yang sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Andriany, M. (2007). Aplikasi Teori Self-Care Deficit Orem dalam Konteks Tuna
Wisma. Nurse Media, 1(1).

Andriyanti, L. (2018). Aplikasi Teori Dorothy Orem Dalam Pemberian Asuhan


Keperawatan Pada Ny Y Dengan Kasus Infeksi Post Sectio Cesaria Di Rumah
Sakit Kota Bengkulu. Journal of Nursing and Public Health, 5(2), 54–59.
https://doi.org/10.37676/jnph.v5i2.577

Atika, A., Metasari, D., & Marlianto, N. (2022). Jurnal Ilmiah Amanah Akademika
( JIHAD ) APLIKASI TEORI KEPERAWATAN OREM PADA PASIEN GOUT
ARTRITIS WILAYAH KERJA PUSKESMAS TABA ATAS KABUPATEN
LEBONG TAHUN Jurnal Ilmiah Amanah Akademika ( JIHAD ) Repubik
Indonesia ( Depkes RI , 2010 ) kebutuhan keluarga . 5.

Puja, P. (2023). Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. S Dengan Masalah
Halusinasi Pendengaran Melalui Terapi Generalis (SP 1-4).

(Fadhilah et al., 2022)Fadhilah, N., Pangestuti, L., & Ardina, R. (2022). Dukungan
Keluarga Dan Personal Hygiene Pada Pasien Stroke Di Rumah Sakit Mitra
Husada Pringsewu. Healthcare Nursing Journal, 4(1), 179–193.
https://doi.org/10.35568/healthcare.v4i1.1843

Anda mungkin juga menyukai