Anda di halaman 1dari 65

ASUHAN KEPERAWATAN MOBILITAS FISIK PADA SDR.

M DENGAN DIAGNOSA
POST OP LAPARATOMI DI RSJ PROF DR. SOEROJO MAGELANG

Cantika Salsabilla Khoiralla 21.0604.0001


Sayyidah Nafisah 21.0604.0006
Widyastuti 21.0604.0048
Munarotul Khusna 21.0604.0055

PROGRAM STUDI PROFESI

NERS FAKULTAS ILMU

KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat- Nya kami dapat
menyelesaikan tugas Keperawatan Dasar Profesi yang berbentukmakalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Mobilitas Fisik Pada Sdr. M Dengan Diagnosa Post Op Laparatomi di RSJ Prof Dr.
Soerojo Magelang” dengan baik dan tepat waktu.

Penulis menyusun tugas ini dalam bentuk makalah bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen yang mengampu praktik keperawatan dasar profesi. Tidak lupa juga kami ucapkan
terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Namun, tidak lepas dari semua itu kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Untuk itu, apabila ada hal-hal yang kurang berkenan pada hati pembaca sekalian, kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Untuk itu, kami mohon kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah tersebut. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan semoga makalah
ini dapat bermanfaat.

Magelang, 11 Oktober 2021


BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur – unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang tentunya bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Ernawati, 2012). Teori Handerson mempunyai 14
kebutuhan dasar manusia yaitu : bernafas secara normal, makan dan minum cukup, eliminasi,
bergerak dan mempertahankan posisi yang dikehendaki (mobilisasi), istirahat dan tidur,
memilih cara berpakaian, mempertahankan temperatur suhu tubuh dalam rentang normal,
menjaga tubuh tetap bersih dan rapi, menghindari bahaya dari lingkungan, berkomunikasi
dengan orang lain, beribidah menurut keyakinan, menggali dan memuaskan rasa keingintahuan
yang mengacu pada perkembangan dan kesehatan normal (Sucy Aprillia Adha,2017).

Kebutuhan dasar menurut Handerson salah satunya adalah bergerak dan mempertahankan posisi
yang dikehendaki (mobilisasi). Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
bebas, mudah, teratur, dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Kehilangan kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan
tindakan keperawatan (Ambarwati, 2014). Sedangkan gangguan mobilitas fisik adalah keadaan
dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu
pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai
fraktur pada ekstremitas dan faktor yang berhubungan dengan hambatan mobilitas (Heriana,
2014).

Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untuk membuka bagian abdomen, laparatomi
merupakan suatu bentuk pembedahan mayor dengan, dengan melakukan pengayatan pada
lapisan lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah
(hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi). Laparatomi dilakukan pada kasus seperti
apendicitis hernia inguinalis, kanker lambung, kanker kolon dan rectum, obstruksi usus,
inflamasi usus kronis, kolestisitis dan peritonitis. Sandy 2015 menjelaskan bahwa ada
pembedahan laparatomi yang membutuhkan insisi pada dinding abdominal yang cukup lebar
sehingga beresiko terjadinya infeksi terutama infeksi luka pasca operasi (Saint Tefnai, 2019).
Beban penyakit didunia sekitar 11 % berasal dari penyakit atau keadaan sebenarnya bisa
ditanggulangi dengan pembedahan.. Terkait tindakan bedah, diperkirakan lebih dari 100 juta
pasien menerima layanan bedah dimana setengahnya dapat mengalami kematian atau kecacatan
akibat kejadian tidak diinginkan yang bisa dicegah. Data dari WHO melaporkan bahwa angka
kejadian infeksi luka operasi didunia berkisar 5%-34%. Infeksi luka operasi di United Kingdom
memiliki angka kejadian infeksi luka operasi sekitar 10%. Tahun 2013 jumlah pasien dengan
tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang sangat significan. Pada tahun 2011 terdapat
140 juta pasien diseluruh rumahsakit di dunia, pada tahun 2012 diperkirakan meningkat menjadi
148 juta jiwa. Laparatomi meningkat setiap tahunnya sebesar 15% (Nurlela 2009). sedangkan
menurut data tabulasi nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009
menjabarkan bahwa tindakan bedah menempati urutan ke 11 dari 50 penyakit di Indonesia
dengan presentase 12,8% dan diperkirakan 32% diantaranya merupakan bedah laparatomi (Saint
Valenthino Tefnai, 2019).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Mobilitas Fisik.
2. Untuk mengetahui tujuan Mobilitas Fisik.
3. Untuk mengetahui anatomi fisiologi Mobilitas Fisik.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis Mobilitas Fisik.
5. Untuk mengetahui Efek Mobilitas Fisik.
6. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Mobilitas Fisik.
7. Untuk mengetahui etiologi Mobilitas Fisik.
8. Untuk mengetahui manifestasi klinis Mobilitas Fisik.
9. Untuk mengetahui pathway Mobilitas Fisik.
10. Untuk mengetahui Patofisiologi Mobilitas Fisik.
11. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu dikaji pada Mobilitas Fisik.
12. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Mobilitas Fisik.
13. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan Post Op Laparotomi.
14. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan.
BAB 2. TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, dan
mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Kehilangan kemampuan untuk
bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan (Sucy
Aprillia Adha, 2017).

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,mudah dan teratur yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk
meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif
dan untuk aktualisasi (Arfiana Nurani, 2014).

Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara mudah,
bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain dan hanya dengan bantuan alat (Lugia
May Hudatama, 2020).

Hambatan mobilitas fisik adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas
karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang
belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan faktor yang berhubungan
dengan hambatan mobilitas (Arfiana Nurani, 2014).

Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Menurut North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA) gangguan mobilitas fisik atau immobilisasi
merupakan suatu kedaaan dimana individu yang mengalami atau berisiko mengalami
keterbatasan gerakan fisik (Kozier, 2010).

Gangguan mobilitas atau imobilitas merupakan keadaan di mana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya
trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya
(Wulandari, 2018).
Dari kesimpulan di atas, bahwa mobilisasi atau mobilitas merupakan kemampuan individu
untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.

B. Tujuan Mobilitas Fisik.


Menurut (Arfiana Nurani, 2014), mobilitas bertujuan untuk meningkatkan kemandirian diri,
meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif, dan
untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh).

C. Anatomi fisiologi Mobilitas Fisik.


Menurut (Purwanto, 2016) anatomi dan fisiologi mobilitas fisik yaitu :
1. Tulang (Osteon).
Terdapat 11 tulang rangka penyusun tubuh manusia yang apabila dihitung mencapai 206
tulang, yang terdiri: (Purwanto, 2016)
a. Tulang tengkorak 6 buah
b. Tulang wajah 14 buah
c. Tulang telinga dalam 6 buah
d. Tulang lidah 1 buah
e. Tulang belakang (ruas tulang belakang) 26 buah
f. Tulang iga 24 buah
g. Tulang dada 1 buah
h. Tulang gelang bahu 4 buah
i. Tulang anggota gerak/badan atas 60 buah
j. Tulang gelng panggul 2 buah
k. Tulang anggota gerak/badan bawah 60 buah.
2. Sendi (Artikulasio).
Klasifikasi sendi secara struktural terdapat sendi fibrosa (dihubungankan dengan
jaringan fibrosa) seperti sutura, sindesmosis, gomfosis, sendi kartilago (sendi yang
dihubungkan dengan jaringan kartilago) seperti sinkondrosis, simfisis, dan sendi
sinovial. Sedangkan berdasarkan tipe gerakkan yang ditimbulkan, sendi sinovial
dapat digolongkan menjadi; sendi datar, sendi engsel, sendi poros, sendi elipsoid,
sendi pelanan, dan sendi peluru (Purwanto, 2016).
3. Ligamen, Otot, Fasia, dan Tendon.

Otot dapat dibedakan berdasarkan lokasi, struktur mikroskopis dan kontrol


persyarafannya. Terdapat tiga jenis otot yaitu : otot skelet, otot jantung dan otot
polos.
a. Otot Skelet / Otot Rangka / Otot Lurik, dengan karakter:
1) Terdapat pada rangka dan dinamai sesuai dengan tulang yang berhubungan
2) Bergaris
3) Volunter (bekerja dengan pengendalian secara sadar).
b. Otot Jantung
1) Membentuk dinding jantung
2) Bergaris
c. Otot Polos
1) Terdapat pada dinding struktur interna (visera) antara lain: lambung, kandung
kemih, pembuluh darah dll.
2) Tidak bergaris
3) Involunter (bekerja di luar kesadaran)
Secara makroskopis, otot memiliki bagian-bagian antara lain: Origo, yaitu tempat
perlekatan ujung proksimal pada otot rangka. Venter (badan otot), yaitu bagian
tengah dari otot (di antara ujung proksimal dan distal), dan Insersio, yaitu tempat
perlekatan ujung distal otot pada rangka (Purwanto, 2016).
4. Fungsi Pokok Otot
a. Motion Yaitu fungsi untuk menghasilkan gerakan, baik gerakan seluruh tubuh
(berjalan, lari, dll). Maupun gerakan lokal (memegang, mengangguk, dll).
b. Mempertahankan postur Yaitu fungsi otot rangka dalam berkontraksi guna
mempertahankan tubuh dalam posisi tetap saimbang, seperti duduk tegak,
berdiri, dll.
c. Menghasilkan kalori Yaitu fungsi untuk mempertahankan suhu tubuh yang
normal melalui panas yang dihasilkan oleh otot rangka saat berkontraksi.
Agar otot dapat berkontraksi, maka diperlukan suatu stimulus. Adapun proses
stimulus adalah sebagai berikut :
a. Stimulus datang dan diterima oleh sel saraf (neuron sensorik) yang selajutnya
diubah menjadi impuls saraf.
b. Impuls dilanjutkan oleh neuron motorik menuju otot, melalui myoneura
junction (motor end plate), yaitu pertemuan antara neuron motorik dan otot.
Pada tempat ini terdapat sinapsis, yaitu tempat penyaluran neurotransmitter
dari neuron ke otot.
c. Di sinapsis, neurotransmitter meneruskan impuls ke sarkolemma dan
akhirnya kontraksi dimulai (Purwanto, 2016).
5. Fungsi Tendon.
Tendon merupakan serabut kolagen yang melekatkan otot ke tulang. Tendon
menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh otot yang berkontraksi ke tulang dan
dengan demikian menggerakkan tulang. Sedangkan fungsi ligamen adalah
membatasi pergerakan sendi, karena ligamen adalah taut fibrosa yang kuat antar
tulang, biasanya terletak di sendi (Purwanto, 2016).
6. Fungsi Tulang.
Tulang yang matur terdiri dari 30% materi organik dan 70% deposit garam. Materi
organik terdiri dari 90% serabut kolagen dan 10% proteoglikan. Deposit garam
terpenting adalah kalsium dan fosfat, dengan sedikit natrium, kalium bikarbonat,
dan ion magnesium.
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa
pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah
selama hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh stimulasi hormonal, faktor
makanan, dan stres tulang (keberadaan osteoblas).
Aktivitas osteoblas ditentukan oleh diet, stimulasi hormonal, dan olahraga. Vitamin
D mampu menstimulasi kalsifikasi tulang secara langsung dengan bekerja pada
osteoblas, dan secara tidak langsung dengan menstimulasi absorpsi kalsium di usus.
Peningkatan absorpsi kalsium meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang
mendorong kalsifikasi tulang, dengan demikian peranan vitamin D sangat penting.
Tulang memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Kerangka penunjang badan (penopang badan)
b. Pengungkit untuk otot (tempat otot bertumpu)
c. Pelindung alat tubuh tertentu
d. Sebagai tempat pembuatan sel-sel darah (sistem hemopoiesis)
e. Sebagai gudang penyimpanan kalsium dan fosfor (Purwanto, 2016).

D. Jenis-Jenis Mobilitas Fisik.

Menurut Hidayat (Arfiana Nurani, 2014), ada 2 jenis mobilitas yaitu :


1. Mobilitas Penuh. Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari – hari. Mobilitas
penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol
seluruh area tubuh seseorang.
2. Mobilitas Sebagian.
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dantidak mampu
bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada
area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan
pemasangan traksi. Pasien para plegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas
bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi
menjadi dua, yaitu :
a) Mobilitas sebagian temporer.

Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya


sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem
muskuloskletal, contohnya adalah adanya sendi dan tulang.
b) Mobilitas sebagian permanen

Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap.
Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang reversibel, contohnya terjadinya
hemiplegia karena stroke,paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomielitis karena
terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.

E. Efek-Efek Mobilitas Fisik.


Menurut (Teresia Tiarma S, 2017), Efek imobilitas sangat jauh jangkauannya. Imobilitas dapat
mempengaruhi tampilan fisik seseorang dan kondisi psikososialnya. Akibatnya mencakup
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

Integumentary Kerusakan kulit, formasi dekubitus


Musculoskeletal Atrofi otot : kelemahan dan kontraktur.
Kelemahan.
- Kontraktur.
- Mobilitas sendi menurun.
- Jatuh
Tulang kekurangan mineral.
Saraf Deprivasi sensori.
Endokrin Gangguan fungsi hormon
Metabolisme berkurang
Intoleransi aktivitas
Kardiovaskuler Beban kerja jantung bertambah Thrombin Emboli
- Stroke
- Serangan jantung
- Penghentian pernafasan
Hipotensi ortostatis
Pernafasan Pneumonia
Gangguan pergantian gas
Pencernaan Anoreksia
Konstipasi
Perkemihan Infeksi saluran perkemihan Inkontenensia perkemihan (kandung kemih
membengkak) Kalkulus renal ( batu ginjal )
Psikososial Stress
Interupsi tidur
Depresi
Isolasi sosial
Gangguan image tubuh dan harga diri
Gangguan peran dan hubungan
Gangguan seksualitas
F. Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas Fisik.

Menurut (Arfiana Nurani, 2014), mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu :
1. Gaya hidup.
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya
hidup berdampak pada perilaku atau kebiasaan sehari – hari. Hal ini terjadi karena adanya
perubahan gaya hidup terutama orang muda perkotaan modern, seperti mengkonsumsi
makanan siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak tinggi, kebiasaan merokok,
minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga dan stres.
2. Proses penyakit.
Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilitas karena dapat memengaruhi
fungsi sistem tubuh.
3. Kebudayaan.
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan. Sebagai contoh,
orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat,
sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya
tertentu dilarang untuk beraktivitas.
4. Tingkat energi.
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan
mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup.
5. Usia dan Status Perkembangan.
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yangberbeda. Hal ini
dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan
usia. Semakin bertambahnya usia, semakin besar pula risiko terjadinya stroke. Hal ini terkait
dengan proses degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alamiah. Pada orang orang-orang
lanjut usia, pembuluh darah lebih kaku karena banyak penimbunan plak. Penimbunan plak
yang berlebih akan mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke tubuh termasuk otak.
G. Etiologi Mobilitas Fisik.

Etiologi utama pada imobilitas adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan, dan masalah psiokologis.
Penyebab secara umum :
1. Kelainan postur .
2. Gangguan perkembangan otot.
3. Kerusakan system saraf pusat.
4. Trauma langsung pada system musculoskeletal dan neuromuscular.
5. Kekakuan otot.

Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), faktor-faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya gangguan mobilitas fisik, adalah sebagai berikut :
1. Penurunan kendali otot
2. Penurunan kekuatan otot
3. Kekakuan sendi
4. Kontraktur
5. Gangguan muskoloskeletal
6. Gangguan neuromuskular
7. Keengganan melakukan pergerakan.

H. Manifestasi Klinis Mobilitas Fisik.

Menurut (Wulandari, 2018), respon fisiologis dari perubahan mobilisasi yang mungkin
muncul, diantaranya :
1. Muskuloskeletal.
Seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan abnormalnya sendi
(kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium.
2. Kardiovaskuler.
Seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan pembentukan
thrombus.
3. Pernafasan.
Seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah beraktifitas.
4. Metabolisme dan nutrisi.
Laju metabolic; metabolisme karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti
konstipasi).
5. Eliminasi urin.
Seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal.
6. Integument.
Seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan.
7. Neurosensori: sensori deprivation.

I. Pathway Mobilitas Fisik.

Mobilisasi.

Tidak mampu beraktifitas.

Tirah baring yang lama.

Kehilangan daya otot.

Penurunan otot.

Perubahan system musculoskeletal.

Hambatan Mobilitas Fisik.


J. Patofisiologi Mobilitas Fisik.

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi,
ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya
kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe
kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot
menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja
otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot. Gerakan volunter adalah kombinasi dari
kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek,
namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan
kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini
menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).
Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada
ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot
tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan
gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat
dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot
mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka
pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak
beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur
keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
K. Hal Yang Perlu Dikaji Pada Mobilitas Fisik.
Hal-hal yang dikaji dalam asuhan keperawatan mobilisasi menurut (Teresia Taiarma, S, 2017)
sebagai berikut :
1. Rentang gerak.
Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada
salah satu tiga potongan tubuh: sagittal, frontal, dan tranversal. Potongan sagittal adalah garis
yang melewati tubuh dari depan kebelakang tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan
frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan
belakang. Potongan transversal adalah garis horinzontal yang membagi tubuh menjadi
bagian atas dan bawah. Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak, yaitu rentang gerak
pasif, rentang gerak aktif, dan rentang gerak fungsional. Rentang gerak pasif berguna untuk
menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara
pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Rentang gerak aktif
berguna untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengancara menggunakan
otot-ototnya secara aktif misalnya pasien menggerakkan kakinya. Rentang gerak fungsional
berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan.
2. Gaya Berjalan Istilah.
Gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan carautama atau gaya ketika berjalan.
Dengan mengkaji gaya berjalan klien memungkinkan perawat untuk membuat kesimpulan
tentang keseimbangan, postur, keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa bantuan.
Mekanika gaya berjalan manusia mengikuti kesesuian sistem skeletal, syaraf, dan otot tubuh
manusia.
3. Latihan dan Toleransi Aktivitas.
Latihan adalah aktivitas fisik untuk membuat kondisi tubuh, meningkatkan kesehatan, dan
mempertahankan kesehatan jasmani. Sedangkan toleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah
latihan atau kerja yang dapat dilakukan seseorang. Pengkajian toleransi aktivitas diperlukan
jika ada perencanaan aktivitas seperti berjalan, latihan rentang gerak, atau aktivitas sehari-
hari dengan penyakit akut dan kronik.
4. Kesejajaran Tubuh.
Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk, atau berbaring,
yang bertujuan untuk menentukan perubahan fisiologis normal pada kesejajaran tubuh akibat
pertumbuhan perkembangan pada masing-masing individu dan mengidentifikasi deviasi
kesejajaran tubuh yang disebabkan oleh postur tubuh yang tidak benar.
5. Berdiri.
Hal- hal yang harus yang dikaji berfokus pada kesejajaran tubuh klien saat berdiri antara
lain:
a) Kepala tegak dan midine.

b) Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar.

c) Ketika dilihat dari arah posterior tulang belakang lurus.

d) Ketika klien dari arah lateral kepala tegak dan garis tulang belakang di garis dalam pola
S terbalik.
e) Ketika dilihat dari arah lateral, perut berlipat ke bagian dalam dengan nyaman dan lutut
dengan pergelangan kaki agak melengkung.
f) Lengan klien nyaman di samping.

g) Kaki ditempatkan sedikit berjahuan untuk mendapatkan dasar penopang, dan jari-jari kaki
menghadap ke depan.
h) Ketika klien dilihat dari arah anterior, pusat gravitasi berada di tengah tubuh, dan garis
gravitasi mulai dari tengah kepala bagian depan sampai titik tengah antara kedua kaki.
6. Duduk.
Penting untuk mengkaji kesejajaran saat duduk jika klien memiliki kelemahan otot, paralisis
otot, atau kerusakan saraf. Klien yang memiliki masalah ini akan mengalami penurunan
sensasi pada area yang sakit dan tidak mampu mempersepsikan tekanan atau berkurangnya
sirkulasi. Kesejajaran tubuh yang tepat saat duduk menurunkan resiko kerusakan sistem
muskoloskletal pada klien tersebut.
7. Berbaring.
Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi tekanan yang normal.
Pengkajian kesejajaran tubuh pada klien yang diimobilisasi atau berbaring ditempat tidur
dalam posisi miring. Pindahkan alat, posisi, dan tempat tidur kecuali bantal yang dibawah
kepala, dan dukung tubuh dengan matras yang adekuat. Posisi ini memungkinkan pandangan
tulang belakang yang utuh dan membantu memberikan data dasar kesejajaran tubuh.
L. Pemeriksaan Penunjang Mobilitas Fisik.
1. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan hubungan tulang.
2. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena
dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament atau tendon.
Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang sulit
dievaluasi.
3. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus, noninvasive, yang
menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer untuk memperlihatkan
abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang, dll.
4. Pemeriksaan Laboratorium.
5. Hb menurun pada trauma, Ca menurun pada imobilisasi lama, Alkali Fospat meningkat,
kreatinin dan SGOT meningkat pada kerusakan otot.

M. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul.

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk klien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal adalah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):
a. Gangguan mobilitas fisik
b. Defisit perawatan diri
c. Resiko cidera

N. Konsep Asuhan Keperawatan.


1. Pengkajian Keperawatan.
a. Identitas.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan (sekarang dan dahulu)
3) Riwayat kesehatan keluarga
c. Pola pengkajian ADL
1) Pola nutrisi
2) Pola aktivitas dan latihan.
Biasanya pasien tidak akan mampu melakukan aktivitas dan perawatan diri secara mandiri
karena kelemahan anggota gerak, kekuatan otot berkurang, mengalami gangguan koordinasi,
gangguan keseimbangan mudah lelah. Aktivitas fisik yang kurang dapat mempengaruhi
frekuensi denyut jantung menjadi lebih tinggi sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras
pada setiap kontraksi. Otot jantung yang bekerja semakin keras dan sering memompa, maka
makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri sehingga dapat menyebabkan tekanan darah
meningkat (Adha, 2017).
3) Pola tidur dan istirahat.
Biasanya pasien lebih banyak tidur dan istirahan karena semua sistem tubuhnya
akan mengalami penurunan kerja dan penurunan kesadaran sehingga lebih
banyak diam (Adha, 2017).
4) Pola eliminasi.
Kemungkinan terjadi retensi urin dan inkontinensia akibat kurang aktivitas dan
pengontrolan urinasi menurun, dan terjadi konstipasi dan diare akibat impaksi
fekal (Adha,2017)
d. Pemeriksaan Fisik.
Pengkajian pada mobilisaasi berfokus pada ROM, gaya berjalan, latihan dan toleransi
aktivitas, serta keseimbangan tubuh. Pemeriksaan fisik pada pasien dengan ganguan
mobilisasi bertujuan untuk menilai adanya fraktur terbuka/tertutup, dislokasi sendi,
paralisis/paresis motorik: hemiplegia/hemiperesis, kelemahan otot wajah, tangan,
gangguan sensorik: kehilangan sensasi pada wajah, lengan, dan ektermitas bawah,
disphagia : kesulitan mengunyah, menelan, paralisis lidah, dan laring, gangguan visual :
pandangan ganda, lapang padang menyempit, kesulitan berkomunikasi: kesulitan
menulis, kesulitan membaca, disatria ( kesulitan mengucapkan artikulasi/pelo, cadel),
kelemahan, otot wajah, lidah, langitlangit atas, pharing, dan bibir, kemampuan emosi :
perasaan, ekspresi 15 wajah, penerimaan terhadap kondisi dirinya, memori : pengenalan
terhadap lingkungan, orang, tempat, waktu, tingkat kesadaran, fungsi bladder dan fungsi
bowel.
e. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang yaitu CT Scan mengidentifikasi jika adanya area perdarahan
(biasanya untuk pemakaian darurat) dan MRI (Magnetik Resonance Imaging)
mengidentifikasi lokasi iskemik (Basuki, 2018).
2. Diagnosa Keperawatan.

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk klien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal adalah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):
a. Gangguan mobilitas fisik
b. Defisit perawatan diri
c. Resiko cidera
3. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Keperawatan dan Rencana Tindakan
DX Keperawatan Kriteria Hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan asuhan Dukungan Ambulasi O :
mobilitas fisik keperawatan selama …. x - Identifikasi adanya nyeri atau
Subyektif : 24 jam Mobilitas Fisik keluhan fisik lainnya
- Mengeluh sulit membaik dengan kriteria - Identifikasi toleransi fisik
menggerakkan hasil : melakukan ambulasi
ekstremitas - Pergerakan - Monitor frekuensi jantung
- Nyeri saat ekstremitas dan tekanan darah sebelum
bergerak meningkat memulai ambulasi
- Merasa cemas - Kekuatan otot meningkat - Monitor kondisi umum
saat bergerak - Nyeri menurun selama melakukan ambulasi
- Enggan - Kecemasan menurun T:
melakukan - Fasilitasi aktivitsas ambulasi
pergerakan dengan alat bantu (mis.
Obyektif : tongkat, kruk, dsb)
- Kekuatan otot - Fasilitasi melakkan
menurun mobilisaasi fisik, jika
- Rentang gerak perlu
(ROM) - Libatkan keluarga untuk
menurun membantu pasien dalam
- Sendi kaku meningkatkan ambulasi E :
- Gerakan tidak - Jelaskan tujuan dan
terkoordimasi prosedur ambulasi
- Gerakan - Anjurkan mobilasi dini
terbatas - Ajarkan ambulasi
- Fisik lemah sederhana yang harus
dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
2 Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan Dukungan perawatan diri O :
diri Subyektif : keperawatan selama …. x - Identifikasi kebiasaan
- Menolak 24 jam Perawatan diri aktivitas perawatan diri
melakukan meningkat dengan kriteria sesuai usia
perawatan diri hasil : - Monitor tingkat
Obyektif : - Kemampuan mandi kemandirian
- Tidak mampu meningkat -Identifikasi kebutuhan alat
mandi / - Kemampuan bantu kebersihan diri,
mengenakan mengenakan pakaian berpakaian, berhias, dan
pakaian / makan meningkat makan.
/ ke toilet / - Kemampuan makan T:
berhias secara meningkat - Sediakan lingkungan yang
mandiri - Kemampuan ke terapeutik
- Minat toiley - Siapkan keperluan
melakukan (BAB/BAK) pribadi
perawaatan diri meningkat - Dampingi dalam melakukan
kurang - Verbalisasi perawatan diri sampai mandiri
keinginan - Fasilitasi untuk
melakukan menerima keadaan
perawatan diri ketergantungan
- Mempertahankan - Jadwalkan rutinitas
kebersihan mulut perawatan diri
E:
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
3 Resiko cedera Setelah dilakukan asuhan Pencegahan cidera O :
Faktor Resiko : keperawatan selama …. x - Identifikasi obat yang
- Ketidakamanan 24 jam Termoregulasi berpotensi menyebabkan
transportasi - Kejadian cedera menurun cidera
- Kegagalan - Luka / lecet menurun - Identifikasi kesesuaian alas
mekanisme - Pendarahan menurun kaki pada ekstremitas
pertahanan - Fraktur menurun bawah
tubuh T:
- Perubahan - Sediakan pencahayaan yang
fungsi memadai
psikomotor Sosialisasikan pasien dan
- Perubahan keluarga dengan
fungsi kognitif lingkungan rawat inap
- Sedaiakan alas kaki
antislip
- Sediakan urinal untuk
eliminasi di dekat tempat
tidur, jika perlu
- Pastikan barang-barang
pribadi mudah dijangkau
- Tingkatkan frekuensi
observasi dan pengawasan
pasien, sesuai kebutuhan
E:
- Jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke pasien
dan keluarga
- Anjurkan berganti posisi
perlahan dan duduk beberapa
menit sebelum berdiri
Manajemen keselamatan
lingkungan O :
- Identifikasi kebutuhan
keselamatan
- Monitor perubahan status
keselamatan lingkungan
T:
- Hilangkan bahaya keselamatan,
jika memungkinkan
BAB 3. RESUME KASUS

Pasien dengan inisial Sdr. M (29 tahun), Pasien mengeluh sakit sejak hari sebelumdirawat di
rumah sakit sejak tanggal 01 oktober 2021 pasien mengeluhakan nyeri pada bagian ulu hati,
kemuadian pasien dipijat oleh dukun pijat didaerah perut dua hari yang lalu sebelum masuk ke
rumah sakit tangal 03 oktober 2021, malam sebelum masuk ke rumah sakit nyeri perut bertambah
pasien mengatakan tidak bisa BAB selama 1 hari tidak bisa kentut, mual, muntah, perut kembung,
lalu pasien dibawa ke IGD RSJ Prof. Dr. Soejono Magelang tanggal 05 oktober 2021, lalu pada
jam 05:10 pasien masuk ke IGD dan jam 05:00 dilakukan skreening/triase, setelah itu jam 05:02
pasien di anamnesa, TTV didapatkan hasil TD: 122/102 mmHg, N: 102, RR: 24, S: 36,00C, SPO2:
91, lalu pada jam 05:03 perawat memberikan oksigen 3 liter, lalu perawat jaga mengedukasi untuk
rawat inap setelah itu pada jam 05:15 perawat memasang infus dengan 30 tetes per menit dengan
infus asering, pada jam 05:16 pasien diambil sample darah untuk diperiksa labolatorium, jam
05:18 pasien di berikan injeksi omz dan ketorolac 1 amp, jam 06:00 pasien dipasang DC dan NGT,
06:03 pasien dilakukan pemeriksaan radiologi dengan hasil polos abdomen pre peritoneal fatline
tegas simetris, distribusi udara usus, dan fecal material prominan dilatasi, pada jam 11:20 pasien
dilakukan operasi laparatomi dengan diagnosa peritonitis umum karena curis apendisitis perforasi
dengan adesi peritonial, pasien selesai operasi jam 12:15, terdapat 20 jahitan di perut pasien, pasien
terpasang drain disebelah kanan pasien yang bertujuan untuk mengeluarkan darah, nanah yang
berada di perut agar tidak menumpuk dan tidak menimbulkan infeksi, di drain terdapat 2 jahitan,
pasien mengalami gangguan jiwa halusinasi tetapi dalam keadaan terkontrol dan masih rutin
berobat ke RSJ, pasien diberikan terapi farmakologi ranitidine 1 amp, anbacim 1gr profilaksis,
metronidazole 3x500, kalnex 3x500, sotatic 3x1 gr, ceftazidine 3x1 gr, pada tanggal 6 oktober
2021 pasien dicoba untuk minum sedikit- sedikit tetapi pasien merasakan mual, ketika diberikan
susu oleh keluarganya dengan jumlah 25ml pasien mengatakan mual, pada tanggal 7 oktober 2021
jam 09:00 pasien dilepas NGT dan drain kanan, dan dilakukan perawatan luka dibagian post
operasi dengan 20 jahitan, lalu pasien diberikan minum dan susu pasien mengatakan bahwa
muntah sekitar 5-6 kali, keadaan perut pasien membesar sekitar 99 cm,09:30 pasien diberikan
dulcolax untuk merangsang BAB, lalu sore jam 17:00 pasien kembali dipasang NGT, sampai
tanggal 8 oktober terapi masih berlanjut.
BAB 4. PEMBAHASAN KASUS
& JURNAL

A. ASUHAN KEPERAWATAN (PEMBAHASAN KASUS)


1. Pengkajian.
A. DATA UMUM
1. Nama inisial klien : Sdr. M
2. Umur : 29 tahun
3. Alamat : Dsn.Sadegan 05/08 Dsn sumberarum Tempuran Magelang
4. Agama : Islam
5. Tanggal masuk RS/RB: 05 Oktober 2021
6. Nomor Rekam Medis : 00075752
7. Bangsal : Pringgondani 1

B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA


1. HEALTH PROMOTION
a. Kesehatan Umum:
- Keluhan Utama :
4 hari mengeluh nyeri perut daerah ulu hati,tidak bisa BAB dan kentut, perut
kembung
- Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh sakit sejak hari sebelumdirawat di rumah sakit sejak tanggal 01
oktober 2021 pasien mengeluhakan nyeri pada bagian ulu hati, kemuadian pasien
dipijat oleh dukun pijat didaerah perut dua hari yang lalu sebelum masuk ke rumah
sakit tangal 03 oktober 2021, malam sebelum masuk ke rumah sakit nyeri perut
bertambah pasien mengatakan tidak bisa BAB selama 1 hari tidak bisa kentut, mual,
muntah, perut kembung, lalu pasien dibawa ke IGD RSJ Prof. Dr. Soejono
Magelang tanggal 05 oktober 2021, lalu pada jam 05:10 pasien masuk ke IGD dan
jam 05:00 dilakukan skreening/triase, setelah itu jam 05:02 pasien di anamnesa,
TTV didapatkan hasil TD: 122/102 mmHg, N: 102, RR: 24, S: 36,00C, SPO2: 91,
lalu pada jam 05:03 perawat memberikan oksigen 3 liter, lalu perawat jaga
mengedukasi untuk rawat inap setelah itu pada jam 05:15 perawat memasang infus
dengan 30 tetes per menit dengan infus asering, pada jam 05:16 pasien diambil
sample darah untuk diperiksa labolatorium, jam 05:18 pasien di berikan injeksi omz
dan ketorolac 1 amp, jam 06:00 pasien dipasang DC dan NGT, 06:03 pasien
dilakukan pemeriksaan radiologi dengan hasil polos abdomen pre peritoneal fatline
tegas simetris, distribusi udara usus, dan fecal material prominan dilatasi, pada jam
11:20 pasien dilakukan operasi laparatomi dengan diagnosa peritonitis umum
karena curis apendisitis perforasi dengan adesi peritonial, pasien selesai operasi jam
12:15, terdapat 20 jahitan di perut pasien, pasien terpasang drain disebelah kanan
pasien yang bertujuan untuk mengeluarkan darah, nanah yang berada di perut agar
tidak menumpuk dan tidak menimbulkan infeksi, di drain terdapat 2 jahitan, pasien
mengalami gangguan jiwa halusinasi tetapi dalam keadaan terkontrol dan masih
rutin berobat ke RSJ, pasien diberikan terapi farmakologi ranitidine 1 amp, anbacim
1gr profilaksis, metronidazole 3x500, kalnex 3x500, sotatic 3x1 gr, ceftazidine 3x1
gr, pada tanggal 6 oktober 2021 pasien dicoba untuk minum sedikit- sedikit tetapi
pasien merasakan mual, ketika diberikan susu oleh keluarganya dengan jumlah 25ml
pasien mengatakan mual, pada tanggal 7 oktober 2021 jam 09:00 pasien dilepas
NGT dan drain kanan, dan dilakukan perawatan luka dibagian post operasi dengan
20 jahitan, lalu pasien diberikan minum dan susu pasien mengatakan bahwa muntah
sekitar 5-6 kali, keadaan perut pasien membesar sekitar 99 cm,09:30 pasien
diberikan dulcolax untuk merangsang BAB, lalu sore jam 17:00 pasien kembali
dipasang NGT, sampai tanggal 8 oktober terapi masih berlanjut
- Alasan masuk rumah sakit:
Pasien mengeluh nyeri perut ulu hati, tidak bisa BAB dan kentut, perut kembung
- Tekanan darah : 122/102 mmHg
- Nadi : 36 x/menit
- Suhu : 36oC
- Respirasi : 24 x/menit
- SPO2 91
b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan,dll):
Pasien pernah operasi aff cincin di jari manis sebelah kiri bulan desember 2020
c. Riwayat pengobatan
No Nama obat/jamu Dosis Keterangan
1. Cepezet 100 mg Untuk
mengatasi
gangguan
mood atau
mental seperti
gangguan
kejiwaan yang
membua
penderitanya
mengalami
halusinasi
d. Kemampuan mengontrol kesehatan:
- Yang dilakukan bila sakit : pasien jika sakit di pijit, jika gejalanya sudah parah
pasien dibawa kerumah sakit
- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olah raga, dll)
Pasien tidak mengkonsumsi alkohol, pasien merokok, pasien melakukan aktivitas
olahraga
e. Faktor sosial ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll):
Pasien tidak bekerja, asuransi kesehatan BPJS kelas III
f. Pengobatan sekarang:
No Nama obat Dosis Kandungan Manfaat
1. Ranitidine 2x1 Ranitidine HCL Mengurangi
25 mg/mL sekresi asam
lambung
2. Anbacim 1 gr Cefuroxime Mengatasi
berbagai
infeksi
3. Ceftazidim 3x1 Ceftazidime 1 Antibiotik
gr untuk
mengobati
infeksi bakteri
Metronidazole 3x500 Metronidazole Menangani
500 mg infeksi akibat
bakteri atau
parasit di
sistem
reproduksi,
saluran
pencernaan
4. Omeprasole 1x1 Omeprazole 20 Obat untuk
mg mengatasi
gangguan
lambung
5. Ketorolac 3x1 Tromethamine Meredakan
30 mg/mL nyeri
peradangan
6. Dulcolac 1 tab Bisacodyl 5 mg Obat untuk
mengatasi
kostipasi
7. Kalnex 3x500 Asam Membantu
traneksamat 500 mengurangi
mg dan
menghentikan
pendarahan
8. Sotatic 3x1 Metoclopramide Membantu
HCL mencegah
mual muntah
efek setelah
operasi

2. NUTRITION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, IMT:
1) BB biasanya: 65 kg dan BB sekarang: 63 kg
2) TB : 165 cm
3) Lingkar perut : 99 cm
4) IMT : 23,3 %
b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abormal:
No Jenis Hasil arga normal Satuan Interpretasi
pemeriksaan pemeriksaan
1. Hemoglobin 18,5 13,0-18,0 g/dL H
2. Lekosit 20,2 4,0-12,0 Ribu/uL H
3 Eritrosit 6,02 4,00-5,50 Juta/uL H
4 Waktu 15,3 11,0-15,0 Detik H
protombin
5 Ureum darah 55 10-50 Mg/dL H

c. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir, conjungtiva
anemis/tidak:
Rambut berwarna hitam bersih, turgor kulit kembali secara langsung, mukosa bibir
kering, konjungtiva berwarna putih (anemis)
d. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan selama di rumah sakit:
Jumlah susu yang diberikan yaitu 100 ml pasien hanya bisa meminum 25 ml saja karena
pasien muntah ketika diberikan susu.
e. E (Enegy) meliputi kemampuan klien dalam beraktifitas selama di rumah sakit:
Pasien tidak mempunyai energi karena pasien hanya diberikan asupan makanan melalui
susu, pasien juga merasakan nyeri dan luka operasi di perut pasien membatasi aktifitas
pasien, dan pasien tampak lemas
f. F (Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi: (kemampuan menelan, mengunyah,dll)
Pasien tidak terdapat ganguan di kemampuan menelan maupun mengunyah tetapi pasien
terdapat gangguan di sistem pencernaan setiap nutrisi yang masuk seperti susu 1 kali
dalam 25 ml maka tidak lama kemudian pasien akan muntah sekitar 5 kali
g. Penilaian Status Gizi
𝐵𝐵
IMT :
𝑇𝐵2(𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑀)
62 𝑘𝑔
:
(1,65 𝑚)²

: 23,3%
h. Cairan masuk
Infus : 1.600 cc/24 jam
Air putih : 600 cc/24 jam
Injeksi & obat infus : 869
Susu : 75 ml
i. Cairan keluar
Urine : 1.600 ml/24 jam
Drain : 180 ml/24 jam
NGT : 450 ml/24jam
IWL : (10 X BB/24 jam) = 10 X 65/24 jam = 27cc/24 jam
j. Penilaian Status Cairan (balance cairan)
Cairan masuk – cairan keluar
3.144 – 2.257 = +887/ 24 jam
k. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : tredapat luka operasi laparatomi terdapat 20 jahitan dan luka drain di
bagian kanan perut dengan 2 jahitan
Auskultasi : bising usus menurun
Palpasi : perut teraba keras dan nyeri di bagian bekas operasi
Perkusi : terdengar tympani

3. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (Frekuensi , jumlah, ketidaknyamanan)
Jumlah urine 1.600 dalam 24 ml jam, pasien terpasang kateter
2) Riwayat kelainan kandung kemih
Pasien tidak mempunyai riwayat kelainan kandung kemih
3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau)
Jumlah urine keluar 1.600 ml dalam 24 jam, berwarna kuning pekat, urin kental
pekat, bau khas urine
4) Distensi kandung kemih/retensi urine
Tidak terjadi gangguan kandung kemih/retensi urine
b. Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi
Pasien belum BAB selama 5 hari
2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi
Konsumsi obat jiwa cepezet yang mempunyai efek samping konstipasi
c. Sistem Integument
1) Kulit (integritas kulit / hidrasi/ turgor /warna/suhu)
Resiko infeksi pada kulit punggung karena pasien berada ditepat tidur, kulit lembab,
turgor kembali dengan cepat/langsung kembali, warna kulit sawo matang, suhu
36oC

4. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : 23:00
2) Insomnia : pasien mengalami insomnia, pasien mengatakan tidak bisa tidur karena
mengeluh panas
3) Pertolongan untuk merangsang tidur: pasien membuka bajunya atau di kipasi oleh
keluarganya
b. Aktivitas
1) Pekerjaan : tidak bekerja
2) Kebiasaan olah raga : pasien sering melakukan olahraga kecil setiap pagi
3) ADL
a) Makan : dibantu keluarga
b) Toileting : dibantu keluarga
c) Kebersihan : dibantu keluarga
d) Berpakaian : dibantu keluarga
4) Kekuatan otot :
5 5

3 3
5) ROM : fleksi lengan 80o, ektensi lengan 80o, fleksi lutut 120o,
ekstensi lutut 120o
6) Resiko untuk cidera : resiko jatuh dari tempat tidur maupun ketika berdiri karena
post operasi
c. Cardio respons
1) Penyakit jantung : tidak mempunyai riwayat penyakit jantung
2) Edema esktremitas : tidak terjadi edema ekstermitas
3) Tekanan darah dan nadi
a) Berbaring : 122/102 mmHg
b) Duduk : 120/100 mmHg
4) Tekanan vena jugularis: teraba, titik vena jugularis 4 cm
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : ictus kordis terlihat disela iga 5 disebelah medial linea
midklavikularis sinistra
b) Palpasi : ictus jordis teraba pada line mid clafikula intracosta 5, tidak
ada pembesaran
c) Perkusi : terdengar redup
d) Auskultasi : S1 S2 reguler pulmo
d. Pulmonary respon
1) Penyakit sistem nafas : pasien terdapat gangguan ketidakefektifan jalan napas
2) Penggunaan O2 : pasien tampak menggunakan O2 dengan 3 lpm
3) Kemampuan bernafas : kemampuan bernapas pasien mengatakan sesak tetapi tidak
sering RR: 20/menit, SPO2: 98 terpasang oksigen 3 lpm
4) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll)
Gangguan pernafasan hanya ketidakefektifan jalan napas tidak terdapat sputum,
maupun batuk
5) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi : terlihat ekspansi, dada simetris, tidak ada jejas, tidak ada bekas
luka
b) Palpasi : vocal premitus, kanan kiri sama, tidak ada benjolan
c) Perkusi : sonor
d) Auskultasi : vesikuler

5. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : SMA
2) Pengetahuan tentang penyakit: pasien dan keluarga pasien kurang pengetahuan
tentang penyakitnya yang sekarang post op laparatomi tetapi keluarga pasien
mengetahui tentang riwayat penyakit pasien yang mengidap gangguan jiwa
halusinasi
3) Orientasi (waktu, tempat, orang) : 06 Oktober 2021
b. Sensasi/persepi
1) Riwayat penyakit jantung : pasien tidak mempunyai riwayat penyakit jantung
2) Sakit kepala : pasien merasa pusing setelah post op
3) Penggunaan alat bantu : pasien tidak menggunakan alat bantu
4) Penginderaan : penginderaan pasien normal
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : bahasa indonesia & jawa
2) Kesulitan berkomunikasi : pasien tidak kesulitan dalam berkomunikasi

6. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : pasien merasa cemas ketika melihat luka pada post
operasi dan cemas ketika akan dioperasi
2) Perasaan putus asa/kehilangan: pasien tidak ada rasa putus asa atau kehilangan
3) Keinginan untuk mencederai : pasien tidak ada keinginan untuk menciderai
4) Adanya luka/cacat : terdapat bekas luka post operasi laparatomi dan
bekas jaitan aff cincin di jari manis sebelah kiri

7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : anak
2) Orang terdekat : ayah
3) Perubahan konflik/peran : tidak terdapat perubahan konflik
4) Perubahan gaya hidup : tidak terdapat perubahan gaya hidup
5) Interaksi dengan orang lain : interaksi dengan orang lain terjaga dengan baik
8. SEXUALITY
a. Identitas seksual
1) Masalah/disfungsi seksual : pasien belum menikah
2) Periode menstruasi : pasien berjenis kelamin laki-laki
3) Metode KB yang digunakan : pasien berjenis kelmain laki-laki

9. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas : pasien tidak mempunyai rasa sedih pasien
merasa cemas ketika melihat lukanya dan tidak nyaman dengan NGT dan kateter
2) Kemampan untuk mengatasi : pasien ditenangkan oleh keluarganya
3) Perilaku yang menampakkan cemas : pasien meminta agar dilepaskan NGT dan
kateternya

10. LIFE PRINCIPLES


a. Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : pasien melakukan ibadah sholat
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : tidak rutin
3) Kegiatan kebudayaan : tidak mengikuti kegiatan
4) Kemampuan memecahkan masalah : musyawarah dengan keluarga

11. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : pasien tidak mempunyai alergi
b. Penyakit autoimune : pasien tidak mempunyai penyakit autoimune
c. Tanda infeksi : pasien tidak ada tanda infeksi
d. Gangguan thermoregulasi : pasien tidak terdapat gangguan thermogulasi
e. Gangguan/resiko :Pasien resiko infeksi di luka post operasi, pasien resiko
jatuh, pasien mempunyai riwayat hipertensi
12. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) : nyeri luka post operasi laparatomi di bagian
Abdomen
2) Quality (bagaimana kualitasnya) :nyeri seperti disayat-sayat
3) Regio (dimana letaknya) : bekas operasi di Abdomen
4) Scala (berapa skalanya) 4
5) Time (waktu) : terus menerus
b. Rasa tidak nyaman lainnya : tidak nyaman melihat bekas luka operasi
c. Gejala yang menyertai : pasien gelisah dan kesakitan

13. GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan : pasien dewasa
b. DDST (Form dilampirkan) : pasien dewasa
c. Terapi Bermain (SAB dilampirkan) : pasien dewasa

C. DATA LABORATORIUM

Tanggal & Hasil


Jenis Pemeriksaan Harga Normal Satuan Interpretasi
Jam Pemeriksaan
Selasa, 05 Hematologi
Oktober Hemoglobin 18,5 13,0 – 18,0 g/dL H
2021 Hematokrit 52 40 – 54 %
06:03:28 Leukosit 20,2 4,0 – 12,0 ribu/uL H
Trombosit 279 150 – 450 ribu/uL
Eritrosit 6,02 4,00 – 5,50 juta/uL H
Hemostasis
Waktu protombin 15,3 11,0 – 15,0 detik H
INR 1,10
Control PPT 13,7
APTT control 30,6
APTT 25,1 25,0 – 35,0 detik
Hiting jenis
Basofil 0,1 0,0 – 1,0 %
Eosinofil 0,0 0,5 – 5,0 %
Netrofil 85,4 50,0 – 70,0 %
Limfosit 5,5 20,0 – 40,0 %
Monosit 9,0 3,0 – 12,0 %
Basofil absolut 0,02 10^3/uL
Eosinofil absolut 0,00 10^3/uL
Netrofil absolut 17,21 10^3/uL
Limfosit absolut 1,10 10^3/uL
Monosit absolut 1,82 10^3/uL
MCV/MCH/MCH
C/RDW 86,0 80,0 – 110,0 U3
MCV 30,7 27,0 – 34,0 Pg
MCH 35,7 32,0 – 36,0 g/dL
MCHC 12,5 11,5 – 14,5 %
RDW
Kimia klinik 153 70 – 200 mg/dL
GDS 138,5 135,0 – 148,0 mmol/l
Natrium (darah) 3,84 3,50 – 5,50 mmol/l
Kalium 100,1 98,0 – 108,0 mmol/l
Klorida
Fungsi ginjal 55 10 – 50 mg/dL H
Ureum darah 1,3 0,9 – 1,3 mg/dL
Creatinin darah
Fungsi hati 43,8 7-56 u/L
SGPT 28,0 5-40 u/
SGOT
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172

ANALISA DATA

Nama Inisial Klien : Sdr. M Diagnosa Medis : post op laparatomi


No Rekam Medis : 00075752 Bangsal : pringgondani 1

TANGGAL DATA
NO DAN JAM DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF
PENGKAJIAN (GEJALA) (TANDA)
DS : DO :
- Pasien mengatakan - Pasien tampak lemas
merasakan mual - Pasien tampak bibirnya kering
- Pasien mengatakan muntah - Pasien tampak mual muntah
ketika makan - Pasien tampak dibantu
- Pasien mengatakan ADL keluarganya dalam ADL
dibantu keluarga - Pasien tampak tidak bisa
- Keluarga Pasien mengatakan bergerak
ketika diberi minum - Pasien tampak kesakitan
langsung mual dibagian post operasi
- Keluarga pasien mengatakan - Pasien tampak tidak
mual ketika minum susu menghabiskan susunya
- Keluarga pasien mengatakan - Pasien tampak posisi berbaring
terus
pasien hanya menghabiskan
- Luka post operasi tampak
¼ susu dalam 100 ml masih terbungkus dengan baik
- P: Pasien mengatakan nyeri
dibagian perut diluka bekas
post laparatomi
- Q: pasien mengatakan
sensasi nyeri seperti di sayat-
sayat
- R: pasien mengatakan nyeri
dibagian luka post operasi
laparatomi
- S: pasien meatakan skala
nyeri 4
- T: nyeri datang terus-terusan
ketika bergerak nyeri
bertambah
- Pasien mengatakan masih
lemas
- Pasien megatakan muntah 5-
6 kali setelah makan
- Pasien mengatakan belum
bisa miring-miring
- Pasien mengatakan takut
bergerak karena takut luka
operasi terbuka
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172

DIAGNOSA KEPERAWATAN:

Tanggal
No Symptom Etiologi Problem Prioritas
& Jam
1 06 DS : Nyeri : gerakan Gangguan mobilitas 1
Oktober - Pasien terbatas luka post fisik
2021 mengatakan operasi laparatomi
09:00 ADL dibantu
keluarga
- Pasien
mengatakan
masih lemas
- Pasien
mengatakan
belum berani
miring-miring
DO :
- Pasien tampak
dibantu
keluarganya
dalam ADL
- Pasien tampak
lemas
- Pasien tampak
posisi
berbaring
terus

2 06 DS : Agen cedera fisik : Nyeri akut 2


Oktober - P: Pasien luka post operasi
2021 mengatakan
10:00 nyeri dibagian
perut diluka
bekas post
laparatomi
- Q: pasien
mengatakan
sensasi nyeri
seperti di
sayat-sayat
- R: pasien
mengatakan
nyeri dibagian
luka post
operasi
laparatomi
- S: pasien
meatakan
skala nyeri 4
- T: nyeri
datang terus-
terusan
DO :
- Pasien tampak
kesakitan
dibagian post
operasi

3 06 DS : Ketidakmampuan Defisit nutrisi 3


Oktober - Pasien mencerna
2021 mengatakan makanan :
10:30 merasa mual pembedahan di
usus
- Pasien
mengatakan
muntah ketika
makan
- Keluarga
pasien
mengatakan
mual ketika
diberiminum
- Keluarga
pasien
mengatakan
mual ketika
minum susu
- Keluarga
pasien
mengatakan
pasien hanya
menghabiskan
¼ susu dalam
100 ml
- Pasien
mengatakan
muntah 5-6
kali ketika
habis makan
DO :
- Pasien tampak
bibirnya
kering
- Pasien tampak
mual muntah
- Pasien tampak
tidak
menghabiskan
susunya

4 06 DS : Prosedur invansif Resiko infeksi 4


Oktober - Pasien
2021 mengatakan
11:00 takut bergerak
karena takut
luka operasi
terbuka

DO :
- Luka post
operasi
tampak masih
terbungkus
dengan baik

5 06 DS : Nyeri : gerakan Gangguan mobilitas 1


Oktober - Pasien terbatas luka post fisik
2021 mengatakan operasi
09:00 ADL dibantu laparatomi
keluarga
- Pasien
mengatakan
masih lemas
- Pasien
mengatakan
belum berani
miring-miring
DO :
- Pasien tampak
dibantu
keluarganya
dalam ADL
- Pasien tampak
lemas
- Pasien tampak
posisi
berbaring terus

6 06 DS : Agen cedera fisik Nyeri akut 2


Oktober - P: Pasien : luka post
2021 mengatakan operasi
10:00 nyeri dibagian
perut diluka
bekas post
laparatomi
- Q: pasien
mengatakan
sensasi nyeri
seperti di
sayat-sayat
- R: pasien
mengatakan
nyeri dibagian
luka post
operasi
laparatomi
- S: pasien
meatakan
skala nyeri 4
- T: nyeri datang
terus-terusan
DO :
- Pasien tampak
kesakitan
dibagian post
operasi
7 06 DS : Ketidakmampuan Defisit nutrisi 3
Oktober - Pasien mencerna
2021 mengatakan makanan :
10:30 merasa mual pembedahan di
usus
- Pasien
mengatakan
muntah ketika
makan
- Keluarga
pasien
mengatakan
mual ketika
diberiminum
- Keluarga
pasien
mengatakan
mual ketika
minum susu
- Keluarga
pasien
mengatakan
pasien hanya
menghabiskan
¼ susu dalam
100 ml
- Pasien
mengatakan
muntah 5-6
kali ketika
habis makan
DO :
- Pasien tampak
bibirnya
kering
- Pasien tampak
mual muntah
- Pasien tampak
tidak
menghabiskan
susunya
8 06 DS : Prosedur invansif Resiko infeksi 4
Oktober - Pasien
2021 mengatakan
11:00 takut bergerak
karena takut
luka operasi
terbuka

DO :
- Luka post
operasi tampak
masih
terbungkus
dengan baik
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172

FORMAT RENCANA KEPERAWATAN

Nama Inisial Klien : Sdr. M Diagnosa Medis : post op laparatomi


No Rekam Medis : 00075752 Bangsal : pringgondani 1

Tujuan & Kriteria


Tanggal Diagnosa Intervensi
No. Hasil Rasional
Dan Jam Keperawatan (SIKI)
(SLKI)
1 06 Gangguan Setelah dilakukan a. Dukungan - Agar pasien
Oktober mobilitas fisik tindakan keperawata ambulasi melakukan
2021 berhubungan selama 3x2 - Identifikasi mobilitas fisik
09:00 dengan Nyeri : jam diharapkan adanya nyeri - Untuk mengurangi
gerakan terbatas masalah atau keluhan resiko jatuh
luka post operasi pasien teratasi deng fisik lainnya - Agar pasien dapat
laparatomi kriteria hasil: - Fasilitasi membantu untuk
Mobilitas fisik ambulasi melakukan
(L.05042) dengan alat mobilisasi
- Pergerakan bantu - Mengurangi resiko
ekstermitas (1-4) - Anjurkan jatuh pada pasien
- Rentang gerak keluarga
(ROM)(1-4) untuk
Keterangan: membantu
1 (menurun) pasien dalam
2 (cukup meningkatkan
ambulasi
menurun)
- Kolaborasi
3 (sedang) dengan
4 (cukup keluarga
meningkat) untuk
5 (meningkat) menjaga
- Gerakan terbatas pasien
(1-4)
Keterangan:
1 (meningkat)
2 (cukup
meningkat)
3 (sedang)
4 (cukup
menurun)
2 06 Nyeri akut Setelah dilakukan a.managemen nyeri - Untuk membantu
Oktober berhubungan tindakan keperawata - Identifikasi perkembangan
2021 dengan agen selama 3x2 jam lokasi, penurunan nyeri
10:00 cidera fisik : diharapkan masalah karakteristik, - Untuk mengalihkan/
luka post op pasien teratasi deng durasi, menurunkan nyeri
laparatomi kriteria hasil: frekuensi, - Agar memudahkan
Tingkat nyeri kualitas, pasien ketika nyeri
(L.08066) intensitas, skala - Untuk mengurangi
- Melaporkan nyeri nyeri rasa nyeri
Terkontrol (5-2) - Berikan teknik
Keterangan nonfarmakologis
1 (menurun) untuk
2 (cukup mening mengurangi rasa
3 (sedang) nyeri
4 (cukup menuru (akupresur,
5 (menurun) teknik nafas
- Keluhan nyeri 1-4 dalam, relaksasi)
Keterangan - Anjurkan teknik
1 (meningkat) nonfarmakologis
2 (cukup meningk untuk
3 (sedang) mengurangi
4 (cukup menurun nyeri secara
5 (menurun) mandiri
- Kolaborasi
pemberian
analgesik seperti
ketorolac
dengan dokter
dan farmasi

06 Defisit nutrisi Setelah dilakukan a. Managemen - Agar mengetahui


Oktober berhubungan tindakan nutrisi berapa banyak
2021 dengan keperawatan selama - Monitor makanan yang
10:30 ketidakmampuan 3x24 jam diharapka asupan masuk
mencerna masalah pasien terat makanan - Agar mengetahui
makanan : dengan krieria hasil - Berikan berapa banyak
pembedahan di Status nutrisi (L.030 makanan makanan yang
usus - Porsi makan yan tinggi serat masuk
dihabiskan untuk - Agar pasien tidak
- Fungsi mencegah terjadi konstipasi
gastrointestinal konstipasi - Agar pasien
- Mual (1-3) - Ajarkan diet pencernaan pasien
- Muntah (1-3) yang tidak menolak
diprogramkan makanan yang
masuk
- Kolaborasi - Agar makanan
dengan ahli yang masuk tidak
gizi untuk membuat pasien
menentukan mual muntah
jumlah kalori
dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
06 Resiko infeksi Setelah dilakukan a. Pencegahan - Untuk memonitor
Oktober berhubungan tindakan keperawata infeksi adanya infeksi
2021 dengan prosedur selama 3x2 jam atau tidak
- Monitor luka
11:00 invasif diharapkan masalah - mencegah
pasien teratasi bekas operasi terjadinya
dengan kriteria Hasi - Berikan infeksi
integritas kulit dan perawatan luka - agar pasien
jaringan - Ajarkan menjaga
(L.14125) memeriksa kebersihan
- Nyeri (1-4) kondisi luka lukanya
- Elastisitas (2-4) - mengurangi
atau luka
- Tekstur 3-4 resiko infeksi
operasi pada luka
- Kolaborasi
pemberian
obat
ceftriaxone
dengan dokter
dan farmasi
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172

FORMAT IMPLEMENTASI

Nama Inisial Klien : Sdr. M Diagnosa Medis : post op laparatomi


No Rekam Medis : 00075752 Bangsal : pringgondani 1

Tanggal Diagnosa Respon


No Implementasi Paraf
& Jam Keperawatan (Data Subyektif Dan Obyektif)
1. 06 Gangguan Identifikasi adanya nyeri DS:
Oktober mobilitas fisik atau keluhan fisik - Pasien mengatakan Sayidah
2021 berhubungan lainnya keluhan masih lemas dan
10:00 dengan Nyeri : nyeri bagian post operasi
gerakan terbatas DO:
luka post operasi - Pasien tampak masih
laparatomi
lemas

10:30 DS: Widya


- Pasien mengatakan belum
bisa duduk
Fasilitasi ambulasi DO:
dengan alat bantu - Pasien tampak hanya bisa
menggerakkan tangan dan
kaki belum bisa miring-
miring
10:33
DS: Sayidah
- Keluarga mengatkan
membantu untuk miring-
miring
DO:
10:40 Anjurkan keluarga untuk - Keluarga tampak
membantu pasien dalam
membantu agar pasien
meningkatkan ambulasi
miring kanan kiri

Widya
DS:
- Keluarga mengatakan
Kolaborasi dengan akan menjaga pasien
keluarga untuk menjaga DO:
pasien - Keluarga tampak menjaga
pasien

2. 06 Nyeri akut Memonitor tanda-tanda DS:


Oktober berhubungan vital - Pasien mengatakan masih Widya
2021 dengan agen lemas dan pusing
11:00 cidera fisik : luka DO:
post op - TD : 160/105 mmHg
laparatomi - N : 100 X/menit
- S : 36,6oC
- RR : 20X/menit
- SPO2: 98
Mengkaji nyeri dengan Sayidah
11:05 P,Q,R,S,T DS:
- P: Pasien mengatakan
nyeri dibagian perut diluka
bekas post laparatomi
- Q: pasien mengatakan
sensasi nyeri seperti di
sayat-sayat
- R: pasien mengatakan
nyeri dibagian luka post
operasi laparatomi
- S: pasien meatakan skala
nyeri 4
- T: nyeri datang terus-
terusan ketika bergerak
nyeri bertambah
DO:
- Pasien tampak menahan
nyeri
Mengajarkan teknik Sayidah
11:10 nafas dalam
DS:
- Pasien mengatakan sudah
melakukan teknik nafas
dalam
DO:
Berkolaborasi dengan - Pasien tampak melakukan Widya
11:15 keluarga untuk memberi nafas dalam ketika nyeri
dukungan ke pasien DS:
untuk napas dalam - Pasien mengatakan
bapaknya membantu
dalam mengingatkan agar
melakukan napas dalam
DO:
- Pasien tampak melakukan
napas dalam
3. 06 Ketidakmampuan Memonitor asupan DS: Cantika
Oktober mencerna makanan - Pasien mengatakakan
2021 makanan : minum susu 1 sendok dan
15:00 pembedahan di terasa mual
usus
DO:
- Pasien tampak tidak
nyaman dan tidak
Memberikan susu secara menghabiskan susu
15:05 sedikit sedikit dan DS: Muna
menutup NGT jika mual - Pasien mengatakan masih
maka di buka tetap terasa mual
DO:
- Susu tampak kembali
melalui selang NGT
Edukasi keluarga untuk
memberikan susu secara Cantika
15:10 sedikit-sedikit DS:
- Pasien menghabiskan 25
ml susu tetapi terasa mual
DO:
15:20 Kolaborasi dengan - Membuka NGT Muna
keluarga untuk DS:
pemberian nutrisi yang - Pasien mengatakan
cair yang diberikan dari
susunya sudah diminum
rumah sakit
DO:
- Pasien tampak
menghabiskan 25 – 50 ml
setiap minum susu

4. 06 Resiko infeksi Monitor luka bekas DS: Cantika


Oktober berhubungan operasi - Pasien mengatakan tidak
2021 dengan prosedur ada perdarahan atau
15:25 invasif jahitan lepas
DO :
Monitor tanda-tanda - Luka tampak bagus tidak
vital pasien ada perdarahan atau nanah
terdapat 20 jahitan
Muna
DS:
- Pasien mengatakan agak
15:30
perih di bagian luka post
operasi
Ajarkan memeriksa DO:
kondisi luka atau luka - TD : 160/105 mmHg
operasi
- N : 100 X/menit
- S : 36,6oC
- RR : 20X/menit Cantika
- SPO2: 98
15:35
DS :
- Pasien mengatakan takut
melihat lukanya
Kolaborasi dengan
keluarga untuk DO :
pemberian dukungan - Pasien tampak takut saat
agar pasien tidak takut melihat lukanya
melihat lukanya Muna
15:40
DS :
- Pasien megatakan bersedia
untuk melihat lukanya
DO :
- Pasien tampak sudah
tidaak terlalu takut dengan
lukanya
5. 07 Gangguan Identifikasi adanya nyeri DS: Widya
Oktober mobilitas fisik atau keluhan fisik - Pasien mengatakan
2021 berhubungan lainnya keluhan masih lemas dan
09:00 dengan Nyeri : nyeri bagian post operasi
gerakan terbatas DO:
luka post operasi - Pasien tampak masih
laparatomi
lemas

09:05 DS: Cantika


- Pasien mengatakan sudah
bisa duduk
Fasilitasi ambulasi DO:
dengan alat bantu
- Pasien tampak sudah
mulai bisa duduk
09:10
Cantika
DS:
- Keluarga mengatkan
pasien sudah duduk 2 kali
Anjurkan keluarga untuk DO:
membantu pasien dalam - Keluarga tampak
09:15 meningkatkan ambulasi membantu pasien duduk

DS:
- Keluarga mengatakan
akan menjaga pasien widya
DO:
- Keluarga tampak menjaga
Kolaborasi dengan pasien
keluarga untuk menjaga
pasien

07 Nyeri akut Memonitor tanda-tanda DS: Muna


Oktober berhubungan vital - Pasien mengatakan masih
2021 dengan agen lemas dan pusing
15:00 cidera fisik : luka DO:
post op - TD : 141/85 mmHg
laparatomi - N : 105 X/menit
- S : 36,6oC
- RR : 20X/menit Sayidah
- SPO2: 98
Mengkaji nyeri dengan DS:
15;10 P,Q,R,S,T - P: Pasien mengatakan
nyeri dibagian perut diluka
bekas post laparatomi
- Q: pasien mengatakan
sensasi nyeri seperti di
sayat-sayat
- R: pasien mengatakan
nyeri dibagian luka post
operasi laparatomi
- S: pasien meatakan skala
nyeri 3
- T: nyeri datang jarang-
jarang tidak sering
DO:
- Pasien tampak menahan
nyeri Sayidah
Mengajarkan teknik
nafas dalam DS:
15:15 - Pasien mengatakan sudah
melakukan teknik nafas
dalam
DO:
- Pasien tampak melakukan
Berkolaborasi dengan nafas dalam ketika nyeri Muna
keluarga untuk memberi DS:
15:20 dukungan ke pasien - Pasien mengatakan
untuk napas dalam bapaknya membantu
dalam mengingatkan agar
melakukan napas dalam
DO:
- Pasien tampak melakukan
napas dalam

07 Ketidakmampuan Memonitor asupan DS: Muna


Oktober mencerna makanan - Pasien mengatakakan
2021 makanan : minum susu 50 ml dan
15:25 pembedahan di terasa mual
usus DO:
- Pasien tampak tidak
nyaman dan tidak
Memberikan susu secara menghabiskan susu Sayidah
sedikit sedikit dan DS:
15:30 melepas NGT - Pasien mengatakan masih
tetap terasa mual muntah
sampai 5 kali
DO:
- Pasien tampak lemas
Edukasi keluarga untuk Muna
15:35 memberikan susu secara
sedikit-sedikit DS:
- Pasien diberikan susu
sedikit tetapi terasa mual
muntah
DO:
Kolaborasi dengan - Pasien tampak muntah Sayidah
keluarga untuk dengan jumlah banyak
pemberian nutrisi yang DS:
cair yang diberikan dari - Pasien berusaha meminum
15:40 rumah sakit
susu tetapi pasien muntah
DO:
- Pasien tampak mau
meminum susu

07 Resiko infeksi Monitor luka bekas DS: Cantika


Oktober berhubungan operasi - Pasien mengatakan tidak
2021 dengan prosedur ada perdarahan atau
09:00 invasif jahitan lepas
DO :
- Luka tampak bagus tidak
Perawatan luka
ada perdarahan atau nanah
terdapat 20 jahitan
Widya
DS:
09:30 - Pasien mengatakan ingin
duduk dan melihat lukanya
DO:
- Luka tampak bagus tidak
Ajarkan memeriksa terdapat nanah atau darah
kondisi luka atau luka jahitan rapi
operasi
DS : Cantika
10:00 - Pasien mengatakan tidak
takut melihat lukanya
DO :
- Pasien tampak melihat
Kolaborasi dengan ketika di rawat luka
keluarga untuk
pemberian dukungan DS : Widya
agar pasien tidak takut - Pasien megatakan bersedia
melihat lukanya untuk melihat lukanya
10:20
DO :
- Pasien tampak sudah
tidaak terlalu takut dengan
lukanya
08 Gangguan Identifikasi adanya nyeri DS: Muna
Oktober mobilitas fisik atau keluhan fisik - Pasien mengatakan lemas
2021 berhubungan lainnya sudah berkurang
09:00 dengan Nyeri : DO:
gerakan terbatas - Pasien tampak sudah bisa
luka post operasi aktivitas seperti duduk
laparatomi
DS: Sayidah
09:05 - Pasien mengatakan sudah
bisa duduk ongkang-
Fasilitasi ambulasi ongkang
dengan alat bantu DO:
- Pasien tampak sudah
mulai bisa duduk
ongkang-ongkang
09:10 Muna
DS:
- Keluarga mengatkan
pasien sudah duduk
Anjurkan keluarga untuk ongkang-ongkang 2 kali
membantu pasien dalam DO:
meningkatkan ambulasi - Keluarga tampak
membantu pasien duduk

09:15 Sayidah
DS:
Kolaborasi dengan - Keluarga mengatakan
keluarga untuk menjaga akan menjaga pasien
pasien DO:
Keluarga tampak menjaga dan
mengawasi pasien
08 Nyeri akut Memonitor tanda-tanda DS: Sayidah
Oktober berhubungan vital - Pasien mengatakan
2021 dengan agen nyerinya berkurang
09:20 cidera fisik : luka DO:
post op - TD : 144/100 mmHg
laparatomi - N : 100 X/menit
- S : 36,6oC
- RR : 20X/menit
- SPO2: 97 Muna
Mengkaji nyeri dengan
09:20 P,Q,R,S,T DS:
- P: Pasien mengatakan
nyeri dibagian perut diluka
bekas post laparatomi
- Q: pasien mengatakan
sensasi nyeri seperti di
sayat-sayat
- R: pasien mengatakan
nyeri dibagian luka post
operasi laparatomi
- S: pasien meatakan skala
nyeri 2
- T: nyeri datang jarang-
jarang tidak sering
DO:
- Pasien tampak menahan
Mengajarkan teknik nyeri Sayidah
09:30 nafas dalam

DS:
- Pasien mengatakan sudah
melakukan teknik nafas
dalam
DO:
- Pasien tampak melakukan
Berkolaborasi dengan nafas dalam ketika nyeri Muna
09:35 keluarga untuk memberi dan nyerinya berkurang
dukungan ke pasien
DS:
untuk napas dalam
- Pasien mengatakan
bapaknya membantu
dalam mengingatkan agar
melakukan napas dalam
DO:
- Pasien tampak melakukan
napas dalam

08 Ketidakmampuan Memonitor asupan DS: Cantika


Oktober mencerna makanan - Pasien mengatakakan
2021 makanan: menghabiskan porsi susu
17:30 pembedahan di 100ml
usus DO:
- Pasien tampak
menghabiskan susunya
17:35 Memberikan susu secara DS: Widya
sedikit sedikit dan - Pasien mengatakan sudah
menutup NGT jika mual tidak mual muntah ketika
maka di buka minum susu
DO:
- Pasien tampak sudah terisi
nutrisi Widya
DS:
17:40 Edukasi keluarga untuk - Pasien menghabiskan 100
memberikan susu secara ml susu dan tidak muntah
sedikit-sedikit tetapi DO:
sering - Pasien tampak
menghabiskan susu

DS: Cantika
- Pasien mengatakan mau
Kolaborasi dengan
meminum susu sedikit-
keluarga untuk
pemberian nutrisi yang sedikit
17:45 cair yang diberikan dari DO:
rumah sakit - Pasien tampak
menghabiskan 100 ml
setiap minum susu

08 Resiko infeksi Monitor luka bekas DS: Widya


Oktober berhubungan operasi - Pasien mengatakan tidak
2021 dengan prosedur ada perdarahan atau
18:00 invasif jahitan lepas
DO :
- Luka tampak bagus tidak
Mengajarkan pasien
utuk menjaga lukanya ada perdarahan atau nanah
agar tidak terbuka terdapat 20 jahitan
jaitannya DS: Cantika
18:05 - Pasien mengatatakan akan
berhati-hati jika duduk
Ajarkan memeriksa DO:
kondisi luka atau luka - Pasien tampak duduk
operasi dengan hati-hati
DS :
18:10 Widya
- Pasien mengatakan tidak
takut melihat lukanya
DO :
- Pasien tampak melihat
Kolaborasi dengan lukanya ketika akan
keluarga untuk melakukan aktivitas Cantika
pemberian dukungan
18:15 agar pasien tidak takut DS :
melihat lukanya - Pasien megatakan bersedia
untuk melihat lukanya
DO :
- Pasien tampak sudah tidak
terlalu takut dengan
lukanya
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172

FORMAT EVALUASI

Nama Inisial Klien : Sdr. M Diagnosa Medis : post op laparatomi


No Rekam Medis : 00075752 Bangsal : pringgondani 1

Evaluasi
Tanggal Diagnosa
No (Subjective, Objective, Assessment/Analysis, Paraf
Dan Jam Keperawatan
Plan)
1. 06 Gangguan S: Sayidah
Oktober mobilitas fisik - Pasien mengatakan keluhan masih
2021 berhubungan lemas dan nyeri bagian post operasi
09:00 dengan Nyeri : - Pasien mengatakan ADL dibantu
gerakan terbatas
keluarga
luka post operasi
laparatomi - Pasien mengatakan belum bisa
miring-miring
O:
- Pasien tampak masih lemas
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan
- Monitor KU
- Bantu dalam ADL
Ciptakan ruangan nyaman aman
09:30 Nyeri akut S: Widya
berhubungan - Pasien mengatakan nyeri pada bagian
dengan agen luka operasi di bagian Abdomen
cidera fisik : luka - P: nyeri akibat luka operasi perotinitis
post op - Q: seperti disayat-sayat
laparatomi
- R: Di Abdomen
- S: skala 4
- T: terus-menerus
O:
- TD : 160/105 mmHg
- N : 100 X/menit
- S : 36,6oC
- RR : 20X/menit
- SPO2: 98
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor nyeri
- Bimbing relaksasi nafas dalam
15:00 Defisit nutrisi S: Muna
berhubungan - Pasien mengatakan minum susu 1
dengan sendok dan terasa mual
ketidakmampuan - Pasien mengatakan muntah 5 kali
mencerna O:
makanan : - Pasien tampak tidak nyaman dan tidak
pembedahan di
usus menghabiskan susu
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor kebutuhan nutrisi
- Monitor mual muntah
- Ajarkan makan sedikit tetapi sering
- Berikan obat sesuai terapi
• Ranitidine 1 amp
• Anbacim 1 gr
• Metronidazole 3x500
• Kalnex 3x500
• Sotatic 3x1 gr
• Ceftazidine 3x1 gr
• Dulcolax 1 tab
15:30 Resiko infeksi S: Cantika
berhubungan - Pasien mengatakan cemas melihat
dengan prosedur luka bekas operasi
invasif O:
- Luka post operasi tampak terbungkus
dengan baik
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan
- Monitor perdarahan
07 Gangguan S: Cantika
Oktober mobilitas fisik - Pasien mengatakan keluhan masih
2021 berhubungan lemas dan nyeri bagian post operasi
08:30 dengan Nyeri : - Pasien mengatakan sudah bisa duduk
gerakan terbatas O:
luka post operasi - Pasien tampak masih lemas
laparatomi
- Pasien tampak sudah mulai bisa duduk
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan
- Monitor KU
- Bantu dalam ADL
- Ciptakan ruangan nyaman aman
09:00 Nyeri akut S: Widya
berhubungan - Pasien mengatakan nyeri pada bagian
dengan agen luka operasi di bagian Abdomen
cidera fisik : luka - P: nyeri akibat luka operasi perotinitis
post op - Q: seperti disayat-sayat
laparatomi
- R: Di Abdomen
- S: skala 3
- T: jarang-jarang
O:
- TD : 141/85 mmHg
- N : 105 X/menit
- S : 36,6oC
- RR : 20X/menit
- SPO2: 98
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi Keperawatan dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor nyeri
- Bimbing relaksasi nafas dalam
15:00 Defisit nutrisi S: Sayidah
berhubungan - Pasien mengatakakan minum susu 50
dengan ml dan terasa mual
ketidakmampuan - Pasien mengatakan muntah 3 kali
mencerna O:
makanan : - Pasien tampak tidan nyaman dan tidak
pembedahan di
usus menghabiskan susu
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor kebutuhan nutrisi
- Monitor mual muntah
- Ajarkan makan sedikit tetapi sering
- Berikan obat sesuai terapi
• Ranitidine 1 amp
• Anbacim 1 gr
• Metronidazole 3x500
• Kalnex 3x500
• Sotatic 3x1 gr
• Ceftazidine 3x1 gr
• Dulcolax 1 tab
15:30 Resiko infeksi S: Muna
berhubungan - Pasien mengatakan tidak ada
dengan prosedur perdarahan atau jahitan lepas
invasif O:
- Luka tampak bagus tidak ada
perdarahan atau nanah terdapat 20
jahitan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi keperawatan dilanjut
- Monitor perdarahan
08 Gangguan S: Cantika
Oktober mobilitas fisik - Pasien mengatakan lemas sudah
2021 berhubungan berkurang
09:00 dengan Nyeri : - Pasien mengatakan sudah bisa duduk
gerakan terbatas ongkang-ongkang
luka post operasi
O:
laparatomi
- Pasien tampak sudah bisa aktivitas
seperti duduk
- Pasien tampak sudah mulai bisa duduk
ongkang-ongkang
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan
- Monitor KU
- Ciptakan ruangan aman dan nyaman
09:30 Nyeri akut S: Muna
berhubungan - Pasien mengatakan nyerinya
dengan agen berkurang
cidera fisik : luka - P: Pasien mengatakan nyeri dibagian
post op perut diluka bekas post laparatomi
laparatomi - Q: pasien mengatakan sensasi nyeri
seperti di sayat-sayat
- R: pasien mengatakan nyeri dibagian
luka post operasi laparatomi
- S: pasien meatakan skala nyeri 2
- T: nyeri datang jarang-jarang tidak
sering
O:
- TD : 144/100 mmHg
- N : 100 X/menit
- S : 36,6oC
- RR : 20X/menit
- SPO2: 97
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor nyeri
- Bimbing relaksasi nafas dalam
15:00 Defisit nutrisi S: Widya
berhubungan - Pasien mengatakakan menghabiskan
dengan porsi susu 100 ml
ketidakmampuan - Pasien mengatakan tidak mual muntah
mencerna O:
makanan : - Pasien tampak menghabiskan susunya
pembedahan di
usus A: Masalah teratasi
P: Intervensi keperawatan dilanjut
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor kebutuhan nutrisi
- Ajarkan makan sedikit tetapi sering
- Berikan obat sesuai terapi
• Ranitidine 1 amp
• Anbacim 1 gr
• Metronidazole 3x500
• Kalnex 3x500
• Sotatic 3x1 gr
• Ceftazidine 3x1 gr
• Dulcolax 1 tab

15:30 Resiko infeksi S: Sayidah


berhubungan - Pasien mengatakan tidak ada
dengan prosedur perdarahan atau jahitan lepas
invasif O:
- Luka tampak bagus tidak ada
perdarahan atau nanah terdapat 20
jahitan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi keperawatan dilanjut
- Monitor luka
- Memastikan perban tertutup
B. PEMBAHASAN JURNAL

1. Judul Penelitian.
Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Proses Penyembuhan Luka Pada Pasien Dengan Post Op Laparatomi Di
Ruang Bedah Umum RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2018.

2. Tujuan Penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan luka pada
pasien laparatomi.

3. Metodelogi Penelitian.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah pre-experiment design. Rancangan ini merupakan rancangan
dengan memberikan (one group pra-post test design) yaitu mengungkapkan suatu hubungan sebab akibat
dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Dibagi berdasarkan karakteristik responden yaitu : berdasarkan
usia, jenis kelamin, jenis operasi, dan dilakukan tindakan pre-mobilitas dini terhadap proses penyembuhan luka
(infeksi/tidak terjadi infeksi).

4. Hasil Penelitian.
a. Berdasarkan karakteristik, umur responden terbanyak adalah 30-40 tahun (92%), responden terbanyak
berjenis kelamin perempuan (58%) dan jenis operasi terbanyak adalah Appendiktomi (67%).
b. Keadaan luka sebelum diberikan mobilisasi dini, terjadi infeksi 10 orang (83%).
c. Keadaan luka sesudah diberikan mobilisasi dini dan tidak terjadi infeksi 11 orang (92%).
d. Ada pengaruh pemberian tindakan mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan luka pada pasien dengan
post op laparatomi di ruang RSUD Ulin Banjarmasin dengan nilai p= 0,003.

5. Implikasi Dalam Keperawatan.


a. Pemberian tindakan mobilisasi dini dengan standard operasional prosedur (SOP) yang di dapat diruang
Bedah Umum dapat dijadikan acuan yang efektif dalam pemberian asuhan keperawatan yang mudah serta
efisien bagi pasien post laparatomi.
b. Pasien perlu melakukan tindakan mobilisasi dini secara berkelanjutan walau tanpa didampingi oleh
perawat dengan harapan proses penyembuhan luka baik dan tidak ada tanda tanda infeksi.
BAB 5. PENUTUP

A. Kesimpulan.
Dari Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Mobilitas Fisik Pada Sdr. M Dengan Diagnosa
Post Op Laparatomi Di RSJ Prof Dr. Soerojo Magelang dapat disimpulkan:
1. Saat pengkajian Asuhan Keperawatan Mobilitas Fisik Pada Sdr. M Dengan Diagnosa
Post Op Laparatomi dapat dilakukan dengan baik dan tidak mengalami kesulitan dalam
mengumpulkan data dan pasien cukup kooperatif.
2. Diagnosa Asuhan Keperawatan Mobilitas Fisik Pada Sdr. M Dengan Diagnosa Post Op
Laparatomi Di RSJ Prof Dr. Soerojo Magelang dapat dirumuskan 3 diagnosa pada
tinjauan kasus.
3. Perencanaan Asuhan Keperawatan Mobilitas Fisik Pada Sdr. M Dengan Diagnosa Post
Op Laparatomi Di RSJ Prof Dr. Soerojo Magelang semua perencanaan dapat diterapkan
pada tinjauan kasus.
4. Implementasi Asuhan Keperawatan Mobilitas Fisik Pada Sdr. M Dengan Diagnosa Post
Op Laparatomi Di RSJ Prof Dr. Soerojo Magelang semua dapat dilakukan, karena
tindakan yang di lakukan dapat tercapai.
5. Evaluasi Asuhan Keperawatan Mobilitas Fisik Pada Sdr. M Dengan Diagnosa Post Op
Laparatomi Di RSJ Prof Dr. Soerojo Magelang dapat dilakukan dan 3 diagnosa di
tinjuan kasus semua diagnosa sudah teratasi.

B. Saran
Berdasarkan hasil penerapan proses keperawatan yang telah dilakukan maka penulis dapat
memberikan saran yang mungkin berguna untuk para pembaca. Saran-saran tersebut antara
lain:
1. Walaupun sudah dilakukan pengkajian sebaik mungkin namuh masih perlu di
tingkatkan dimasa yang akan datang, disamping itu diharapkan keluarga bersikap lebih
terbuka dalam memberikan informasi yang sangat berguna untuk melakukan rencana
tindakan.
2. Diharapkan dalam melakukan rencana keperawatan terhadap klien, mahasiswa dan
perawat ruangan dapat mengembangkan teori-teori atau menggunakan sumber yang
terbaru yang dapat diterapkan dengan baik pada klien.
3. Dalam pelaksanakan diharapkan perawat betul-betul melaksanakan rencana tindakan
dalam bentuk nyata dan melakukan penanganan dengan pasien post op laparatomi
dengan cepat dan tepat, dan evaluasi diharapkan merupakan kebenaran dari suatu
keadaan yang sebenarnya, sebagai perawat yang professional dituntut untuk lebih
cermat dalam mengevaluasi suatu keadaan.
DAFTAR PUSTAKA

Adha, S. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik Pada Pasien Stroke
Non Hemoragik Di IRNA C RSSN Bukittinggi. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Padang.

Basuki, L. (2018). penerapan ROM (Range of Motion) Pada Asuhan Keperawatan


Pasien Stroke Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Di RSUD Wates Kulon Progo.
Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta.

Kozier, E. B. (2010). NANDA-1 Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klarifikasi.


Jakarta: EGC.

Purwanto, H. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Medikal


Bedah. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Wulandari, N. (2018). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pasca Stroke


Non Hemoragik Dengan Gangguan Pemenuhan Mobilitas Fisik (Di Wilayah Keja
UPT Kesmas Sukawati I) Tahun 2018. Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Denpasar.

Tefnai, Saint Valenthino. 2019. Asuhan Keperawatan Komprehensif Pada Tn A.N


Dengan Post Operasi Laparatomi Di Ruang Kelimutu Rsud Prof Dr W.Z Johanes
Kupang. Kupang

Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Dua
Satria Offset.

Heriana, P. (2014). Buku ajar kebutuhan dasar manusia. Tangerang : Binarupa


Aksara.

Ernawati. (2012). Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan


Dasar Manusia. (A. Rifai, Ed.). Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai