Anda di halaman 1dari 7

EFEK KONDISI KRITIS TERHADAP PASIEN DAN KELUARGA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis

Disusun oleh :

1. Hanin Nailisa Hasna (A11601226)


2. Abi Ramadhani (A11601228)
3. Adwitya Galuh Eka (A11601231)
4. Agung Wicaksono (A11601233)
5. Amelia Onesti (A11601238)
6. Anggit Risma Hapsari (A11601241)
7. Anggun Setyoningrum (A11601243)
8. Ary Chaerryah (A11601247)
9. Ariyani Istinovami (A11601248)
10. Ashar Fauzi (A11601251)
11. Desi Misdiyanti (A11601257)
12. Desi Yulianah (A11601258)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2019
A. Pengertian Keluarga dan Pasien Kritis
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah atau perkawinan. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. (Setyowati, 2008)
Pasien Kritis menurut AACN (American Association of Critical Nursing)
didefinisikan sebagai pasien yang beresiko tinggi untuk masalah kesehatan
actual maupun potensial yang mengancam jiwa. Semakin kritis sakit pasien,
semakin besar kemungkinan untuk menjadi sangat rentan, tidak stabil dan
kompleks, membutuhkan terapi yang intensif dan asuhan keperawatan yamg
teliti. (Nurhadi,2014)
B. Sakit Kritis
Sakit Kritis merupakan suatu kondisi atau suatu penyakit dimana kematian
adalah sangat mungkin (possible) atau mengancam jiwa (impending). Pasien
sakit kritis adalah pasien yang mengalami disfungsi atau kegagalan dari satu
atau lenbih oragan atau sisteam organ yang kelangsungan hidupnya
bergantung pada peralatan dan pemantauan dengan peralatan canggih.
Contoh jenis penyakit kritis antara lain :
1. Serangan jantung
2. Stroke
3. Kanker
4. Gagal ginjal
5. Penyakit paru-paru kronis
6. PJK
7. Kardiomiopati

C. Dampak Psikologis Keluarga Maupun Pasien Kritis


Pendekatan pada keperawatan kitis mencakup keluarga pasien. Keluarga
diartikan sebagai orang yang saling berbagi dan Bersama sepanjang hari
dalam proses asuhan keperawatan, orang-orang tersebut mengalami
gangguan homeostasis karena masuknya pasien kelingkup area kritis. Siapa
saja yang merupakan bagian penting bagi kehidupan pasien secara normal
dipertimbangkan sebagai angota keluarga. Di area keperawatan kritis,
keterlibatan kkeluarga memiliki kontribusi positif terhadap kesembuhan
pasien (Wardah, 2013)
Kecemasan yang tinggi muncul akibat beban yang harus diambil dalam
pengambilan keputusan untuk pengobatan yang terbaik bagi pasien. Respon
keluarga bergantung pada persepsi mereka terhadap stress, kekuatan, dan
perubahan gaya hidup terkait dengan penyakit kritis yang diderita anggota
keluarga. (Nurhadi, 2014).
Respon keluarga terhadap stress yang dirasakan ketika menghadapi
anggota keluarga mendapatkan perawatan kritis, dapat dijelaskan melalui
Stress Keluarga Hill. Teori tersebut dikenali dengan model ABCX. Kerangka
ABCX memiliki dua bagian. Pertama adalah pernyataan yang berhubungan
dengan penentu krisis keluarga : A (Peristiwa dan kesulitan terkait)
berinteraksi dengan B (Sumber berhadapan dengan krisis keluarga) yang
berinteraksi dengan C (definisi yang dibuat keluarga mengenal peristiwa)
menghasilkan X (krisis). Faktor A adalah stressor yang atau adanya peristiwa
aktual yang memaksa keluarga mempertahankan dengan cara stereotid yang
diikuti oleh mekanisme koping keluarga (B). Jika keluarga tidak menggunakan
sumber dan mekanisme koping, maka hasilnya sama yakni seolah-olah
keluarga tidak memiliki sumber koping. Intervensi lebih mudah pada kasus ini
karena tidak terlalu sulit untuk membantu keluarga memanfaatkan pola
koping masa lalu dibandingkan membantu keluarga belajar cara berespon
yang baru. Faktor C merupakan persepsi dan interpretasi keluarga terhadap
stressor atau peristiwa stres. Penilaian keluarga terhadap stresor
mempengaruhi upaya koping yang digunakan beserta hasilnya nanti. Keluarga
yang fungsional akan mampu melihat peristiwa sebagai sesuatu yang dapat
dipahami dan dapat dikelola. Faktor X terkait dengan krisis atau dengan
bukan krisis. Terjadinya kecenderungan krisis menunjukan bagaimana
keluarga mengatasi faktor B dan C. Ketika keluarga terpajan krisis, maka
cenderung mengalami peristiwa stressor dan keparahan yang lebih besar (A)
serta mendefinisikannya lebih sering sebagai krisis (C). Tipe keluarga seperti
ini lebih rentan terhadap peristiwa stressor karena kurangnya sumber dan
kemampuan koping (B) yang mereka miliki, selain itu keluarga yang gagal
belajar dari krisis masa lalu, menyebabkan mereka melihat stressor baru
sebagai ancaman dan pencetus krisis, faktor X ini, tidak dilihat sebagai hasil
akhir melainkan berpengaruh dalam hubungan dan penampilan peran
anggota keluarga (DepKes, 2010).
D. Mekanisme Koping
Koping keluarga merupakan proses aktif saat keluarga memanfaatkan
sumber keluarga yang ada dan mengembangkan perilaku yang memperkuat
keluarga dan mengurangi dampak peristiwa yang penuh stress. Strategi
koping keluarga ketika dihadapkan dengan stress dapat dilakukan melalui
pemcarian dukungan sosial (Nurhadi, 2014).
Mekanisme koping keluarga pasien kritis merupakan bentuk adaptasi
terhadap perubahan yang terjadi karena salah satu anggota keluarga yang
dirawat diruang ICU. Bentuk mekanisme koping yang kurang dengan cara
tidak dapat tenang dalam menghadapi keluarga dari pasien kritis mengalami
masalah pesikologis seperti sikap yang tidak tenang, cemas, gelisah dan
lainnya anggota keluarga juga dilanda kecemasan yang dapat merubah
persepsi keluarga tentang kondisi pasien yang sebenarnya. Keluarga pasien
kritis memiliki kebutuhan emosional dan informasi yang harus ditangani oleh
dokter dan perawat ICU. Pasien yang membutuhkan perawatan diruang ICU
yang membutuhkan dukungan dari keluarga dalam mengambil keputusan
selama dirawat di ruang ICU. Dalam hal ini mekanisme koping keluarga
berperan penting dalam menunjang kondisi penyembuhan pasien (Fitriyah,
2018).
Sebagian besar anggota keluarga yang berumur 32-39 tahun memiliki
koping yang kurang, karena usia 23-39 tahun termasuk dalam usia dewasa
dini. Keluarga yang termasuk dalam usia dewasa dini dalam kondisi tegang
emosi dan banyak masalah sehingga mempunyai mekanisme koping yang
kurang. Untuk beradaptasi dengan keadaan bahwa salah satu keluarganya
sedang di rawat di ICU. Tidak hanya usia saja yang mempengaruhi mekanisme
koping keluarga dan pasien, tetapi juga tingkat pendidikan yang kurang masih
menjadi tolak ukur dalam memperoleh informasi tentang perawatan
kesehatan yang dibutuhkan anggota keluarga yang sedang sakit dan
memudahkan seseorang untuk memperoleh informasi dalam kesehatan
(Fitriyah, 2018).
Dukungan yang diberikan oleh perawat intensive kepada anggota keluarga
pasien adalah salah satu bentuk dukungan sosial. Dukungan sosial yang
diberikan oleh keluarga, teman, disebut informational support. Ketika
kebutuhan pasien dan keluarga bersinergi dengan kompetensi perawat, maka
hasil perawatn akan optimal (Wardah, 2013).
Dukungan sosial diartikan sebagai pertukaran informasi yang memberikan
empati dukungan yaitu dukungan emosional, harga diri, jaringan dan
penilaian. Dukungan emosional adalah suatu keyakinan bahwa seorang
individu dicintai dan disayangi oleh keluarga. Kebutuhan emosional
mencakup harapan dan dukungan spiritual. Pemahaman mengenai
pentingnya kebutuhan keluarga oleh tenaga kesehatan professional pada
perawatan kritis bermanfaat bagi keluarga agar dapat mengontrol saat berada
pada situasi rentan.

E. Peran Perawat
Peran yang paling umum bagi perawat keperawatan kritis yaitu memberikan
perawatan di sisi tempat tidur pasien. Menurut Cynthia Lee Terry & Aurora
Weaver (2011), ada delapan kompetensi keperawatan klinis, antara lain:
1. Pengkajian Klinis
Kemampuan untuk menanyakan dan mengevaluasi praktik secara terus
menerus menggunakan praktik berbasis bukti, bukan tradisi.
2. Pembuatan Keputusan Klinis
Penggunaan pengumpulan data yang kompeten dengan cangkupan tanda dan
gejala yang lebih global. Implementasi ketrampilan keperawatan berfokus
pada pengambilan keputusan dan berpikir kritis.
3. Perawatan
Implmentasi dari lingkungan yang terapeutik dan suportif dalam
menyediakan perawatan pada pasien dan interaksinya dengan keluarga, serta
penyedia pelayanan kesehatan yang lain.
4. Advokasi
Kemampuan untuk melindungi dan mendukung hak asasi manusia, serta
keyakinan pasien dan keluarga.
5. Memikirkan System
Bernegosiasi dan mengarahkan dalam system pelayanan kesehatan untuk
menyediakan sumber daya yang bermanfaat bagi pasien dan keluarga.
6. Fasilitator Pembelajaran
Meningkatkan dan menyediakan kesempatan pembelajaran formal maupun
non formal bagi pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lainnya.
7. Berespon Terhadap Keberagaman
Menganalisis dan mengimplementasikan perawatan berdasarkan pada
perbedaan aspek sosiokultural, ekonomi, gender, dan kultural-spiritual dari
pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain.

8. Kolaborasi
Memanfaatkan tiap kontibusi yang unik dari masing-masing orang dalam
mencapai hasil yang positif berdasarkan kolaborasi dengan pasien, keluarga,
dan anggota tim kesehatan lain.
Selain itu, terdapat sepuluh tanggung jawab peran perawat keperawatan
kritis oleh American Association of College of Nursing, antara lain:
1. Mendukung dan menghormati otonomi pasien.
2. Menjadi penengah apabila ada keraguan kepentingan siapa yang
dilayani.
3. Membantu pasien untuk memperoleh perawatan yang diperlukan.
4. Menghormati nilai, keyakinan, dan hak pasien.
5. Memberikan edukasi kepada pasien atau yang mewakili dalam
pengambilan keputusan.
6. Menerangkan hak pasien untuk memilih.
7. Mendukung keputusan pasien/yang mewakili atau memindah tangan
kan perawatan kepada perawat kritis dengan kualifikasi yang setara.
8. Menjadi perantara bagi pasien yang tidak bisa mengambil keputusan
sendiri dan pasien yang memerlukan intervensi darurat.
9. Memonitor dan menjamin kualitas pelayanan.
10. Berlaku sebagai penghubung antara pasien atau keluarga dan anggota
tim kesehatan lain.
DAFTAR PUSTAKA
Fitriyah. (2018). Gambaran Mekanisme Koping Keluarga Pasien Yang Di Rawat Di
Ruang ICU RSUD Kraton Pekalongan. Pekalongan.
Nurhadi. (2014). Gambaran Dukungan Perawat Pada Keluarga Pasien Kritis di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr Kariadi. Program Studi S1 Ilmu Keperawatan,
Universitas Diponegoro.
Terry, Cynthia Lee. (2013). Keperawatan Kritis. Original English Edition copyright
2011, by The McGraw-Hill Companiest, Inc.
Wardah. (2013). Dampak Hospitalisasi Pada Keluarga dan Peran Perawat dalam
Memenuhi Kebutuhan Informasi di Perawatan Intensif. Jurnal Husada
Mandiri, Fakultas Keperawatan Universitas Padjajaran Bandung. Volume III
no 6, November 2013, hal. 263-318.
Dep. Kes. RI, (2010). Respon Keluarga.

Anda mungkin juga menyukai