Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KEPERAWATAN ANAK

PADA FAMILY CENTERED CARE

Di ajukan sebagai salah satu syarat Ujian Akhir Semester (UAS) TA 2017/2018

Gusri Antomi

08160100207

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

PROGRAM KEPERAWATAN
FAMILY CENTERED CARE

Profesi keperawatan merupakan ladang amal, ilmu dan kemanusiaan. Hal


ini dikarenakan bahwa perawat tidak hanya berfokus pada pelayanan yang dierikan
kepada pasien atau sering disebut sebagai Patient Centered Care (PCC) tapi juga
perawat memberikan pelayanan dengan melibatakan keluarga pasien atau sering
disebut Family Centered Care (FCC). Dalam kaitannya dengan PCC, perawat selalu
berada disisi pasien, menjaga pasien dan memberikan terapi atau tindakan
keperawatan baik mandiri maupun kolaborasi medis kepada pasien.

Hospitalisasi pada anak pra sekolah akan menimbulkan ketidak nyamanan.


Anak pra sekolah akan merasa kehilangan berkaitan dengan keterbatasan fisik,
kehilangan rutinitas,ketergantungan, takut cedera dan nyeri pada tubuh. Perpisahan
dalam hal ini akan mempengaruhi anak yang menganggap hal tersebut sebagai
perasaan ditinggalkan. Hospitalisasi ini meningkatkan ansietas perpisahan pada
anak. Konsep Family Centered Care (FCC) sebagai filosofi dalam memberikan
pelayanan keperawatan di Rumah Sakitmerupakan pendekatan yang bisa dilakukan
karena dalam pendekatan ini terjadi hubungantimbal balik antara penyedia
pelayanan, pasien dan keluarga sehingga akan meminimalkan konflik. Aplikasi
family centered care anak pra-sekolah yang mengalami hospitalisasi melibatkan
kebijakan, fasilitas dan perawat. Kebijakan terkait dengan jam kunjung,
prekonseling, dan prosedur. Sedangkan fasilitas meliputi ruang pengkajian khusus
anak, bedorang tua, longue, foto, telepon, ruang bermain, perpustakaan dan ruang
konsultasi. Sedangkan perawat yang perlu diperhatikan adalah pakaian, metode
penugasan, dan pelatihanrutin. Strategi dan evaluasi yang dapat dilaksanakan
adalah sosialisasi FCC, pilot project,evaluasi pilot project dan aplikasi pada unit
yang lebih besar. Kesimpulan bahwa penerapanan family centered care dalam
perawatan pra-sekolah melibatkan semua aspek dari kebijakan, fasilitas dan
perawat (staf) menjadi satu-kesatuan sinergi dalam perawatan anak.
Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan suatu
proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui
oleh manusia bersifat individual yang dipengaruhi oleh kesehatan individu secara
holistik. Sebagai suatu proses, pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara
bertahap, artinya pertumbuhan dan perkembangan pada suatu tahap mempengaruhi
tahap selanjutnya. Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan dalam setiap tahap
pertumbuhan dan perkembangan perlu adanya pemahaman tentang tumbuh dan
kembang sejak awal yaitu pada masa kanak– kanak (Potter & Perry, 2005).

Menurut Potter & Perry (2005) pertumbuhan dan perkembangan yang


optimal pada usia kanak–kanak, dipengaruhi oleh status kesehatan yang baik. Status
kesehatan yang baik digambarkan dengan keadaan yang sehat dan bebas dari
penyakit. Status kesehatan yang buruk, dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan anak dan berpengaruh hingga anak itu dewasa. Dalam kondisi sakit,
terkadang anak diharuskan untuk menjalani perawatan di rumah sakit. Proses ini
disebut dengan hospitalisasi. Pada proses hospitalisasi, anak cenderung mengalami
kecemasan.

Family centered care di defenisikan oleh Association for the care of


childrean’s health (ACCH) sebagai filosofi dimana pemberi perawatan
mementingkan dan melibatkan peran penting dari keluarga akan membangun
kekuatan, membantu untuk membuat suatu pilihan yang terbaik, dan meningkatan
pola normal yang ada dalam kesehariannya selama anak sakit dan menjalani
penyembuhan.

Keluarga berdasarkan teori keluarga itu dipandang sebagai suatu hubungan


saling ketergantungan dan saling keterikatan. Antar anggota keluarga memiliki rasa
kasih sayang yang kuat dan saling memiliki, bahkan ketika ada salah satu anggota
keluarga yang sakit, anggota keluarga yang lain akan merasakan kesedihan dan
selalu mendampingi supaya cepat sembuh (Friedman,Marlyn M. 2009). Beberapa
penelitian atau studi banyak yang menjelaskan dampak anggota keluarga yang sakit
terhadap unit keluarga. Dampak tersebut antara lain akan menimbulkan
permasalahan psikologis pada anggota keluarga yang tidak sakit bahkan jika
masalah psikologis tersebut tidak segera diatasi maka dapat memicu terjadinya
permasalahan fisik seperti timbulnya kondisi fisik yang menurun sehingga mudah
terkena penyakit. Pada unit ICU, perawat harus menyadari apa yang menjadi
kebutuhan keluarga dengan anggota keluarga yang sedang dirawat karena kondisi
yang kritis. Akan tetapi, menurut Cannon (2011) antara perawat dan keluarga
mempunyai alokasi waktu yang tidak sama, sehingga jarang sekali bertemu saat
conference, saat dilakukan prosedur tindakan dan saat visitasi pasien. Perawat
cenderung mengesampingkan keluarga saat melakukan conference dan saat
dilakukan prosedur tindakan, padahal ini sangan penting bagi keluarga pasien.
Keluarga akan kebingungan jika mereka tidak memahami lingkungan ICU dan
tidak tahu kondisi anggota keluarganya yang dirawat. Bahkan keluarga dapat
memberikan kesimpulan atau persepsi yang salah terkait kondisi pasien atau
pelayanan, jika mereka tidak lengkap dalam menerima informasi dan pengetahuan
dari perawat di ruang ICU. Hal ini seuai dengan studi dari Morrison (1997) bahwa
keluarga pasien terkejut atau kaget saat berada di dalam lingkungan ICU karena
merasa tidak ada perbedaan antara siang dan malam, suara yang berisik karena
banyaknya alarm alat monitoring pasien yang berbunyi, dan banyaknya selang dan
kabel kabel yang ada di pasien.

Menurut Van dan Kautz (2007) menjelaskan bahwa selama pasien dirawat
di rumah sakit terutama di ICU, perawat mempunyai peran dalam memberikan
dukungan dalam keluarga, mempertahankan integritas keluarga, dan membantu
anggota keluarga untuk mampu membantu merawat pasien. Perawat harus bisa
menjadi sarana yang memberikan strategi untuk lebih mendekatkan keluarga dalam
pelayanan pasien kritis di ICU, karena akan memberikan keuntungan secara psikis
dan fisiologis bagi keluarga dan bagi pasien (Cannon, 2011). Pasien akan lebih
merasa diperhatikan jika keluarga lebih dekat dengannya, sedangkan keluarga juga
lebih tenang karena lebih dekat dengan pasien.

Dalam paradigma keperawatan anak, anak merupakan individu yang masih


bergantung pada lingkungan untuk memenuhi kebutuhan individualnya (Supartini,
2004). Sebagai uatu sistem, keluarga dipandang sebagai sistem yang berinteraksi
secara berkelanjutan, interaksi merupakan hal penting dalam keluarga sehingga
perubahan pada salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga
lain. Jenis interaksi yang digunakan dalam keluarga akan dapat memnyebabkan
disfungsi. Jenis interaksi yang tertutup terhadap informasi dari lingkungan luar dan
tidak mampu beradaptasi dengan perubahan yang dapat menyebabkan gangguan
dalam sistem keluarga. Oleh karena itu penerapan asuhan keperawatan turut
berfokus pada keluarga dalam hal ini perawat harus mengenal hubungan dalam
keluarga untuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan keluarga yang dapat
dimanfaatkan untuk membantu keluarga beradaptasi dengan perubahan yang terjadi
(Wong 2008, Friedman 1998).

Menurut Wong (2008), perubahan dalam anggota keluarga yang bisa


memepenagruhi anggota keluarga yang lain adalah stres. Misalnya, anak yang
mengalami sakit. Kondisi sakit, membuat perubahan dalam keluarga. Dalam hal
ini fokus interaksi keluarga adalah anak yang sakiit sedangkan kebutuha interaksi
dengan anggota atau lingkungan yang lain menjadi berkurang. Stres dalam keluarga
dapat diminimalkan dengan cara melibatkan keluarga dalam perawatan aak.
Keterlibatan keluarga dalam perawatan anak diterapkan dalam asuhan keperawatan
yang dikenal dengan konsep Family Centered Care (perawatan yang berfokus pada
kelauarga).

Menurut Hanson dalam Supartini(2004), konsep Familt Centered Care


diawali pada abad ke 19. Pada saat itu, perawatan isolasi sedang berkembang untuk
penyakit menular. Orang tua dengan anak yang menjalani perawatan penyakit
menular, tidak diijinkan untuk mengunjungi anak dan membawa barang-barang
atau mainan kerumah sakit. Berdasarakan hasil penelitian pada tahun 1940,
tindakan isolasi initernyata menimbulkan stres pada anak. Stres dan gelisah yang
dialami anak tersebut turut membuat orangtua mearsa stres. Oleh karena itu,
oientasi asuhan keperawatan anak berubah dari perawatan isolasi menjadi rooming
in, yaitu orang tua dapat mendampingi anak selma perawatan di rumah sakit.
Family Centered Care didefinisikan menurut Hanson (1997, dalam Dunst
dan Trivette, 2009), sebagai suatu pendekatan inovatif dalam merencanakan,
melakukan dan mengevaluasi tindakan keperawtan yang diberikan kepada anak
didasarkan pada manfaat hubungan antara perawat dan keluarga yaitu orang tua.

Menurut stower (1992, dalam Hutchfield, 1999), Family Centered Care


merupakan suatu pendekatan yang holistik. Penekatan Family Centered Care tidak
hanya memfokuskan asuhan keperawatan kepada anak sebagai klien atau individu
dengan kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual (biopsikospiritual) tetapi
juga melibatkan keluarga sebagai bagian yang konstan dan tidak bisa dipisahkan
dari kehidupan anak.

Pendapat stower (1992), didukung oleh Gill (1993, dalm Hutchfield, 1999)
yang menyebutkan bahwa Family Centered Care merupakan kolaborasi bersama
antara orang tua dan tenaga profesional. Kolaborasi orang tua dan tenaga
profesional dalam bentuk mendukung keluarga terutama dalam aturan perawatan
yang mereka lakukan merupakan filosofi Family Centered Care Kemudian, secara
lebih spesifik dijelaskan bahwa filosofi Family Centered Care yang dimaksudkan
merupakan dasar pemikiran dalam keperawatan anak yang digunakan untuk
memberikan asuha keperawatan kepada anak dengan melibatkan keluarga sebagai
fokus utama perawatan. Kutipan definisi dari para ahli di atas memberikan gagasan
bahwa dalam penerapan Family Centered Care Sebagai suatu pendekatanholistik
dan filosofi dalam keperawatan anak, perawat sebagai tenaga profesional perlu
melibatkan orang tua dalam perawatan anak. Adapun peran perawata dalam
menerapkan Family Centerd Care adalah sebagai mitra dan fasilitator dalam
perawatan anak dirumah sakit.

Tujuan penerapan konsep Family Centerd Care dalam perawatan anak,


menurut Brunner dan Suddarth (1986 dalam Hutchfield, 1999) adalah memberikan
kesempatan bagi orangtua untuk merawat anak mereka selama proses hospitalisasi
dengan dengan pengawasan dari perawat sesuai aturan yang berlaku.
Selain pendapat diats, DePompeo dan Ahmann (1994 dalam Hutchfield,
1999), menyebutkan bahwa Family Centered Care bertujuan untuk mengatur
keluarga sebagi pusat dari kehidupan anak melalui keterlibatan mereka dalam
proses perawatan dan membentuk suatu hubungan kerjasama yang mendukung
anatara perawat dan keluarga sebagai pemebri perawatan bagi anak.

Selain itu, Family Centered Care juga bertujuan untuk meminimalkan


trauma selama perawatan anak dirumah sakit dan meningkatkan kemandirian
sehingga peningkatan kuallitas hidup dapat tercapai (Robbins, 1991 dalam
Hutchfield 1999).

Menurut Shelton (1987:1-79), terdapat beberapa elemen dasar Family


Centered Care, yaitu :

1. Perawat menyadari bahwa keluarga adalah bagian yang konstan dalam


kehidupan anak, sementara sistem layanan dan anggota dalam sistem
tersebut berfluktuasi. Kesadaran perawat bahwa keluarga adalah bagian
yang konstan, merupakan hal yang penting. Fungsi perawata sebagai
motivator yang menghargai dan menghormati peran keluarga dalam
merawat anak serta bertanggunng jawab penuh dalam mengelola
kesehatan anak. Selain itu, perawat mendukung perkembangan sosial
dan emosional, seta memenuhi kebutuhan anak dalam keluarga. Oleh
karena itu, dalam menjalankan sistem perawatan kesehatan, keluarga
dilibatkan dalam membuat keputusan, mengasuh, mendidik dan
melakukan pembelaan terhadap hak anak-anak mereka selama
menjalani perawatan, keputusan keluarga dalam perawatan anak
merupakan suatu pertimbangan yang utama kerna keputusan ini
didasarakan pada mekanisme koping dan kebutuhan yang ada dalam
keluarga. Dalm pembuatan keputusan, perawat memberikan aran yang
sesuai namun keluarga tetap berhak memeutuskan layanan yang ingin
didapatkannya.
2. Memfasilitasi kerjasama antara keluarga dan perawat di semua tingkat
pelayanan kesehatan, merawat anak secara individual, pengembangan
program, pelaksanaan dan evaluasi serta pembentukan kebijakan.
Hal ini ditunjukan ketika :
a. Kolabirasi untuk memberikan perawatan kepada anak peran
kerjasama orang tua dan tenaga profesional sangat penting dan vital.
Kelluarga bukan sekedar sebagai pendamping, tetapi terlibat
didalam pemberi pelayanan kesehatan kepada anak mereka. Tenaga
profesisonal memberikan pelayanan sesuai dengan keahlian dan
ilmu yang mereka peroleh sedangkan orangtua berkontribusi
memberikan informasi tentang anak mereka. Dalam kerjasama
orangtua bisa memeberikan masukan untuk perawatan anak mereka.
Tapi, tidal semua tenaga profesional dapat menirima masukan yang
diberikan. Beberapa disebabkan karena kurang pengalaman tenaga
profesional dalam melakukan kerjasama dengan oangtua.
b. Kerjasama dalam megembangkan masyarakat dan pelayaa
rumahsakit pada tahap ini anak-anak dengan kebutuha khusus
merasakana manfaat dari kemampuan orangtua dan perawat dalam
menegembangakan, melakasanakan dan mengevaluasi program. Hal
yang harus diutamakan pada tahap ini adalah kolaborasi dengan
bidang yang lain untuk menunjang proses perawatan. Family
Centered Care memberikan kesempatan kepada orang tua dan
tenaga profesional untuk berkontribusi melalui penngetahuan dan
pengalaman yang mereka miliki untuk menegmbangkan perawatan
terhadap anak di rumah sakit. Pengalaman dalam merawat anak
membuat orang tua dapat memberikan prospektif yang penting,
berkaitan dengan perawatan anak serta cara perawat menerima dan
mendukung keluarga.
c. Kolaborasi dalam tahap kebijakan, Family Centered Care dapat
tercapai melalui kolaborasi orang tua dan tenaga profesional dalam
tahap kebijakan. Kolaborasi ini memberikan manfaat kepada orang
tua, anak dan tenaga profesional. Orangtua bisa menghargai
kemampuan yang mereka miliki dengan memberikan pengetahuan
mereka tetang sistem pelayanan kesehatan serta kompetensi mereka.
Keterlibatan mereka dalam membuat keputusan menembahkan
kualitas pelayanan kesehatan. Orangtua dapat melakuakan peran
mereka sebagai role model kepada anak-anak. Peran orangtua
dengan mengambil bagian dalam hubungan kolaborasi dengan
orang tua menjalankan peraturan dalam kehidupan anak mereka.
3. Mengormati keberagaman ras, etnis, budaya dan sosial ekonomi dalam
keluarga.
Tujuannya adalah untuk menunjang keberhasilan perawatan anak
mereka di rumah sakit dengan mempertimbangakan tingkat
perkembangan anak dan diagnosa medis. Al ini akan menjadi sulit
apabila program perawatan yang diterapkan bertentangan dengan nilai-
niali yang dianjut dalam keluarga,
4. Mengakui kekuatan keluarga dan individualitas serta memperhatikan
perbedaan mekanisme koping dalam keluarga.
Elemen ini mewujudakn dua konsep yang seimbang. Pertama, Family
Centered Care harus menggambarkan keseimbangan antara anak dan
keluarga. Hal ini berarti delam menemukan masalah pada anak, maka
kelebihan darai anak dan keluarga harus diperteimbangakan dengan
baik. Kedua, menghargai dan menghormati mekanisme koping dan
individualitas yang dimiliki oleh anak maupun keluarga dalam
kehidupan mereka. Terkadang pengkajian dan itervensi keperawatan
hanya berfokus pada maslah kesehatan dan perkembangan anak serta
mengkesampingkan kelebihan yang dimiliki oleh anak sehingga
menimbulakn ketidak akuratan keadaan. Orangtua dan perawat
memiliki peran penting untuk menemukan kekeuatan yang dimilki anak.
Pendekatan ini dapat mebuat perbedaan yang positif dalam interaksi
anatara perawat dan orangtua terutama orangtua dan anak. Kesadaran
terhadap kekuatan yang dimiliki anak dan orang tua merupakan suatu
langkah yang penting dalam mengataur kepribadian dan pengharagaan
mereka teradap mekanisme koping.
5. Memberikan informasi yang lengkap dan jelas kepada orangtua secara
berkelanjutan dengan dukungan penuh.
Memberikan informasi kepada orang tua bertujuan untuk mengurangi
kecemasan yang dirasakan orangtua terhadap perawatan anak mereka.
Selain itu, dengan memberikan informasi orang tua akan merasa
menjadi bagian yang penting dalam peraatan anak. Ketersediaan
informasi tidak hanya memeiliki pengaruh emosional, melainkan hal ini
merupakan faktor kritikal dalam melibatakan partisispasi oang tua
secara penuh dalam proses membuat keputusan terutama untuk setiap
tindakan medis dalam perawatan anak mereka.
6. Mendorong dan memfasiltasi keluarga untuk saling mendukung.
Pada bagian ini, shelton menjelaskan bahwa dukungan lain yang
dibeikan kepada keluargaadalah dukungan anatr keluarga. Elemen ini
awalnya diterapkan kepada perawatan anak-anak dengan kebutuhan
khusus misalnya down syndrom atau autisme. Perawat maupun tenaga
profesional yang lainmemfasilitasi keluarga untuk mendapatkan
dukungan dari keluarga yang lain yang juga memiliki masalah yang
sama menegnai anak mereka. Dukungan antar keluarga ini kemudian
dimanfaatkan juga untuk perawatan anak dengan kondisi akut atau
kronis di rumah sakit. Selain itu, perawat tidak hanaya menggunakan
ilmu yang mereka miliki untuk memberikan dukungan tatapi
pengalaman mereka dalam melakukan perawatan pada anak dan
keluarga yang lain juga menjadi pembelajaran klinik yang dapat
digunakan untuk meberikan dukungan keluarga anak.
7. Memahami dan menggabungkan kebutuhan dalm setiap perkembangan
bayi, anak-anak, remaja dan keluarga mereka dalam sistem perawatan
kesehatan.
Pemahaman dan penerapan setiap kebutuhan dalan perkembangan anak
mendukung perawat umtukmenerapkan pendekatan yang komprehensif
terhadap anak dan eluarga agar mereka mampu melewati setiap tahap
perkembangan dengan baik.
8. Menerapkan kebijakan yang komprehensif dan program – program yang
memberikan dukungan emosional dan keungan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
Dukungan kepada keluarga bervariasi dan berubah setiap waktu sesuai
denan kebutuhan keluarga tersebut. Jenis dukungan yang diberikan
misalnya mendukung keluarga untuk memenuhi waktu istirahat mereka,
pelayanan home care, konseling, promosi kesehatan, program bermain,
serta kordinasi layanan kesehatan yang baik untuk membantu keluarga
memanfaatkan layanan kesehatan yang ada untuk menunjang kebutuhan
layanan kesehatan secara finansial.
9. Merancang sistem perawatan kesehatan yang fleksibel, dapat dijangkau
dengan mudah dan responsif terhadap kebutuhan keluarga yang
teridentifikasi.
Sistem pelayanan kesehatan yang fleksibel didasrkan pada pemahaman
bahwa setiap anak memeiliki kebutuhan terhadap layanan kesehatan
yang berbeda maka layanan kesehatan yang ada harus menyesuaikan
dengan kebutuhan dan kelebihan yang dimiliki oleh anak dan keluarga.
Oleh karena itu, tidak hanya satu intervensi yang berebeda untuk setiap
anak.
DAFTAR PUSTAKA

Dunst, C.J., Trivette C.M.T (2009). Meta-Analytic Strustural Equation Modeling


of the Influences of Family-Centered Care on Parent and Child
Psychological Health. International Journal of Pediatrics, (2009), 1-
9.

Friedman, Marlyn M. (1998). Keperawatan Keluarga Tepri dan Praktik. EGC :


Jakarta.

Hutchfield, K. (1999). Family-Centered Care: A Concept Analysis. Journal of


Advanced Nursing, 29 (5), 1178-1187.

Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Shelton, T.L., Jeppson, E.S., Jhonson, B.H (1987). Family Centered Care for
Children With Special Health Care Needs. Washington: Association
fir The Care Of Children’s Health.

Supartini. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

Wong, D. L., Hockenberry, M., Wilson D., Winkelstein, M.L., Schwartz, P. (2008).
Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (ed 6, vol 2). EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai