Anda di halaman 1dari 16

76

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Menurut Mubarak (2005), pengkajian merupakan upaya pengumpulan

data secara lengkap dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan

dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik

individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalah pada

fisiologis, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.


Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data kesehatan komunitas yang

diinginkan dengan cara survey sebagai data primer dan menggunakan

kuesioner, sedangkan untuk data sekunder diambil dari pemerintah desa.


Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner, dibagikan ke

populasi penduduk Desa Karanggedang yang berjumlah 4 Dusun dengan

jumlah sampel sebanyak 160 KK. Dari pengumpulan data didapatkan bahwa

warga Desa Karanggedang dikategorikan sebagai masyarakat berkembang

dengan masyarakat mayoritas bekerja dari pagi sampai sore hari dengan jenis

pekerjaan bervariasi, dari PNS, petani, pedagang, wiraswasta maupun buruh.

Sebagian warga mempunyai tingkat pendidikan sekolah dasar, hal ini cukup

berpengaruh dalam hal pengetahuan tentang kesehatan.


Kekuatan dalam melakukan pengkajian adalah adanya dukungan dari

aparat desa, RW dan RT serta respon yang diberikan masyarakat Desa

Karanggedang sangat positif, dibuktikan dengan perhatian, penerimaan dan

kerjasama dari warga terhadap keberadaan mahasiswa dalam proses

pengkajian, sehingga tidak mengalami hambatan serius dalam proses


77

pengkajian. Adapun kelemahannya yaitu terbatasnya waktu pengkajian yang

hanya satu minggu, dan saat pengkajian ada beberapa rumah yang kosong

karena pada saat dikaji pemilik rumah sedang bekerja atau sedang ada

kepentingan lain di luar rumah, sehingga pengkajian dilakukan keesokan

harinya. Sedangkan sebagian kecil masyarakat ada masyarakat yang kurang

terbuka pada saat dilakukan pengkajian, hal ini merupakan ancaman saat

dilakukan pengkajian.

1. Ibu Hamil

Masalah kesehatan ibu hamil terdapat karena 5 ibu hamil yang

mengalami kehamilan dengan kondisi beresiko. Kurangnya tindakan

promotif demi meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai perawatan

prenatal dan postpartum. Selain itu, pengetahuan ibu hamil mengenai

kehamilan resti juga masih kurang.


Data pengkajian menemukan bahwa, penggunaan KB hanya 46%,
Kegiatan-kegiatan guna mengatasi masalah di KIA-KB diantaranya

adalah prevensi primer yaitu pendidikan kesehatan tentang gizi ibu hamil

dan kehamilan resiko tinggi, kemudian sebagai upaya untuk menurunkan

resiko yaitu dilakukan tindakan prevensi sekunder dengan

mengidentifikasi kehamilan resiko tinggi dan pendidikan kesehatan

mengenai perawatan prenatal.

2. Bayi dan Balita


Masalah kesehatan bayi dan balita menjadi masalah berikutnya

karena terdapat 3 balita dengan BB dibawah garis kuning. Kurangnya

perhatian ibu tentang gizi seimbang balita. Kegiatan-kegiatan guna

mengatasi masalah di bayi dan balita diantaranya adalah prevensi primer


78

yaitu pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang dan gizi kurang balita,

kemudian sebagai upaya untuk menurunkan resiko yaitu dilakukan

tindakan prevensi sekunder dengan contoh makanan sehat bagi balita.

Upaya terakhir sebagai prevensi tersier adalah terus memotivasi ibu untuk

menimbang bayinya diposyandu untuk memantau perkembangan dan

pertumbuhannya.
3. Lansia
Kesehatan lansia merupakan prioritas masalah berikutnya. Penyakit

yang diderita lansiapun berbagai macam diakibatkan penurunan fungsi

organ pada lansia. Oleh karena itu, diadakan Posyandu Lansia sebagai

tindakan preventif primer, sekunder dan tersier.


Masalah umum kesehatan lansia adalah mayoritas mempunyai

tekanan darah yang tinggi. Oleh karena itu, sebagai prevensi primer telah

dilakukan pendidikan kesehatan penyakit Hiperteni dengan jumlah

peserta hadir sebesar 51 peserta.


Kemudian, sebagai prevensi sekunder telah diadakan skrining

kesehatan untuk mengukur tanda-tanda vital termasuk kadar asam urat

dan gula darah erta cek body fit peserta, untuk menanggulangi penyakit

hipertensi lansia maka diadakan senam lansia yang telah di hadiri oleh

seluruh peserta. Sebagai tindakan prevensi tersier rujukan merupakan

tindakan bagi lansia dengan gangguan kesehatan yang perlu

mendapatkan tindakan dari profesional kesehatan.


4. Usaha Kesehatan Sekolah

Usaha Kesehatan Sekolah merupakan bagian dari tindakan

promotif untuk meningkatkan kesehatan para siswa Sekolah Dasar

khususnya di SDN Karanggedang. Di SDN Karanggedang terjadi


79

penurunan perilaku kesehatan yang muncul sebagai akibat dari

banyaknya jumlah siswa yang jajan diluar sekolah, kurangnya kesadaran

perilaku hidup bersih dan sehat disekolah.

Tindakan promotif sebagai upaya untuk meningkatkan program

UKS agar supaya siswa tidak lagi mengkonsumsi jajan tidak sehat adalah

mengedukasi para siswa tentang pengetahuan diet yang disarankan yaitu

mengkonsumsi jajan sehat, PHBS, gosok gigi.

Penyuluhan ini dihadiri oleh seluruh siswa kelas 4, 5 dan 6. Hasil

dari penyuluhan tersebut saat ini masih belum dirasakan artinya masih

belum adanya perubahan perilaku mengenai jajan sehat.

5. Dewasa dan Remaja


Perilaku kesehatan yang cenderung beresiko dalam kaitannya

dengan kesehatan umum dapat dilihat dari banyaknya remaja yang

mengkonsumi narkoba. Oleh karena itu, upaya untuk menekan jumlah

penyalahgunaan narkoba diadakanlah penyuluhan tentang bahaya NAPZA

dan Free ex Educations.


Pada kelompok dewasa kaitannya dengan kesehatan diri sendiri

dan remaja dilakukan penyuluhan SADARI dan dampak pernikahan dini.


Kekuatan dalam melakukan pengkajian adalah adanya kerjasama

antara kelompok dalam melakukan pengambilan data, dukungan dari

aparat desa, RW dan RT serta respon yang diberikan masyarakat Desa

Karanggedang sangat positif, dibuktikan dengan perhatian, penerimaan

dan kerjasama dari warga terhadap keberadaan mahasiswa dalam proses

pengkajian, sehingga tidak mengalami hambatan serius dalam proses

pengkajian. Adapun kelemahannya yaitu terbatasnya waktu pengkajian


80

yang hanya satu minggu, dan saat pengkajian ada beberapa rumah yang

kosong karena pada saat dikaji pemilik rumah sedang bekerja atau sedang

ada kepentingan lain di luar rumah, sehingga pengkajian dilakukan

keesokan harinya. Sedangkan sebagian kecil masyarakat ada masyarakat

yang kurang terbuka pada saat dilakukan pengkajian, hal ini merupakan

ancaman saat dilakukan pengkajian.


6. Lingkungan
Hasil wawancara di masyarakat dengan sampel 160 KK

ditemukan masalah kebersihan lingkungan, sebagian besar masyarakat

jarang melakukan kerja bakti. Kerja bakti dilakukan hanya saat mendekati

hari-hari besar nasional atau hari kemerdekaan. Hasil survey 160 KK,

terdapat 25% yang belum memiliki jamban. Kurangnya kesadaran

masyarakat menjaga kebersihan lingkungan baik dari lingkungan sekitar

rumah, dan pembuangan limbah sampah.

Tindakan promotif sebagai upaya untuk meningkatkan program

lingkungan agar supaya masyarakat tidak lagi membuang sampah

sembarangan dan memiliki kemauan untuk memasang jamban serta

tidakBAB sembarangn adalah mengedukasi warga tentang PHBS yaitu

pengelolaan sampah dan jamban sehat.

B. Diagnose Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian, data yang didapat selanjutnya di tabulasi

dan dianalisa untuk menentukan masalah di warga masyarakat Desa


81

Karanggedang Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga, dan dirumuskan

beberapa diagnosa keperawatan.


Dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang spesifik sebagai

sumber kekuatan yaitu adanya kerjasama yang baik antar anggota dalam

kelompok, adanya kemauan besar untuk menyelesaikan perumusan masalah

tepat waktu. Akan tetapi secara garis besar ditemukan beberapa hambatan

diantaranya terbatasnya waktu dalam melakukan tabulasi data dan saat

dianalisa untuk menentukan masalah di warga masyarakat Desa

Karanggedang Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga serta tebatasnya

pengalaman mahasiswa dalam melakukan pembobotan prioritas masalah.

Tetapi disamping itu semua, adanya dukungan dan bimbingan yang cukup

intensif dari pembimbing akademik dalam melakukan tabulasi, analisa dan

perumusan masalah serta adanya literature yang memadai dalam menegakkan

diagnosa keperawatan. Adanya tenggang waktu yang sempit dalam

menegakkan diagnosa keperawatan merupakan ancaman yang cukup dalam

ketepatan menentukan diagnose keperawatan dan prioritas masalah.


Domain 1 : Promosi Kesehatan, Kelas 2 : Manajemen Kesehatan, Diagnosa :
Defisiensi Kesehatan Komunitas (00215) dimanifetasikan dengan saat
wawancara di masyarakat dengan sampel 160 KK ditemukan masalah
kebersihan lingkungan, sebagian besar masyarakat jarang melakukan kerja
bakti. Kerja bakti dilakukan hanya saat mendekati hari-hari besar nasional atau
hari kemerdekaan. Hasil survey 160 KK, terdapat 25% yang belum memiliki
jamban. Kurangnya kesadaran masyarakat menjaga kebersihan lingkungan
baik dari lingkungan sekitar rumah, dan pembuangan limbah sampah.
Ditunjang hasil data pengkajian mayoritas warga membuang sampah di lubang
sampah sebanyak 58,2%. Untuk persentase tempat penampungan sampah
terbuka/halaman sebesar 24,4%, di selokan/sungai sebanyak 13,2%, di dalam
82

bak sampah sebanyak 1,9%, lain-lain sebanyak 2,5%. Jarak penampungan


sampah dengan sumber air minum mayoritas < 10m sebanyak 44,4%, berjarak
10m 40,6%, > 10m sebanyak 14,4%. Dari kepemilikan ternak didapatkan
sebesar 38,2% dan yang tidak memiliki ternak sebesar 61,9%. Jenis
pemeliharaan ternak mayoritas ternak unggas sebesar 28,2%, kambing sebesar
8,8%, sapi sebesar 1,3%. Data kebersihan kandang mayoritas cukup sebesar
26,9%, bersih sebesar 6,90%, kurang sebesar 4,40%.
Domain 1 : Promosi Kesehatan, Kelas 2 : Manajemen Kesehatan, Diagnosa :

Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan Diri (00162) dimanifestasikan

dengan hasil wawancara Berdasarkan hasil wawancara dengan kader KIA

Desa Karanggedang diperoleh bahwa sebagian besar bayi dan balita rajin

datang ke posyandu, namun terdapat 3 balita dengan perhatian khusus. Banyak

PUS yang sudah mengikuti program KB, jumlah akseptor KB sebagian

menggunakan KB suntik 549 orang (56.5%), akseptor implan sebanyak 122

orang (12.5%), akseptor IUD sebanyak 117 orang (12%), akseptor kondom

sebanyak 59 orang (6.07%), akseptor MOW sebanyak 55 orang (5.7%).

Terdapat 5 ibu hamil dengan risiko tinggi yaitu usia >35 tahun, KEK, paritas

banyak, jarak kehamilan >10 tahun. Hasil wawancara dengan warga Desa

Karanggedang, hasil wawancara dengan guru di SD, belum pernah dilakukan

penyuluhan tentang jajanan sehat, cuci tangan dan gosok gigi. Orang tua siswa

belum paham tentang jajanan sehat pada anak anak.

Domain 1 : Promosi Kesehatan, Kelas 2 : Manajemen Kesehatan, Diagnosa :

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (Lingkungan dan lansia) (00099)

dimanifetasikan dengan Berdasarkan wawancara dengan Kadus, di

Karanggedang dan survey terdapat 42 lansia (7,6%) dengan rata-rata keluhan


83

yang dirasakan adalah nyeri punggung/pinggang (26,19%), Terdapat 5

posyandu di desa karanggedang Lansia dengan keluhan pegal linu (21,4%).

Tidak rutin mengikuti posyandu (73,8%). Berdasarkan hasil Winshield survey

diwilayah desa karanggedang terdapat 7,6 % lansia. Sebanyak 9,5% menderita

hipertensi, nyeri punggung/pinggang (26,19%) dan pegal linu (21,4%), Hasil

wawancara dengan Kepala Desa dan Kepala Dusun bahwa di Karanggedang

masih banyak pernikahan dini, dan perilaku merokok.

C. Perencanaan

Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan

diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya

kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan

dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah

(Mubarak, 2005).
Setelah dilakukan pengkajian dan dirumuskan diagnosa keperawatan

yang spesifik di warga masyarakat Desa Karanggedang Kecamatan Bukateja

Kabupaten Purbalingga, maka langkah selanjutnya perlu dicarikan problem

solving dari perumusan tersebut dengan perencanaan yang tepat.


Dalam membuat rencana keperawatan dalam upaya mengatasi masalah-

masalah keperawatan yang ada sebagai sumber kekuatan yaitu adanya

kerjasama yang baik antara mahasiswa Ners Universitas Muhammadiyah

Purwokerto dengan aparat pemerintah desa, RW, RT, Bidan Desa, Puskesmas

Kutawis, SD, tokoh masyarakat dan tokoh agama serta masyarakat Desa

Karanggedang Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga. Hambatannya


84

adalah kurangnya waktu dan kesiapan dalam proses perencanaan. Akan tetapi

bimbingan dari pembimbing akademik yang cukup intensif serta keinginan

dari masyarakat Desa Karanggedang Kecamatan Bukateja Kabupaten

Purbalingga untuk menyelesaikan permasalahan yang ada merupakan peluang

yang sangat besar untuk mengadakan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

guna menyepakati rencana kerja untuk mengatasi masalah-masalah

keperawatan yang ada di wilayah Desa Karanggedang Kecamatan Bukateja

Kabupaten Purbalingga. Ancaman yang muncul yaitu masalah-masalah

kesehatan akan tidak teratasi bila tidak ada dukungan yang berkesinambungan

dari aparat pemerintah desa, RW, RT, Bidan Desa Puskesmas Kutawis, SD,

tokoh masyarakat dan tokoh agama dan masyarakat Desa Karanggedang

Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga tehadap proses perencanaan.


Dalam Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) 1 yang diselenggarakan di

aula balai desa Karanggedang yang dilaksanakan tanggal 5 Juli 2018, dari

ketiga masalah tersebut dilakukan penganalisaan bersama masyarakat dan

mahasiswa dan didapatkan beberapa kesepakatan perencanaan tindakan untuk

masalah kesehatan tersebut dengan membentuk Kelompok Kerja Kesehatan

(POKJAKES) yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat. POKJAKES

inilah yang bertanggung jawab dalam kegiatan mengatasi masalah kesehatan

yang ada di warga masyarakat Desa Karanggedang Kecamatan Bukateja

Kabupaten Purbalingga dengan dilandasi komitmen bersama yang dituangkan

dalam Rencana Kegiatan Praktik Keperawatan Komunitas.


Berlandaskan komitmen bersama antara warga dengan mahasiswa dalam

mengatasi masalah kesehatan disusunlah Planning of Action (POA) yang


85

disusun untuk memberikan arahan bagi perencanaan, intervensi, dan evaluasi

program untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada. POA yang disusun

menyesuaikan kegiatan – kegiatan yang ada dimasyarakat seperti kegiatan

pertemuan rutin desa, RT dan kegiatan sosial warga lainnya dalam bentuk

penyuluhan. Hal ini untuk menyesuaikan dengan budaya setempat dan

menghemat biaya. Hal ini sesuai dengan teori yang ada, yang menyebutkan

bahwa penyesuaian POA mengutamakan rencana kegiatan yang

menggunakan metode yang diterima oleh norma, budaya dan dilakukan di

lokasi dengan biaya yang terjangkau oleh komunitas

D. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan

yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhan keperawatan

harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan

pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005).

Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah

direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu bantuan untuk mengatasi

masalah gangguan penyakit, mempertahankan kondisi yang seimbang dalam

hal ini perilaku hidup sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan,

mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan

penyakit, advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya

kebutuhan komunitas.
Perencanaan tindakan mulai dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 6 Juli

2018, dengan metode melibatkan masyarakat secara aktif dimotori oleh

POKJAKES untuk melaksanakan rencana yang telah disusun bersama.


86

Keterlibatan POKJAKES ini sangat membantu dengan melakukan koordinasi

dan konsolidasi dengan masing – masing RT. Sebagian besar kegiatan

dilaksanakan secara bersama antara mahasiswa, Pokjakes, RT, dan Kader

Kesehatan. Hal ini mengacu pada teori yang menyebutkan bahwa

pelaksanaan kegiatan dalam keperawatan komunitas melibatkan individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat. Hanya pada kegiatan penyuluhan

dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan dari mahasiswa yang ditunjuk.

Secara umum kegiatan yang direncanakan dapat dikatakan seluruhnya

berhasil, penilaian tersebut didapatkan saat evaluasi respon positif dan

antusiasme masyarakat terhadap berbagai kegiatan yang direncanakan.

Kendala yang dihadapi mahasiswa dan POKJAKES adalah:

1. Pokja UKS, Terdapat beberapa siswa yang bermain sendiri sehingga

mengganggu siswa yang lain yang sedang memperhatikan penyampaian

materi.

2. Pokja KIA, Pada ibu hamil, saat penyuluhan terdapat beberapa ibu yang

kurang fokus karena membawa anaknya yang masih balita. Sehingga

penyuluhan sering terhenti menunggu perhatian ibu kembali lagi

mendengarkan materi. Selain itu waktu kunjung ibu yang tidak serentak

bersama sehingga pada beberapa ibu ada yang tidak terpapar materi.

3. Pokja lingkungan, kebiasaan dan kesadaran masyarakat yang sulit

dirubah. Kurangnya lahan untuk membuat lubang sampah dan membuat

jarak septytank agar jauh dari sumber air. Tingkat ekonomi yang masih

rendah menyebabkan kurangnya dana membuat jamban secara mandiri.


87

4. Pokja lansia, ada posyandu lansia di 3 dusun, dari kegiatan pengukuran

tekanan darah, penyuluhan kesehatan tentang rhematik, pola hidup sehat

lansia, hipertensi dan kolesterol. Pada pelaksanaanya penyuluhan menjadi

kurang maksimal karena bersamaan dengan pemeriksaan para lansia.

5. Pokja Dewasa dan Remaja, kegiatannya meliputi penyuluhan kesehatan

tentang dampak pernikahan dini bagi kesehatan, SADARI, bahaya

NAPZA, HIV/AIDS. Kendalanya peserta yang datang tidak sesuai dengan

waktu yang ditentukan sehingga kegiatan mundur 1 jam, Pada saat

penyuluhan adanya remaja yang kurang memperhatikan dan ada remaja

yang masih bicara sendiri.

Masih terdapat sebagian warga Desa Karanggedang Kecamatan Bukateja

Kabupaten Purbalingga yang tidak dapat mengikuti kegiatan, hal ini

dikarenakan kesibukan bekerja. Peluang yang didapat yaitu adanya kerjasama

dengan pihak luar seperti Puskesmas Bukateja dan PI-KRR dalam

melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang jajanan sehat pada anak dan

penyuluhan HIV/AIDsS, NAPZA dan Kesehatan Reproduksi. Dan kerja sama

dengan Bidan desa dalam kegiatan kelas ibu hamil, dan penyuluhan tentang

kehamilan resiko tinggi.

Ancaman dalam melakukan implementasi adalah tidak semua warga

berpartisipasi dalam proses implementasi ini sehingga dikhawatirkan setelah

proses Praktek Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Purwokerto ini

berakhir ada beberapa kegiatan yang tidak dilakukan implementasi secara

berkesinambungan.
88

E. Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan

antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.

Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan

tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan

tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan

atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).


Asuhan keperawatan komunitas telah dilaksanakan di Desa

Karanggedang Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga, sesuai dengan

ketentuan yang diberlakukan. Sebagai pemberi asuhan keperawatan bagi

komunitas di tempat tersebut, segala program dilaksanakan dengan

pemberdayaan secara optimal kepada warga. Program juga dilaksanakan

dengan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait, baik tenaga kesehatan di

areanya dan juga perangkat desa yang berwenang.


Kegiatan evaluasi dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu evaluasi untuk

masing – masing kegiatan dan evaluasi secara keseluruhan yang dilakukan

pada MMD II. Dalam setiap kegiatan dievaluasi dari awal sampai akhir

kegiatan meliputi tujuan kegiatan, metode, waktu pelaksanaan, proses

kegiatan dan jumlah peserta.


Masalah keperawatan yang pertama adalah Ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan (Lingkungan) pada warga Desa Karanggedang.

Penyuluhan yag diberikan yaitu tentang pengolahan sampah. Kekuatan yang

dimiliki adalah antusias para warga dalam menyimak materi yang diberikan,
89

karena menurut mereka materi yang diberikan sangat membantu dan dapat

menambah pengetahuan. Kelemahan yang ada yaitu sulitnya menggerakan

warga untuk menjaga kebersihan lingkungan.


Masalah keperawatan yang kedua yaitu Kesiapan meningkatkan

manajemen kesehatan diri balita, ibu hamil dan lansia. Imlpementasi yang

dilakukan adalah pendidikan kesehatan mengenai penyuluhan gizi seimbang,

gizi kurang dan penanganan balita sakit. Kekuatan yang ditemukan dari

penyuluhan tersebut adalah lokasi penyuluhan berada I balai desa dan masuk

pada kegiatan imunisasi yang dihadiri oleh bidan, kader dan ibu balita.

Kelemahan ibu sering diberi penyuluhan gizi kurang dan gizi seimbang

namun cuma sekilas pada ibu belum tahu cara menangani balita sakit di

rumah dengan benar. Tindaklanjut dari kegiatan ini yaitu ibu mengaplikasikan

apa yang sudah dijelaskan saat penyuluhan, meningkatkan peran aktif kader

untuk memberikan informasi kesehatan sehingga pengetahuan dan kesadaran

para warga meningkat.


Penyuluhan pada ibu hamil, antara lain tentang kehamilan resiko tinggi

dan gizi pada ibu hamil dan adanya senam hamil. Kekuatan yang ditemukan

dari kegiatan tersebut adalah Lokasi penyuluhan berada di posko PKN Ners

UMP di hadiri oleh ibu kader dan ibu hamil yang memiliki resiko tinggi

kehamilan. Kelemahan yaitu saat penyuluhan terdapat beberapa ibu yang

kurang fokus karena membawa anaknya yang masih balita. Sehingga

penyuluhan sering terhenti menunggu perhatian ibu kembali lagi

mendengarkan materi. Selain itu waktu kunjung ibu yang tidak serentak

bersama sehingga pada beberapa ibu ada yang tidak terpapar materi..
90

Tantangan yang dihadapi adalah belum adanya kegiatan serupa yang

dilakukan secara rutin tiap minggu sekali. Tindak lanjut kegiatan dapat dibuat

kelas ibu hamil setiap bulan tentang persiapan kelahiran.


Di sekolah diadakan penyuluhan Penyuluhan kesehatan jajan sehat, ,

penyuluhan PHBS dan gosok gigi di SD pada siswa kelas 4, 5 dan 6.

Penyuluhan tersebut dilakukan di SDN 01 Karanggedang. Kekuatannya yaitu

kerjasama yang baik dari pihak sekolah.. Tindaklanjut kegiatan dari

penyuluhan yang diberikan yaitu anak-anak mampu mengaplikasikan hasil

penyuluhan dalam kehidupan sehari hari.

1. Masalah keperawatan yang ketiga adalah Ketidakefektifan pemeliharaan

kesehatan (Lansia, dewasa, dan remaja) kegiatan yang dilakukan yaitu

Pada kelompok remaja, penyuluhan yang diberikan yaitu tentang NAPZA

dan HIV/AIDS. Kekuatannya yaitu Antusiasme dari remaja itu sendiri

sudah cukup baik. Pelaksanaan kegiatan dibalai desa mengundang seluruh

remaja desa. Tindaklanjut kegiatan yang sudah dilakukan yaitu agar

remaja lebih memperhatikan kesehatan reproduksinya dan segera

melakukan pengobatan jika muncul gangguan pada organ reproduksi.

Penyuluhan pada ibu ibu Kader yaitu tentang dampak pernikahan dini

yang dilaksanakan dibalai desa saat kegiatan Rakor PKK. Kekuatannya yaitu

antusiasme ibu-ibu PKKyang baik,. Ibu-ibu juga diberi penyuluhan tentang

SADARI. Kekuatannya yaitu kegiatan ini dilaksanakan pada kegiatan

kumpulan PKK sehingga peserta yang hadir seluruhnya ibu-ibu.

Kelemahannya yaitu ibu-ibu PKK kurang percaya diri dalam mempraktekan


91

SADARI. Tindaklanjut kegiatan yang sudah dilakukan yaitu ibu ibu mampu

melakukan SADARI di rumah.


Rangkaian kegiatan yang dilakukan di Desa Karanggedang Kecamatan

Bukateja Kabupaten Purbalingga tersebut adalah implementasi dari asuhan

keperawatan untuk warga, yang melibatkan warga, tokoh masyarakat, tokoh

agama, pihak kepengurusan RT/RW, pihak pemerintahan Desa

Karanggedang, kader-kader kesehatan, Bidan Desa, pihak Puskesmas

Kutawis, dan mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Hal ini dimaksudkan

agar program yang telah dilakukan dapat ditetapkan dan berjalan dengan baik

dan berkesinambungan dalam rangka meningkatkan derajat dan kualitas

kesehatan masyarakat Desa Karanggedang Kecamatan Bukateja Kabupaten

Purbalingga, karena program yang disepakati bersama merupakan milik

warga masyarakat dan untuk warga.

Anda mungkin juga menyukai