1502305020
UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
mampuan atau dapat terjadi sangat nyata dan berakibat ketidakmampuan total.
Menurut World Health Organization (WHO) lanjut usia berusia sekitar antara 60
nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, definisi lanjut usia adalah
jaringan. Hal inilah yang mendasari bahwa orang-orang dengan umur kronologis
yang sama belum tentu memiliki penampilan fisik dan mental yang sama (Avelar,
2010).
peningkatan proporsi lansia di dunia dari 7% pada tahun 2020 sampai 23% pada
tahun 2025. Di Indonesia akan terjadi peningkatan jumlah lanjut usia terbesar di
dunia dari 9,77% pada tahun 2010 menjadi 11,34% atau tercatat 28,8 juta jiwa
pada tahun 2020 (Sukowati, 2011). Semakin tingginya usia harapan hidup
semakin tinggi pula masalah kesehatan yang dihadapi. Masalah umum pada lansia
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar serta
manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan
menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai
penyakit degeneratif yang akan menyebabkan para lansia menghadapi akhir hidup
dengan episode terminal yang dramatik. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan
jantung (20%), sesak napas (20%), serta gangguan miksi atau mengompol (10%),
dari sekian banyak gangguan yang mungkin terjadi pada lansia dapat
2009). Secara umum permasalahan yang terjadi pada lansia adalah perubahan
fungsional otot yaitu terjadi penurunan kekuatan kontraksi otot, elastisitas dan
fleksibilitas otot, penurunan fungsi proprioseptif serta kecepatan, gangguan sistem
Biasanya bila suatu negara semakin maju, akan terjadi pergeseran struktur
golongan orang berusia muda semakin turun. Hal ini terjadi diperkirakan karena
adanya tingkat kemakmuran, dan angka harapan hidup semakin tinggi, sedangkan
angka kematian bayi dan anak rendah serta angka kelahiran pun turun (Kutner,
M.H, 2004).
suatu gerakan yang tepat dari sendi secara keseluruhan tanpa terjadi pengurangan
serta lingkup gerak sendi yang bebas nyeri. Menurut (Pudjiastuti, 2003) pada usia
semaksimal mungkin sehingga tubuh dapat bergerak dengan ROM yang maksimal
memperoleh gerakan pada manusia. Salah satu otot yang memegang peranan
penting dalam aktivitas adalah otot hamstring. Fungsi otot hamstring sebagai
efektor masuk ke dalam fase terminal swing pada otot-otot sebelah anterior ankle
tetap aktif untuk mempertahankan ankle dalam posisi netral selama subphase
terminal swing. Tugas utama dari sistem efektor sendiri adalah mempertahankan
keseimbangan gerakan yang dilakukan oleh suatu kelompok sendi dan otot dari
1. Rumusan Masalah
2. Apakah terdapat pengaruh fleksibilitas otot hamstring terhadap kecepatan
3. Tujuan Penelitian
Denpasar.
selanjutnya.
1.4.2 Manfaat praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
Lansia Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses
penuaan. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh
terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada
sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan
dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada
umumnya pengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh
(middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun. Lanjut usia (elderly) antara usia 60
sampai 74 tahun. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun. Usia sangat
Penuaan adalah proses alamiah yang akan dialami oleh semua manusia
yang ditandai dengan penurunan kapasitas dan fungsi jaringan tubuh. Penurunan
ini terjadi karena proses degenerasi yang terjadi lebih besar dari pada proses
regenerasi. Dampak yang dihasilkan oleh proses ini akan mengenai seluruh
jaringan tubuh sehingga lansia sangat rentan menderita suatu penyakit. Proses
lanjut usia secara umum ditandai dengan adanya kemunduran fungsi organ tubuh,
kemunduran yang kerap kali dihadapi oleh usia lanjut lebih dikenal dengan
impaction, iatrogenic, insomnia, dan impairment artinya pada lanjut usia akan
menyendiri, gangguan kencing, penurunan daya tahan, infeksi, susah tidur, dan
permasalahan yang lain. Selain hal tersebut lansia juga mengalami penurunan
Ada dua pandangan tentang definisi lansia yaitu menurut pandangan orang
barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut
usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini
pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun
karena pada umumnya di Indonesia digunakan sebagai usia maksimal kerja dan
kekakuan dan nyeri ketika melakukan suatu kegiatan dan aktivitas keseharian. Hal
ini akan berdampak buruk jika tidak segera mendapatkan penanganan atau latihan
fisik yang dapat menjaga fleksibilitas pada lansia. Latihan yang diberikan juga
terjadi perubahan fungsi otot diafragma, otot toraks menjadi tidak seimbang dan
sehingga ekspansi rongga dada dan kapasitas ventilasi menurun sehingga terjadi
darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya
pengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan
terjadi pada Lansia, diantaranya perubahan komposisi tubuh, otot, tulang dan
gangguan gerak dan fungsi lansia. Lansia mengalami penurunan fungsi jalan,
2002).
Penurunan fungsi yang nyata pada lansia adalah penurunan massa otot
atau atrofi. Penurunan massa otot ini merupakan faktor penting yang
mengakibatkan penurunan kekuatan otot, daya tahan otot. Sembilan puluh koma
sembilan persen lansia yang tinggal di panti atau rumah perawatan mengalami
Penurunan kekuatan otot anggota gerak bawah berhubungan dengan
prinsipnya mencegah terjadinya jatuh pada lansia sangat penting dan lebih utama
Fleksibilitas tergantung pada struktur sendi, otot yang melewati sendi, usia, jenis
kelamin, suhu tubuh, tonus otot, kekuatan otot, kelelahan otot, kelelahan dan
emosi.
Struktur sendi dan jaringan tubuh yang dimaksud dalam hal ini adalah
tulang, otot yang melewati sendi, ligamen, kapsul sendi, dan diskus. Struktur
tulang yang sehat akan mempermudah pergerakan sendi untuk mencapai lingkup
gerak sendi yang maksimal. Massa otot yang terlalu besar juga dapat menghambat
pergerakan sendi.
b. Keadaan psikis
c. Usia
penurunan. Kondisi struktur tulang dan persendian pada usia lanjut akan berubah
degenerasi, erosi dan kalsifikasi pada kartilago serta kapsula sendi, dan penurunan
d. Jenis kelamin
pria. Meski demikian, wanita juga cenderung lebih banyak mengalami masalah
dengan fleksibilitasnya. Ini diakibatkan oleh gaya hidup, daur hidup sebagai
e. Aktivitas olahraga
Aktivitas olahraga merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi
yang lebih baik dibandingkan dengan individu yang tidak pernah melakukan
menjadi kurang baik sehingga otot-otot maupun ligament mudah sekali menjadi
sprain.
mempengaruhi hasil ukur fleksibilitas, yaitu (IMT) Index Massa Tubuh. Index
massa tubuh memiliki korelasi yang kuat dengan lemak dalam tubuh (body
fatness). Penumpukan lemak di bagian tubuh tertentu seperti di daerah perut dan
itu secara biomekanik, berat badan akan mempengaruhi tekanan atau kompresi
pada tulang belakang daerah lumbal ketika melakukan gerakan fleksi ke depan,
(Purnama, 2007).
Chair sit and reach test dapat dilakukan dengan melakukan melemaskan
kedua lutut dan kedua tangan dengan jari tangan lurus ke depan kedua tangan
dijulurkan ke depan secara perlahan-lahan sejauh mungkin sampai menyentuh
ujung kaki. Tes ini dilakukan dua kali secara berturut-turut. Penilaian. Skor
terbaik dari dua kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan cm.
Berikut ini gambar Chair sit and Reach test menurut Jackson & Langford ,
Tujuan dari Chair sit and reach test adalah untuk mengukur lower body
flexibility atau fleksibilitas tubuh bagian bawah atau batang tubuh dan sendi
panggul. Permukaan yang digunakan ialah rata dan alat yang digunakan dalam tes
Hasil yang diperoleh dikonversikan pada tabel 1 untuk pria dan tabel 2 untuk
Chair sit Kurang dari Kurang dari Kurang dari Kurang dari Kurang
and reach -2.5 cm -3.0 cm -3.5 cm -4.0 cm
test
Norma Skor Mentah laki-laki Tes Chair Sit And Reach Test Fleksibilitas Tubuh
Setiap individu mempunyai cara berjalan yang unik yang kadang kala merupakan
ciri khas dari individu yang bersangkutan. Namun meski demikian semua pola
jalan mempunyai kesamaan dasar yang bersifat umum. Pola jalan atau gait cara
langkah, dan kecepatan. Kecepatan berjalan pada lansia berbeda dengan usia
lainnya. Pada lansia terjadi penurunan kecepatan berjalan yang diakibatkan oleh
Hal inilah yang mengakibatkan lansia sering terjatuh pada saat berjalan
dari posisi duduk, berdiri, berjalan dan berlari. Pada posisi berjalan keseimbangan
akan mempertahankan postur agar tetap seimbang sehingga berjalan menjadi lebih
ukuran panjang tungkai yang memiliki peran penting pada saat lansia berjalan.
penopang gerak anggota tubuh bagian atas serta penentu gerakan baik dalam
kecepatan jalan inilah yang ingin diteliti penulis terutama pada lansia, karena
lansia memiliki resiko jatuh yang tinggi saat berjalan. Hal ini penting bagi
praktisi, karena bisa mendeteksi kemungkinan resiko jatuh pada saat berjalan. Ini
juga bisa dipakai acuan untuk merancang lingkungan aktivitas fungsional lansia
saat berjalan pada lansia tindakan preventif bisa dilaksanakan untuk mengurangi
risiko jatuh.
dilakukan 4 Meters Gait Speed Test. 4 MGS merupakan salah satu tes yang
kecepatan berjalan lansia kurang maka akan meningkatkan faktor risiko seperti
penyebab kematian pada orang dewasa yang dianggap tidak memiliki gangguan
a. Alat yang dibutuhkan : tape measure, stopwatch dan tali sebagai tanda
lintasan .
b. Prosedure
menjadi tiga bagian menjadi acceleration zone (1 meter), testing zone (4 meter)
2. Selanjutnya instruksikan subyek untuk berjalan secepat mungkin namun tetap
seaman mungkin.
memasuki testing zone Dan stopwatch di stop ketika subyek akan memasuki
deceleration zone
Penilaian : Peneliti mencatat beberapa waktu yang ditempuh subyek saat berjalan
BAB III
Otot hamstring berfungsi pada gerakan fleksi lutut, extensi hip, external
dan internal rotasi hip. Hamstring merupakan jenis otot tipe I atau tonik, terjadi
Panjang otot hamstring berkaitan dengan fleksibilitas otot, dimana bila otot
mengalami pemendekan maka fleksibilitas otot juga akan menurunkan dan timbul
dan jaringan tubuh, Keadaan psikis, usia, jenis kelamin, Aktivitas olahraga,
terdapat faktor yang juga mempengaruhi hasil ukur fleksibilitas, yaitu Index
3.2 Kerangka Konsep
z
Keterangan
BAB IV
METODE PENELITIAN
penelitian dengan melakukan pengukuran atau observasi hanya satu kali pada satu
titik waktu. Penelitian cross sectional analitik studi yang mempelajari hubungan
antara variabel dengan variabel terikat dengan cara mengamati faktor resiko serta
efek yang terjadi secara bersamaan pada sistem dari suatu populasi dalam suatu
4.3.1. Populasi
diteliti. Variabel tersebut biasa berupa orang, kejadian, perilaku atau sesuatu yang
a. Populasi target pada penelitian ini Lansia wanita dan berumur 60 sampai 64
b. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh lansia wanita dan
4.3.2 Sample
Sampel dalam penelitian ini adalah lansia wanita dan berumur 60 sampai
a. Kriteria inklusi
sampel penelitian dan memenuhi start menjadi sampel kriteria inklusi pada
penelitian ini:
1. Sukarela bersedia untuk menjadi subjek dalam penelitian dari awal sampai
b. Kriteria Eksklusi
Dalam penelitian ini rumus besar yang digunakan adalah rumus menurut
(Sastroasmoro 2012), sesuai dengan rumus besar sampel studi analitik untuk uji
hipotesis.
2
2(Z a +Z β ) s2
Rumus: n= (x1− x2 )2
Keterangan:
n = besar sampel
Zβ =
Nilai Z untuk power (ditetapkan oleh peneliti)
2
2(1,96+2,33) 6,9952
n= 2
(77,23−71,20)
2(18,4041).48,930025
n= 2
(6,03)
1801,02615
n = 36,3609
n = 50 ditambah 20 % menjadi 60
Jadi, besar sampel minimal yang harus diambil adalah sebanyak 60 lansia di Panti
Jadi besar sampel minimal yang harus diambil adalah 60 lansia di panti Werdha
dengan jumlah hasil perhitungan besar sampel yakni dengan teknik simple
hamstring
a. Variabel Kontrol
ada pada tiap-tiap variabel penelitian maka dalam penelitian ini perlu ada
b. Kecepatan berjalan
c. Usia
hingga ulang tahun terakhir. Usia yang digunakan pada penelitian ini
adalah 60-64 tahun yang diketahui dari hasil data yang didapatkan atau
4.6 Instrumen Penelitian
1. Penggaris
2. Kursi
3. Alat tulis
4. Kamera
5. Stopwatch
6. Meteran
7. Prosedur Penelitian
penelitian.
RSUP Sanglah.
4.7.2 Pelaksanaan Penelitian
Test
d. Dokumentasi penelitian
8. Alur Penelitian
4.9 Teknik analysis data
yang diperoleh, peneliti menggunakan beberapa uji statistik. Kemudian data yang
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
antara variabel bebas dan variabel terikat dilakukan uji Spearman's rho.
fleksibilitas otot hamstring terhadap kecepatan berjalan pada lanjut usia di
Denpasar.
Bulan/2019
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
a. Permohonan izin
b. Pembuatan
Informed Consent
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Menentukan
kriteria penelitian
b. Penepatan sampel
c. Pemeriksaan
fleksibilitas otot
hamstring
d. Pemeriksaan
kecepatan
3. Pembuatan Laporan
DAFTAR PUSTAKA
(101-93)
Ibrahim, R.C., Hedison, P. & Herlina, W., 2015. Pengaruh Latihan Peregangan
Http://circ.ahajournals.org/content/11 8/10/1034.full
Kutner, M.H., C.J. Nachtsheim., dan J. Neter. 2004. Applied Linear Regression
Kushariyadi, 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta:
Salemba Medika.
Kuntono Heru, 2011. Nyeri Secara Umum dan Ostheo Arthritis Lutut dari Aspek
Kutner, M.H., C.J. Nachtsheim dan J. Neter. 2004. Applied Linear Regression
Pudjiastuti, S. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: EGC. Hal: 8-11, 22-23,
103, 106
Sukowati, D. 2011. Hubungan Anemia dengan Status Kognitif pada Lanjut Usia
Stanley & Berae 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta:
2005.Gerontolo
dipublikasikan. Program Studi Rehabilitasi Medik Fakultas
Sugiono, Dr., Prof., 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,
Alfabeta, Bandung
Rehabilitasi.
8(1): 38-52.