Disusun Oleh :
Disusun oleh :
1. M. Wayan Nur W (202302040054)
2. Laili Khairunnisa (202302040017)
3. Amelya Putri Arista (202302040019)
4. Indah Mustika (202302040058)
5. Dina Ulya (202302040044)
Mengesahkan
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa yang telah
memberikan rahmat dan Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kami semua. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat baik dan membangun selalu kami harapkan untuk kesempurnaan makalah
ini. Diakhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada anda semua yang telah
berperan didalam meyusun Makalah ini dari awal sampai selesasi . Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan apa yang baik untuk segala usaha
kita. Amin. juga karunia-nya kepada kami, sehingga dapat berhasil menyelesaikan
tugas makalah ini secara tepat pada waktunya yang berjudul “Makalah Seminar
Asuhan Keperawatan Pada Kebutuhan Dasar Mobilisasi Dengan Post Fraktur
Tibia Fibula Dextra Pada Tn. N Di Ruang Ali Rumah Sakit Islam Muhammadiyah
Kendal”
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Ns. Yunita Puspasari,
S.Kep selaku Clinical Instructure Ruang Ali dan Fatimah RSI Muhammadiyah
Kendal dan Dafid Arifiyanto, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.MB selaku dosen pembimbing
akademik yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang selalu setia membantu
proses pembuatan tugas makalah ini. Dalam makalah ini kami banyak membahas
mengenai permasalahan pada pasien dengan Diagnosa Medis Post Fraktur Tibia
Fibula Dextra.
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mobilisasi merupakan kemampuan setiap individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
guna mempertahankan kesehatannya (Wahyudi & Wahid, 2016). Kehilangan
kemampuan untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan
tindakan keperawatan. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian
diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khusunya penyakit
degeneratif dan untuk aktualisasi diri (Wahyudi & Wahid, 2016). Hasil penelitian
Lestari (2014) menyebutkan bahwa mobilisasi dini atau pergerakan yang
dilakukan sesegera mungkin akan berpengaruh pada proses penyembuhan dan
lamanya hari rawat.
Menurut Potter & Perry (2010) mobilisasi dini sangat penting sebagai
tindakan pengembalian secara berangsur angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya.
Dampak mobilisasi yang tidak dilakukan bisa menyebabkan gangguan fungsi
tubuh, aliran darah tersumbat dan peningkatan intensitas nyeri. Mobilisasi dini
mempunyai peranan penting dalam mengurangi rasa nyeri dengan cara. Untuk itu
perawat perlu memberikan informasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang
pentingnya mobilisasi dini pada pasien post operasi fraktur.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Pada
Kebutuhan Dasar Mobilisasi Dengan Post Fraktur Tibia Fibula Dextra Di
Ruang Ali B1 Rumah Sakit Islam Kendal
2. Tujuan Khusus
Bersadarkan tujuan imum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut :
Berdasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut:
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. H dengan Post Fraktur
Tibia Fibula Dextra di Ruang Ali B1 Rumah Sakit Islam Kendal.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. H dengan Post Fraktur
Tibia Fibula Dextra di Ruang Ali B1 Rumah Sakit Islam Kendal.
4
c. Membuat rencana asuhan keperawatan pada Tn. H dengan Post
Fraktur Tibia Fibula Dextra di Ruang Ali B1 Rumah Sakit Islam
Kendal.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada Tn. H dengan Post Fraktur
Tibia Fibula Dextra di Ruang Ali B1 Rumah Sakit Islam Kendal.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. H dengan Post Fraktur
Tibia Fibula Dextra di Ruang Ali B1 Rumah Sakit Islam Kendal.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dan melakukan kegiatan secara mudah, bebas dan
teratur guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik secara
mandiri, dengan bantuan orang lain, maupun hanya dengan bantuan
alat (Wulandari, 2018).
Gangguan mobilitas atau imobilitas merupakan keadaan di mana
seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang
mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya trauma tulang belakang,
cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya
(Wulandari, 2018). Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), gangguan
mobilitas adalah keterbatasan fisik tubuh atau satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri dan terarah.
6
3) Pelindung alat tubuh tertentu
4) Sebagai tempat pembuatan sel-sel darah (sistem
hemopoiesis)
5) Sebagai gudang penyimpanan kalsium dan fosfor
(Purwanto, 2016).
b. Sendi
Klasifikasi sendi secara fungsional ada tiga, yaitu sendi
yang tidak dapat bergerak (sinartrosis), sendi yang gerakannya
minimal (amfiartrosis) dan sendi yang bergerak bebas
(diartrosis). Klasifikasi sendi secara struktural ada dua yaitu;
sendi fibrosa (dihubungankan dengan jaringan fibrosa) seperti
sutura, sindesmosis, gomfosis, sendi kartilago (sendiyang
dihubungkan dengan jaringan kartilago) seperti sinkondrosis,
simfisis, dan sendi sinovial.
Sedangkan berdasarkan tipe gerakkan yang ditimbulkan,
sendi sinovialdapat digolongkan menjadi; sendi datar, sendi
engsel, sendi poros, sendi elipsoid, sendipelanan, dan sendi
peluru (Purwanto, 2016).
c. Ligament, otot, fasia dan tendon
Otot dapat dibedakan berdasarkan lokasi, struktur
mikroskopis dan control persyarafannya. Terdapat tiga jenis
otot yaitu : otot skelet, otot jantung dan otot polos. Secara
makroskopis, otot memiliki bagian-bagian antara lain: 1) Origo,
yaitu tempatperlekatan ujung proksimal pada otot rangka, 2)
Venter (badan otot), yaitu bagian tengah dari otot (di antara
ujung proksimal dan distal), dan 3) Insersio, yaitu
tempatperlekatan ujung distal otot pada rangka (Purwanto,
2016).
Tendon merupakan serabut kolagen yang melekatkan
otot ke tulang. Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh
otot yang berkontraksi ke tulang dan dengan demikian
menggerakkan tulang. Sedangkan fungsi ligamen adalah
7
membatasi pergerakan sendi, karena ligamen adalah taut
fibrosa yang kuat antar tulang, biasanya terletak di sendi
(Purwanto, 2016).
3. Tinjauan Medis
Menurut Tim Pokja DPP PPNI (2017), faktor-faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya gangguan mobilitas fisik, adalah
sebagai berikut :
a. Penurunan kendali otot
c. Kekakuan sendi
d. Kontraktur
e. Gangguan muskoloskeletal
f. Gangguan neuromuskular
diantaranya :
8
d. Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic;
anoksia jaringan.
5. Mekanisme/Proses Kerja
3. Latihan Ambulasi
c. Membantu berjalan
6. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas
b. Riwayat Kesehatan
9
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan (sekarang dan dahulu)
3) Riwayat kesehatan keluarga
c. Pola pengkajian ADL
1) Pola nutrisi
sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
Otot jantung yang bekerja semakin keras dan sering memompa, maka
4) Pola eliminasi
10
d. Pemeriksaan fisik
e. Pemeriksaan penunjang
11
f. Pathway
8. Intervensi Keperawatan
12
Meringis nyeri dirasakan pasien
3) Sikap 6) Identifikasi pengaruh
4) Agar kita dapat
protektif budaya mengurangi faktor-
menurun terhadaprespon nyeri faktor yang dapat
4) Pasien tidak 7) Identifikasi pengaruh memperparah
Kesulitan nyeri pada kualitas
Tidur hidup
nyeri yang
5) TTV ( tekanan 8) Monitor keberhasilan dirasakan oleh
darah, nadi terapi komplementer pasien
pola nafas ) yang sudah diberikan5) Agar kita
6) Nafsu makan 9) Monitor efek mengetahui sejauh
membaik sampingpenggunaan mana pemahaman
analgetik dan pengetahuan
pasien terhadap
Terapeutik : nyeri yang
1) Berikan teknik non dirasakan
farmakologis untuk
6) Karena budaya
mengurangi rasa
nyeri(mis. TENS,
pasien dapat
hipnosis,akupresur, mempengaruhi
dll) bagaimana pasien
2) Kontrol lingkungan mengartikan nyeri
yang memperberat itu sendiri
nyeri (mis. 7) Untuk
suhuruangan, mencegahterjadinya
pencahayaan,kebisinga penurunankualitas
n) hidup daripasien
3) Fasilitasi istirahat itu sendiri
dan tidur
8) Agar
4) Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
kitamengetahui
dalam pemilihan sejauhmana
strategi meredakan kemajuanyang
nyeri dialami
pasiensetelah
Edukasi : dilakukanterapi
1) Jelaskan penyebab, komplementer
periode, dan pemicu 9) Agar ketika
nyeri timbul ciri-ciri
2) Jelaskan strategi abnormal pada
meredakan nyeri
tubuh pasien kita
3) Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
dapat menghentikan
4) Anjurkan pemberian obat
menggunakananalgetik analgetik itu sendiri
secara tepat Terapeutik :
5) Ajarkan teknik 1) Agar pasien juga
nonfarmakologis mengetahuikondisin
untuk mengurangi rasa ya
nyeri danmempermudahp
erawatan
Kolaborasi : 2) Agar dapat
1) Kolaborasi
13
pemberiananalgetik, mengurangi rasa
jika perlu nyeri yang
dirasakan oleh
pasien dengan
menggunakan cara
nonfarmakologis
3) Agar nyeri yang
dirasakan
olehpasien tidak
menjadi lebih buruk
4) Agar kebutuhan
tidur pasien
terpenuhi
5) Agar tindakan
yang akan kita
berikan sesuai
dengan jenisnyeri
dan sumberdari
nyeri itu sendiriserta
dapatmengurangi
rasanyeri yang
dirasakanoleh klien
Edukasi :
1) Agar pasien
dapatmenghindaripe
nyebab dari
nyeriyang dirasakan
2) Agar pasien
dapatmeredakan
nyerisecara
mandiriketika
sudah pulangdari
rumah sakit
3) Agar ketika
nyeriyang dirasakan
klien mulai parah
diadapat
memberitahukeluiar
ga ataubahkan
tenaga medisagar
mendapatpenangana
n segera
4) Agar pasien
dapatmenghilangka
n rasanyeri itu
denganmenggunaka
n obatanalgesik
yangsesuai dengan
14
nyeriyang dirakan
pasien
Kolaborasi :
1) Agar rasa nyeri
yangdirasakan
pasiendapat
dihilangkanatau
dikurang
Gangguan Integritas Kulit Perawatan Integritas Observasi
integritas dan Jaringan Kulit(I.11353) 1) Untuk
kulit/ (L.14125) mengetahuipenyebe
jaringan Observasi ab darikerusakan
b.d Setelah dilakukan 1) Identifikasi penyebab kulitsehinga
prosedur tindakan gangguan integritas
invasive. keperawatan kulit (mis. Perubahan
dapatmenentukantin
selama 3x24 jam sirkulasi, perubahan dakan selanjutnya
maka integritas status nutrisi,
kulit dan jaringan penurunankelembaban, Terapeutik
meningkat dengan suhulingkungan 1)Tidur pada posisi
kriteria hasil: ekstream,penurunan yang sama dalam
a) Kerusakan mobilitas) jangka yang lama
jaringan dapat memperburuk
menurun Terapeutik kondisi jaringan
b) Kerusakan 1) Ubah posisi tiap kulit pasien
lapisan kulit 2jam jika tirah baring 2) Untuk mengurangi
menurun 2) Lakukan pemijatan
c) Nyeri pada area penonjolan
ketegangan otot
menurun tulang, jika perlu pada area
d) Perdarahan 3) Gunakan penonjolan
menurun produkberbahan 3)Untuk melembabkan
e) Kemerahan petroleumatau kulit yang kering
menurun minyak padakulit karena
kering petroleumjelly
4) Gunakan mengandung bahan
produkberbahanringan/ yang melembabkan
alami danhipoalergik kulit
pada kulitsensitive
4)Untuk meminimalisir
5) Hindari produk
berbahan dasar
terjadinya alergi
alcohol pada kulit yang dapa
kering tmemperburuk
kondisi pasien
Edukasi 5)Alcohol dapat
1) Anjurkan menggunakan membuat kulit
pelembab (mis.lotion, menjadi kering
serum) sehingga
2) Anjurkan minum
airyang cukup Edukasi
3) Anjurkan meningkatkan
1) Untuk
asupan nutrisi
4) Anjurkan menghindari
melembabkan kulit
terpapar suhu ekstream 2) Agar pasien tidak
15
dehidrasi dan
kulit tidak kerin
3) Agar asupan
nutrisipasien
terpenuhi dan
jaringan kulit pasien
perlahan membaik
4) Agar tidak
kelembapan kulit
pasien terjaga
karena cuaca
ekstrem dapat
memperburuk
kondisi kulit
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Riwayat keperawatan
Tanggal masuk : 14 Oktober 2023
Jam masuk : 18.00 WIB
No. register : 362xxx
Ruang/Kamar : Ali – LB1
Tanggal pengkajian : 16 Oktober 2023
Jam pengkajian : 08.30 WIB
Diagnosis medis : Fraktur Tibia Fibula Dextra
1. Biodata
a. Biodata klien
Nama : Tn. H
Umur : 45 th
Agama : Islam
Status perkawinan: Menikah
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Supir
Alamat : Sragen
17
weleri pada tanggal 14 oktober 2023, pasien mengatakan
patah tulang pada kedua kakinya dan merasakan nyeri
kemudian pasien dibawa ke RSI Kendal dan dilakukkan
operasi, kemudian klien dipindahkan ke ruang Ali B1.
V V V V
V V
Keterangan :
: Perempuan
: Laki – laki
: Hubungan keluarga
: Pasien
: Tinggal satu rumah
V : Meninggal
18
1.7. Prosedur bedah
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah
melakukan tindakan operasi atau pembedahan.
1.9. Imunisasi
-
1.10. Alergi
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki
riwayat alergi obat, makanan atau minuman.
19
BAK Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi 3-5x/hari 3x sehari
Jumlah - -
Waarna Kuning -
Konsistensi Khas urine -
Pola Persepsi
Palliative Saat bergerak
Quality Seperti ditusuk – tusuk
Region Kaki kanan
Skala 5
Time Hilang timbull
Ekspresi Wajah Pasien tampak meringis disertai kerutan
dahi
Pola Kognitif
Pasien mengatakan sekarang sudah mulai paham dan
mencoba untuk menjaga kesehatannya terutama saat
beraktivitas dan bekerja
20
8. Riwayat keperawatan untuk pola peran/hubungan
Pasien mengatakan dirinya berperan sebagai ayah, kepala
keluarga dan bekerja sebagai sopir. pasien sering
berkomunikasi rekan se profesi dan juga tetangga sekitar.
Sebelum sakit
Tidur siang : 1-2 jam
Tidur malam : 7-8 jam
3. Pemeriksaan Fisik
a. Parameter Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,7 oC
Nadi : 110 x/mnt
Rr : 20 x/mnt
BB sebelum sakit : - kg
BB selama sakit : tidak terkaji
TB/PB :-
21
b. Head to Toe (Kepala ke Kaki)
22
Palpasi : Iktus kordis teraba hangat
Perkusi : Basic jantung berada di ICS II dari
lateral media lines, apeks jantung berada
di ICS V dari linea midklavikula sinistra
Abdomen / Perut
Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi
Auskultasi : Bising usus 5 x/menit
Palpasi : Tidak ada pembengkakan
Perkusi : Terdengar suara timpani
Genetalia dan Anus
Inspeksi : Terpasang kateter
Palpasi : -
Ekstremitas
Atas : Terpasang infus di tangan kanan,
kekuatan otot 5/5
Bawah : Terdapat luka operasi (post orif) yang
terpasang pen ekternal pada kaki kanan,
terpasang drain pada luka operasi kaki
kanan kekuatan otot 5/3
Kulit
Inspeksi : Terdapat bekas luka dan lebam di
beberapa bagian
Palpasi : Akral teraba hangat, turgor kulit baik
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Nama Test Flag Hasil Satuan Nilai Rujuakan
13/10/2023
HEMATOLOGI DARAH LENGKAP
Hemoglobin 14.1 g/dL 11.7-15.5
Hematokrit 40.5 % 37 - 43
Leokosit H 12.460 /mm3 4.000-11.000
Trombosit 217.000 /mm3 150.000 – 450.000
Eritrosit 4.65 Juta/uL 4.2 – 5.4
INDEX ERITROSIT
MCV 87.0 Fl 80 – 97
MCH 30.2 Pg 26 – 34
MCHC 34.7 g/dL 31 – 36
RDW 12 % 10.0 – 15.0
MPV 8.2 fL 7.0 – 11.0
Hitung Jenis (DIFF)
Eosinofil L 0 % 2–4
Basophil 0 % 0–1
Limfosit L 9 % 20 – 40
Monosit 8 % 2–8
23
Netrofil Batang 5 % 3–5
Netrofil Segmen H 78 % 50 – 70
Koagulasi
PPT 16.7 detik 12 - 19
APTTb. R 31 Detik 27 - 42
o Imunologi
n
HBsAg Kualitatif Negative Negative
HIV t Non – reaktif Non – reaktif
g Kimia Klinik
e
Glukosa Darah 126 Mg/dl 75 – 200
Sewaktu n
Ureum 29.86 Mg/dl 10 – 50
Creatinine 1.06 Mg/dl 0.5 – 1.2
Kalium 3.65 mEq/L 3.50 – 5.50
Natrium 144.43 mEq/L 135.00 – 145.00
Chlorida L 95.73 Mmol/L 98.00 – 108.00
Tanggal Hasil
14 / 10 / X-Foto Cruris Kanan AP / Lateral (post Op)
23
Tampak terpasang fiksasi interna pada os fibula
kakan, kedudukan baik
Tampak terpasang fiksasi eksterna pada distal os
tibia kanan, kedudukan baik
Celah fraktur pada 1/3 distal os tibia fibula kanan
dengan aposisi dan aligment relative baik
Sela sendi baik. Tak tampak penyempitan,
dislokasi maupun subluksasi
Tak tampak soft tissue swelling maupun lusensi
soft tissue
c. CT-Scan : -
d. USG : -
e. Dan lain-lain
5. Terapi
24
hingga kelamin.
Dexketoprofen 2 x 25 mg mengatasi gejala intensitas nyeri
akut, pada keadaan dimana
pemberian peroral tidak
memungkinkan seperti nyeri pasca
operasi.
Ceftriaxon 2 x 1 gr membunuh dan menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab
infeksi di dalam tubuh
Infus RL 20 tpm mempertahankan hidrasi pada pasien
rawat inap yang tidak dapat menahan
cairan
Yang mengkaji
25
II. PENGELOMPOKAN DATA
A. Data Subjektif (DS)
1. Pasien menhatakan nyeri pada kaki kanan luka post operasi hari
ke-2
Pengkajian Nyeri
P : Saat bergerak
Q : Seperti di tusuk – tusuk
R : Kaki kanan
S :5
T : Hilang timbul
2. Pasien mengatakan kaki kananya di operasi
3. Pasien mengatakan kaki nya terpasang alat
4. pasien mengatakan kaki kiri belum bisa di gerakkan secara
maksimal dan kaki kanan terpasang alat di luar setelah operasi
5. pasien mengatakan aktifitasnya di bantu keluarga
6. pasien mengatakan masih nyeri pada kakinya
26
III. ANALISIS DATA
27
3. Subjectif : Gangguan Gangguan
a. pasien mengatakan kaki mobilitas fisik muskoleskeletal
kiri belum bisa di gerakkan (D.0054)
secara maksimal dan kaki
kanan terpasang alat di luar
setelah operasi
b. pasien mengatakan
aktifitasnya di bantu
keluarga
c. pasien mengatakan masih
nyeri pada kakinya
d.
Objektif :
a. Pasien berbaring di
tempat tidur
b. E 4 M 5 V 6
c. Kekuatan otot
5 5
3 5
28
V. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Tn. H
No. Register : 3620XX
Umur : 45 tahun
Diagnosis Medis : Post Fraktur Tibia Fibula Dextra
Tgl/ Diagnosis Tujuan dan
No Intervensi Rasional Paraf
Jam Keperawatan Kriteria
Hasil
1 16 Nyeri akut b.d (L.08066) Manajemen nyeri. Observasi:
oktober agen pencedera Setelah SIKI (1.08238) 1. Untuk memonitor
2023 fisik dilakukan Observasi: nyeri
(prosedur Tindakan 1. Identifikasi 2. Untuk memonitor
pembedahan) keperawatan lokasi. nyeri
selama 3x24 karakteristik, 3. Untuk mengetahui
jam diharapkan durasi, frekuensi, akibat nyeri pada
tingkat nyeri kualitas, kualitas hidup
menurun intensitas nyeri pasien
dengan criteria 2. Identifikasi skala 4. Untuk mengetahui
hasil: nyeri. faktor penyebab
a. Keluhan 3. Identifikasi nyeri
nyeri respons nyeri non 5. Untuk mengetahui
menurun verbal pengetahuan
dari skala 4. Identifikasi faktor pasien
5 menjadi yang 6. Untuk pengetajhui
2 memperberat dan pengaruh nyeri
b. Meringis memperingan 7. Untuk memonitor
kesakitan nyeri efek samping obat
menurun 5. Identifikasi
c. Gelisah pengetahuan dan Terapeutik:
menurun keyakinan tentang 1. Untuk
d. Kemampu nyeri memberikan rasa
an 6. Identifikasi nyaman
menuntas pengaruh nyeri 2. Untuk mengontrol
kan terhadap kualitas nyeri
aktifitas hidup 3. Untuk mengurangi
menurun Monitor efek rasa nyeri
samping
penggunaan Edukasi
analgetik 1. Agar pasien
mengetaui
Terapeutik: penyebab nyeri
1. Berikan teknik 2. Agar pasien
nonfarmakologis meredakan nyeri
(teknik relaksasi secara mandiri
nafas dalam) 3. Untuk mengetahui
2. Kontrol tingkat nyeri
lingkungan yang secara mandiri
memperberat rasa 4. Untuk meredakan
29
nyeri nyeri
3. Fasilitasi istirahat Kolaborasi:
dan tidur 1. Untuk mengurangi
rasa nyeri
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab,
periode, pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyeri
secara
mandirilender
kurang dari 15
detik
4. Ajarkan Teknik
relaksasi non
farmakologis
30
2 16 Resiko infeksi Setelah I.14137 Observasi:
oktober b.d prosedur dilakukan Observasi : 1. Untuk mmemantau
2023 invasive Tindakan 1. monitor tanda gejala infeksi
keperawatan gejala local dan
selama 3 x 24 sistemik Terapeutik:
jam diharapkan 1. Untuk proses
tingkat infeksi Terapeutik penyembuhan
menurun kriteria 1. batasi jumlah 2. Untuk proses
hasil : pengunjung penyembuhan
1. Nyeri 2. berikan perawatan 3. Untuk menghindari
menurun kulit pada area timbul bakteri baru
2. kebersihan edema 4. Untuk mengurangi
badan 3. cuci tangan munculnya bakteri
meningkat sebelum dan baru
3. kemerahan sesudah kontak
dan bengkak dnegan pasien Edukasi:
menurun 4. pertahankan 1. Untuk
Teknik aseptic memberikan
pada pasien pemahaman
dnegan resiko 2. Untuk menjaga
tinggi penularan bakteri
virus
Edukasi 3. Untuk
1. jelaskan tanda dan mengfurangi
gejala infeksi penularan virus
2. ajarkan cara cuci bakteri
tangan yang benar 4. Untuk menjaga
3. ajarkan etika batuk kestabilan tubuh
4. ajarkan cara 5. Untuk menjaga
memriksa kondisi kestabilan tubuh
luka atau luka
operasi
5. anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
6. anjurkan
meningkatan
asupan cairan
31
3. 16 Gangguan Setelah Observasi: Observasi:
oktober mobilitas fisik dilakukan 4. Identifikasi adanya 1. Untuk mengkaji
2023 b.d gangguan Tindakan nyeri atau keluhan keluhan pasien
muskuloskeletal keperawatan fisik lainnya 2. Untuk mengetahui
selama 3 x 24 5. Identifikasi tileransi tingkat ambulasi
jam diharapkan fisik melakukan pasien
mobilitas fisik ambulasi 3. Untuk memonitor
meningkat 6. Monitor KU selama keadaan pasien
dengan kriteria melakukan ambulasi
hasil Terapeutik:
1. Pergerakan Terapeutik: 1. Untuk
ekstremitas 3. Fasilitasi ambulasi memberikan rasa
meningkat dengan alat bantu aman dan nyaman
2. Kekuatan 4. Fasilitasi 2. Untuk
otot melakukan memberikan rasa
meningkat mobilisasi libatkan aman dan nyaman
3. Gerakan keluarga dalam 3. Untuk
terbatas membantu pasien mempermudah
menurun meningkatkan pasien dalam
ambulasi ambulasi
Edukasi: Edukasi:
4. Jelaskan tujuan dan 1. Untuk
prosedur ambulasi memberikan
5. Anjurkan pengetahuan
melakukan ambulasi tentang ambulasi
dini pada pasien
6. Ajarkan ambulasi 2. Untuk mencegah
sederhana yang kekakuan sendi
harus di lakukan 3. Untuk melatih otot
supaya tidak kaku
32
VI. CATATAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. H
No. Register : 3620XX
Umur : 45 tahun
Diagnosa Medis : Post Fraktur Tibia Fibula Dextra
Mengkolaborasi S: -
pemberian analgetic (inj.
08.30 O: obat tampak masuk
dexketoprofen 25 mg/ml)
lewat selang infus
- S: 36ºC
- N: 87x/mnt
- SPO2: 98%
- Rr: 20x/mnt
33
Mengajarkan teknik S: Pasien mengatakan
relaksasi nafas dalam
13.00 paham dengan apa yang
diajarkan
O: Pasien tampak
melakukan Teknik napas
dalam
16 II Mengkolaborasi S: -
oktober pemberikan antibiotic
O: Obat tampak masuk
2023 (injeksi analgetic
08.00 Cefazoline 1gr) lewat infus
34
ada rembesan.
- Kaki kanan
terdapat perban
35
09.00 Monitor KU selama S : pasien mengatakan
melakukkan ambulasi
masih belum bisa
bergerak
O : pasien tampak
berbaring di tempat tidur
- S: 36ºC
- N: 90x/mnt
- SPO2: 99%
- Rr: 20x/mnt
Mengkolaborasi S: -
08.30 pemberian obat oral O: Pasien tampak minum
(meloxicam 15mg)
obat
36
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Kaki kanan
S: 3
T: hilang timbul
O:Pasien tampak
meringis kesakitan
08.00 Mengkolaborasi S: -
pemberian analgetic
O: Pasien tampak minum
(Injeksi Dexketoprofen
25mg/ml) obat
13.00
Memberikan Teknik non S : pasien mengatakan
farmakologis (Tarik
nyeri berkurang
napas dalam)
P: Saat bergerak
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Kaki kanan
S: 3
T: hilang timbul
O:Pasien tampak
melakukan apa yang
dicontohkan
14.00
Memfasilitasi istirahat S: Pasien mengatakan
dan tidur
mengantuk
O: Pasien tampak akan
tidur
37
09.00 Menganjurkan S: Pasien sudah paham
meningkatkan asupan O: Pasien tampak
nutrisi mengerti
16.00 Mengkolaborasi S: -
pemberian antibiotic O: Obat tampak masuk
(Injeksi Cefazoline 1gr) melalui selang infus
O : pasien tampak
kesakitan
38
11.00 Memonitor TTV S: Pasien mengatakan
badannya lebih segar dan
ingin segera pulang
O: -TD: 120/80 mmHg
- S: 36ºC
- N: 84x/mnt
- SPO2: 99%
- Rr: 20x/mnt
- S: 36ºC
- N: 91x/mnt
- SPO2: 98%
- Rr: 20x/mnt
Mengkolaborasi S: -
06.00 pemberian obat oral O: Pasien tampak minum
(Meloxicam 15mg) obat
S : pasien mengatakan
06.00 Memonitor skala nyeri
nyeri berkurang
P: Saat bergerak
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Kaki kanan
S: 2
T: hilang timbul
O: Pasien tampak segar
S: -
08.00 Memberikan analgetic O: Pasien tampak masuk
ke selang infus
39
(Injk. Dexketoprofen
25mg/ml) S : pasien mengatakan
nyeri berkurang
13.00 P: Saat bergerak
Memberikan Teknik non
Q: Seperti ditusuk-tusuk
farmakologis (Teknik
napas dalam) R: Kaki kanan
S: 2
T: hilang timbul
O: Pasien tampak
melakukan Teknik napas
dalam
40
Melibatkan keluarga S: Keluarga pasien
10.00 untuk membantu pasien mengatakan akan
dalam meningkatkan membantu pasien dalam
ambulasi ambulasi
O: Keluarga pasien
tampak membantu pasien
dalam ambulasi dan
pasien tampak sudah bisa
duduk secara mandiri
41
VII. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn. H
No Register : 3620XX
Umur : 45 tahun
Diagnosa Medis : Post Fraktur Tibia Fibula Dextra
42
10 cm
Kekuatan otot :
5 5
3 5
43
rembesan darah pada perban,
drain sudah dilepas, darah +-
150cc
Kekuatan otot :
5 5
3 5
44
- Monitor TTV
- Identifikasi nyeri,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Berikan teknik non
farmakologis (relaksasi
nafas dalam)
- Kolaborasi pemberian
analgetik
18 Resiko infeksi b.d prosedur S: pasien mengatakan tidak ada
oktober invansif (D.0142) rembesan pada perbannya
2023
21.00 O: luka pasien tampak tidak
WIB ada rembesan darah, tidak ada
pes, kemerahan berkurang dari
pada yang kemarin
5 5
3 5
45
46