Anda di halaman 1dari 9

Retno A.

Werdhani, et al eJKI

ARTIKEL PENELITIAN

Peran Keluarga dalam Pengelolaan Kasus di Layanan Primer


Melalui Five Family Oriented Questions

Retno A.Werdhani,1* Elsa P.Setiawati,2 Fedri R. Rinawan2

1
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FK Universitas Indonesia
2
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas Padjajaran

Korespondensi: retno.asti@ui.ac.id
Disetujui: 18 Februari 2017
DOI: 10.23886/ejki.5.7315.18-28

Abstrak
Pengelolaan kasus di layanan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga memperhatikan potensi
keluarga sebagai sumber daya pendukung dan atau penghambat keberhasilan penatalaksanaan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kasus di layanan primer dan persepsi keluarga mengenai
pasien melalui five family oriented question (FFOQ). Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner
pada 162 pasien Puskesmas dan Klinik di DKI Jakarta pada tahun 20152016. Kuesioner terdiri atas
karakteristik pasien dan 5 pertanyaan terbuka FFOQ. Analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
Hasilnya menunjukkan sebagian besar kasus di layanan primer adalah penyakit non-infeksi (82,7%) dengan
proporsi usia terbanyak adalah >40 tahun (76,5%). Persepsi pasien dan keluarga tentang penyebab penyakit
dan cara mengatasinya masih bervariasi. Orang tua, pasangan, dan anak merupakan anggota keluarga yang
paling menguatirkan kondisi pasien. Sebanyak 71,6% responden merasa ada stresor dalam keluarganya.
Sumber stresor bervariasi antara lain sosial ekonomi, keluarga, pekerjaan, dan diri sendiri. Dukungan
kepada pasien berupa dukungan emosional dan finansial yang diberikan oleh anggota keluarga sesuai
kemampuan masing-masing. Disimpulkan keluarga berperan sebagai faktor pendukung dan penghambat
dalam pengelolaan kasus di layanan primer untuk menunjang pengelolaan lebih berorientasi kepada pasien
dan keluarga.
Kata Kunci: five family oriented question, keluarga, layanan primer

Family Acts in Cases Management In Primary Care


through The Five Family Oriented Question

Abstract
Family oriented in primary care sees family as supporting resources/inhibiting case management
accomplishment. The aim of this study was describing cases in primary care and family perception of the
patient through the five family oriented question (FFOQ). Interviews were conducted in 162 patients from
public health centers and clinics in DKI Jakarta year 20152016. Data were collected through questionnaires
consisted of patients characteristics and 5 FFOQ questions. Qualitative and quantitative analysis was
conducted. Most cases in primary care services were non-infectious diseases (82.7%) and the highest age
proportion was >40 years (76.5%). Patient and familys perception about causal of the disease and how to
cope still vary. Parents, spouses, and children were the family members who were most concern about the
patient. A total of 71.6% of respondents felt there were stressors in the family. Stressor sources vary such as
socio-economic, family, work, and him/herself. Emotional and financial support were given to patient by family
members according to each capacities. In conclusion, the family acts as an inhibiting factor as well as support
in primary care case management to support more patient and family oriented case management.
Keywords: five family oriented question, family, primary care

18
Vol. 5, No. 1, April 2017 Five Family Oriented Question

Pendahuluan Metode
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Penelitian ini menggunakan desain potong
Deklarasi Alma Ata1 dan buku Primary Care Now lintang terhadap 162 pasien binaan mahasiswa
More then Ever2 menyebutkan pentingnya layanan FKUI tingkat akhir tahun 20152016 yang
primer sebagai pelayanan kesehatan esensial di berasal dari 8 puskesmas dan 8 klinik di wilayah
tingkat pertama yang perlu dikembangkan dan DKI Jakarta. Dengan 162 pasien, didapatkan
diimplementasikan di setiap negara termasuk presisi penelitian sebesar 7,6% (maksimal 10%).
Indonesia. Ilmu kedokteran keluarga merupakan Kriteria inklusi adalah pasien dengan masalah
salah satu cabang ilmu kedokteran yang diterapkan kesehatan yang memerlukan partisipasi keluarga
di layanan primer dan sangat berkembang di dalam penatalaksanaannya, dicurigai ada faktor
negara maju sebagai salah satu spesialisasi risiko dalam keluarga yang dapat menghambat
bidang kedokteran bagi praktisi di layanan primer.3 kesembuhan pasien, dan menyetujui untuk
Ilmu kedokteran keluarga merupakan salah satu dilakukan pembinaan keluarga. Kriteria eksklusi
keilmuan yang diterapkan di program studi dokter adalah pasien yang tidak dapat berkomunikasi
layanan primer (DLP) selain ilmu kedokteran langsung dengan dokter (kecuali pasien anak:
komunitas dan kesehatan masyarakat.4,5 orang tua anak yang tidak dapat komunikasi
Pengelolaan kasus dengan pendekatan langsung dengan dokter).
kedokteran keluarga memerlukan pengelolaan Data dikumpulkan melalui kuesioner yang
berorientasi keluarga. Seorang dokter praktik ditanyakan langsung kepada pasien. Kuesioner
di layanan primer harus memperhatikan pasien terdiri atas karakteristik pasien (jenis kelamin, usia,
sebagai bagian dari keluarganya yang dapat jenis penyakit) dan pertanyaan FFOQ6 berikut:
menjadi potensi sumber daya pendukung atau
penghambat keberhasilan penatalaksanaan. 1. Apakah ada anggota keluarga lain yang
Pengumpulan informasi tentang keluarga memiliki masalah sama dengan pasien?
bermanfaat bagi dokter untuk mengetahui siapa 2. Menurut keluarga, apa yang menjadi
saja yang memiliki masalah kesehatan yang sama penyebab masalah kesehatan pasien, dan
dengan pasiennya dan apa yang telah dilakukan bagaimana cara mengatasinya?
oleh keluarga. Selain data tentang keluarga yang 3. Siapa di antara anggota keluarga yang paling
meliputi riwayat penyakit keluarga, dokter juga kuatir tentang masalah kesehatan pasien?
dapat mengidentifikasi potensi sumber daya/ 4. Apakah ada perubahan lain di kehidupan
stresor di keluarga yang memengaruhi/dipengaruhi pasien/keluarga bersamaan dengan masalah
masalah pasien sehingga rencana pengelolaan kesehatan pasien? Sebutkan.
mencakup peningkatan kesehatan pasien dan 5. Bagaimana keluarga atau teman membantu
keluarga yang saling terkait. pasien dalam menyelesaikan masalah
Salah satu instrumen yang dapat digunakan kesehatannya?
dalam wawancara pasien berorientasi keluarga
adalah five family oriented question (FFOQ). Data jenis kelamin, usia pasien, jenis penyakit,
Terdapat 5 pertanyaan berorientasi keluarga yang jumlah penyakit, dan riwayat penyakit keluarga
dapat digunakan dalam konsultasi dengan pasien dianalisis secara kuantitatif dengan SPSS dan
sehari-hari. Ke-5 area pertanyaan meliputi riwayat disajikan dalam bentuk persentase. Jawaban
kesehatan keluarga, persepsi keluarga terhadap ke-5 pertanyaan terbuka FFOQ dianalisis secara
masalah kesehatan pasien, kekuatiran keluarga, kualitatif dengan MAXQDA 11. Tema jawaban
stres dan perubahan hidup dalam keluarga, serta FFOQ dikategorikan kemudian dilihat karakteristik
dukungan keluarga.6 Semua pertanyaan dapat pasien secara tematik untuk mendapatkan
memberikan informasi kepada dokter dalam gambaran deskriptif.
memahami situasi dan pengalaman pasien terkait
kesehatannya. Penelitian ini bertujuan untuk Hasil
mengetahui deskripsi FFOQ dalam pengelolaan Tabel 1 menunjukkan jenis penyakit pasien di
kasus sehari-hari di layanan primer sehingga fasilitas kesehatan layanan primer. Setiap pasien
dapat diketahui bentuk peran keluarga dalam dapat mengalami lebih dari 1 jenis penyakit saat
penyelesaian masalah pasien di layanan primer. pengambilan data, dengan nilai tengah 2 jenis
penyakit per pasien per kunjungan (minimum 1,
maksimum 5).

19
Retno A.Werdhani, et al eJKI

Tabel 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Masalah Persepsi Keluarga terhadap Masalah Kesehatan
Kesehatan di Layanan Primer Pasien
Jenis Penyakit n (%) Untuk penyakit infeksi, terdapat berbagai
Kardiovaskuler 79 (48,7) persepsi yang cukup tepat menjadi penyebab
Metabolik 73 (45,1) masalah kesehatan yaitu pencahayaan kurang di
Masalah gizi 55 (34) rumah, asupan makanan, kebersihan diri, tertular
Saluran napas 52 (32) anggota keluarganya, penularan melalui hubungan
Kelainan saraf 40 (34,6) seksual, risiko pekerjaan, dan merokok. Terdapat
Kelainan sendi 20 (12,5) persepsi yang belum tepat sebagai penyebab
Mata 18 (11,1) masalah kesehatan infeksi yaitu karena kebiasaan
Saluran cerna 14 (8,6) main gadget dan keturunan. Beberapa pasien
Kulit 13 (8) dan keluarga mengakui tidak tahu faktor yang
Saluran kemih 5 (3,1)
menyebabkan sakit infeksi pada pasien. Spesifik
Infeksi virus 4 (2,5)
pada pasien anak yang mengalami infeksi, menurut
Telinga 3 (1,9)
pendapat orang tua penyakit infeksi anak dapat
Kesehatan mental 3 (1,9)
Lain-lain (fluor albus) 3 (1,9)
disebabkan oleh gangguan tumbuh kembang anak,
riwayat infeksi, gizi kurang, minum air dingin, sulit
Tabel 1 menunjukkan masalah kesehatan makan, udara dingin, dan alergi makanan. Ada juga
terbanyak di layanan primer adalah penyakit orang tua yang menganggap batuk pilek berulang
kardiovaskular dan metabolik dengan proporsi wajar pada anak. Pada pasien dewasa, persepsi
tertinggi penyakit kardiovaskular adalah hipertensi penyebab penyakit infeksi adalah merokok,
(69 dari 79 kasus kardiovaskular) dan proporsi hubungan seksual, pajanan asap, dan termasuk
tertinggi penyakit metabolik adalah diabetes golongan ekonomi menengah ke bawah.
melitus (DM) tipe 2 (57 dari 73 kasus metabolik). Persepsi pasien dan keluarga mengenai
Masalah gizi, saluran napas, dan kelainan saraf cara mengatasi penyakit infeksi bervariasi. Ada
berada di peringkat ke-3 sampai ke-5 penyakit yang sudah mengetahui apa saja yang perlu
terbanyak di layanan primer. Masalah gizi terbesar dilakukan yaitu membawa pasien ke dokter/klinik/
adalah obesitas/overweight (41 dari 55 kasus puskesmas, membawa anak ke posyandu, minum
gizi) sedangkan TB merupakan penyakit saluran obat rutin sampai tuntas, istirahat cukup, menjaga
napas terbesar (25 dari 52 kasus saluran napas), kebersihan (tidak memasukkan tangan ke mulut),
dan neuropati DM merupakan kelainan otot-saraf makan baik, dan patuh nasihat dokter. Khusus
terbesar di antara kelainan saraf (15 dari 40 kasus untuk penyakit infeksi kulit, dikatakan untuk lebih
kelainan saraf). sering mandi dan diberikan salep. Ada juga yang
Jenis penyakit terbanyak adalah penyakit non- menganggap penyembuhan penyakit infeksi perlu
infeksi (82,7% dari seluruh masalah kesehatan memisahkan alat makan dan perlunya mengganti
yang dijumpai). Lebih dari 50% pasien adalah susu pada anak yang diare.
perempuan (56,2%) dengan proporsi umur terbesar Pasien dan keluarga pasien dengan penyakit
adalah 4059 tahun (usia pertengahan) dan > non-infeksi masih belum mengetahui sakitnya
60 tahun (usia lanjut). Sebanyak 64,2% pasien, pasien karena pasien masih beraktivitas.
anggota keluarganya memiliki masalah kesehatan Dikatakan sakit bila sudah mengganggu aktivitas
yang sama dengan pasien. harian. Kegemukan belum dianggap sebagai
masalah kesehatan karena anggota keluarga lain
Tabel 2. Distribusi Pasien Berdasarkan Kelompok juga mengalami kegemukan. Persepsi pasien dan
Umur keluarga tentang penyebab penyakit non-infeksi
yaitu karena banyak pikiran/stres, terlalu lelah
Kelompok umur n (%)
bekerja, makanan tidak sehat, aktivitas kurang,
<1 tahun (bayi) 2 (1,2)
dan gaya hidup tidak sehat. Bila ada masalah yang
1-5 tahun (balita) 9 (5,6)
ditandai dengan keluhan, responden kelompok
6-12 tahun (usia sekolah) 8 (4,9)
13-19 tahun (remaja) 0 (0)
non-infeksi masih ada yang menganggap dengan
20-39 tahun (dewasa muda) 19 (11,7) obat saja dapat sembuh, tanpa perlu perubahan
40-59 tahun (usia pertengahan) 71 (43,8) gaya hidup. Ada juga yang menganggap penyakit
>60 tahun (usia lanjut) 53 (32,7) non-infeksi disebabkan faktor gaib dan dosa yang

20
Vol. 5, No. 1, April 2017 Five Family Oriented Question

diperbuat (contoh: laki-laki, 65 tahun, DM, HT). perempuan, 30 tahun, TB Paru).


Usia juga menjadi faktor penyebab penyakit non- Pasien berusia 4059 tahun merasa pasangan
infeksi sehingga dikatakan wajar sakit bila sudah dan anak pasien merupakan anggota keluarga
tua (contoh: perempuan, 78 tahun OA, DM, HT, yang kuatir dan peduli terhadap kesehatan
Obesitas). pasien. Mereka membuat pasien nyaman dengan
Persepsi pasien dan keluarga yang telah menemani beraktivitas, mendengarkan keluhan
mengetahui cara mengatasi penyakit non-infeksi pasien, dan menggantikan pekerjaan rumah
cukup bervariasi yaitu berobat rutin, mengikuti obat pasien (contoh: perempuan, 41 tahun, TB, ulkus
dari dokter, memperbaiki pola hidup, mengatur pedis dan perempuan 44 tahun, TB), membelikan
makanan dan mencari jalan keluar masalah yang oksigen (contoh: perempuan, 54 tahun, HT, CHF)
menjadi beban pikiran pasien, salah satunya dan tidak lagi membelikan cemilan kue manis untuk
dengan bercerita kepada keluarga. Upaya mencari pasien (contoh: perempuan, 52 tahun, DM). Ada
brosur dan bertanya pada orang juga dilakukan juga pasien yang tidak dipedulikan karena anggota
untuk menyelesaikan masalah, namun masih ada keluarga lebih memerhatikan kepentingan dan
yang belum mengetahui cara pengobatan masalah kesehatan masing-masing (contoh: perempuan,
dan tidak tahu peran perubahan gaya hidup. Pergi 49 tahun, HT, OA genu, obesitas, nyeri punggung).
ke fasilitas layanan kesehatan merupakan upaya Kesehatan tidak menjadi prioritas keluarga
menyelesaikan masalah namun ada hambatan sehingga tidak ada tabungan keluarga khusus
misalnya kesibukan pasien untuk menyisihkan untuk kesehatan (contoh: perempuan, 47 tahun,
waktu berobat dan atau tidak ada yang mengantar. HT, DM Tipe 2).
Hal tersebut berdampak pada perilaku pasien Pada pasien usia >60 tahun, pasangan masih
non-infeksi untuk membeli obat sendiri di pasar mendominasi orang terdekat yang peduli dengan
agar obat dapat rutin diminum, apalagi bila pasien pasien. Peran anak agak berkurang karena
memiliki persepsi obat adalah terapi utama dan kesibukannya bekerja. Anak peduli terhadap
tidak mementingkan perubahan gaya hidup. kesehatan pasien namun sebatas memberikan
(contoh: perempuan, 50 tahun, gagal jantung, bantuan finansial dan menanyakan keadaan
obesitas, dislipidemia). pasien, sehingga tidak terlibat langsung dalam
perawatan pasien (perempuan, 70 tahun, DM,
Kekuatiran Keluarga terhadap Masalah HT, obesitas dan laki-laki, 75 tahun DM, HT,
Kesehatan Pasien dislipidemia, katarak).
Bentuk kekuatiran keluarga sebagai upaya
agar pasien sembuh ditunjukkan dengan Stres dan Perubahan Kehidupan dalam
membawa/mengajak pasien ke dokter/puskesmas, Keluarga
bertanggung jawab atas biaya pengobatan, Sebanyak 71,6% responden merasa ada
menerima keadaan pasien, membantu pekerjaan stresor dalam keluarga. Sumber stresor bervariasi:
rumah tangga, mencari informasi penyakit, dan sosial ekonomi, keluarga, pekerjaan, dan diri
membelikan kebutuhan pasien; namun masih sendiri. Stresor sosial ekonomi yang dikeluhkan
ada pasien yang merasa sendiri. Respons adalah pendapatan keluarga yang rendah, tidak
keluarga biasa saja karena kondisi pasien belum tetap, kondisi ekonomi keluarga yang menurun
mengganggu aktivitas sehari-hari sehingga tidak sejak pasien sakit dan tidak dapat bekerja lagi, serta
memberikan perhatian pada masalah pasien. sulitnya akses ke fasilitas pelayanan kesehatan
Ibu pasien dan nenek pasien merupakan yang dapat membuat pasien/keluarga berhutang.
anggota keluarga yang paling menguatirkan kondisi Sumber stresor keluarga adalah hubungan
pasien anak berusia <1 tahun, 15 tahun, dan 612 anggota keluarga tidak harmonis, perpisahan
tahun. Salah satu bentuk perhatian diwujudkan keluarga, orang tua tunggal, kedukaan, dan
dengan ibu cuti bekerja untuk memeriksakan anak anggota keluarga lain yang sakit. Sumber stresor
ke dokter (contoh: laki-laki 7 tahun, rinofaringitis pekerjaan adalah pekerjaan tidak tetap, baru
akut, gizi kurang, prurigo). diberhentikan dari pekerjaan, kecurigaan dari
Pada pasien usia 2039 tahun selain orang atasan atas sakitnya pasien, rotasi kerja yang tidak
tua, pasangan termasuk yang menguatirkan menentu, perubahan lingkungan kerja, serta beban
kondisi pasien, namun ada juga yang mengurus menjadi tulang punggung keluarga.
diri masing-masing, dan baru kuatir bila pasien Sumber stresor yang berasal dari diri sendiri
sudah memiliki keluhan dan baru ke dokter (contoh: adalah perubahan dalam hidup pasien meliputi

21
Retno A.Werdhani, et al eJKI

perubahan lingkungan rumah, menjadi golongan tenaga kesehatan (contoh: laki-laki, 40 tahun, TB
minoritas di lingkungan, tidak dapat bekerja lagi paru, gizi kurang). Bentuk tidak ada dukungan juga
karena sakit atau pensiun, dan beban menjadi terlihat pada anak pasien yang tidak mengetahui
tulang punggung keluarga yang terdapat pada penyakitnya namun hanya memberi biaya
semua kelompok umur pasien di atas 20 tahun pengobatan (contoh: laki-laki, 52 tahun DM tipe 2).
sampai usia lanjut. Selain itu ada pasien yang mengaku tidak terbuka
akan penyakitnya kecuali terhadap pasangannya
Dukungan Keluarga (contoh: laki-laki, 43 tahun, HIV). Alasan lain karena
Dukungan keluarga atau pihak lain untuk keluarga pasien menganggap penyakit pasien
membantu pasien dalam menyelesaikan masalah biasa dialami oleh orang tua (contoh: perempuan,
kesehatan dibagi menjadi dukungan emosional 57 tahun, HT, DM tipe 2).
dan finansial. Dukungan tersebut dapat berasal dari Cucu pasien, menantu, tetangga dan teman
seluruh anggota keluarga yaitu orang tua pasien pasien merupakan pihak yang mendukung
(ayah/ibu pasien), kakek/nenek, pasangan (suami/ pasien >60 tahun dalam menyelesaikan masalah
istri), kakak/adik, paman/bibi pasien, bahkan teman kesehatan selain pasangan yang juga masih
dan tetangga pasien. mendominasi sebagai pelaku rawat pasien.
Berdasarkan usia pasien, ibu dan nenek pasien Dukungan berupa bantuan, meringankan kerja, dan
memberikan dukungan emosional kepada pasien menemani beraktivitas fisik. Istri pasien merupakan
yang berusia <1 tahun dan 15 tahun, sedangkan significant person dalam proses pengobatan
dukungan finansial diberikan oleh ayah atau pasien (laki-laki, 70 tahun, DM, HT, dislipidemia,
paman/bibi pasien. Bentuk dukungan emosional overweight). Anak memberikan dukungan berupa
adalah merawat anak, memberikan nutrisi sesuai uang bulanan, membelikan makanan, membayar
anjuran, dan membawa pasien ke dokter. iuran BPJS, dan menyediakan asisten rumah
Dukungan emosional dan finansial untuk pasien tangga. Pada kelompok usia ini, masih banyak
berusia 612 tahun diberikan oleh orang tua pasien, yang merasa kurang didukung oleh anak bahkan
kakek/nenek atau paman/bibi pasien. Bentuk masih lebih membantu anak-anaknya daripada diri
dukungan berupa biaya pengobatan, mengantar ke sendiri (contoh: laki-laki, 61 tahun, HT). Tidak ada
fasilitas kesehatan, dan ikut membantu mengawasi dukungan emosional khusus dari anak, tetapi bila
anak ketika orang tua bekerja. pasien membutuhkan uang untuk ke rumah sakit,
Sama dengan kategori usia sebelumnya, peran anak akan membiayai (contoh: laki-laki, 71 tahun,
orang tua pasien masih ada pada untuk kategori HT, hipertrofi prostat).
usia pasien 2039 tahun. Selain itu dukungan
emosional dan finansial dari pasangan, teman, dan Diskusi
tetangga pasien juga ada pada pasien usia 2039 Sebagian besar pasien di studi ini adalah
tahun. Bentuk dukungan adalah menjadi pemantau perempuan, sesuai dengan karakteristik pengguna
minum obat, membantu pekerjaan pasien, jaminan kesehatan di salah satu puskesmas di
menggantikan pasien bekerja, menemani pasien Tangerang dan klinik di Jakarta yaitu sekitar 60%
beraktivitas fisik, menyesuaikan pola makan, adalah perempuan.7,8 Pengambilan data dilakukan
menemani ke puskesmas, dan meminjamkan alat pada jam kerja, saat sebagian besar laki-laki
transportasi untuk ke puskesmas. bekerja sehingga tidak dapat datang ke fasilitas
Sumber dan bentuk dukungan terhadap pelayanan kesehatan. Setelah pensiun baru
pasien usia 40-59 tahun kurang lebih sama dengan datang ke berobat. Pada penelitian ini kunjungan
kategori usia pasien sebelumnya. Hanya saja pasien laki-laki meningkat pada usia >60 tahun.
dukungan finansial untuk kategori usia ini ditambah Sebagian besar pasien berusia >40 tahun;
dengan dana pensiun, jamkesmas dan BPJS. berbeda dengan studi di salah satu Puskemas
Bentuk dukungan berupa memantau minum obat, di Tangerang yang menunjukkan kunjungan
menggantikan pekerjaan, menemani aktivitas fisik terbanyak usia di bawah 40 tahun.7 Hal itu
dan pengajian bersama, menemani kontrol berobat, disebabkan karakteristik sebagian klinik pada
memberikan dana transportasi ke puskesmas, studi ini adalah untuk pensiunan karyawan salah
membelikan makanan, dan memberikan asisten satu BUMN namun seiring peningkatan angka
rumah tangga. Pada kelompok usia ini tidak ada harapan hidup DKI Jakarta yaitu 74 tahun pada
dukungan kepada pasien seperti pasien tinggal tahun 2013,9 maka diprediksi kunjungan lansia
sendiri dan satu-satunya dukungan berasal dari ke fasilitas kesehatan akan semakin meningkat.

22
Vol. 5, No. 1, April 2017 Five Family Oriented Question

Tingginya angka kunjungan pasien di atas 40 tahun masalah kesehatan dan potensi faktor yang
sesuai dengan proporsi penyakit terbesar yaitu menghambat kepatuhan pasien berobat
kardiovaskular dan metabolik namun usia produktif 2. Faktor-faktor yang berkontribusi dalam
(>20 tahun) sudah banyak yang sakit sehingga pemahaman pasien terhadap penyakitnya
harus berobat ke layanan primer. 3. Dukungan keluarga selama pasien
Rata-rata pasien memiliki 2 jenis penyakit tiap beradaptasi dengan perubahan kondisi
kunjungan ke dokter khususnya pada usia > 60 kesehatannya
tahun. Usia lanjut dapat mengalami penyakit kronik 4. Potensi keluarga menjadi sumber stres
ganda, sehingga kondisi semakin kompleks dan pasien terkait masalah kesehatannya
membutuhkan dukungan keluarga serta teman.10
Produktivitas sangat terkait dengan kesehatan, Dari pertanyaan FFOQ tentang masalah
bila usia produktif sering mengalami sakit, maka kesehatan yang sama di keluarga, dokter dapat
produktivitas terganggu dan akan berpengaruh mengetahui beban kesehatan keluarga. Dari
terhadap derajat kesehatan keluarga, masyarakat, pertanyaan persepsi keluarga terhadap masalah
dan negara. Dengan kondisi itu perlu kebijakan pasien, dokter dapat mengetahui pengetahuan dan
terhadap penduduk usia produktif dari berbagai pemahaman keluarga tentang masalah kesehatan
sektor melalui upaya promotif dan preventif agar pasien. Pertanyaan mengenai kekuatiran
usia produktif tetap sehat saat memasuki usia dan dukungan terhadap pasien, memberikan
nonproduktif.9 gambaran kepada dokter untuk mengidentifikasi
Studi ini menunjukkan masalah kardiovaskular, orang terdekat pasien sebagai pelaku rawat,
metabolik, gizi, saluran napas, dan kelainan otot- atau melakukan pemetaan kepedulian keluarga.
saraf merupakan 5 masalah kesehatan terbanyak Informasi itu dapat digunakan untuk mengetahui
di layanan primer khususnya hipertensi, DM tipe seberapa jauh interaksi dokter dan keluarga
2, obesitas/overweight, TB, dan neuropati DM. yang diperlukan dan rencana intervensi yang
Selain itu penyakit non-infeksi mendominasi jenis akan dilakukan. Pertanyaan tentang stresor
penyakit. Hasil ini sesuai dengan 5 masalah menunjukkan seberapa jauh stresor di keluarga
kesehatan yang sebelumnya telah disebutkan dan dampaknya terhadap pasien
yaitu 4 di antaranya adalah penyakit non-infeksi Potensi sumber daya dan dukungan dalam
yaitu hipertensi, DM tipe 2, obesitas/overweight, keluarga yang dapat membantu pasien mengatasi
dan neuropati DM. Riset Kesehatan Dasar tahun masalah kesehatan atau potensi faktor yang
2007 dan 2013 menunjukkan peningkatan penyakit menghambat kepatuhan pasien berobat dapat
TB, DM, hipertensi, penyakit saraf dan sendi serta dilihat dari pertanyaan mengenai dukungan dan
infeksi saluran napas.11,12 Prevalensi gizi lebih kekuatiran/kepedulian keluarga terhadap pasien.
dengan IMT >25 sebesar 30%12, terutama pada Anggota keluarga yang mengetahui dan membantu
pasien berusia di atas 35 tahun dan perempuan.13 pasien beradaptasi dengan kondisinya memberikan
Dengan tingginya kejadian DM pada studi ini, informasi kepada dokter siapa orang terdekat
dapat menyebabkan tingginya kejadian neuropati pasien yang dapat menjadi pelaku rawat sekaligus
diabetik karena neuropati diabetik menyerang lebih penghubung keluarga dan tenaga kesehatan
dari 50% pasien DM.14 (bila diperlukan). Tidak adanya anggota keluarga
Tingginya frekuensi masalah kesehatan di dan bentuk kepedulian terhadap pasien juga
keluarga yang sama dengan pasien menunjukkan dapat terlihat dari pertanyaan ini sehingga dalam
peran genetik (pada kasus non-infeksi) dan/atau wawancara pertama, dokter dapat memperoleh
lingkungan (pada kasus infeksi). Hal tersebut sesuai informasi seberapa jauh keluarga dapat dilibatkan
dengan konsep host agent environment,15 konsep dalam pengelolaan pasien, atau bahkan keluarga
blum,16,17 mandala of health,18 social determinant pasien juga memerlukan bantuan.
of health19 yang menunjukkan peran keluarga Pertanyaan mengenai persepsi pasien dan
dan lingkungan terhadap masalah kesehatan keluarga terhadap masalah dapat menggambarkan
yang patut diperhatikan agar kesehatan individu pemahaman pasien dan keluarga terhadap penyakit
dan keluarga tetap terjaga. Mempelajari keluarga pasien. Intervensi kepada pasien dan keluarga
melalui perspektif pasien dapat membantu dokter yang memiliki perilaku buruk terhadap kesehatan
dalam menggali:6 namun karena ketidaktahuan akan berbeda apabila
1. Potensi sumber daya dalam keluarga pasien dan keluarga yang memiliki perilaku buruk
yang dapat membantu pasien mengatasi namun sebenarnya sudah tahu apa yang perlu

23
Retno A.Werdhani, et al eJKI

dilakukan. Ketidaktahuan dapat diintervensi dengan usia, dan jenis kelamin serta upaya berbagai pihak
pemberian informasi (pertemuan dokter-keluarga: untuk mengubah perilaku sehat pasien.
informasi dan kolaborasi). Saat memberikan Berbagai upaya untuk meningkatkan
informasi perlu diketahui pemahaman pasien dan pengetahuan tergambar dari hasil penelitian ini yaitu
keluarga tentang informasi yang diberikan agar upaya anggota keluarga untuk mencari informasi
didapatkan persamaan persepsi dengan dokter. melalui brosur dan internet serta berkonsultasi ke
Bila sudah tahu apa yang perlu dilakukan, namun dokter bila ada keluhan. Upaya penguatan dari sisi
belum dilakukan, ada 2 kemungkinan penyebab sosial ekonomi juga telah dilakukan oleh anggota
yaitu minim sumber daya atau sama sekali tidak keluarga dengan menggantikan pasien bekerja dan
peduli (pertemuan dokter-keluarga: perasaan dan membelikan kebutuhan pasien. Semua itu belum
dukungan). Bila minim sumber daya, dokter dapat memberikan hasil optimal tanpa pengetahuan
melakukan konferensi keluarga untuk mendiskusi cukup tentang untung rugi dari perubahan
penyelesaian masalah bersama dengan keluarga perilaku pasien dengan memandang kondisi dan
(pertemuan dokter-keluarga: penilaian keluarga/ tantangan berbeda setiap individu. Oleh karena itu
konseling keluarga). Anggota keluarga dapat juga tenaga kesehatan perlu berupaya keras bekerja
tidak peduli dengan kondisi pasien, sehingga sama dengan berbagai pihak untuk mengubah
perlu dilakukan konseling dan intervensi keluarga persepsi masyarakat tentang konsep sehat-sakit
(pertemuan dokter-keluarga: terapi keluarga).20 dengan memandang pasien sebagai bagian dari
Keluarga dapat berpotensi menjadi sumber lingkungannya.
stres pasien terkait masalah kesehatannya. Salah Sumber stresor dikelompokkan menjadi
satu sumber stres adalah berasal dari keluarga. sosial ekonomi, keluarga, pekerjaan dan diri
Bila ada salah satu anggota keluarga yang sakit, sendiri. Sosial ekonomi sangat berdampak pada
akan berdampak terhadap dinamika keluarga kesehatan sehingga memerlukan intervensi
bahkan dapat berdampak terhadap sosial ekonomi sistem makro yaitu negara.15,19 Masalah sosial
keluarga. Sebaliknya, kondisi sosial ekonomi ekonomi dapat berdampak pada interaksi anggota
keluarga, ketidak-stabilan penghasilan, berdampak keluarga. Pekerjaan yang menjadi faktor terkait
kepada keberhasilan pengelolaan masalah masalah kesehatan dalam Mandala of Health,18
kesehatan pasien.19,21 Peran orang tua terutama ibu secara langsung dapat berpengaruh terhadap
ditemukan pada seluruh pasien anak sampai usia pasien. Banyaknya pasien yang harus berhenti
sekolah. Peran ayah lebih mendominasi sebagai bekerja karena sakit berdampak pada kondisi
penyandang dana. Pruett et al,22 menyatakan peran keluarga. BPJS membantu individu dan keluarga
ayah sebaiknya tidak hanya sebatas finansial. dalam menyelesaikan masalah kesehatannya
Issue perpisahan keluarga dan orang tua tunggal namun, BPJS belum cukup kuat untuk membuat
dapat berdampak pada perkembangan kognitif, masyarakat berperilaku hidup sehat karena
sosial, dan mental anak.22 cakupannya hanya bila saat pasien memiliki
Studi kualitatif tentang persepsi sehat oleh keluhan. Belum ada mekanisme yang efisien untuk
Kahissay et al, menunjukkan peran spiritual, mendorong masyarakat hidup sehat. Komitmen
sanitasi, higiene personal, kemiskinan, biologis, dan inisiatif pemerintah daerah sebagai pemegang
dukungan dan harmonisasi keluarga menjadi faktor kebijakan sangat diperlukan untuk memprioritaskan
penyebab sakit.23 Hasil yang sama juga ditunjukkan kesehatan dalam anggaran daerahnya dalam
pada studi ini. Hasil studi menunjukkan masih bentuk upaya pencegahan primer (promosi
ada pasien dan keluarga yang memiliki persepsi kesehatan, proteksi spesifik, penapisan, dan active
belum merasa sakit karena dianggap masih dapat case finding)
beraktivitas. Indikator aktivitas dijadikan indikator Bentuk dukungan kepada pasien dari keluarga
ancaman dalam mengukur sakit/tidaknya yang berhasil diidentifikasi dari penelitian ini adalah
seseorang oleh keluarga. Persepsi berhubungan bentuk dukungan emosional dan finansial sesuai
dengan tingkat kekuatiran dan kepedulian dengan yang diharapkan dari dan oleh keluarga
seseorang akan sakitnya dan dapat dipengaruhi terhadap pasien. Aspek emosional dan finansial
oleh pengetahuan, pengalaman, dan lingkungan. perlu dinilai terhadap keluarga pada setiap
Hal itu tergambar dalam health belief model.24 tahap kehidupan, karena seiring perkembangan
Rasa terancam terhadap penyakit berhubungan waktu, terjadi perubahan bentuk dan intensitas
dengan penilaian diri terhadap penyakit yang dapat dukungan.25 Hal tersebut terlihat dari studi ini
dipengaruhi oleh pengetahuan, sosial ekonomi, bahwa pada pasien usia 2039 tahun dan 4059

24
Vol. 5, No. 1, April 2017 Five Family Oriented Question

tahun, dukungan emosional anak cukup banyak pasangan, dan anak merupakan anggota keluarga
namun dukungan emosional anak pada pasien yang paling menguatirkan kondisi pasien. Sumber
usia > 60 tahun tidak sebanyak dukungan finansial stresor bervariasi antara lain sosial ekonomi,
dari anak. Hal itu dapat disebabkan seiring dengan keluarga, pekerjaan, dan diri sendiri. Dukungan
perkembangan usia anak yang berhubungan yang diberikan kepada pasien berupa dukungan
dengan karir atau anak sudah memiliki keluarga emosional dan finansial dari anggota keluarga
sendiri. Meskipun demikian, peran pasangan sesuai kemampuannya.
masih selalu mendominasi dukungan emosional
sejak pasien berusia dewasa muda sampai usia Daftar Pustaka
lanjut. Bila terjadi kekosongan dukungan, tenaga 1. World Health Organization. Declaration of Alma-Ata.
kesehatan dapat memobilisasi sumber daya lain di 1978.
sekitar pasien untuk mengisi kekosongan tersebut. 2. Chan M. WHO the world health report 2008 - primary
Teman, tetangga, dan tenaga kesehatan termasuk health care (now more than ever). Geneva: WHO; 2008.
bentuk dukungan terhadap pasien untuk mengisi 3. McWhinney IR, Freeman T. The origins of family
kekosongan dukungan terutama pada usia lanjut medicine. Textbook of family medicine. 3rd ed. Oxford:
(pengajian, senam bersama, dll.). Oxford University Press; 2009. p.312.
4. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM
Keluarga sebagai lingkungan terdekat pasien
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Kurikulum
merupakan sumber pengetahuan dan persepsi
pelatihan untuk pelatih bagi dosen dokter layanan
individu terhadap kesehatan.25 Orang tua berperan primer; 2014.
dalam perkembangan sosial dan mental anak.22 5. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM
Partisipasi keluarga dan agama menjadi kunci Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Modul pelatihan
pengelolaan kualitas hidup pada pasien usia dasar dokter di layanan primer; 2014.
lanjut.26,27 Oleh karena itu diperlukan pengelolaan 6. Cole-Kelly K, Seaburn D. A family oriented approach to
masalah kesehatan yang tidak hanya terfokus individual patients. Family oriented primary care. 3rd ed.
pada pasien, tetapi juga pada keluarga.10 United States of America; 2013.p.4353.
Pendekatan kepada keluarga dapat dilakukan 7. Rahmayanti SN, Ariguntar T. Karakteristik responden
untuk mengupayakan kesehatan individu, keluarga, dalam penggunaan jaminan kesehatan pada era BPJS
dan masyarakat yang lebih baik. Pelayanan di Puskesmas CIsoka Kabupaten Tangerang Januari-
Agustus 2015. Medicoeticolegal dan Manaj Rumah
berorientasi keluarga dapat memetakan kebutuhan
Sakit. 2017;6(1):615.
keluarga dan melihat kondisi keluarga dari
8. Bachtiar D, Wiyono WH, Yunus F. Proporsi asma
perspektif pasien sehingga tercapai penyamaan terkontrol di Klinik Asma RS Persahabatan Jakarta,
persepsi antara pasien, keluarga, dan tenaga 2009. J Respirol Indones. 2011;31(2):90100.
kesehatan.28 9. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Profil Kesehatan
FFOQ dapat digunakan untuk memetakan DKI Jakarta. DKI Jakarta; 2015.
hal-hal yang menghambat dan atau mendukung 10. Ploeg J, Matthew-Maich N, Fraser K, Dufour S, McAiney
pengelolaan kasus di layanan primer agar C, Kaasalainen S, et al. Managing multiple chronic
pengelolaan lebih holistik, komprehensif, conditions in the community: a Canadian qualitative study
terintegrasi dan berkesinambungan, terutama of the experiences of older adults, Family Caregivers, and
menghadapi tingginya usia harapan hidup serta Healthcare Providers. BMC Geriatr. 2017;17(40):115.
prevalensi penyakit kronik yang memerlukan 11. Riset kesehatan dasar 2007. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI; 2007.
pengelolaan jangka panjang dan mobilisasi
12. Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Departemen
keluarga dalam perawatannya. FFOQ juga dapat
Kesehatan RI; 2013.
digunakan untuk menunjang program Indonesia 13. Sugianti E, Hardiansyah, Afriansyah N. Faktor risiko
Sehat dengan pendekatan keluarga sesuai obesitas sentral pada orang dewasa di DKI J Gizi
Peraturan Menteri Kesehatan RI no 39 tahun 2016. Indones. 2009;21(2):10516.
14. Pusat Data dan Informasi PERSI. Neuropati diabetik
Kesimpulan menyerang lebih dari 50% penderita diabetes [internet].
Sebagian besar pasien di layanan primer pdpersi.co.id. 2011 [cited 2017 Feb 4]. Diunduh dari http://www.
adalah perempuan (56,2%), mengalami penyakit pdpersi.co.id/content/news.php? catid=23&mid=5&nid=612
non-infeksi (82,7%) dan kelompok usia terbanyak 15. Cassel J. The contribution of the social environment to
adalah >40 tahun (76,5%). Persepsi pasien host resistance. Am J Epidemiol. 1976;104:10723.
dan keluarga tentang penyebab penyakit dan 16. Blum HL. Planning for health. 2nd ed. New York: Human
Science Press; 1974.
cara mengatasinya masih bervariasi. Orang tua,

25
Retno A.Werdhani, et al eJKI

17. Hapsari D, Sari P, Pradono J. Pengaruh lingkungan 23. Kahissay MH, Fenta TG, Boon H. Belief and perception
sehat dan perilaku hidup sehat terhadap status of ill-health causation: a socio-cultural qualitative study
kesehatan. Bul Penelit Kesehat. 2009;409. in rural North-Eastern Ethiopia. BMC Public Health.
18. Hancock T, Perkins F. The mandala of health: a model 2017;17(124):110.
of the human ecosystem. Fam Community Heal. 24. Rosenstock I, Strecher V, Becker M. Social learning
1985;8(3):110. theory and the health belief model. Heal Educ Q.
19. Braveman P, Gottlieb L. The social determinants of 1988;15(2):17583.
health: its time to consider the causes of the causes. 25. McDaniel S, Campbell T, Hepworth J, Lorenz A. Family-
Public Heal Rep. 2014;129(2):1931. oriented primary care. 3rd ed. Springer Publishing
20. McDaniel S, Campbell T, Hepworth J, Lorenz A. Basic Company; 2013.
premises of family oriented primary care. Family 26. Karlin N, Weil J, Felmban W. Aging in Saudi Arabia: an
Oriented Primary Care. 3rd ed. United States of America: exploratory study of contemporary older persons view
Springer Publishing Company; 2013. p.114. about daily life, health, and the experience of aging.
21. McDaniel S, Campbell T, Hepworth J, Lorenz A. How Gerontol Geriatr Med. 2016;19.
Families affect illness: research on the familys influence 27. Turcotte P-L, Lariviere N, Desrosiers J, Voyers P,
on health. family oriented primary care. 3rd ed. United Champoux N, Carbonneau H, et al. Participation needs
States of America: Springer Publishing Company; 2013. of older adults having disabilities and receiving home
p.1627. care: met needs mainly concern daily activities, while
22. Pruett MK, Pruett K, Cowan CP, Cowan PA. Enhancing unmet needs mostly involve social activities. BMC
father involvement in low income families: a couples Geriatr. 2015;15(95):114.
group approach to preventive intervention. Child Dev. 28. Bailey Jr DB. Collaborative goal setting with families:
2017;0(0):110. resolving difference in values and priorities for services.
TECSE. 1987;7(2):5971.

26

Anda mungkin juga menyukai