Anda di halaman 1dari 7

JURNAL SHARING

KEHADIRAN KELUARGA DALAM PERAWATAN RUTIN DI


INTENSIVE CARE UNIT
Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Stase Keperawatan Gawat Darurat dan
Kritis
Pembimbing Akademik: Suhartini, S.Kp., MNs., PhD
Ns. Reni Sulung Utami,S.Kep.,M.Sc

Disusun Oleh:
Shelfi Widyastuti 22020118220090
Ikha Nurjihan 22020118220065
Yohana Esti Purwaningsih 22020118220064
Annisaa Muktiana W K 22020118220069
Rizqi Amilia 22020118220066

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXIII


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
LAPORAN TELAAH JURNAL KELOMPOK MENGENAI KEHADIRAN
KELUARGA DALAM PERAWATAN RUTIN DI INTENSIVE CARE UNIT

1. Analisa Situasi
Intensive care unit/ ICU merupakan tempat yang menyebabkan stress
pada anggota keluarga pasien. Stress tersebut diakibatkan oleh kondisi kritis
yang setiap saat dapat terjadi tanpa peringatan. Hal tersebut mengakibatkan
peningkatan kecemasan dan ketakutan akan kehilangan anggota keluarga.
Salah satu perawat di ICU RSUP dr. Kariadi mengatakan bahwa
penunggu pasien ICU itu sangat cemas, pikiran tidak karuan, mereka
menunggu tapi tidak tau bagaimana kondisi keluarganya yang sedang
ditunggu. Apalagi pada saat keluarga menerima panggilan dari ruangan
ICU, sudah pasti mereka berpikiran campur-campur. Keluarga sesampai
di nurse station setelah mendapat panggilan sudah pasti wajah mereka
tampak ketakutan dan panik ada apa dengan kondisi keluarganya.
Seiring dengan perubahan menuju perawatan yang holistic keluarga turut
dilibatkan dalam perawatan pasien (Al Mutahir et al.,2013). Manajemen
holistik yang melibatkan keluarga didalam proses perawatan ICU memberikan
peningkatan psikososial dan emosional serta aspek fisik pasien. Nilai konsep
ini secara fundamental dapat memfasilitasi kolaborasi yang saling
menguntungkan antara pasien, keluarga, dan tim profesional kesehatan karena
adanya keterlibatan peran keluarga di dalamnya (Wong et al.,2019). Hasil
wawancara kepada 6 perawat ruangan di ICU semua mengatakan bahwa
di ICU memang tidak diperbolehkan keluarga mendampingi secara
langsung di ruangan, keluarga di izinkan memasuki ruangan pada saat
jam kunjung, selebihnya menunggu di ruang tunggu. 1 dari 6 perawat
mengatakan bahwa perawat belum bisa memfasilitasi apabila keluarga
selalu berada di dekat pasien dan melibatkan keluarga disetiap tindakan.
2 dari 6 perawat mengatakan selain membutuhkan privasi, tindakan akan
kurang optimal jika ada keluarga yang mendampingi, kemudian
kecemasan keluarga terkait tindakan yang diberikan akan mengganggu
proses tindakan.
Kebutuhan akan kehadiran keluarga semakin menjadi prioritas di unit
perawatan intensif (ICU), jam kunjungan lebih fleksibel dan anggota keluarga
dianjurkan untuk lebih aktif dalam perawatan pasien. Kehadiran keluarga
diluar jam kunjungan reguler dan selama pergantian jam di ICU semakin
diterima. Namun kontroversi muncul mengenai kehadiran mereka selama
prosedur ICU. Banyak penelitian mengevaluasi perspektif kerabat dan
penyedia layanan kesehatan tentang partisipasi keluarga dalam ICU pediatrik
telah mendukung kehadiran kekuarga. Penyedia layanan kesehatan lebih
menerima kehadiran keluarga selama pergantian jam daripada selama
prosedur. Meskipun demikian kerabat melaporkan kepuasan yang lebih besar
dengan perawatan dan secara keseluruhan puas bahwa mereka menyaksikan
suatu prosedur (Jakab dkk, 2017). Namun fenomena yang kelompok temukan
di lapangan yaitu keluarga hanya diperbolehkan berada di samping pasien
ketika jam besuk saja. Selain jam besuk, pasien tidak didampingi oleh keluarga.
Dari 3 keluarga pasien yang sedang berkunjung mengatakan bahwa
keluarga ingin setiap saat bisa mendampingi pasien. 1 keluarga memiliki
harapan bahwa dengan hadirnya keluarga di samping pasien akan dapat
memotivasi pasien untuk sembuh. 2 dari 3 keluarga mengatakan dengan
adanya kehadiran keluarga, keluarga dapat mengetahui perkembangan
kondisi pasien dan jika dokter sedang melakukan pemeriksaan bisa
langsung menanyakan bagaimana kondisi pasien saat ini. Keluarga juga
mengatakan jika keluarga bersama pasien merasa lebih tenang karena
dapat melihat pasien secara langsung.
Keluarga pasien yang dirawat di ICU merasa syok atau tidak dapat
menerima apa yang terjadi pada pasien sehingga penting bagi perawat untuk
membuat konsep keluarga dengan kebutuhan emosi yang berbeda dengan
keluarga pasien umum. Salah satu kebutuhan yang diperlukan oleh keluarga
adalah memberikan informasi mengenai keadaan pasien dan menghadirkan
keluarga berada di dekat pasien. Perawat dapat membantu anggota keluarga
dengan memberlakukan perawatan yang berpusat pada pasien dan keluarga
(Mitchell dkk, 2018). Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas lebih
lanjut terkait keterlibatan dan kehadiran keluarga dalam perawatan dan
pemberian intervensi pasien di ICU.

2. Evidence Knowledge
Berada dekat dengan anggota keluarga yang sakit kritis adalah salah satu
kebutuhan utama keluarga. Kebutuhan keluarga termasuk jaminan kesehatan,
informasi tentang kondisi dan prognosis pasien, dan kebutuhan untuk secara
fisik dekat dengan pasien. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, tingkat stres dan
kecemasan anggota keluarga menurun (SHELFI). Studi sebelumnya
menyatakan kehadiran keluarga di luar jam kunjungan reguler semakin
diterima. Namun, kontroversi masih muncul mengenai kehadiran keluarga
selama prosedur ICU (Jakab et al., 2019). Alasannya adalah sikap negatif yang
dimiliki oleh banyak perawat ICU terhadap kebijakan visibilitas yang
“terbuka” atau kurang ketat yang mengakibatkan diperlukannya izin perawat
yang bertanggung jawab pada pasien. (Jacob et al., 2016; Hetland et al.,2017).
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi perawat dalam menjalankan
visitase terbuka antara lain, tingkat pendidikan yang tinggi dan pengalaman
kerja perawat, keparahan pasien serta beban kerja perawat (Hetland et al,2017).
Terdapat beberapa hambatan dalam seperti pembatasan visitasi terbuka
seperti keluarga tidak dihadirkan saat tindakan invasive dan resusitasi.
Berdasarkan data survey yang dilakukan di 40 negara dimana open family
visitation (penjengukan) 39,6% diadaptasi seluruhnya oleh ICU dan 38,10%
ICU sedikit menerapkan (Kleinpell et al., 2018). Jam kunjungan terbatas
membatasi kemampuan profesional kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
anggota keluarga. Pengakuan diberikan kepada keluarga pasien dewasa di
mana kebijakan sering membatasi interaksi keluarga dengan mempertahankan
jam kunjungan yang ketat, meskipun keluarga melaporkan kepuasan yang lebih
besar dengan perawatan dan secara keseluruhan puas bahwa mereka
menyaksikan suatu prosedur. (SHELFI, Jakab et al., 2019)
Tindakan menghadirkan keluarga dalam tindakan invasive dilaporkan
20,5% ICU sedikit menerapkan dan 56,2% ICU tidak menyertakan keluarga
saat perputaran jaga (Kleinpell et al, 2018). Tidak diikutsertakannya keluarga
saat perputaran jaga dapat menimbulkan rasa ingin tahu terkait kondisi pasien
terkini. Studi sebelumnya menyatakan bahwa kebutuhan paling penting bagi
keluarga adalah informasi tentang pasien, mengunjungi pasien, berbicara
dengan dokter setiap hari, serta diyakinkannya bahwa perawatan terbaik
sedang diberikan untuk pasien (Jacob et al, 2016, SHELFI).
Praktik kunjungan yang fleksibel memiliki potensi untuk memberi
manfaat bagi keluarga dan pasien. Keluarga dapat memenuhi keperluan pasien
dengan mudah, bisa mengunjungi pasien meskipun sudah larut dan dapat
mengakses informasi dari tenaga kesehatan. selain itu pasien juga mendapatkan
dukungan moral dari keluarga, merasa senang dan merasa lebih aman ketika
keluarga ada bersamanya (SHELFI).
Kunjungan yang fleksibel telah berhasil diperkenalkan ke ICU dewasa
Australia dan Atlanta, Georgia. Jam kunjung yang fleksibel ini bisa dilakukan
selain jam 8 pagi - 11 pagi. Sebelum adanya fleksibilitas kunjungan dimuai
pukul 11 pagi – 8 malam. Dengan demikian jam kunjungan pasien berubah dari
sembilan jam per hari menjadi 21 jam. Anggota keluarga diberikan kartu
identitas untuk akses unit pada malam hari. Anggota keluarga dapat tinggal
bersama pasien dan mengamati setiap prosedur yang terjadi di kamar pasien,
termasuk mengamati tindakan invasif. (SHELFI, Jacob et al, 2016). Jam
kunjung yang lebih fleksibel memberikan dampak positif bagi keluarga, pasien
dan staff ICU. Kunjungan fleksibel dapat meningkatkan perawatan pasien
kritis dan mengakui pentingnya untuk keluarga dan pasien dalam pemulihan
penyakit mereka (SHELFI).

3. Critical Thinking
Selama praktik di lapangan terlihat bahwa pihak rumah sakit masih belum
mampu untuk menghadirkan keluarga di samping pasien ketika pasien
menjalani perawatan biasa. Alasan di balik kondisi tersebut dikarena tenaga
kesehatan merasa bahwa tindakan atau perawatan yang sedang diberikan oleh
pasien sangat banyak sehingga jika keluarga dihhadirkan ketika sedang
dilakukan tindakan dikhawatirkan akan mengganggu tindakan yang diberikan.
Pihak rumah sakit sejauh ini hanya bisa menghadirkan keluarga ketika jam
kunjung saja atau ketika pasien dalam kondisi kritis saja.
Sebagai perawat hendaknya kita perlu menghadirkan keluarga disisi pasien.
Hal ini karena dalam kondisi apapun pasien tentu akan sangat membutuhkan
keluarga untuk berada disampingnya. Keluarga akan membuat pasien merasa
diperhatikan dalam kondisi apapun yang tentu akan membuat hati pasien tenang
selama menjalani prosedur tindakan. Selain itu kehadiran keluarga selama
tindakan atau perawatan akan membuat keluarga mengetahui perkembangan
kondisi pasien lebih detail. Memiliki kebijakan kunjungan yang lebih terbuka
dapat meningkatkan tingkat kepuasan anggota keluarga di ICU. Sistem
kunjungan di ICU atau unit lain dapat mulai mempertimbangkan untuk
melakukan kunjungan terbuka.
DAFTAR PUSTAKA

Hetland,Breanna;Hickman,Ronald; Mc.Andrew,Natalie;Daly,Barbara. (2017).


Factors Influencing Active Family Engangement in Care Among Critical
Care Nurses. AACN Advanced Critical Care. Vol : 28. Number: 2, page 160-
170. https://acc.aacnjournals.org/
Jacob BM, Horton C, Rance-ashley S, Field T, Patterson R, Johnson C, et al. Needs
of Patients’s Family Members in an Intensive CAre Unit With Continous
Visitation. Fam Crit Care. 2016;25(2):118–25.
Jakab, M., Day, A. Z., Kraguljac, A., Brown, M., & Mehta, S. (2019). Family
Presence in the Adult ICU During Bedside Procedures. Journal of Intensive
Care Medicine, 34(7), 587–593. https://doi.org/10.1177/0885066617705857
Care Medicine. Journal of Critical Care, 48, 251–256.
https://doi.org/10.1016/j.jcrc.2018.09.006
Kleinpell, R., Heyland, D. K., Lipman, J., Sprung, C. L., Levy, M., Mer, M., …
Curtis, J. R. (2018). Patient and family engagement in the ICU: Report from
the task force of the World Federation of Societies of Intensive and Critical

Anda mungkin juga menyukai