Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang

yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok

umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase

kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu

proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan

tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai

dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang

dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan

pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal

tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan

dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ (Fatmah, 2010).

Kemunduran fungsi organ ini yang menyebabkan kelompok ini rawan

terhadap penyakit-penyakit degeneratif di samping masih adanya penyakit-

penyakit infeksi. Menurut Riskesdas (Riset kesehatan dasar) jumlah lansia di

Indonesia pada tahun 2017 mencapai 23.66 juta jiwa (9.03%) dan

diperkirakan setiap tahunnya akan terus meningkat. Peningkatan jumlah

penduduk lanjut usia membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan,

1
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
baik bagi individu lansia itu sendiri, keluarga, masyarakat maupun

pemerintah. Besarnya jumlah penduduk lansia di Indonesia di masa depan

membawa dampak positif maupun negatif. Berdampak positif, apabila

penduduk lansia berada dalam keadaan sehat, aktif dan produktif. Di sisi lain,

besarnya jumlah penduduk lansia menjadi beban jika lansia memiliki masalah

penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya pelayanan

kesehatan, penurunan pendapatan/penghasilan, peningkatan disabilitas, tidak

adanya dukungan sosial dan lingkungan yang tidak ramah terhadap penduduk

lansia.

Perubahan morfologis yang terjadi pada lansia salah satunya adalah

terhadap sistem muskuloskeletal dapat mengakibatkan perubahan fungsional

otot yaitu terjadinya penurunan kekuatan otot, kontraksi otot, daya tahan otot

dan tulang, elastisitas dan fleksibilitas otot sehingga menyebabkan

keterbatasan gerak pada tubuh. Perubahan yang terjadi pada kekuatan otot

karena berkurangnya serabut otot pada proses menua yang menyebabkan

menurunnya kekuatan otot. Biasanya berjalan menjadi kurang stabil karena

lemahnya otot paha bagian depan dan berkurangnya koordinasi antar otot

(Nitz, 2004).

Tirah baring merupakan salah satu akibat dari perubahan sistem

muskuloskelatal, hal ini karena keterbatasan gerak pada lansia dan

mengharuskan lansia terbaring. Faktor-faktor yang menyebabkan lansia

mengalami tirah baring/bedrest diantaranya adanya kelemahan otot karena

2
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
otot-otot atrofi, stroke yang menyebabkan kelemahan pada ekstermitas,

ganngguan intoleransi seperti pada pasien jantung atau penyakit lain, dan

imobilisasi karena fraktur. Imobilisasi adalah keadaan dimana seseorang tidak

dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan

(aktivitas), (Hidayat, 2009).

Salah satu dampak yang ditimbulkan karena imobilisasi adalah

terjadinya kekakuan sendi dan juga kelemahan otot. Latihan dan aktivitas fisik

pada lansia dapat mempertahankan tonus otot. Salah satu upaya yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan rentang sendi pada ekstermitas atas dan bawah

dan meningkatkan kelenturan adalah Range of Motion.

Range of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk

mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan

menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan

massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005). Tujuan ROM adalah untuk

meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot,

mempertahankan fungsi jantung dan pernafasan, mencegar kontraktur dan

kekakuan sendi. Sedangkan manfaat latihan ROM adalah untuk menentukan

nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan,

memperbaiki tonus otot, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mencegah

terjadinya kekakuan sendi, memperlancar sirkulasi darah dengan

dilakukannya latihan ROM pada pasien (Hardwick & Lang, 2012).

3
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan

bahwa masalah penelitian adalah bagaimana penerapan Range of Motion

(ROM) untuk gangguan mobilitas fisik pada lansia tirah baring.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui penerapan Range

of Motion (ROM) untuk gangguan mobilitas fisik pada lansia tirah

baring.

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan penerapan Range of Motion (ROM) untuk

gangguan mobilitas fisik pada lansia tirah baring.

b. Mengidentifikasi kekuatan otot, kelenturan, vaskularisasi, dan

capillary refill time sebelum dan sesudah dilakukan Range of

Motion (ROM) pada lansia tirah baring.

D. Manfaat

Karya tulis ini bermanfaat bagi :

1. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dan meningkatkan

kemandirian para lansia.

4
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan

Menambah keluasan ilmu bidang keperawatan dalam meningkatkan

kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan

mengetahui pengaruh Range of Motion (ROM) untuk lansia tirah

baring.

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dan dapat mengimplementasikan prosedur

Range of Motion (ROM) untuk gangguan mobilitas fisik pada lansia

tirah baring.

5
Penerapan Range Of..., Kurniasih Puji Rejeki, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Anda mungkin juga menyukai