Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Penerapan Konsep Teori Dorothea E. Orem Dalam Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Stroke
Berdasarkan hasil studi kasus pada pasien Tn.“K” di lakukan dengan pendekatan
teori model Orem. Model Keperawatan menurut Orem dikenal dengan model Self Care.
Model Self Care ini memberi pengertian bahwa bentuk pelayanan keperawatan di
pandang dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat di lakukan individu dalam memenuhi
kebutuhan dasar dengan tujuan memperthankan kehidupan, kesehatan, kesejahteraan
sesuai dengan keadaan sehat dan sakit. Model umum Orem mengenai keperawatan terdiri
atas tiga konsep utama. Konsep pertama self care yaitu berfokus pada Uni versal self
care requisites, development self care requisites, dan health deviation self care requisites
terhadap kesehatan. Konsep kedua adalah deficit self care dalam konsep ini diberikan
jika seorang dewasa (pada kasus ketergantungan) tidak mampu atau terbatas dalam
melakukan self care secara efektif. Konsep ketiga adalah nursing system yang di desain
oleh perawat di dasarkan pada kebutuhan self care dan kemampuan pasien melakukan
self care. Jika ada self care defisit, self care agency dan kebutuhan self care therapeutik
maka keperawatan akan diberikan.

Tn.”K” dengan diagnosa medis Stroke telah dilakukan pengkajian, dimana klien
teridentifikasi memiliki tingkat ketergantungan Wholly Compensatory. Melalui asuhan
keperawatan dengan mengunakan pendekatan model konsep self care Orem maka
perawat akan memfasilitasi kebutuhan klien dalam menyelesaikan masalah kesehatan
hingga akhirnya klien mampu mencapai fungsi self carenya.

Menurut Orem tindakan keperawatan di berikan jika kemampuan merawat diri pada
klien berkurang dari yang di butuhkan untuk memenuhi self care klien itu sendiri. Dalam
asuhan keperawatan pada pasien stroke peran perawat sangat diperlukan. Peran perawat
dalam hal ini yaitu memberikan dan mengatur bantuan langsung pada klien dan orang-
orang terdekat dalam bantuan keperawatan, membimbing dan mengarahkan, memberi
dukungan fisik dan psikologis, memberikan dan mempertahankan lingkungan yang
mendukung perkembangan individu. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
memiliki tanggung jawab dan keterampilan yang diperlukan dalam membantu pasien
meningkatkan kemampuan perawatan diri pasien. Proses keperawatan yang di lakukan

58
59

dengan menggunakan pendekatan Orem terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,


rencana tindakan dengan rasional ilmiah, implementasi dan evaluasi.
Setelah perawat melakukan proses keperawatan maka penetapan tujuan merupakan
kolaborasi antara perawat, keluarga dan klien, dimana keluarga sebagai unit terdekat
yang nantinya akan memfasilitasi kebutuhan klien dalam mengoptimalkan potensi yang
dimiliki klien dalam menyelesaikan masalah keperawatan.
4.1.1 Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah di lakukan pada Tn.”K” pada pengkajian
universal self care, ditemukan klien mengalami kelemahan pada ekstremitas
sebelah kiri, dengan kekuatan otot 1 pada ekstremitas kiri atas dan bawah,
sedangkan kekuatan otot pada ekstremitas sebelah kanan atas dan kanan bawah
adalah 4 yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan aktivitas secara
mandiri, klien tidak mampu berdiri ataupun duduk jika klien tidak dibantu. Pada
pengkajian self care deficit klien tidak mampu memenuhi self care-nya secara
mandiri tanpa bantuan seperti ke kamar mandi, ganti pakaian, sisir rambut dan
sebagainya. Nafsu makan klien berkurang, terpasang NGT, klien susah untuk
berbicara, TD: 180/90 mmHg N: 84 x/menit S: 37,50C R: 22 x/menit.
Sistem keperawatan kompensatori penuh (wholly compensatory nursing
system) digambarkan oleh sebuah situasi dimana individu tidak mampu untuk
terlibat dalam tindakan self-care yang memerlukan kemandirian dan ambulasi
yang terkontrol serta pergerakan manipulatif atau penatalaksanaan medis untuk
menahan diri dari aktivitas. Seseorang dengan keterbatasan ini secara sosial
tergantung dengan orang lain untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraannya
(Munawaroh, 2007).
Menurut Orem dalam Muhlisin dan Ikawati (2010), dalam proses keperawatan
Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang
mempelajari kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu
memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan kesejahteraan sehingga
orem mengklasifikasi kebutuhan self care tersebut dalam 3 katagori yaitu
Universal meliputi; udara, air makanan dan eliminasi, aktifitas dan istirahat,
solitude dan interaksi sosial, pencegahan kerusakan hidup, kesejahteraan dan
peningkatan fungsi manusia. Developmental, lebih khusus dari universal
dihubungkan dengan kondisi yang meningkatkan proses pengembangan siklus
kehidupan. Perubahan kesehatan (Health Deviation) berhubungan dengan akibat
60

terjadinya perubahan struktur normal dan kerusakan integritas individu untuk


melakukan self care akibat suatu penyakit atau injury.
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Tn.”K” dengan menggunakan
aplikasi teori Orem yang terkaji adalah universal self care, development self care
dan health deviation self care. Pada teori Orem ini menekankan pada konsep
perawatan diri (self care) dalam 8 komponen dimana pada pasien stroke akan
sangat keergantungan dalam memenuhi segala kebutuhannya misalnya dalam
memenuhi kebutuhan makan, minum, beraktivitas maupun dalam pemenuhan
eliminasi dan ekskresi. Dimana yang kita ketahui bahwa pasien yang menderita
stroke akan mengalami kelemahan/kelumpuhan pada salah satu/seluruh anggota
geraknya sehingga pasien tidak mampu dalam memenuhi segala aktivitasnya serta
dalam pemenuhan self care-nya. Dengan menggunakan aplikasi dari teori orem
maka kebutuhan klien dalam menyelesaikan masalah kesehatan hingga akhirnya
klien mampu mencapai fungsi self carenya dengan bantuan dari keluarga.
4.1.2 Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang di lakukan pada Tn.”K” di dapatkan masalah
keperawatan yaitu:
4.2.1.2 Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan anggota gerak
ditandai tangan badan sebelah kiri tidak bisa di gerakkan, bed rest total,
melakukan aktifitas di tempat tidur, aktivitas sepenuhnya masih di bantu,
kebutuhan segala sesuatunya dilakukan oleh perawat dan keluarga.
kekuatan otot:
4 1
4 1

4.2.1.3 Defisit perawatan diri berhubumgam dengan kelemahan anggota gerak di


tandai dengan keluarga klien mengatakan, klien hanya bisa buang air besar
dan kecil di tempat tidur, terpasang kateter, urin bag dengan pengeluaran
800 cc, terpasang pempes, aktivitas sepenuhnya masih di bantu, badan
sebelah kiri tidak bisa di gerakkan.
4.2.1.4 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan
neuroserebrospinal N.VII, N. IX, XII yang di tandai dengan keluarga klien
mengatakan, klien susah untuk berbicara, bicara pelo, TD: 180/90 mmHg
N: 84 x/menit S: 37,50C R: 22 x/menit
61

4.2.1.5 Risiko gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


proses menelan tdk efektif di tandai dengan terpasang NGT, klien di
berikan susu 3 x 250 cc/hr, TD: 180/90 mmHg N: 84 x/menit S: 37,5 0C R:
22 x/menit.
4.2.1.6 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi ttg
penyakit/ proses mengingat yg kurang yang ditandai dengan keluarga klien
mengatakan tidak tahu tentang penyebab penyakit klien, keluarga klien
menggelengkan kepala saat ditanya tentang penyakit klien.
Menurut Munawaroh (2007) diagnosa keperawatan mengacu pada diagnosa
keperawatan yang aktual, resiko tinggi dan kemungkinan. Teori Orem masih lebih
berfokus pada masalah fisiologis, namun diagnosa dapat dikembangkan ke masalah
lain.
Dalam menegakkan diagnosa keperawatan, penulis mengacu pada hasil pengkajian
yang di dapat dengan menggunakan teori model Dorothea Orem kemudian
disesuaikan juga dengan patofisiologi penyakit sesuai dengan gangguan yang
ditimbulkan.
4.1.3 Intervensi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa yang muncul dari hasil pengkajian dengan menggunakan
teori model keperawatan Orem, intervensi yang akan dilakukan yaitu pada
diagnosa pertama; kaji kekuatan otot pada semua ekstremitas, kaji kemampuan
klien dalam melakukan aktifitas, ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang,
miring), lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas,
anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan
ekstremitas yang tidak sakit. Pada diagnosa kedua kaji kemampuan klien dan
keluarga dalam perawatan diri, bantu klien dalam personal hygiene, rapikan klien
jika klien terlihat berantakan dan ganti pakaian klien setiap hari, libatkan keluarga
dalam melakukan personal hygiene. Diagnosa ketiga kaji tingkat kemampuan klien
dalam berkomunikasi, minta klien untuk mengikuti perintah sederhana, tunjukkan
objek dan minta pasien menyebutkan nama benda tersebut, ajarkan klien tekhnik
berkomunikasi non verbal (bahasa isyarat), konsultasikan dengan/ rujuk kepada
ahli terapi wicara.
Menurut Ropyanto (2014) intervensi harus merujuk pada Nursing Intervention
Classification dimana setiap aktivitas dalam intervensi akan dikelompokan
sesuai method of helping.
62

Rencana keperawatan di susun dari tujuan, Tujuan keperawatan harus sesuai


dengan masalah keperawatan yang terjadi pada klien. Pada teori Orem perencanaan
berdasarkan self care, membuat nursing system: wholly compensantory, partly
cmpensantory, atau supportive, educative membuat metode yang sesuai untuk
membantu klien merupakan fungsi perawat sesuai dengan metode Orem dan dapat
di implementasikan.
4.1.4 Implementasi Keperawatan
Selanjutnya, pada tahap implementasi, di berikan sesuai dengan intervensi yang
telah di tetapkan. Perawat menuntun klien dan keluarga untuk melakukan atau
memenuhi kebutuhan perawatan secara mandiri.
Orem dalam Muhlisisn dan Ikawati (2010) mengidentifikasikan lima area aktifitas
keperawatan yaitu:
1. Masuk kedalam dan memelihara hubungan perawat klien dengan individu,
keluarga, kelompok sampai pasien dapat melegitimasi perencanaan
keperawatan.
2. Menentukan jika dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui keperawatan.
3. Bertanggungjawab terhadap permintaan pasien, keinginan dan kebutuhan
untuk kontak dan dibantu perawat.
4. Menjelaskan, memberikan dan melindungi klien secara langsung dalam
bentuk keperawatan.
5. Mengkoordinasikan dan mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan sehari-
hari klien, atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta pelayanan
sosial dan edukasional yang dibutuhkan atau yang akan diterima.
Menurut Munawaroh (2007), tindakan keperawatan di berikan jika kemampuan
merawat diri pada klien berkurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi self
care yang sebenarnya sudah diketahui. Teori Orem mengidentifikasi beberapa
metode bantuan, yaitu:
6. Merumuskan, memberikan dan mengatur bantuan langsung pada klien dan
orang-orang terdekat dalam bantuan keperawatan.
7. Membimbing dan mengarahkan.
8. Memberi dukungan fisik dan psikologis.
9. Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung
perkembangan individu.
10. Pendidikan.
63

11. Berespon terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan klien akan kontak
bantuan keperawatan.
12. Kolaburasi, pelimpahan wewenamg.
13. Melibatkan anggota masyarakat.
14. Lingkungan.
Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan beberapa atau semua
metode tersebut dalam memenuhi self care. Orem menggambarkan hubungan
diantara konsep yang telah dikemukakannya.
4.1.5 Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada hari keenam pada Tn.“K“ keluarga
klien Pada diagnosa pertama yaitu keterbatasan mobilitas fisik berhubungan
dengan kelemahan anggota gerak. Pada masalah keperawatan ini, butuh waktu
yang lama pada pasien stroke untuk mengembalikan fungsi otot seperti biasanya
karena masih ada gangguan di persyarafan klien, sehingga masalah
keperawatannya belum teratasi di mana keluarga klien mengatakan badan sebelah
kiri klien masih belum bisa di gerakkan, badan sebelah kiri klien tamapak tidak
bisa bergerak, klien selalu di latih gerak pasif pada ekstremitas yang terkena, klien
hanya beraktivitas ditempat tidur, ADL dibantu keluarganya. Diagnosa kedua yaitu
defisit perawatan diri berhubumgam dengan kelemahan anggota gerak. Pada
masalah keperawatan ini, dimana klien belum mampu melakukan perawatan secara
mandiri, akan tetapi dengan bantuan keluarga dan perawat yang setiap hari
membantu dalam personal hygiene klien sehingga masalah keperawatan sudah bisa
di atasi sebagian di mana keluarga klien tampak mengelap klien sehingga klien
tampak bersih. Sedangkan diagnosa ketiga kerusakan komunikasi verbal
berhubungan dengan kerusakan neuroserebrospinal N.VII, N. IX, XII. Pada
masalah keperawatan ini juga membutuhkan waktu yang lama sebagaimana halnya
pada masalah keperawatan yang pertama karena masih adanya gangguan pada
persyarafan di mana keluarga klien mengatakan, klien masih kesulitan berbicara
dan tampak terbata-bata.
Pasien dengan gangguan Neurolgi akan mengalami proses penyembuhan yang
lama sampai pasien pulang, sehingga pasien hidup dengan keterbatasan. Peran
perawat dalam aplikasi teori self care Orem adalah membantu meningkatkan
kemampuan pasien untuk mandiri pada area klinis yang akan meningkatkan
64

kualitas hidup saat pasien berada pada area komunitas (Tomay, 2006 dalam
Ropyanto 2014).
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien atas tindakan yang
telah dilakukan sehingga dapat disimpulkan apakah tujuan asuhan keperawatan
tercapai atau belum. Dalam melakukan evaluasi perawat menilai keefektifan
tindakan perawatan dalam meningkatkan kemampuan self care, memenuhi
kebutuhan self care, dan menurunkan self care deficitnya (Munawaroh, 2007).
Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan kesimpulan bahwa klien masih dalam tahap
ketergantungan total dimana kebutuhan klien masih dibantu oleh perawat dan
keluarga, namun dari klien sendiri masih belum didapatkan peningkatan
kemampuan baik fisik maupun psikologis yaitu motivasi untuk melakukan aktifitas
secara mandiri dan peningkatan penghargaan terhadap diri sendiri.
4.2 Analisis Kelemahan Dan Kekuatan Teori Model Keperawatan Dorothea E. Orem
4.2.1 Kekuatan
4.2.1.1 Teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan di tujukan kepada individu
dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam
kebutuhannya, dimana kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri
sendiri di pengaruhi oleh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan,
dilakukan dalam tindakan yang tepat.
4.2.1.2 Model keperawatan Doronthea Orem memberikan pelayanan keperawatan
dengan memunculkan potensi pada tiap individu yang terganggu karena
kondisinya sakit.
4.2.1.3 Memberikan motivasi kepada seorang klien untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri (self care) tanpa adanya ketergantungan pada orang lain.
4.2.1.4 Pada teori Orem perencanaan berdasarkan self care, membuat nursing system:
wholly cmpensantory, partly cmpensantory, atau supportive, educative
membuat metode yang sesuai untuk membantu klien merupakan fungsi
perawat sesuai dengan metode Orem dan dapat diimplementasikan.
4.2.1.5 Model self care Orem dapat digunakan dalam menerapkan asuhan
keperawatan yang dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan ruangan dengan
bentuk yang lebih mudah dipahami.
4.2.2 Kelemahan
4.2.2.1  Pada konsep keperawatan orem menekankan individu untuk memenuhi
kebutuhan perawatannya sendiri tanpa adanya ketergantungan pada orang lain
65

tetepi ketika seorang klien sakit maka kemampuan keperawatan dirinya sendiri
dalam memenuhi kebutuhannya akan berkurang akibatnya suplai kebutuhan
yang harusnya terpenuhi akan tidak optimal.
4.2.2.2 Dalam proses asuhan keperawatan pada kasus stroke dengan menggunakan
aplikasi teori Orem ada beberapa hal yang masih kurang dalam proses
pengkajian, teori Orem tidak menekankan pada pemeriksaan fisik head to toe
sehingga pengkajian yang dihasilkan masih kurang, karena pada pasien stroke
sangat perlu dilakukan pemeriksaan head to toe karena pada pasien stroke
akan terjadi perubahan pada struktur dan fungsi tubuh sehingga sangat perlu
dilakukan pemeriksaan fisik head to toe.
4.2.2.3 Teori Orem hanya menekankan aspek tentang perawatan diri sendiri yaitu
universal self care, Development self care, Health deviation self care, Self
care deficit, sehingga data yang lain seperti psikologis. Untuk mendapatkan
hasil asuhan keperawatan yang maksimal data psikologis pada pasien stroke
juga sangat perlu terkaji karena pada pasien stroke terjadi perubahan stuktur
dan fungsi tubuh
4.2.2.4 Pada teori Orem tidak melampirkan hasil pemeriksaan diagnostik, seperti
halnya pada pasien stroke sangat perlu dilakukan pemeriksaan CT-Scan untuk
mengetahui penyebab stroke tersebut apakah terjadi karena sumbatan pada
pembuluh darah atau karena pecahnya pembuluh darah di otak.

Anda mungkin juga menyukai