Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH ASUHAN KEPERWATAN PADA Tn.

B DENGAN GANGGUAN
MUSKULOSKELETAL FRAKTUR TERTUTUP FIBULA SEPERTIGA
DISTAL SINISTRA DI RUANG KENANGA RSUD TUGUREJO SEMARANG
Dosen Pembimbing :Ns. Chanif, MNS

Disusun oleh :
Kelompok 11

1. Suci Rahayu (G0A017058)


2. Vina Ayu Fitriani (G0A017059)
3. Putri Amalia L.S (G0A017060)
4. Jehan Latifah (G0A017061)
5. Siska Risdayanti (G0A017062)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur pada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-
Nya, makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.B dengan Gangguan
Muskuloskeletal Fraktur Tertutup Fibula Sepertiga Distal Sinistra ” ini dapat
terselesaikan tepat waktu tanpa hambatan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa begitu banyak pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Melalui kesempatan ini, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ns. Chanif, MNS Dosen Pembimbing kami yang telah mengarahkan dan
mendidik kami sehingga kami dapat belajar dan mengetahui ilmu
keperawatan medikal bedah II dan membantu kami menyelesaikan makalah
ini dengan sebaik - baiknya.
2. Siti Muhayanah S.Kep selaku Clinical Instruktur Ruang Kenanga RSUD
Tugurejo Semarang yang telah membimbing dan mengarahkan kami selama
praktik di Ruang Kenanga.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
makalah yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Walaupun kami sudah berusaha sungguh-sungguh dan semaksimal
mungkin, tapi kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca khususnya adik tingkat.

Semarang, 27 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 3
A. Latar belakang masalah ....................................................................................... 3
B. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 3
C. Metode Penulisan .................................................................................................. 4
D. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 4
BAB II KONSEP DASAR ............................................................................................... 6
A. Pengertian ............................................................................................................... 6
B. Jenis-jenis fraktur .................................................................................................... 6
C. Etiologi (NANDA, 2015)........................................................................................ 8
D. Patofisiologi ............................................................................................................ 9
E. Manifestasi klinik................................................................................................. 10
F. Komplikasi ............................................................................................................ 11
G. Penatalaksanaan .................................................................................................... 13
H. Pemeriksaan penunjang ........................................................................................ 14
I. Pengkajian Fokus .................................................................................................. 14
J. Pathways Keperawatan ......................................................................................... 19
K. Diagnosa Keperawatan ......................................................................................... 19
L. Fokus Intervensi .................................................................................................... 20
BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................................ 23
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………..44

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 44
B. Saran ..................................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 46

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Kejadian fraktur di indonesia sebesar 1,3 juta setiap tahunnya
dengan jumlah penduduk 238 juta jiwa, merupakan terbesar di Asia
Tenggara (wrongdiagnosis, 2011). Kejadian fraktur di indonesia dilaporkan
Depkes RI (2007) menunjukan bahwa sekitar delapan juta orang mengalami
fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda. Insiden fraktur di indonesia 5,5%
dengan rentang setiap profensi antara 2,2-9% (Depkes, 2007).
Fraktur merupakan ancaman potensial atau aktual kepada integritas,
seseorang akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang
dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri tersebut adalah keadaan
subjekyif dimana seseorang memperlihatkan ketidaknyamanan secara
verbal maupun non verbal. Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk
beristirahat, konsentrasi, dan kegiatan yang biasa dilakukan.
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian (Chairudin Rasjad, 1998). Fraktur dikenal
dengan patah tulang. Biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang dan jaringan lunak di sekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang lengkap atau tidak lengkap. Fraktur
lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan fraktur tidak
lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang (Sylvia A. Price, 1999).
Pada beberapa keadaan trauma muskuloskletal, sering fraktur dan dislokasi
terjadi bersamaan. Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan
yang normal antara kedua permukaan sendi secara lengkap (Jeffrey
M.Spivak et al., 1999).

B. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian fraktur fibula
2. Mahasiswa mamapu mengetahui anatomi sistem muskuloskeletal
3. Mahasiswa mampu megetahui etiologi fraktur fibula

3
4. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi fraktur fibula
5. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinik fraktur fibula
6. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi fraktur fibula
7. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan fraktur fibula
8. Mahasiswa mampu mengetahui pengkajian fokus fraktur fibula
9. Mahasiswa mampu mengetahui pathways keperawatan fraktur fibula
10. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa keperawatan fraktur fibula
11. Mahasiswa mampu mengetahui fokus intervensi dan rasional fraktur
fibula
12. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada Tn.B dengan
gangguan muskuloskletal fraktur tertutup fibula sepertiga distal sinistra

C. Metode Penulisan
Metode yang di pakai dalam makalah ini adalah :
1. Metode Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan
data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku
maupun informasi di internet.
2. Diskusi
Yaitu mendapatkan data dengan cara bertanya secara langsung kepada
PJ konsultasi dan teman – teman yang mengetahui tentang informasi
yang di perlukan dalam membuat makalah.

D. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan

4
BAB II : KONSEP DASAR
A. Pengertian
B. Anatomi
C. Etiologi/Faktor Predisposisi
D. Patofisiologi
E. Manifestasi klinik
F. Komplikasi
G. Penatalaksanaan
H. Pengkajian fokus
I. Pathways keperawatan
J. Diagnosa keperawatan
K. Fokus intervensi dan rasional
BAB III :TINJAUAN KASUS
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP
Daftar Pustaka

5
BAB II
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan
epifisis dan atau tulang rawan sendi. Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa
trauma tunggal, tekanan yang berulang-ulang, atau kelemahan abnormal
pada tulang (fraktur patologik). Sebagian besar fraktur disebabkan oleh
kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat berupa pemukulan,
penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan.
Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau tidak langsung.
Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur
di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik tumpu benturan dengan
terjadinya fraktur berjauhan. Tekanan yang berulang-ulang dapat
menyebabkan keretakan pada tulang. Keadaan ini paling sering ditemui
pada tibia, fibula, atau metatarsal.
Fraktur dapat pula terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu
lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya
pada penyakit paget).

B. Jenis Fraktur
a. Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar.
b. Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara
fragemen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit,
fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat,yaitu:
1. Derajat I : Luka kurang dari 1 cm
 kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.
 fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.
 Kontaminasi ringan.

6
2. Derajat II : Leserasi lebih dari 1cm
 Kerusakan jaringan lunak,tidak luas,avulse.
 Fraktur komuniti sedang.
3. Derajat III Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi
struktur kulit, otot dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat
tinggi.
c. Fraktur complete Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergerseran bergeser dari posisi normal.
d. Fraktur incomplete Patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah
tulang.
e. Jenis khusus fraktur
1. Bentuk garis patah
 Garis patah melintang
 Garis patah obliq
 Garis patah spiral
 Fraktur kompresi
 Fraktur avulasi

2. Jumlah garis patah


 Fraktur komunitif, garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
 Fraktur segmental, garis patah lebih dari satu tetapi
saling berhubungan.
 Fraktur multiple, garis patah lebih dari satu tetapi pada
pada tulang yang berlainan.
3. Bergeser-tidak bergeser
 Fraktur undisplaced, garis fraktur komplit tetapi kedua
fragmen tidak bergeser
 Fraktur displaced, terjadi pergeseran fragmen-fragmen
fraktur

7
C. Etiologi (NANDA, 2015)
Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi
dan tekanan dan memuntir (shearing). Kebanyakan fraktur terjadi karena
kegagalan tulang menahan tekanan, terutama tekanan membengkok,
memutar dan menarik
Trauma muskulo yang dapat mengakibatkan fraktur adalah sebagai
berikut.
1. Trauma langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan
langsung pada tulang. Hal tersebut dapat menyebabkan
terjadinya fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi
biasa nya bersifat kominutif dan jaringan lunak ikut mengalami
kerusakan.
2. Trauma tidak langsung. Apabila trauma dihantarkan ke daerah
yang lebih jauh dari daerah fraktur, trauma tersebut disebut
trauma tidak langsung. Misalnya, jatuh dengan tangan ekstensi
dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini
biasanya jaringan lunak tetap utuh.
Fraktur terjadi akibat adanya tekanan yang melebihi kemampuan
tulang dalam menahan tekanan. Tekanan pada tulang dapat berupatekanan
berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik; tekanan
membengkok yang menyebabkan fraktur transversal; tekanan sepanjang
aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi, atau
fraktur dislokasi; kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur kominutif
atau memecah, misalnya pada badan vertebra, talus, atau fraktur buckle
pada anak-anak trauma langsung yang disertai dengan resistensi pada satu
jarak tertentu akan menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z; fraktur karena
remuk; trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik
sebagian tulang.

8
D. Patofisiologi
Trauma langsung dan trauma tidak langsung serta kondisi patologis
pada tulang dapat menyebabkan fraktur pada tulang. Fraktur merupakan
diskontinuitas tulang atau pemisahan tulang. Pemisahan tulang ke dalam
beberapa fragmen tulang menyebabkan perubahan pada jaringan sekitar
fraktur meliputi laserasi kulit akibat perlukaan dari fragmen tulang tersebut,
perlukaan jaringan kulit ini memunculkan masalah keperawatan berupa
kerusakan integritas kulit. Perlukaan kulit oleh fragmen tulang dapat
menyebabkan terputusnya pembuluh darah vena dan arteri di area fraktur
sehingga menimbulkan perdarahan. Perdarahan pada vena dan arteri yang
berlangsung dalam jangka waktu tertentu dan cukup lama dapat
menimbulkan penurunan volume darah serta cairan yang mengalir pada
pembuluh darah sehingga akan muncul komplikasi berupa syok
hipovolemik jika perdarahan tidak segera dihentikan.
Perubahan jaringan sekitar akibat fragmen tulang dapat menimbulkan
deformitas pada area fraktur karena pergerakan dari fragmen tulang itu
sendiri. Deformitas pada area ekstremitas maupun bagian tubuh yang lain
menyebabkan seseorang memiliki keterbatasan untuk beraktivitas akibat
perubahan dan gangguan fungsi pada area deformitas tersebut sehingga
muncul masalah keperawatan berupa gangguan mobilitas fisik.
Pergeseran fragmen tulang sendiri memunculkan masalah
keperawatan berupa nyeri. Beberapa waktu setelah fraktur terjadi, otot-otot
pada area fraktur akan melakukan mekanisme perlindungan pada area
fraktur dengan melakukan spasme otot. Spasme otot merupakan bidai
alamiah yang mencegah pergeseran fragmen tulang ke tingkat yang lebih
parah. Spasme otot menyebabkan peningkatan tekanan pembuluh darah
kapiler dan merangsang tubuh untuk melepaskan histamin yang mampu
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah sehingga muncul perpindahan
cairan intravaskuler ke interstitial.
Perpindahan cairan intravaskuler ke interstitial turut membawa
protein plasma. Perpindahan cairan intravaskuler ke interstitial yang

9
berlangsung dalam beberapa waktu akan menimbulkan edema pada jaringan
sekitar atau interstitial oleh karena penumpukan cairan sehingga
menimbulkan kompresi atau penekanan pada pembuluh darah sekitar dan
perfusi sekitar jaringan tersebut mengalami penurunan. Penurunan perfusi
jaringan akibat edema memunculkan masalah keperawatan berupa
gangguan perfusi jaringan. Masalah gangguan perfusi jaringan juga bisa
disebabkan oleh kerusakan fragmen tulang itu sendiri. Diskontinuitas tulang
yang merupakan kerusakan fragmen tulang meningkatkan tekanan sistem
tulang yang melebihi tekanan kapiler dan tubuh melepaskan katekolamin
sebagai mekanisme kompensasi stress. Katekolamin berperan dalam
memobilisasi asam lemak dalam pembuluh darah sehingga asam-asam
lemak tersebut bergabung dengan trombosit dan membentuk emboli dalam
pembuluh darah sehingga menyumbat pembuluh darah dan mengganggu
perfusi jaringan.

E. Manifestasi klinik
1. Tidak dapt menggunakan anggota gerak
2. Nyeri pembengkakan
3. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau
jatuh di kamar mandi pada orangtua, penganiayaan, tertimpa benda
berat, kecelakaan kerja, trauma olahraga)
4. Gangguan fungsio anggota gerak
5. Deformitas
6. Kelainan gerak
7. Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain

10
Lokalisasi Waktu penyembuhan
Falang/metacarpal/metatarsal/costa 3-6 Minggu
Distal radius 6 Minggu
Diafisis ulna dan radius 12 Minggu
Humerus 10-12 Minggu
Klavikula 6 Minggu
Panggul 10-12 Minggu
Femur 12-16 Minggu
Kondilus femur/tibia 8-10 Minggu
Tibia/fibula 12-16 Minggu
Vertebra 12 Minggu

F. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan arteri. Pecahnya arteri karena trauma dapat
ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT (Capillary refill
Time) menurun, sianosis pada bagian distal, hematoma
melebar, dan dingin pada ekstremitas disebabkan darurat
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
reduksi dan pembedahan.
b. Sindrome kompartemen merupakan komplikasi serius yang
terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh
darah pada jaringan parut. Hal ini disebabkan oleh edema
atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh
darah atau karena tekanan dari luar seperti gips dan
pembebatan yang terlalu kuat.
c. Fat embolism syndrome (FES) adalah komplikasi serus
pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-
sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke
aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah

11
menjadi rendah. Hal tersebut ditandai dengan gangguan
pernapasan, takikardia, hipertensi, takipnea dan demam.
d. Infeksi. Sistem pertahanan tubuh akan rusak bila ada
trauma pada jaringan. Pada trauma ortopedi, infeksi dimulai
pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Hal ini
biasanya terjadi pada kasus frakur terbuka, tetapi dapat juga
karena menggunakan bahan lain dalam pembedahan, seperti
pin (ORIF & OREF) dan plat.
e. Nekrosis avaskular terjadi karena aliran darah rusak atau
terganggu sehingga menyebabkan nekrosis tulang.
f. Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan
oksigen menurun.
2. Komplikasi Lama
a. Delayed union merupakan kegagalan fraktur berkonsulidasi
sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk
menyambung. Hal ini terjadi karena suplai darah ke tulang
menurun. Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh
setelah selang waktu tiga bulan untuk anggota gerak atas
dan lima bulan untuk anggota gerak bawah.
b. Non-union adalah fraktur yang tidak sembuh antara 6-5
bulan dan tidak dapat konsolidasi sehingga terdapat
pseudoartosis (sendi palsu). Pseudoartosis dapat terjadi
tanpa infeksi, tetapi dapat juga terjadi bersama-sama infeksi
yang disebut infected pseudoartosis.
c. Mal-union adalah keadaan ketika fraktur menyembuh pada
saatnya, tetapi terdapat deformitas yang berbentuk angulasi,
varus/valgus, pemendekan, atau union secara menyilang
misal nya pada fraktur tibia-fibula. Etiologi Mal-
unionadalah fraktur tanpa pengobatan, pengobatan yang
tidak adekuat, reduksi dan imobilisasi yang tidak baik,

12
pengambilan keputusan serta teknik yang salah pada awal
pengobatan, osifikasi prematur pada lempeng epifisis
karena adanya trauma.

G. Penatalaksanaan
1. Proteksi (tanpa reduksi atau imobilisasi)
Proteksi fraktur terutama untik mencegah trauma lebih lanjut
dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas
atau tongkat pada anggota gerak bawah. Tindakan ini terutama
diindikasikan pada fraktur-fraktur tidak bergeser, fraktur iga yang
stabil, falang dan metakarpal, atau fraktur klavikula pada anak.
Indikasi lain yaitu fraktur kompresi tulang belakang, fraktur
impaksi pada humerus proksimal, serta fraktur yang sudah
mengalami union secara klinis, tetapi belum mencapai konsolidasi
radiologis.
2. Reduksi
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis.
a. Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisi
nya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan
manipulasi dan traksi manual. Alat yang digunakan
biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya.
b. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi
internal/ORIF (Open Reducion Internal Fixation) atau
fiksasi eksternal/OREF (Open Reducion eksternal
Fixation).
3. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna.
Mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler
selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan, grakan,

13
perkiraan waktu imobilisasi yang di butuhkan untuk penyatuan
tulang yang mengalami fraktur adalah sekitar 3 bulan.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. X-ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur
2. Scan tulang: memperlihatkan faraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
3. Arteriogram: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler
4. Hitung darah lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat,
menurun pada perdarahan; peningkatan lekosit sebagai respon
terhadap peradangan
5. Kretinin: trauma otot menigkatkan beban kretinin untuk klirens
ginjal

I. Pengkajian Fokus
a) Pengkajian
I. Anamnesa
 Identitas Klien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat,
agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS,
diagnosa medis.
 Keluhan Utama Pada umumnya keluhan utama pada kasus
fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik
tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
- Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang
menjadi yang menjadi faktor presipitasi nyeri.
- Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan
atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar,
berdenyut, atau menusuk.

14
- Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda,
apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan
dimana rasa sakit terjadi.
- Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri
yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri
atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
- Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
 Riwayat Penyakit Sekarang Pengumpulan data yang dilakukan
untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya membantu
dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.
 Riwayat Penyakit Dahulu Pada pengkajian ini ditemukan
kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa
lama tulang tersebut akan menyambung.
 Riwayat Penyakit Keluarga Penyakit keluarga yang
berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes,
osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan
kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetic.
 Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat Pada kasus
fraktur akan timbul ketidakkutan akan terjadinya kecacatan
pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan
untuk membantu penyembuhan tulangnya.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme Pada klien fraktur harus
mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya
seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk
membantu proses penyembuhan tulang.

15
3. Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola
eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi,
konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi.
Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi,
kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini
juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
 Pola Tidur dan Istirahat Semua klien fraktur timbul
rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien.
 Pola Aktivitas Karena timbulnya nyeri, keterbatasan
gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi
berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu
oleh orang lain.
 Pola Hubungan dan Peran Klien akan kehilangan
peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena
klien harus menjalani rawat inap.
1) Pola Persepsi dan Konsep Diri Dampak yang
timbul pada klien fraktur yaitu timbul
ketidakutan akan kecacatan akibat frakturnya,
rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah
(gangguan body image).
2) Pola Sensori dan Kognitif Pada klien fraktur daya
rabanya berkurang terutama pada bagian distal
fraktur.
 Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa
melakukan hubungan seksual karena harus

16
menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta
rasa nyeri yang dialami klien.
 Pola Tata Nilai dan Keyakinan Untuk klien fraktur
tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah
dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal
ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan
gerak klien.
II. Pemeriksaan Fisik Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan
umum (status generalisata) untuk mendapatkan gambaran umum
dan pemeriksaan setempat (lokalis).
 Keadaan umum
 Sistem Integumen Terdapat erytema, suhu sekitar daerah
trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.
 Kepala Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik,
simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala
 Leher Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada
penonjolan, reflek menelan ada.
 Muka Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada
perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris,
tak oedema.
- Mata Tidak ada gangguan seperti konjungtiva
tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan)
- Telinga Tes bisik atau weber masih dalam
keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
- Hidung Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan
cuping hidung.
- Mulut dan Faring Tak ada pembesaran tonsil,
gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak
pucat.
- Thoraks Tak ada pergerakan otot intercostae,
gerakan dada simetris.

17
- Paru Inspeksi, pernafasan meningkat, reguler
atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit
klien yang berhubungan dengan paru; Palpasi,
pergerakan sama atau simetris, fermitus raba
sama; Perkusi, suara ketok sonor, tak ada erdup
atau suara tambahan lainnya; Auskultasi, suara
nafas normal, tak ada wheezing, atau suara
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
- Abdomen Inspeksi, bentuk datar, simetris, tidak
ada hernia; Palpasi, tugor baik, tidak ada defands
muskuler, hepar tidak teraba; Perkusi, suara
thympani, ada pantulan gelombang cairan;
Auskultasi, peristaltik usus normal 20 kali/menit.
 Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah:
 (inspeksi) Perhatikan apa yang dapat dilihat antara
lain:
 Cictriks (jaringan parut baik yang alami
maupun buatan seperti bekas operasi).
 Cape au lait spot (birth mark).
 Fistulae.
 Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau
hyperpigmentasi.
 Benjolan, pembengkakan, atau cekungan
dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal).
 Posisi dan bentuk dari ekstrimitas
(deformitas)
 Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar
periksa) Feel (palpasi) Pada waktu akan
palpasi, terlebih dahulu posisi penderita
diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi
anatomi).

18
J. Pathways Keperawatan

K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan integritas
struktur tulang
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan prosedur invasif

19
L. Fokus Intervensi

No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
1. Tujuan : Setelah 1. Kaji riwayat 1. Mengetahui
dilakukan tindakan nyeri, lokasi, tingkat nyeri
keperawatan selama frekuensi, durasi, pasien dan
3x24 jam nyeri hilang intensitas, dan menentukan
atau berkurang. skala nyeri. tindakan yang
2. Berikan tindakan akan dilakukan
Kriteria Hasil :
kenyamanan selanjutnya
1. Mampu dasar: relaksasi, 2. Mengurangi rasa
mengntrol nyeri distraksi, nyeri.
2. pasien imajinasi, 3. Mengetahui tanda
mengatakan message. kegawatan.
nyeri hilang 3. Awasi dan pantau 4. Memberikan rasa
atau berkurang TTV. nyaman dan
dengan skala 4. Berikan posisi membantu
nyeri 0- 3. yang nyaman. mengurangi
3. Ekspresi wajah 5. Kolaborasi nyeri.
rileks. pemberian 5. Mengontrol nyeri
4. Tanda - tanda analgetik. maksimum.
vital dalam
batas normal.

20
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
2. Tujuan : Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan 1. Menentukan
tindakan keperawatan pasien dalam batas gerakan
selama 3x 24 jam mobilisasi yang akan
gangguan mobilitas fisik 2. Damping dan dilakukan
dapat teratasi dengan bantu pasien saat 2. Cidera yang
mobilisasi dan timbul dapat
Kriteria Hasil :
bantu penuhi memperburuk
1. Klien meningkat kebutuhan keadaan
dalam aktivitas 3. Monitor vital 3. Mengetahui
fisik sign tanda vital dan
2. Mengerti tujuan sebelum/sesudah keadaan umum
dan peningkatan latihan dan lihat pasien
mobilitas. respon pasien 4. Agar pasien
3. Memverbalisasikan saat latihan dan keluarga
perasaan dalam 4. Ajarkan pasien dapat
meningkatkan atau keluarga mengetahui
kekuatan dalam tentang teknik teknik
kemampuan ambulasir dapat ambulasi yang
berpindah 5. Beri benar
reinforcement 5. Untuk
positif setiap meningkatkan
kemajuan klien harga diri klien
6. Monitor lokasi 6. Agar dapat
ketidaknyamanan memberikan
atau nyeri selama intervensi
aktivitas secara tepat

21
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
3. Tujuan : Setelah 1. Observasi 1. Untuk
dilakukan tindakan keadan umum mengetahui
keperawatan 3x24 jam dan ttv klien kondisi terkini
diharapkan kerusakan 2. Pertahankan kien
integritas kulit dapat tempat tidur 2. Menurunkan
teratasi dengan yang aman dan resiko kerusakan
nyaman kulit yang lebih
Kriteria Hasil :
3. Monitor kulit luas
1. Klien menyatakan akan adanya 3. Untuk
ketidaknyamanan kemerahan mengetahui
hilang 4. Ajarkan klien adanya tanda
2. Menunjukan atau keluarga infeksi
perilaku teknik tentang luka dan 4. Untuk
untuk mencegah perawatannya mencegah
kerusakan 5. Berikan posisi terjadinya
kulit/memudahkan yang infeksi
penyembuhan mengurangi 5. Untuk
sesuai indikasi tekanan pada mengurangi
3. Mencapai luka nyeri
penyembuhan 6. Kolaborasikan 6. Untuk
luka sesuai waktu dengan ahli gizi mempercepat
penyembuhan untuk pemberian proses
diit tinggi kalori pemulihan
dan tinggi
protein

22
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Tanggal masuk RS : 22 Mei 2019
Nama : Tn. B
Tanggal lahir : 29 Juni 1998
Pendidikan terakhir : SLTA
Agama : Katolik
Suku : Jawa
Status perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Semarang
Diagnosa medic : Fraktur Tertutup Fibula Sinistra

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. S
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Suku : Jawa
Hubungan dengan pasien : Ibu
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Semarang

B. STATUS KESEHATAN
1. Status Kesehatan Saat Ini
a. Alasan masuk RS/Keluhan utama
“ Pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri karena jatuh dari
tangga kampus USM, kemudian dibawa ke RS. Bhayangkara
untuk pemeriksaan rontgen. Setelah dari RS. Bhayangkara
kemudian di bawa ke RS. Telogorejo dan oleh keluarganya
dibawa ke RSUD Tugurejo pada tanggal 22 Mei 2019 untuk
di rawat inap”.
b. Faktor pencetus : Fraktur tertutup fibula
sinistra
c. Lamanya keluhan : ± 2 hari
d. Timbulnya keluhan : Bertahap

23
e. Faktor yang memperberat : Aktivitas fisik yang
dilakukan oleh klien

2. Status Kesehatan Masa Lalu


a. Penyakit yang pernah dialami
“Pasien mengatakan tidak pernah sakit sebelumnya dan
belum pernah di rawat inap”.
b. Kecelakaan
“Klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
sebelumnya”.

C. PENGKAJIAN POLA FUNGSI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Persepsi pasien tentang kesehatan diri
“Pasien mengatakan paham tentang pentingnya kesehatan
diri pasien juga optimis jika dirinya akan sembuh dari
penyakitnya”.
b. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan
perawatannya
“Pasien mengatakan paham dengan penyakit yang
dialaminya saat ini dan pasien juga paham jika harus istirahat
total untuk proses pemulihan dari penyakitnya”.
c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan
kesehatan
1) Kebiasaan diit
“Klien mengatakan selalu menjaga asupan makan
nya dan menghindari diit yang tidak sehat”.
2) Kemampuan klien untuk mengontrol kesehatan
“Pasien mengatakan yang dilakukan bila sakit adalah
pergi ke dokter terdekat / puskesmas”.

2. Nutrisi, Cairan dan Metabolik


a. Gejala (Subyektif)
1) Diit biasa
2) Pola diit
3) Nafsu atau selera makan
4) Mual muntah
5) Pola minum atau cairan
6) Tidak ada penurunan berat badan
7) Tidak ada nyeri ulu hati

24
8) Tidak ada alergi makanan
9) Tidak ada masalah mengunyah

b. Tanda (Obyektif)
1) Suhu tubuh : 36,5 ՞ c
2) Berat Badan : 97 kg
3) Tinggi Badan : 189 cm
4) Turgor kulit : Kembali dengan cepat

3. Pernapasan, Aktivitas dan Latihan Pernapasan


a. Gejala (Subyektif)
“Pasien mengatakan tidak ada gangguan pernapasan dan
tidak merasa sesak”.
b. Tanda (Obyektif)
RR : 20 x/menit
4. Aktivitas (Termasuk Kebersihan Diri) dan Latihan
a. Gejala (Subyektif)
1) Kegiatan dalam pekerjaan : Klien belum bisa
melakukan aktivitas seperti biasa
2) Kesulitan/keluhan dalam aktivitas
a) Pergerakan tubuh
Klien masih perlu bantuan karena masih
merasa nyeri dibagian kaki kiri
b) Perawatan diri
Dalam melakukan kebersihan diri seperti
mandi, pasien masih memerlukan bantuan
dari orang lain
3) Toileting (BAB/BAK)
“Klien mengatakan masih perlu bantuan karna belum
bisa menggerakan kaki kirinya, dan pasien
mengatakan kesulitan untuk menekuk kakinya”.
4) Keluhan sesak napas setelah aktivitas tidak ada
b. Tanda (Obyektif)
1) Respon terhadap aktivitas yang teramati : Pasien
masih belajar untuk duduk tanpa bantuan orang lain
2) Pasien tampak iklas
3) Penampilan umum
a) Tampak lemah karena masih merasakan nyeri
pada kakinya
b) Klien tampak rapi dalam berpakaian

25
4) Klien tampak kesulitan berjalan
5) Ketidakmampuan untuk menanggung berat pada
kaki yang terluka
6) Terdapat bengkak disekitar lokasi cidera
7) Kelainan bentuk di daerah kaki bagian bawah

5. Istirahat
a. Gejala (Subyektif)
1) Kebiasaan tidur klien teratur. Lama tidur 7-8 jam
2) Tidak ada masalah yang berhubungan dengan tidur

b. Tanda (Obyektif)
1) Klien tampak tidak mengantuk
2) Klien tidak tampak matanya merah

6. Sirkulasi
a. Gejala (Subyektif)
1) Tidak ada riwayat hipertensi/ masalah jatung
2) Tidak ada riwayat edema

b. Tanda (Obyektif)
1) TD : 124/70 mmHg
2) N : 80x/menit Reguler
3) S : 36,5 ℃
4) RR : 20x/menit
5) Eksstremitas : hangat

7. Eliminasi
a. Gejala (Subyektif)
1) Pola BAB
Frekuensi 1 kali/hari, konsistensi lunak, warna
normal
2) Tidak ada penggunaan alat tertentu
3) Tidak ada konstipasi

b. Tanda (Obyektif)
Abdomen
1) Inspeksi : Abdomen membuncit tidak ada
2) Auskultasi : Tidak ada bising usus

26
3) Perkusi : Bunyi normal
4) Palpasi
a) Nyeri tekan
b) Konsistensi lunak (pola BAB)
c) Pola BAK : Frekuensi ± 6 kali/hari

8. Neurosensori dan Kognitif


a. Gejala (Subyektif)
1) Adanya nyeri :
P: Paliatif = Pasien mengatakan nyeri ketika
untuk mobilisasi miring
Q: Qualitas = Mencekram, hilang timbul
R: Regio = Kaki kiri
S: Severity = Skala 3
T: Treatment = Nyeri hilang timbul ± 1 – 2 hari
U: Understanding= Pasien mengatakan belum begitu
paham untuk penanganan nyeri
V: Value = Harapan pasien nyeri tidak
dirasakan lagi
2) Tidak ada rasa ingin pingsan/pusing
b. Tanda (Obyektif)
1) Status mental
Kesadaran : composmentis
2) GCS :15 E= 6, M= 5, V=4
3) Memori pasien baik
4) Pasien tampak meringis kesakitan saat mobilisasi
miring
5) Pasien tampak terpasang bidai di kaki kirinya

9. Keamanan
a. Gejala (Subyektf)
1) Alergi : Sulfa
2) Tidak ada riwayat cidera dan kejang
b. Tanda (Obyektif)
Suhu : 36,5℃
Tampak terpasang bidai pada kaki kirinya
10. Seksual dan Reproduksi
a. Gejala (Subyektif)
Tidak ada masalah seksual dan reproduksi

27
b. Tanda (Obyektif)
Tidak ada lesi

11. Persepsi diri, Konsep diri dan Mekanisme Koping


a. Gejala (Subyektif)
1) Tidak ada faktor stress
2) Pasien mengambil keputusan di bantu keluarganya
3) Jika menhadapi masalah
4) Upaya
5) Perasaan
6) Konsep diri
a) Citra diri : Ingin sembuh
b) Ideal diri : Menerima dengan ikhlas
c) Harga diri : Percaya diri
b. Tanda (Obyektif)
Status emosional tampak tenang

12. Interaksi Sosial


a. Gejala (Subyektif)
1) Orang terdekat : Ibu
2) Saat ada masalah dating ke Ibu
b. Tanda (Obyektif)
Kemampuan bicara jelas

13. Pola Nilai Kepercayaan dan Spiritual


a. Gejala ( Subyektif)
1) Sumber kekuatan bagi pasien : keluarga
2) Pertentangan terhadap pengobatan : tidak ada

b. Tanda ( Obyektif)
1) Menarik diri : tidak ada
2) Mudah tersinggung : tidak ada

14. Pengkajian Post Operasi


a. Klien tampak terpasang elastic bandage pada kaki kiri
b. Post op ORIF hari ke-2
c. Terdapat luka post op di kaki kiri, jahitan tampak rapi, tidak
ada pus, tidak ada tanda infeksi local.

28
D. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium
Taggal 22 Mei 2019 Pukul 08:16 WIB

PEMERIKASAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL

Hema Lengkap (WB EDTA)

leukosit H 11.25 10^3/ul 3.8-10.6

Eritrosit 4,73 10^6/ul 4,4-5,9

Hemoglobin 13,60 g/dl 13,2-17,3

Hematokrit 41,20 % 40-52

MCV 87,10 Fl 80-100

MCH 28,80 Pg 26-34

MCHC 33,00 g/dl 32-36

Trombosit 253 10^3/ul 150-440

RDW 13,70 %

MPV 10,5 Fl

PLCR 29,9 %

Diff Count

Eosinofil Absolute 0,07 10^3/ul 0,045-0,44

Basofil Absolute 0,03 10^3/ul 0-0,2

Netrofil Absolute H 8,0 10^3/ul 1,8-8

Limfosit Absolut 1,87 10^3/ul 0,9-5,2

Monosit Absolute H. 1,16 10^3/ul 0,16-1

Eosinofil L 0,60 % 2-4

Basofil 0,30 % 0-1

29
Neutrofil H72,20 % 50-70

Limfosit L16,60 % 25-40

Monosit H 10,30 % 2-8

2. Rontgen
Tanggal 21 Mei 2019
Hasil

30
Hasil pemeriksaan Radiologi Post ORIF Fraktur Ankle
Tanggal 24 Mei 2019

Dibandingkan foto lama tanggal 21 Mei 2019


- Terpasang fiksasi interna (plate & screw) pada fraktur
kominutifos fibula kiri 1/3 distal. Posisi fiksasi interna baik.
Dibandingkan foto sebelumnya celah fraktur relatif lebih sempit
degnan oposisi dan alignment nyata membaik
Tak tampak lagi fragmen avulsi kecil kecil – PERBAIKAN
- Terpasang gips pada aspek posterior region cruris sampai ankle
kiri
- Sela sendi ankle kiri tampak baik
- Struktur tulang baik

31
3. Terapi (Obat-obatan)
a. Tanggal 22-23 Mei 2019
Infus :
1) Moxifoxacin 400 mg 20 tpm jam 08.00 WIB
2) Ringer Laktat 500 ml 20 tpm jam 11.00 WIB

Injeksi :

1) Ketorolac 30 mg 3x1 jam 16.00 WIB, jam 24.00 WIB, jam


08.00 WIB
2) Ranitidin HCL 150 mg 2x1 jam 20.00 WIB, jam 08.00 WIB

b. Tanggal 23-24 Mei 2019

Infus :

1) Ringer Laktat 500 mg 20 tpm jam 20.00 WIB

Injeksi :

1) Tramadol 100 mg/2 ml IV 2x1 jam 20.00 WIB, jam 08.00


WIB
2) Ceftriaxone 1 gr IV 2x1 jam 20.00 WIB, jam 08.00 WIB
3) Ketorolac 30 mg IV 3x1 jam 16.00 WIB, jam 24.00 WIB,
jam 08.00 WIB
4) Ranitidin HCL 150 mg 2x1 jam 20.00 WIB, jam 08.00 WIB

c. Tanggal 24-25 Mei 2019


Injeksi :
1) Tramadol 100 mg/2 ml IV 2x1 , jam 08.00 WIB, jam 20.00
WIB
2) Ceftriaxone 1 gr IV 2x1, jam 08.00 WIB, jam 20.00 WIB
3) Ketorolac 30 mg IV 3x1 jam 16.00 WIB, 24.00 WIB, 08.00
WIB
4) Ranitidin HCL 150 mg 2x1 jam 08.00 WIB, 20.00 WIB

32
E. ANALISA DATA

DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI

DS : Nyeri akut Kerusakan jaringan


Pasien mengeluh nyeri
- P : Pasien mengatakan
nyeri ketika untuk
mobilisasi miring
- Q : Mencengkram
- R : Kaki kiri
- S : Skala 3
- T : Hilang timbul ± 1-2
menit

DO :

- Pasien tampak meringis


kesakitan saat mobilisasi
miring
- Pasien tampak terpasang
bidai di kaki kirinya
DS : Gangguan mobilitas Kehilangan integritas
- Pasien mengatakan nyeri fisik struktur tulang
pada kaki kiri
- Klien mengatakan sulit
bergerak dan berpindah
posisi

DO :

- Klien tampak terpasang


bidai di kaki kirinya
- Klien tampak dibantu
oleh keluarganya dalam
melakukan aktivitas
- Hasil foto rontgen
tampak fraktur tertutup di
bagian ekstremitas bawah
sinistra 1/3 distal

33
- Klien tampak kesulitan
berjalan
- Ketidakmampuan untuk
menanggung berat pada
kaki yang terluka
- Terdapat bengkak
disekitar lokasi cidera
- Kelainan bentuk didaerah
kaki bagian bawah
DS : Kerusakan imtegritas Prosedur invasif
- Klien mengatakan masih kulit
nyeri dibagian kaki kiri
- Klien tampak membatasi
gerakan

DO :

- Klien tampak terpasang


elastic banage di luka
post operasi
- Hasil pemeriksaan
radiologi post ORIF
fraktur ankle :
Dibandingkan foto lama
tanggal 21 Mei 2019
 Terpasang fiksasi interna
(plate & screw) pada
fraktur kominutifos
fibula kiri 1/3 distal.
Posisi fiksasi interna
baik. Dibandingkan foto
sebelumnya celah fraktur
relatif lebih sempit
degnan oposisi dan
alignment nyata
membaik Tak tampak
lagi fragmen avulsi kecil
kecil – PERBAIKAN
 Terpasang gips pada
aspek posterior region
cruris sampai ankle kiri

34
 Sela sendi ankle kiri
tampak baik
 Struktur tulang baik
- Pengkajian post operasi

F. PATHWAYS

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan integritas
struktur tulang
3. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan prosedur invasive

35
H. PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO.DX TGL/JAM TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI


HASIL
1. 22-5-2019 Tujuan : Setelah dilakukan 1. Mengetahui tingkat
09:00 tindakan keperawatan selama nyeri pasien dan
3x24 jam nyeri hilang atau menentukan tindakan
berkurang. yang
akan dilakukan
Kriteria Hasil :
selanjutnya
1. Mampu mengntrol 2. Mengurangi rasa nyeri.
nyeri 3. Mengetahui tanda
2. pasien mengatakan kegawatan.
nyeri hilang atau 4. Memberikan rasa
berkurang dengan nyaman dan membantu
skala nyeri 0- 3. mengurangi nyeri.
3. Ekspresi wajah rileks. 5. Mengontrol nyeri
4. Tanda - tanda vital maksimum.
dalam batas normal.
2. 22-5-2019 Tujuan : Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan
12:00 tindakan keperawatan selama pasien dalam
3x 24 jam gangguan mobilisasi
mobilitas fisik dapat teratasi 2. Damping dan bantu
dengan pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
Kriteria Hasil :
kebutuhan
1. Klien meningkat 3. Monitor vital sign
dalam aktivitas fisik sebelum/sesudah
2. Mengerti tujuan dan latihan dan lihat
peningkatan respon pasien saat
mobilitas. latihan

36
3. Memverbalisasikan 4. Ajarkan pasien atau
perasaan dalam keluarga tentang
meningkatkan teknik ambulasir dapat
kekuatan dalam 5. Beri reinforcement
kemampuan positif setiap kemajuan
berpindah klien
6. Monitor lokasi
ketidaknyamanan atau
nyeri selama aktivitas
3. 24-5-2019 Tujuan : Setelah dilakukan 1. Observasi keadan
14.00 tindakan keperawatan 3x24 umum dan ttv klien
jam diharapkan kerusakan 2. Pertahankan tempat
integritas kulit dapat teratasi tidur yang aman dan
dengan nyaman
3. Monitor kulit akan
Kriteria Hasil :
adanya kemerahan
1. Klien menyatakan 4. Ajarkan klien atau
ketidaknyamanan keluarga tentang luka
hilang dan perawatannya
2. Menunjukan perilaku 5. Berikan posisi yang
teknik untuk mengurangi tekanan
mencegah kerusakan pada luka
kulit/memudahkan Kolaborasikan dengan
penyembuhan sesuai ahli gizi untuk
indikasi pemberian diit tinggi
3. Mencapai kalori dan tinggi
penyembuhan luka protein
sesuai waktu
penyembuhan

37
I. IMPLEMENTASI
NO.DX TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD

1. 22-5-2019 1. Melakukan S: Siska


pengkajian nyeri Pasien mengeluh nyeri
09.00 secara - P: Pasien
WIB komprehensif mengatakan nyeri
ketika untuk
mobilisasi miring
- Q : Mencengkram
- R : Kaki kiri
- S : Skala 3
- T : Hilang timbul
± 1-2 menit

O:

 Klien tampak
menahan nyeri
 Keadaan umum
sadar penuh
 Pasien tampak
terpasang bidai di
kaki kirinya

1. 22-5-2019 2. Mengontrol S : Pasien mengatakan Siska


lingkungan yang nyaman dengan
09.00 dapat lingkungannya saat ini
WIB mempengaruhi O : pasien tampak tenang
nyeri dengan lingkungan
sekitar

1. 22-5-2019 3. Mengajarkan S : pasien mengatakan Siska


teknik non bisa melakukan napas
09.20 farmakologis dalam
WIB (napas daam) O : pasien tampak
melakukan relaksasi
napas dalam

38
NO.DX TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD

2. 22-5-2019 1. Mengkaji S: Putri


kemampuan - Klien mengatakan
10.00 pasien dalam sulit bergerak dan
WIB mobilisasi berpindah posisi
2. Membantu
pasien saat O:
mobilisasi  Klien tampak
terpasang bidai di
kaki kirinya
 Klien tampak
dibantu
keluarganya
dalam mobilisasi

2. 22-5-2019 3. Memonitor tanda- S : pasien masih Putri


tanda vital klien mengeluh nyeri
11.30 O : TD : 124/70 mmHg
WIB N : 80x/menit
S : 36,5℃
RR: 20 x/menit

1. 23-5-2019 1. Memberikan S:- Vina


injeksi ketorolac O : obat injeksi sudah
08.00 30 mg dan masuk
WIB ranitidine 50 mg
1 23-5-2019 2. Mengganti S:- Jehan
cairan infus RL
10.00 500 ml 20 tpm O:
WIB 3. Mengantar - Infus sudah
pasien operasi terganti
- Pasien sudah
masuk ke ruang
operasi

39
NO.DX TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD

3. 23-5-2019 1. Memonitor TTV S:- Jehan


pasien post
14.00 operasi O:
WIB
TD : 118/60 mmHg

N : 74x/menit

S : 36,2℃

RR : 20 x/menit

1. 24-5-2019 1. Mengobservasi nyeri S : Pasien mengatakan Suci


yg dirasakan pasien masih nyeri
08.00 O : - Keadaan umum
WIB pasien baik, kondisi sadar
penuh
- Pasien terkadang
tampak menahan
rasa nyeri pada
kaki kiri nya

3. 24-5-2019 1. Mengobservasi S : - Pasien mengatakan Suci


aktivitas yang bisa belum bisa berjalan
11.30 dilakukan klien
WIB - Pasien
mengatakan sulit
untuk beraktivitas
dan masih perlu
bantuan.

O : - Pasien tampak
berbaring di tempat tidur

1. 25-5-2019 1. Memberikan injeksi S:- Vina


ketorolac 30 mg dan
08.00 ranitidine 50 mg O : obat injeksi sudah
WIB masuk

40
1. 25-5-2019 1. Memonitor tanda- S:- Vina
tanda vital
11.30 O:
WIB
TD : 123/80 mmHg

N : 80x/menit

S : 36℃

RR : 20 x/menit

J. CATATAN PERKEMBANGAN (EVALUASI)


NO.DX TGL/JAM RESPON PERKEMBANGAN (SOAP) TTD

1. 22-5-2019 S : Pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri Siska

12.00 WIB - P: pasien mengatakan nyeri saat bergerak


dan miring
- Q: nyeri mencengkram
- R: nyeri pada kaki kiri
- S: skala 3
- T : nyeri hilang timbul ± 1-2 menit

O:

- Klien tampak menahan nyeri


- Klien tampak melakukan relaksasi napas
dalam

A : masalah nyeri akut belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

- Berikan obat analgetik untuk mengurangi


nyeri
- Anjurkan klien untuk meningkatkan
istirahatnya

41
2. 22-5-2019 S : Klien mengatakan kaki kirinya sulit bergerak Putri
dan berpindah posisi
13.00 WIB
Klien masih mengeluh nyeri

O : - Klien tampak terpasang bidai dikaki kirinya

- Klien tampak dibantu keluarganya dalam


melakukan aktivitas dan mobilisasi

A : Masalah hambatan mobilitas fisik belum


teratasi

P : Lanjutkan intervensi

- Besok rencana ORIF jam 11


- Monitor keadaan umum dan TTV

NO.DX TGL/JAM RESPON PERKEMBANGAN (SOAP) TTD

3 23-5-2019 S : Klien mengatakan masih nyeri pada kaki post Jehan


operasi
14.00
O : - Terpasang elastic bandage pada kaki kiri

- Keadaan umum sadar penuh


- Terpasang infus RL

A : Masalah kerusakan integritas kulit belum


teratasi

P : Lanjutkan intervensi

- Observasi luka post operasi


- Berikan terapi antibiotic dan analgetik

1 24-5-2019 S : Pasien mengatakan masih nyeri Jehan


08.00 P : Saat digerakan
Q : Mencekram
R : Kaki kiri
S : Skala 3
T : Hilang timbul

42
O : - Keadaan umum : baik, sadar penuh
- TD : 136/75
- RR : 20
- N : 88
- S : 35,5 ՞ C
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2 24-5-2019 S : - Pasien mengatakan belum bisa berjalan Suci
12.00 - Pasien mengatakan sulit untuk beraktivitas
dan masih perlu bantuan.
- Klien mengatakan sudah belajar
menggunakan krek dengan petugas
fisioterapi
O : - Pasien tampak berbaring di tempat tidur
A : Masalah gangguan mobilitas fisik belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Latih berjalan menggunakan krek / alat
3 25/5/2019 S: - Siska
12.00 O : - Klien tampak terpasang elastic bandage
pada kaki kiri
- Post op ARIF H + 2
- Terdapat luka post op di kaki kiri, jahitan
tampak rapi, tidak ada apes, tidak ada
tanda infeksi local
A: Kerusakan integritas kulit belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Ganti balut / 2 hari

43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien bernama Tn. B masuk RSUD Tugurejo pada tanggal 22 Mei
2019, karena jatuh dari tangga kampus USM, kemudian dibawa ke RS.
Bhayangkara untuk pemeriksaan rontgen. Setelah dari RS. Bhayangkara
kemudian di bawa ke RS. Telogorejo dan oleh keluarganya dibawa ke
RSUD Tugurejo pada tanggal 22 Mei 2019 untuk di rawat inap.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, analisa data yang didapat dari
Tn. B yaitu pasien mengeluh nyeri di bagian kaki kirinya karena pasien
mengalami fraktur fibula sepertiga distal, skala nyari pasien yaitu skala 3.
Pasien juga merasakan nyeri yang dirasakan seperti mencekram dan nyeri
dapat timbul selama 1 – 2 menit. Keluhan lainnya yaitu selama mengalami
fraktur pasien menjadi terbatas dalam melakukan aktivitas nya, serta adanya
kerusakan intergritas kulit pada bagian yang fraktur. Dari hasil analisa data,
dapat diambil tiga diagnosa keperawatan yaitu :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan
integritas struktur tulang
3) Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan prosedur invasive

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien fraktur


adalah melakukan perawatan luka pasca operasi, dengan mengganti balut
tiap 2 hari sekali, dan juga melakukan ROM ( Range of Motion ).

B. Saran
1) Bagi pasien
a) Pasien disarankan untuk melakukan latihan-latihan yang
diajarkan terapis
b) Pasien dianjurkan untuk membatasi aktivitas yang
membebani kaki kiri yang berlebihan

44
c) Pasien disarankan untuk mengompres kaki kiri dengan air
hangat apabila terjadi pembengkakan
d) Sebaiknya pasien dibantu keluarga dalam melakukan
aktivitas pasca operasi
e) Sebaiknya pasien mengkonsumsi nutrisi tinggi protein untuk
mempercepat penyembuhan luka
2) Bagi mahasiswa
Diharapkan untuk memberikan asuhan keperawatan baik
pengkajian, perumusan diagnosa, penyusunan rencana keperawatan
,pemberian tindakan keperawatan dan evaluasi dilakukan dengan
tepat dan berkesinambungan.

45
DAFTAR PUSTAKA

Mutaqqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal jilid 2. Jakarta: EGC
Nuratif,Amin Huda & Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta:
Mediaction
NANDA International Inc. Nursing Diagnoses : Definition & Clasification 2015-
2017, 10th Edition
Nursing Outcomes Clasification (NOC), 5th Edition
Nursing Intervention Clasification (NIC), 6th Edition
Doengoes E. Marilyn.2002.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC
Smeltzer,Suzame C.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 3 volume
8. Jakarta: EGC

Sylvia A.Price.2006. Patofisiologi Konsep Penyakit.Jakarta:

46

Anda mungkin juga menyukai