Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RANGKUMAN PERTEMUAN 1

“ATRAUMATIC CARE, FAMILY CENTERED CARE, HOSPITALISASI”

Dosen pengampu : Septian Mixrova Sebayang, S.kep., Ns., S.Tr.Kes., M.Kep

Disusun oleh : Mac Jave Renville Saibuma


(230106111)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTEOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2023
AUMETRIC CARE

Pengertian Aumetric Care


Atraumatic care adalah penyediaan asuhan terapeutik dalam lingkungan, oleh
personel, dan melalui penggunaan intervensi yang menghapuskan atau memperkecil distres
psikologis dan fisik yang diderita oleh anak-anak dan keluarganya dalam sistem pelayanan
kesehatan (Wong, 2009).
Atraumatic care adalah bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh tenaga
kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui penggunaan tindakan yang dapat
mengurangi distres fisik maupun distres psikologis yang dialami anak maupun orang tua
(Supartini, 2004).

Tujuan Aumetric Care


 Meminimalkan tindakan yang melukai
 Mencegah dan mengurangi stres fisik
 Mencegah dan mengurangi stres psikologis
 Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat beberapa prinsip atraumatic care sebagai
kerangka kerjanya (Supartini, 2004; Wong, 2009)

Prinsip Aumetric Care


 Mencegah atau menurunk dan dampak perpisahan antara orang tua dan anak dengan
menggunakan pendekatan Family Center Care/FCC. (Dapat mengurangi gangguan
psikologis anak seperti kecemasan, ketakutan, dan kurangnya kasih sayang. Gangguan
ini akan menghambat proses penyembuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan anak).
 Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anaknya (Perawat
berperan penting dalam meningkatkan kemampuan orang tua dalam merawat
anaknya, Orang tua dipandang sebagai subjek yang mempunyai potensi untuk
melaksanakan perawatan pada anaknya).
 Mencegah atau meminimalkan cedera fisik maupun psikologis (nyeri), termasuk rasa
sakit, ketidaknyamanan, imobilitas, kurang tidur, ketidakmampuan untuk makan atau
minum, dan perubahan eliminasi. (Nyeri sering dihubungkan dengan rasa takut,
cemas, dan stres, mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam
keperawatan anak. Proses pengurangan nyeri sering tidak dapat dihilangkan tetapi
dapat dikurangi melalui teknik farmakologi dan teknik nonfarmakologi).

Manfaat Terapi Aumetric Care:


 Dapat menjadi teknik pengalihan perhatian
 Membantu anak agar merasa lebih santai
 Membantu anak agar merasa lebih nyaman di lingkungan rumah sakit
 Membantu mengurangi stres anak akibat perpisahan dan perasaan rindu rumah
 Sebagai alat untuk melepas ketegangan dan mengungkapkan perasaan

FAMILY CENTERED CARE


 Pengertian
Family Centered Care adalah cara untuk memperluas perawatan kesehatan yang
menunjukkan pentingnya keluarga dalam program perawatan pasien (Festini, 2014). Definisi
dari Family-centered Care (FCC) sendiri adalah pendekatan kemitraan untuk pengambilan
keputusan perawatan kesehatan antara keluarga dan penyedia layanan kesehatan (Kuo, 2012).
FCC dianggap sebagai standar perawatan kesehatan anak oleh banyak praktik klinis, rumah
sakit, dan kelompok perawatan kesehatan yang saat ini berkembang ke area perawatan orang
dewasa. Family-centered Care juga menuntut pendekatan kolaboratif untuk peduli dimana
sema anggota tim mendukung dan menghargai filosofi ini. Menurut Henneman et al. (2002),
menyediakan perawatan yang berpusat pada keluarga berarti kita mengakui tanggung jawab
kita untuk membantu keluarga dan juga pasien selamat dari krisis penyakit.
Family Centered care didefenisikan oleh Association for the care of Children’s Health
( ACCH) Sebagai filosofi dimana pemberi perawat mementingkan dan melibatkan peran
penting dari keluarga, dukungan keluarga akan membangun kekuatan, membantu untuk
membuat suatu pilihan yang terbaik, dan mingkatkan pola normal yang ada dalam
kesehariannya selama anak sakit dan menjalani penyembuhan.
Family centered care didefenisikan menurut Hanson ( 1999, dalam dunst dan Trivette
care 2009) sebagai pendekatan inofatif dalam merencanakan, melakukan , dan mengevaluasi
Tindakan keperewatan yang diberikan didasarkan pada manfaat hubungan antara perawat dan
keluarga yaitu orang tua.
 Manfaat penerapan Family Centered Care (FCC) adalah sebagai berikut:
o Hubungan tenaga kesehatan dengan keluarga semakin menguat dalam
meningkatkan kesehatandan perkembangan setiap anak.
o Meningkatkan pengambilan keputusan klinis berdasarkan informasi yang lebih
baik dan proses kolaborasi.
o Membuat dan mengembangkan tindak lanjut rencana perawatan berkolaborasi
dengan keluarga.
o Meningkatkan pemahamantentang kekuatan yang dimiliki keluarga dan
kapasitaspemberi pelayanan.
o Penggunaan sumber-sumber pelayanan kesehatan dan waktu tenaga
profesional lebih efisien dan efektif (mengoptimalkan manajemen perawatan
di rumah, mengurangi kunjungan ke unit gawat darurat atau rumah sakit jika
tidak perlu, lebih efektif dalam menggunakan cara pencegahan).

 Elemen-elemen Family Centered Care (FCC) Dalam family centered care kebutuhan
semua anggota keluarga tidak hanya harus dipertimbangkan, dengan mengacu pada
elemen penting family centered care yang meliputi:
o Memasukkan pemahaman ke dalam kebijakan dan praktik bahwa keluarga
bersifat konstan dalam kehidupan anak, sementara sistem pelayanan dari
personal pendukung di dalam sistem tersebut berubah-rubah.
o Memfasilitasi kolaborasi keluarga/profesional pada semua\ tingkat pelayanan
keperawatan di rumah sakit, rumah, dan di masyarakat. Perawatananak secara
o individual, pengembangan implementasi dan evaluasi program serta
pembentukan kebijakan.
o Saling bertukar informasi yang lengkap dan jelas antara anggota keluarga
danprofesional dalam hal dukungan tentang cara yang supportif di setiap saat
o Menggabungkan pemahaman dan penghormatan terhadap keanekaragaman
budaya, kekuatan dan individualitas di dalam dan diantara seluruh keluarga
termasuk keanekaragaman suku, ras, spiritual, sosial, ekonomi, bidang
pendidikan dan geografi ke dalam kebijakan praktik.

 Prinsip Family Centered Care (FCC) Beberapa prinsip Family Centered Care
meliputi:
o Menghormatisetiap anak dan keluarganya.
o Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak menghormati
anak dan keluarga sebagai subjek perawatan. Perawat menghormati anak dan
keluarga memiliki pilihan yang terbaik bagi perawatan mereka.
o Menghargai perbedaan suku, budaya, sosial, ekonomi, agama, dan
pengalaman tentang sehat sakit yang ada pada anak dan keluarga. Perawat
menghargai perbedaan suku, budaya, sosial ekonomi, agama dan pengalaman
tentang sehat sakit anak dan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan.
Pelayanan yang diberikan mengacu kepada standar asuhan keperawatan dan
diperlakukan sama pada semua pasiendan keluarga.

HOSPITALISASI
Pengertian
Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis pada anak saat sakit dan dirawat di
rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan
asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stresor bagi anak
dan keluarganya (Kristiyanasari, 2014).
Hospitalisasi adalah suatu keadaan tertentu atau darurat yang mengharuskan seorang
anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi perawatan sampai pemulangannya ke
rumah (Supartini, 2014).
 Reaksi Anak terhadap Hospitalisasi Penyakit hospitalisasi seringkali menjadi krisis
pertama yang harus dihadapi anak-anak. Mereka sangat rentan terhadap krisis
penyakit dan hospitalisasi karena stres akibat perubahan dari kesehatan sehat biasa
dan lingkungan, dan keterbatasan jumlah mekanisme koping yang dimiliki anak
dalam menyelesaikan stresor. Stresor utama dari hospitalisasi adalah cemas karena
perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh dan nyeri (Supartini, 2014).
Menurut Supartini (2014) reaksi yang timbul akibat hospitalisasi meliputi: Reaksi
anak Secara umum, anak lebih rentan terhadap efek penyakit dan hospitalisasi karena
ini merupakan perubahan dari status kesehatan dan rutinitas umum pada anak.
Hospitalisasi menciptakan serangkaian peristiwa traumatik dan penuh kecemasan
dalam iklim ketidakpastian bagianak dan keluarganya, baik itu merupakan prosedur
elektif yang telah direncanakan sebelumnya ataupun akan situasi darurat yang terjadi
akibat trauma. Selain efek fisiologis masalah kesehatan terdapat juga efek.
 Tanda dan Gejala Respon Hospitalisasi Menurut Cromaria (2015) tanda dan gejala
hospitalisasi anak terdiri dari:
 Fisik, yang ditandai dengan: peningkatan denyut nadi atau HR,Peningkatan
tekanan darah, kesulitan bernafas, sesak nafas, sakitkepala, migran, kelelahan,
sulit tidur, masalah pencernaan yaitu diare,mual muntah, maag, radang usus
besar, sakit perut, gelisah, keluhansomatik, penyakit ringan, keluhan
psikomatik, Frekuensi buang airkecil, BB meningkat atau menurun atau lebih
4,5 kg.
 Emosional, yang ditandai dengan gampang marah, reaksi berlebihan terhadap
situasi tertentu yang relative kecil, luapan kemarahan, cepat marah,
permusuhan, kurang minat, menarik diri, apatis, tidak bisabangun di pagi hari,
cenderung menangis, menyalahkan orang lain,sikap mencurigakan, khawatir,
depresi, sinis, sikap negatif, menutupdiri dan ketidakpuasan.
 Intelektual, yang ditandai dengan menolak pendapat orang lain, dayahayal
tinggi (khawatir akan penyakitnya), konsentrasi menurunterutama pada
pekerjaan yang rumit, penurunan kreatifitas, berpikir lambat, reaksi lambat,
sulit dalam pembelajaran, sikap yang tidak peduli,malas.
 Respon Perilaku Hospitalisasi
Respon perilaku terhadap hospitalisasi menurut Saputra (2012) meliputi :
1. Tahap protes. Pada tahap ini anak-anak bereaksi secara agresif terhadap perpisahan
dengan orangtua. Mereka menangis dan berteriak memanggil orangtua mereka,
menolak perhatian dari orang lain, dan kedukaan mereka tidak dapat ditenangkan.
Perilaku yang diobservasi seperti: menangis, berteriak, mencari orangtua, memegang
orangtua dengan erat, dan menghindari kontak mata dengan orang lain.
2. Tahap putus asa. Selama tahap ini tangisan berhenti dan muncul depresi. Anak
tersebut menjadi begitu aktif, tidak tertarik bermain atau terhadap makanan, dan
menarik diri dengan orang lain. Perilaku yang dapat diobservasi seperti: tidak aktif,
menarik diri dengan orang lain, depresi/sedih, tidak tertarik dengan lingkungan,tidak
komunikatif, mundur ke perilaku awal (mengompol, mengisap ibu jari, menggunakan
dot dan botol). Lamanya perilaku tersebut berlangsung secara bervariasi. Kondisi fisik
anak dapat semakin memburuk karena menolak untuk makan, minum, atau bergerak.
3. Tahap pelepasan. Tahap ini disebut juga tahap penyangkalan. Anak akhirnya
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Anak menjadi lebih tertarik dengan
lingkungan sekitar, bermain dengan orang lain, dan tampak membina hubungan baru
dengan orang lain.
4. Dampak Hospitalisasi Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang
terjadi pada anak. Ketika anak dirawat di rumah sakit, mereka akan mudah mengalami
stres akibat adanya perubahan dari segi status kesehatannya maupun lingkungannya
dalam kebiasaan mereka sehari- hari dan disebabkan juga karena anak memiliki
keterbatasan koping dalam mengatasi masalah yang bersifat menekan. Anak juga
akan mengalami gangguan emosional dan gangguan perkembangan saat menjalani
hospitalisasi (Utami, 2014).
Berikut ini adalah dampak hospitalisasi terhadap anak usia prasekolah menurut Hidayat
(2012) sebagai berikut :
o Cemas disebabkan perpisahan. Sebagian besar kecemasan yang terjadi pada anak
pertengahan sampai anak periode prasekolah adalah cemas karena perpisahan.
Hubungan anak dengan ibu sangat dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan
menimbulkan rasa kehilangan terhadap orang yang terdekat bagi diri anak. Selain itu,
lingkungan yang belum dikenal akan mengakibatkan perasaan tidak aman dan rasa
cemas.
o Kehilangan control. Anak yang mengalami hospitalisasi biasanya kehilangan kontrol.
Hal ini terihat jelas dalam perilaku anak dalam hal kemampuan motorik, bermain,
melakukan hubungan interpersonal, melakukan aktivitas hidup sehari-hari activity
daily living (ADL), dan komunikasi.

Anda mungkin juga menyukai