Anda di halaman 1dari 60

EFEKTIFITAS RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE-OPERASI

DI RUMAH SAKIT Dr. OEN KANDANG SAPI SOLO

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

Mata Kuliah Pengantar Penelitian Keperawatan

Oleh:

Nathania Puan Maharani D3A2021.042

Ririn Anisa Kusumawati D3A2021.048

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI KOSALA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2023
@2023

Hak Cipta pada Penulis


HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal penelitian ini telah disetujui untuk dipertahankan di

hadapan Tim Penguji Proposal Penelitian pada tanggal

………………………………..

Pembimbing

(Tunjung Sri Yulianti, S.Kep.,Ns..,M.Kes)

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal penelitian ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Proposal Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Kosala pada

tanggal …………………..

Pembimbing : Tunjung Sri Yulianti, S.Kep.,Ns..,M.Kes …………………

Penguji : Warsini, S.ST., M.PH …………………

Mengetahui,

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PANTI KOSALA

Ketua,

(Ratna Indriati, A., M.Kes.)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan
judul “Efektifitas Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat Kecemasan
pada Pasien Pre-Operasi di Rumah Sakit Dr. OEN KANDANG SAPI Solo
”.
Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan mata kuliah “Pengantar Penelitian Keperawatan” di
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI KOSALA.
Proposal ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan banyak pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ratna Indriati, A., M.Kes., selaku ketua SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PANTI KOSALA.
2. Ibu Tunjung Sri Yulianti, S.Kep.,Ns..,M.Kes., selaku pembimbing yang
telah membimbing dan mengarahkan serta memberikan masukan-
masukan dalam penyusunan proposal penelitian ini sehingga selesai
dengan baik.
3. Ibu Warsini, S.ST., M.PH., sebagai penguji pada ujian proposal
penelitian ini
4. Bapak Diyono, S.Kep.,Ns.,M.Kes., selaku dosen pengajar mata kuliah
Pengantar Penelitian Keperawatan yang telah memberikan ilmu
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal
penelitian ini dengan baik.
5. Keluarga yang telah memberi motivasi sehingga pembuatan proposal
ini dapat selesai dan menjadikan saya bersemangat menyelesaikan
tugas.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal penelitian ini masih
banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun dari semua pihak di waktu yang akan datang.
Sukoharjo, April 2023
Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan .......................................................................................... ii


Halaman Pengesahan .........................................................................................iii
Kata Pengantar ................................................................................................... iv
Daftar Isi ............................................................................................................. v
Daftar Lampiran .................................................................................................. vi
Daftar Tabel ........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 8
A. Kajian Teori ............................................................................................... 8
B. Penelitian yang Relevan. ......................................................................... 26
C. Kerangka Konsep.................................................................................... 28
D. Hipotesis. ................................................................................................ 29
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 30
A. Kerangka Kerja ....................................................................................... 30
B. Desain Penelitian .................................................................................... 31
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling .................................................. 31
D. Definisi Operasional ................................................................................ 33
E. Ruang Lingkup ........................................................................................ 35
F. Alat Penelitian dan Instrumen Penelitian ................................................. 35
G. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 36
H. Analisa Data............................................................................................ 37
I. Tempat Dan Waktu Penelitian ................................................................. 44
J. Jadwal Penelitian .................................................................................... 44
Daftar Pustaka ................................................................................................... 46
Lampiran…………………………………………………………………………....…..48

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 …………………………………………………………………………..49

Lampiran 2 …………………………………………………………………………..50

Lampiran 3 …………………………………………………………………………..51

Lampiran 4 …………………………………………………………………………..52

Lampiran 5 …………………………………………………………………………..53

Lampiran 6 …………………………………………………………………………..54

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 …………………………………………………………………………..34

Tabel 3.2 …………………………………………………………………………..39

Tabel 3.3 …………………………………………………………………………..43

Tabel 3.4 …………………………………………………………………………..45

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecemasan adalah suatu respon perasaan yang tidak

terkendali. Kecemasan adalah respon terhadap ancaman yang

sumbernya tidak diketahui, internal, dan samar-samar (Sitohang, et

al., 2020). Kecemasan adalah suatu psikologis atau bentuk emosi

individu yang berupa ketegangan, kegelisahan, kekhawatiran yang

disebabkan oleh perasaan dan itu berlangsung tidak lama (Damanik,

2021).

Menurut Sigmund Freud kecemasan merupakan ketegangan

dalam diri sendiri tanpa objek yang jelas, objek tidak disadari dan

berkaitan dengan kehilangan self image. Kecemasan timbul karena

ancaman terhadap self image/esteem oleh orang yang terdekat.

Sedangkan menurut Cook and Fontaine kecemasan adalah perasaan

tidak nyaman yang terjadi sebagai respon pada takut terjadi perlukaan

tubuh atas kehilangan sesuatu yang bernilai. Adapun faktor

presipitasinya adalah ancaman integritas fisik dan ancaman terhadap

konsep diri (Azizah, et al., 2016).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk yang sering mengalami

kecemasan, maka seseorang tersebut berpotensi mengalami

gangguan lambung. Akibatnya, ini akan memicu terjadinya gangguan

pencernaan berat, di mana jika hal ini terjadi dalam jangka panjang

akan mengakibatkan lambung yang tidak sehat. Kecemasan juga

1
2

dapat menyebabkan dyspepsia, yang secara harfiah dapat diartikan

sulit mencerna. Tidak hanya itu, kecemasan dalam kondisi kronis dan

terus menerus dalam waktu lama dapat menyebabkan terjadinya

tekanan darah tinggi (hipertensi), asma, juga kerusakan pada fungsi

psikis. Dampak kecemasan tidak hanya menyerang fisik, tetapi juga

psikis atau kejiwaan, seperti psikoneurosa, histeria, somnabulisme,

neurasthenia, fobia, hipokondria, anxiety neurosis, psikosomatisme,

dan hypertension (Sukma, 2017).

Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun

aktual pada integritas fisik seseorang yang dapat membangkitkan

reaksi stress fisiologi maupun psikologi, dan merupakan pengalaman

yang sulit bagi hampir semua pasien. Secara mental, penderita harus

dipersiapkan untuk menghadapi pembedahan karena selalu ada rasa

cemas atau takut terhadap penyuntikan, nyeri luka, bahkan terhadap

kemungkinan cacat atau mati, oleh karena itu pasien dan keluarga

sering bertanya dan khawatir tentang keselamatannya. Kecemasan

pada pasien pre operasi penyebabnya bisa karena takut terhadap

nyeri, atau kematian, takut tentang ketidaktahuan atau takut tentang

deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh (Alfianto, et al.,

2023).

Bila melihat paparan diatas, seseorang yang akan menjalani

operasi akan mengalami perasaan cemas. Sedangkan bila tidak

dilakukan penatalaksanaan yang baik maka kecemasan tersebut akan

dapat berdampak buruk salah satunya adalah peningkatan tekanan


3

darah, asma, dan gangguan fungsi psikis. Dimana hal ini tentu akan

mengganggu proses operasi, oleh karena itu perlu dilakukan

penatalaksanaan yang tepat.

Penatalaksanaan atau manajemen kecemasan pada tahap

pencegahan dan terapi menurut Hawari, (2018) sebagaimana dikutip

oleh Djafar, et al. (2022), yaitu memerlukan metode pendekatan yang

bersifat holistik, seperti dari terapi nonfarmakologi terdapat distraksi

untuk menghilangkan kecemasan dengan mengalihkan perhatian dari

rasa cemas, dan teknik relaksasi yang dapat dilakukan berupa

relaksasi, tarik nafas dalam, mediasi, relaksasi imajinasi dan

visualisasi.

Ada beberapa teknik yang direkomendasikan untuk

menghilangkan kecemasan, salah satunya adalah teknik relaksasi otot

progresif dimana teknik ini sangat sederhana yang dapat di praktikkan

di rumah dan kantor tanpa menggunakan alat bantu. Relaksasi otot

progresif merupakan teknik untuk mengurangi kecemasan. Teknik ini

melibatkan ketegangan dan relaksasi secara bergantian di semua

kelompok otot utama tubuh manusia. Relaksasi otot progresif adalah

metode non-farmakologis relaksasi otot dalam dimana ketegangan

otot merupakan respon psikologis tubuh terhadap pikiran yang

memicu kecemasan dan relaksasi otot menghambat kecemasan

(Widiyono, et al., 2022).

Relaksasi otot progresif mempunyai beberapa manfaat bagi

tubuh seperti mengurangi kecemasan dan ketegangan, meningkatkan


4

kualitas tidur, meringankan sakit leher, mengurangi nyeri punggung

bawah, mengurangi frekuensi serangan migrain, mengurangi gejala

sendi temporomandibular, meningkatkan tekanan darah sistolik.

Teknik relaksasi ini telah menunjukkan manfaat dalam mengurangi

kecemasan dan berkurangnya kecemasan tersebut berpengaruh

terhadap gejala psikologis dan kondisi medis (Widiyono, et al. 2022).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

Rihiantoro, et al. (2018), tentang Pengaruh Teknik Relaksasi Otot

Progresif terhadap Kecemasan pada Pasien Pre-Operasi, diketahui

bahwa rata-rata skor kecemasan sebelum diberikan terapi relaksasi

otot progresif adalah 54,17 dengan standar deviasi 5,427, dan skor

kecemasan terendah adalah 46 serta skor kecemasan tertinggi adalah

65. Sedangkan setelah terapi relaksasi otot progresif rata-rata skor

kecemasan sebesar 50,33 dengan standar deviasi 4,999, dan skor

kecemasan terendah adalah 43 serta skor kecemasan tertinggi adalah

59. Berdasarkan distribusi hasil analisis diperoleh hasil p-value

sebesar (0,000) < ɑ (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan antara skor kecemasan sebelum terapi relaksasi

otot progresif dan skor kecemasan sesudah terapi relaksasi otot

progresif. Ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi relaksasi

otot progresif terhadap kecemasan pasien pre operasi.

Berdasarkan pengamatan pada saat praktik klinik di Lantai 8

Utara RUMAH SAKIT Dr. OEN KANDANGSAPI SOLO didapati

banyak pasien yang akan dilakukan tindakan operasi mengalami


5

kecemasan, ditemukan tanda gejala seperti tekanan darah meningkat,

denyut nadi dan pernafasan meningkat, wajah tampak pucat, terlihat

pasien tersebut gelisah dengan menanyakan tentang bagaimana

prosedur operasi tersebut berjalan dan bagaimana hasil akhirnya

nanti. Apabila tanda-tanda vital pasien tidak kunjung stabil dapat

berdampak pada tindakan operasi yang akan dijalaninya nanti, seperti

operasi dapat dibatalkan, atau pemunduran jadwal operasi sampai

kondisi pasien stabil.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat diketahui

bahwa pasien pre-operasi bisa mengalami kecemasan yang

berdampak pada proses pengobatan atau tindakan operasi yang akan

dilakukan, bila tidak diatasi dengan baik. Sedangkan ada beberapa

teknik non farmakologi yang dianjurkan untuk mengurangi

kecemasan. Oleh karena itu penelitian tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Efektifitas relaksasi otot progresif terhadap tingkat

kecemasan pada pasien pre operasi di RUMAH SAKIT Dr. OEN

KANDANG SAPI SOLO”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah bagaimana efektifitas relaksasi otot

progresif terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di

RUMAH SAKIT Dr. OEN KANDANG SAPI SOLO.


6

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Mengetahui efektifitas relaksasi otot progresif terhadap

tingkat kecemasan pasien pre operasi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat kecemasan pasien pre operasi sebelum

dilakukan relaksasi otot progresif.

b. Mengetahui tingkat kecemasan pasien pre operasi setelah

dilakukan relaksasi otot progresif.

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan yang telah ada tentang efektifitas relaksasi otot

progresif terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi.

2. Secara Praktis

a. Bagi perawat

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi

perawat tentang efektifitas relaksasi otot progresif terhadap

tingkat kecemasan pada pasien pre operasi, sehingga dapat

menjadi dasar pemberian terapi relaksasi pada pasien yang

cemas.

b. Bagi institusi pendidikan


7

Sebagai referensi dan tambahan informasi dalam pemberian

materi mata kuliah keperawatan medikal bedah dan

keperawatan jiwa.

c. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar

untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan relaksasi

otot progresif.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini, peneliti akan menguraikan kajian teori,

penelitian yang relevan, kerangka konsep, dan hipotesa.

A. Kajian Teori
1. Relaksasi Otot Progresif

a. Definisi

Menurut Rasdiayah (2022), teknik relaksasi adalah salah satu

dari pengobatan komplementer dan alternatif, teknik relaksasi

mampu memberikan bukti hasil berupa fisik (termasuk nyeri)

dan psikologi perilaku. Teknik relaksasi progresif adalah

pengembangan dari Edmund Jacobson pada tahun 1930

sebagai terapi alternatif non- farmakologis terhadap nyeri.

Relaksasi otot progresif adalah teknik yang melibatkan otot

tegang tertentu dan kemudian di lakukan relaksasi otot untuk

menciptakan kesadaran ketegangan dan relaksasi. Hal ini

disebut progresif karena prosesnya melalui seluruh kelompok

otot utama, relaksasi seluruh otot bersamaan dan akhirnya

mengarah total ke relaksasi otot. Pelatihan relaksasi progresif

mengajarkan individu bagaimana secara efektif

mengistirahatkan dan mengurangi ketegangan dalam tubuh.

Orang-orang belajar untuk mendeteksi ketegangan otot

secara berurutan, satu kelompok otot pada waktu (misalnya,

8
9

otot-otot lengan atas, otot-otot lengan bawah). Dalam

melakukannya individu belajar untuk membedakan tinggi

tegangan sehingga relaksasi memungkinkan individu untuk

melakukan kontrol atas hidup mereka.

b. Tujuan teknik relaksasi otot progresif

Menurut Rasdiayah (2022), tujuan teknik relaksasi otot

progresif, antara lain:

1) Membantu klien untuk mengurangi rasa sakit atau persepsi

nyeri dan ketegangan, membuat kondisi mental senang,

mengurangi kecemasan antisipatif, dan mengurangi

kecemasan sebagai respon terhadap stres, serta

meningkatkan aktivitas parasimpatis.

2) Membantu klien untuk meningkatkan pengetahuan tentang

ketegangan otot dan rangsangan otonom, meningkatkan

konsentrasi, serta meningkatkan kontrol perasaan.

3) Membantu klien untuk meningkatkan kemampuan menahan

gejolak batin, berenergi dan memperbaiki kualitas tidur,

menurunkan indeks jantung, tekanan darah lebih rendah

4) Menghangatkan atau mendinginkan bagian tubuh,

meningkatkan kinerja kegiatan fisik dan membantu dalam

hubungan dengan orang lain, sehingga relaksasi otot

progresif memiliki manfaat jangka panjang dalam

meningkatkan kualitas hidup.


10

c. Indikasi relaksasi otot progresif

Menurut Widiyati, et al. (2022), indikasi dari terapi relaksasi

otot progresif adalah:

1) Klien yang mengalami insomnia.

2) Klien yang sering stress.

3) Klien yang mengalami kecemasan.

4) Klien yang mengalami depresi.

Sedangkan menurut Widiyono, et al. (2022), indikasi

penggunaan terapi progresive muscle relaxation yaitu:

membantu mengurangi ketegangan otot, stress, membantu

menurunkan tekanan darah, meningkatkan imunitas, sehingga

dapat meningkatkan status fungsional dan kualitas hidup

meningkat. Teknik relaksasi otot ini telah menunjukan manfaat

dalam mengurangi kecemasan dan berkurangnya kecemasan

tersebut berpengaruh terhadap gejala psikologis dan kondisi

medis.

d. Kontraindikasi relaksasi otot progresif

Menurut Rasdiayah (2022), relaksasi otot progresif tidak

sesuai untuk pasien dengan penyakit lanjut atau pasien

dengan kurang energi.

Sedangkan menurut Widiyati, et al. (2022), kontraindikasi

terapi relaksasi otot progresif adalah:

1) Klien yang mengalami keterbatasan gerak pada anggota

badan.
11

2) Klien yang menjalani perawatan tirah baring (bedrest).

e. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan terapi

relaksasi otot

Menurut Widiyati, et al. (2022), hal-hal yang harus diingat

dalam melakukan terapi relaksasi otot progresif yaitu:

1) Tidak boleh menegangkan otot terlalu berlebihan karena

bisa menyiderai diri sendiri.

2) Untuk membuat otot-otot rileks dibutuhkan waktu sekitar

20-50 detik.

3) Perhatikan posisi tubuh, lebih nyaman dilakukan dengan

mata tertutup, hindari dengan posisi berdiri.

4) Kelompok kanan tubuh didahulukan dua kali hitungan,

kemudian dilanjut bagian kiri dua kali.

5) Perhatikan apakah klien merasakan benar-benar relaks.

f. Prosedur pelaksanaan terapi relaksasi otot progresif

Menurut Widiyati, et al. (2022), persiapan melakukan terapi

relaksasi ini adalah:

1) Persiapan alat.

Menyiapkan lingkungan dan alat: bantal, tempat duduk,

serta lingkungan yang sunyi dan nyaman

2) Persiapan klien.

a) Jelaskan apa tujuan dilakukan terapi manfaatnya, cara

pelaksanaan, dan mengisi lembar persetujuan

dilakukannya relaksasi otot pada klien.


12

b) Membuat posisi tubuh klien senyaman mungkin

dengan duduk atau berbaring sambil menutup mata,

menggunakan bantal diletakkan. dibawah kepala dan

lutut atau duduk di kursi dengan kepala disangga

jangan melakukan relaksasi dengan berdiri.

c) Lepaskan aksesoris yang digunakan klien seperti jam

tangan, dan sepatu.

d) Ikatan dasi dilonggarkan, ikat pinggang atau hal lain

yang sifatnya mengikat ketat harus dilonggarkan.

3) Prosedur.

a) Gerakan 1: untuk melatih otot tangan.

(1) Tangan kiri mengepal.

(2) Kuatkan kepalan sambil merasakan sensasi

ketegangan yang terjadi.

(3) Pada saat melepaskan kepalan suruh klien untuk

merasakan rileks selama 10 detik.

(4) Gerakan tangan kiri dilakukan sebanyak dua kali

sehingga bisa membedakan antara otot tegang dan

otot rileks.

(5) Lakukan prosedur serupa pada tangan kiri.

b) Gerakan 2: untuk melatih otot bagian belakang tangan.

(1) Kedua lengan ditekuk ke belakang pada

pergelangan tangan sehingga otot ditangan bagian

belakang dan bawah menegang.


13

(2) Jari-jari menghadap ke langit-langit.

c) Gerakan 3: untuk melatih otot bisep.

(1) Membuat kepalan pada kedua tangan.

(2) Kemudian angkat kedua kepalan ke arah pundak

sehingga otot bisep akan tegang.

d) Gerakan 4: untuk melatih otot bahu supaya mengendur.

(1) Angkat setinggi-tingginya bahu seperti menyentuh

kedua telingga.

(2) Fokuskan atas dan leher.

e) Gerakan 5 dan 6: untuk melemaskan otot-otot dahi,

mata, mulut, dan rahang.

(1) Mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa dan

kulitnya keriput.

(2) Tutup rapat-rapat mata sehingga dirasakan otot

disekitar mata otot-otot yang mengendalikan

gerakan mata.

f) Gerakan 7: untuk melepaskan tegangan yang

dirasakan otot rahang.

Katupkan rahang, selanjutnya dengan menggigit gigi

sehingga terjadi ketegangan disekitar otot rahang.

g) Gerakan 8: untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut.

h) Moncongkan bibir sekuat-kuatnya dan akan dirasakan

ketegangan disekitar mulut.


14

2. Kecemasan

a. Pengertian

Menurut Azizah, et al. (2016), kecemasan adalah emosi,

perasaan yang timbul sebagai respon awal terhadap stress

psikis dan ancaman terhadap nilai-nilai yang berarti bagi

individu. Kecemasan sering digambarkan sebagai perasaan

yang tidak pasti, ragu-ragu, tidak berdaya, gelisah,

kekhawatiran, tidak tentram yang sering disertai keluhan fisik.

Cemas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian

intelektual terhadap stimulus dan objek jelas, sedangkan

cemas merupakan respon emosional terhadap penilaian.

Menurut Freud kecemasan merupakan ketegangan dalam diri

sendiri tanpa objek yang jelas. Objek tidak disadari dan

berkaitan dengan kehilangan self image. Kecemasan timbul

karena ancaman terhadap self image/esteem oleh yang

terdekat. Pada dewasa oleh karena prestige dan martabat diri

terhadap ancaman dari orang lain. Menurut Cook and

Fontaine kecemasan adalah perasaan tidak nyaman yang

terjadi sebagai respon pada takut terjadi perlukaan kehilangan

sesuatu yang bernilai.

Kecemasan merupakan kekuatan yang mempengaruhi

hubungan interpersonal, satu respon terhadap bahaya yang

tidak diketahui yang muncul bila ada hambatan dalam upaya

memenuhi kebutuhan. Kecemasan dapat sebagai alarm tubuh


15

untuk melindungi diri, dikomunikasikan secara interpersonal

dan merupakan tanda ancaman yang dapat berhubungan

dengan isolasi, kehilangan, gangguan identitas, hukuman dan

hubungan interpersonal.

b. Rentang respon kecemasan

Menurut Azizah, et al. (2016), rentang kecemasan berfluktuasi

antara respon adaptif dan yang maladaptif yaitu panik.

Adaptif ----------------------------------------------- Maladaptif

______________________________________________

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

1) Antisipasi

Suatu keadaan yang digambarkan lapangan persepsi

menyatu dengan lingkungan.

2) Cemas ringan

Ketegangan ringan, penginderaan lebih tajam dan

menyiapkan diri untuk bertindak.

3) Cemas sedang

Keadaan lebih waspada dan lebih tegang, lapangan

persepsi menyempit dan tidak mampu memuatkan pada

faktor/peristiwa yang penting baginya.

4) Cemas berat

Lapangan persepsi sangat sempit, berpusat pada detail

yang kecil, tidak memikirkan luas, tidak mampu membuat

kaitan dan tidak mampu menyelesaikan masalah.


16

5) Panik

Persepsi menyimpang, sangat kacau dan tidak terkontrol,

berpikir tidak teratur, perilaku tidak tepat dan agitas /

hiperaktif.

c. Sumber kecemasan

Menurut Azizah, et al. (2016), sumber kecemasan antara lain:

1) Ancaman internal dan eksternal terhadap ego

Adanya gangguan pemenuhan kebutuhan dasar; makan,

minum, sexual.

2) Ancaman terhadap keamanan interpersonal dan harga diri.

a) Tidak menemukan integritas diri.

b) Tidak menemukan prestige, tidak memperoleh

aktualisasi diri.

c) kesesuaian antara pandangan diri dan lingkungan nyata.

d. Gejala-gejala kecemasan

Menurut Lalla, et al. (2022), tanda gejala kecemasan antara

lain:

1) Reaksi tubuh

a) Napas pendek.

b) Peningkatan danyut jantung juga tekanan darah.

c) Mulut kering.

d) Anoreksia.

e) Diare atau juga mungkin sembelit.

f) Gugup.
17

g) Keringat.

h) Menggigil.

i) Pusing.

2) Gambaran kognitif

a) Lapang pandang menyempit.

b) Kesulitan dalam menerima informasi lain.

c) Fokus hanya untuk hal-hal penting yang menjadi

perhatiannya.

3) Gambaran perilaku dan emosional

a) Meremas-remas tangan.

b) Berbicara dengan cepat.

c) Merasa khawatir dan mungkin menangis

e. Karakteristik tingkat kecemasan

Menurut Azizah, et al. (2016), karakteristik pada tingkat

kecemasan antara lain:

1) Cemas ringan

a) Tingkah laku

(1) Duduk dengan tenang, posisi relaks.

(2) Isi pembicaraan tepat dan normal.

b) Afektif

(1) Kurang perhatian.

(2) Nyaman dan aman

c) Kognitif

(1) Mampu konsentrasi


18

d) Fisiologis

(1) Nafas pendek.

(2) Nadi meningkat.

(3) Gejala ringan pada lambung

2) Cemas sedang

a) Tingkah laku

(1) Tremor halus pada tangan.

(2) Tidak dapat duduk dengan tenang.

(3) Banyak bicara dan intonasi cepat.

(4) Tekanan suara meningkat secara intermitten.

b) Afektif

(1) Perhatian terhadap apa yang terjadi.

(2) Khawatir, nervous.

c) Kognitif

(1) Lapangan persepsi menyempit.

(2) Kurang mampu memusatkan perhatian pada

factor yang penting.

(3) Kurang sadar pada detail disekitar yang berkaitan

d) Fisiologis

(1) Nafas pendek.

(2) HR meningkat.

(3) Mulut kering.

(4) Anoreksia.

(5) Diare, konstipasi.


19

(6) Tidak mampu relaks.

(7) Susah tidur.

3) Cemas berat

a) Tingkah laku

(1) Pergerakan menyentak saat gunakan tangan.

(2) Banyak bicara.

(3) Kecepatan bicara meningkat cepat.

(4) Tekanan meningkat, volume suara keras

b) Afektif

(1) Tidak adekuat, tidak aman.

(2) Merasa tidak berguna.

(3) Takut terhadap apa yang akan terjadi.

(4) Emosi masih dapat dikontrol

c) Kognitif

(1) Lapangan persepsi sangat sempit.

(2) Tidak mampu membuat kaitan.

(3) Tidak mampu membuat masalah secara luas.

d) Fisiologis

(1) Nafas pendek.

(2) Nausea.

(3) Gelisah.

(4) Respon terkejut berlebihan.

(5) Ekspresi ketakutan.

(6) Badan bergetar.


20

4) Panik

a) Tingkah laku

(1) Tidak mampu mengendalikan motorik.

(2) Kasar.

(3) Aktifitas yang dilakukan tidak bertujuan.

(4) Pembicaraan sulit dimengerti.

(5) Suara melengking, berteriak.

b) Afektif

(1) Merasa kaget, terjebak, ditakuti, teror.

c) Kognitif

(1) Persepsi menyempit.

(2) Berpikir tidak teratur.

(3) Sulit membuat keputusan dan penilaian.

d) Fisiologis

(1) Nafas pendek.

(2) Rasa tercekik/tersumbat.

(3) Nyeri dada.

(4) Gerak involunter.

(5) Tubuh bergetar.

(6) Ekspresi wajah mengerikan.

f. Penatalaksanaan kecemasan

Menurut Imelisa, et al. (2020), penatalaksanaan kecemasan

antara lain:
21

1) Penatalaksanaan farmakologi

Pengobatan untuk anti kecemasan terutama

benzodiapine, obat ini digunakan untuk jangka pendek

dan tidak dianjurkan untuk jangka pajang karena

pengobatan ini menyebabkan toleransi dan

ketergantungan. Obat anti kecemasan nonbenzodiapine,

seperti buspiro (buspar) dan berbagai anti depresan juga

digunakan.

2) Penatalaksanaan farmakologi

a) Distraksi

Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan

kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada

hal-hal lain shingga pasien akan lupa terhadap cemas

yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan

menyebabkan pelepasan endofin yang menyebabkan

lebih sedikit stimuli cemas yang di transmisikan ke

otak. Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan

memberikan dukungan spiritual (membacakan doa

sesuai agama dan keyakinannya), sehingga dapat

menurunkan hormon-hormon stressor, mengaktifkan

hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks,

dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan

tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga

menurunkan tekanan darah serta memperlambat


22

pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas

gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam

atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan

ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih

dalam dan metabolisme yang lebih baik.

b) Relaksasi

Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa

relaksasi, meditasi, relaksasi imajinasi dan visualisasi

serta relaksasi progresif.

c) Penatalaksanaan Cemas Ringan dan Cemas Sedang

(1) Berpikir positif

Seseorang yang dilanda kecemasan umumnya

memiliki pola pikir yang tidak rasional cenderung

berpikiran negatif. Sehingga diri mereka selalu

dihantui perasaan khawatir, padahal penyebabnya

tidak jelas. Untuk mengatasi hal ini langkah

pertama yang harus kita lakukan adalah berpikir

positif terhadap diri sendiri, kepada orang lain,

kepada keadaan dan kepada sang pencipta.

Biasakanlah diri kita untuk berpikir positif karena

hal ini akan mengarahkan kita pada sikap dan

tindakan yang positif pula.


23

(2) Berdoa/berdzikir

Dengan banyak berdoa, energi positif kita akan

meningkat dan akan menghilangkan energi-energi

negative yang ada dalam pikiran dan tubuh. Berdoa

selain wujud pendekatan diri kepada sang

pencipta, doa juga merupakan terapi penghilang

kecemasan yang dapat diandalkan.

(3) Konsultasikan pada ahli

Kalau memungkinkan sebaiknya konsultasikan

masalah tersebut dengan ahlinya, misalnya

psikolog dan tenaga kesehatan lain seperti dokter,

perawat, bidan dan yang lainnya.

g. Proses keperawatan pada klien dengan kecemasan

Menurut Azizah, et al. (2016), proses keperawatan pada klien

dengan kecemasan antara lain:

1) Faktor predisposisi

a) Teori psikoanalisa

(1) Muncul konflik emosional antara id dan superego.

(2) Cemaskan reaksi fisiologis terhadap

ketidakmampuan sexual.

b) Teori interpersonal

(1) Penolakan interpersonal.

(2) Proses kehilangan.

(3) Perpisahan.
24

c) Teori behavior

(1) Wujud frustasi ketidakmampuan mencapai tujuan.

(2) Teori keluarga.

(3) Teori biologis.

2) Faktor presipitasi

a) Ancaman Integritas fisik.

b) Ancaman terhadap konsep diri.

3) Sumber koping

Modal ekonomi, kemampuan menyelesaikan masalah

(mekanisme koping), dukungan sosial, budaya,

keyakinan dan lain-lain.

4) Mekanisme koping

Ansietas sedang dan berat dapat menimbulkan tipe

mekanisme koping sebagai berikut:

a) Task Oriented suatu tindakan untuk memenuhi

tuntutan dari situasi stress secara realistic:

(1) Perilaku menyerang (agresif)

Untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan

untuk kepuasan.

(2) Menarik diri

Untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman

fisik dan psikologis.

(3) Perilaku kompromi.

Untuk memuaskan aspek kebutuhan pribadi.


25

b) Mekanisme pertahanan ego

5) Diagnosa keperawatan

a) Resiko tinggi kekerasan.

b) Cemas berat.

c) Ganggguan komunikasi verbal.

6) Intervensi

a) Cemas sedang

(1) Bina hubungan saling percaya.

(2) Bantu klien mengenal dan mengakui rasa

cemasnya.

(3) Analisa penyebab dan bagaimana terjadinya

masalah (meningkatkan kesadaran).

(4) Melatih mekanisme koping adaptif.

(5) Tingkatkan relaksasi.

b) Cemas berat dan panik

(1) Bina hubungan saling percaya.

(2) Meningkatkan kesadaran diri perawat.

(3) Melindungi klien.

(4) Modifikasi lingkungan.

(5) Mendorong aktifitas.

(6) Melaksanakan program terapi.


26

E. Penelitian yang Relevan


Berdasar penelusuran pustaka yang penulis lakukan, ada

beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penellitian ini,

diantaranya:

1. Liestyaningrum, et al. (2019)

Penelitian berjudul pengaruh tindakan relaksasi otot

progresif untuk mengurangi kecemasan pada pasien pre-operasi

katarak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

teknik relaksasi otot progresif di poli mata Royal Medical, Dental

dan Eye Center Surabaya. Populasi pada penelitian ini adalah

lansia pre operasi katarak yang mengalami kecemasan, dengan

jumlah sampel sebanyak 30 responden. Berdasarkan hasil

penelitian dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki

tingkat kecemasan ringan setelah diajarkan teknik relaksasi otot

progresif di poli mata Royal Medical, Dental dan Eye Center

Surabaya, sehingga teknik relaksasi otot progresif bisa digunakan

salah satu kegiatan untuk menurunkan tingkat kecemasan.

2. Handayani dan Rahmayati, (2018)

Penelitian berjudul pengaruh Aromaterapi Lavender, Relaksasi

Otot Progresif dan Guided Imagery terhadap Kecemasan Pasien

Pre Operatif. Tujuan penelitian adalah mengetahui efektifitas

relaksasi progresif untuk menurunkan kecemasan pasien pre

operatif. Populasi penelitian adalah pasien dewasa yang akan

menjalani operasi bedah efektif di RSUD dr. H. Abdul Moeloek


27

Provinsi Lampung. Hasil penelitian ini menyimpulkan Relaksasi

Otot Progresif efektif menurunkan kecemasan pre operatif (rata-

rata skor sebelum intervensi 7.67 (SD 7.890), skor sesudah

intervensi 4.05 (SD 5.806)) dengan ρ-value 0.000.

3. Febristi, et al. (2022)

Penelitian berjudul pengaruh terapi progressive muscle

relaxation terhadap ansiety rate pada pasien pre-operasi Dengan

general anastesi era pandemi covid-19 Di Rumah Sakit Siti

Rahmah Padang. Lebih dari separuh (73,3%) pasien pra operasi

yang merasakan kecemasan ringan dan sebanyak (26,7%)

merasakan kecemasan sedang dalam keadaan pre-test sebelum

diberikan intervensi terapi Relaksasi Otot Progresif. Tingkat

kecemasan minimum adalah 18 dan tingkat kecemasan

maksimum adalah 22. Setelah diberikan intervensi terapi relaksasi

otot progresif. (100%) mengungkapkan tidak merasa cemas

dengan distribusi rentang Max-Min, nilainya antara 7-14 dengan

distribusi yang berbeda, namun dalam hal pengkategorian

kuesioner HARS, semua skor dinilai tidak ada kecemasan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hasil Uji

Statistik menunjukkan bahwa pValue < (P = 0,000) terdapat

perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan

intervensi musckle relaxation progressive therapy pada pra

operasi umum pasien anestesi umum masa pandem Covid-19 Di

RS Siti Rahmah Padang.


28

F. Kerangka Konsep.

Ancaman terhadap integritas fisik Ancaman terhadap konsep diri

Kecemasan

Gangguan Fisik Gangguan kognitif Gangguan perilaku


dan emosional

Penatalaksanaan

Farmakologi Non-farmakologi

Relaksasi Terapi Distraksi


kognitif

Relaksasi otot
progresif

Cemas berkurang
29

Keterangan:

: Ruang lingkup yang diteliti.

: Ruang lingkup secara umum.

D. Hipotesis.
Teknik relaksasi otot progresif efektif untuk menurunkan tingkat

kecemasan pada pasien pre-operasi di RUMAH SAKIT Dr. OEN

KANDANG SAPI SOLO.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Kerja
Menurut Putri, et al. (2022), kerangka kerja konseptual adalah

representasi dari hubungan yang diharapkan peneliti untuk dilihat

antara variable dalam penelitian.

Kerangka penelitian efektifitas relaksasi otot progresif terhadap

tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di RUMAH SAKIT Dr.

OEN KANDANG SAPI SOLO, dapat peneliti uraikan sebagai berikut

X1 X2

Keterangan :
X1 : Tingkat kecemasan pasien pre operasi sebelum melakukan
relaksasi
X2 : Tingkat kecemasan pasien pre operasi sesudah melakukan
relaksasi
O : Perlakuan (progresif) relaksasi otot

Bagan diatas menjelaskan pada penelitian ini akan meneliti

tentang pengaruh atau efektifitas relaksasi otot progresif terhadap tingkat

kecemasan pada pasien pre operasi di RUMAH SAKIT Dr. OEN

KANDANG SAPI SOLO.

30
31

B. Desain Penelitian
Desain penelitian dapat diibaratkan sebagai kompas atau

penunjuk arah. Selama proses penelitian, desain penelitian sebagai

panduan supaya peneliti tidak mengalami kesulitan dalam

menentukan tujuan penelitian. Desain penelitian juga digunakan

sebagai penggambaran hubungan antara variabel secara jelas,

termasuk pengumpulan data dan analisis data (Donsu, 2016).

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu atau

quasy experimental design dengan rancangan pre post experimental

untuk mengetahui efektifitas relaksasi otot progresif terhadap tingkat

kecemasan pada pasien pre operasi di RUMAH SAKIT Dr. OEN

KANDANG SAPI SOLO dengan cara membandingkan tingkat

kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi otot progresif.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling


1. Populasi

Populasi merupakan seluruh objek atau subjek yang memiliki

kualitas dan karakteristik tertentu yang sudah ditentukan oleh

peneliti sebelumnya. Populasi dapat disimpulkan sebagai objek

atau subjek yang berada pada suatu wilayah yang telah

memenuhi syarat penelitian (Donsu, 2016).

Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang akan dilakukan

program operasi di RUMAH SAKIT Dr. OEN KANDANG SAPI

SOLO.
32

2. Sampel

Menurut Notoatmodjo (1993) sebagaimana dikutip oleh

Kurniawan, dan Agustini (2021) sampel penelitian adalah

sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi tersebut. Sampel pada

penelitian ini adalah pasien pre operasi. Adapun kriteria inklusi

dan eksklusi dari sampel adalah :

a. Kriteria inklusi

1) Bersedia sebagai responden

2) Pasien yang akan dilakukan program operasi

b. Kriteria eksklusi

1) Tidak bersedia sebagai responden

2) Tidak mengikuti intervensi sampai selesai

3. Teknik Sampling

Terkait pemilihan subyek dalam penelitian maka peneliti akan

berhadapan dengan masalah populasi dan sampel. Populasi yang

teramat besar jumlahnya menuntut peneliti membutuhkan waktu

yang lama, biaya dan tenaga yang besar sehingga perlu

dilakukan pemilihan sampel yang mewakili populasi. Ukuran

sampel penelitian harus dihitung secara ilmiah dan matematis

sesuai dengan pedoman dalam penelitian sehingga benar-benar

merepresentasikan kondisi populasi (Mawarti, et al. 2021).


33

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah

purposive sampling, yaitu pengambilan sampel didasarkan atas

pertimbangan peneliti sendiri. Penelitian ini dilaksanakan pada

pasien pre operasi di Lantai 8 Utara RUMAH SAKIT Dr OEN

KANDANG SAPI SOLO, sesuai dengan jadwal yang ditentukan

oleh peneliti.

D. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan variabel operasional yang

dilakukan penelitian berdasarkan karakteristik yang diamati. Definisi

operasional ditentukan berdasarkan parameter ukuran dalam

penelitian. Definisi operasional mengungkapkan variabel dari skala

pengukuran masing-masing variabel tersebut (Donsu, 2016), definisi

operasional dalam penelitian ini sebagai berikut :


34

Tabel 3.1
Definisi Operasional Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat
Kecemasan pada Pasien Pre Operasi di RUMAH SAKIT Dr. OEN
KANDANG SAPI SOLO
Variabel Definisi Alat Indikator Skala Hasil
Ukur ukur ukur
Kecemasan Suatu Kusioner 1. Perasaan Rasio Skor
perasaan HARS ansietas kecemasan
yang 2. Ketegangan ..................
berlebihan 3. Ketakutan
dan dapat 4. Gangguan tidur
menyebab- 5. Gangguan
kan pasien kecerdasan
menghindari 6. Perasaan
operasi depresi
sehingga 7. Gejala somatik
berpengaruh (otot)
terhadap 8. Gejala somatik
proses (sensorik)
berjalannya 9. Gejala
operasi. kardiovaskuler
10. Gejala
respiratori
11. Gejala
gastrointestinal
12. Gejala
urogenital
13. Gejala otonom
14. Tingkah laku
pada
wawancara

Tindakan : pada pasien pre operasi akan dilakukan teknik relaksasi otot

progresif selama 20-25 menit sebelum dilakukannya tindakan operasi.


35

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada penelitian ini hanya mengukur efektifitas

relaksasi otot progresif terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre

operasi sesuai kriteria inklusi.

F. Alat Penelitian dan Instrumen Penelitian


Menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam pola

prosedur penelitian. Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam

mengumpulkan data yang diperlukan. Menyusun instrumen pada

dasarnya adalah menyusun alat evaluasi, karena mengevaluasi adalah

memperoleh data tentang sesuatu yang diteliti, dan hasil yang diperoleh

dapat diukur dengan menggunakan standar yang telah ditentukan

sebelumnya oleh peneliti (Siyoto dan Sodik, 2015).

Alat ukur yang digunakan adalah HARS (Hamilton Anxiety

Rating Scale) untuk mengukur tingkat kecemasan yang terdiri atas 14

pertanyaan tentang gejala kecemasan.

G. Metode Pengumpulan Data


Kegiatan penelitian yang terpenting adalah pengumpulan data.

Pengumpulan data dalam penelitian perlu dipantau agar data yang

diperoleh dapat terjaga tingkat validitas dan reliabilitasnya (Siyoto dan

Sodik, 2015). Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai

berikut:

1. Mengurus permohonan surat pengantar penelitian dari SEKOLAH

TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI KOSALA.


36

2. Peneliti mengajukan surat izin kepada pihak RUMAH SAKIT Dr.

OEN KANDANG SAPI SOLO.

3. Setelah mendapat izin dari pihak RUMAH SAKIT Dr. OEN

KANDANG SAPI SOLO, peneliti melakukan pendekatan kepada

pasien yang akan dilakukan operasi dan menjelaskan maksud,

tujuan, dan manfaat dari penelitian.

4. Peneliti akan mengukur tingkat kecemasan sebelum dilakukanya

terapi relaksasi otot progresif.

5. Peneliti akan memberikan terapi relaksasi pada pasien yang akan

dilakukan operasi di RUMAH SAKIT Dr. OEN KANDANG SAPI

SOLO, selama 20-25 menit.

6. Mengukur kembali tingkat kecemasan setalah dilakukannya terapi

relaksasi otot progresif.

7. Melakukan analisa data.

H. Analisa Data
Analisa data merupakan cara mengolah data agar dapat

disimpulkan atau diinterprestasikan menjadi informasi. Dalam statistik,

informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan

keputusan, umumnya dalam penguji hipotesis, namun yang lebih

penting adalah analisa data untuk menyimpulkan agar data dapat

diinformasikan/diinterprestasikan (Hidayat, 2017). Setelah kuesioner

diisi oleh responden dan memperoleh jawaban kuesioner, selanjutnya

dilakukan pengolahan data dan analisa statistik.


37

1. Metode pengolahan data

Menurut Hidayat (2017), langkah-langkah pengolahan

data adalah sebagai berikut:

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat

dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah

terkumpul.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode angka

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan

analisa data menggunakan komputer. Biasanya dalam

pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam

satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat

lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

c. Entri data

Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database

komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi

sederhana atau bisa juga membuat tabel kotingensi.

d. Scoring

Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau

hasil observasi sehingga jawaban responden atau hasil


38

observasi dapat diberikan dengan konsisten. Selain itu perlu

diperhatikan dengan seksama terhadap pertanyaan dalam

kuesioner yang bersifat negatif.

e. Tabulating

Tabulating merupakan tahap kegiatan pengorganisasian

dan sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah,

disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.

Tabel 3.2
Distribusi Frekuensi Variabel Skor Kecemasan Pasien Pre dan
Post Operasi di RUMAH SAKIT Dr. OEN KANDANGSAPI SOLO
Sebelum Diberikan Relaksasi Otot Progresif
Skor Kecemasan Pre Post
f % f %
1. …….
2. …….
3. …….
Dst.

Total

2. Analisa statistik

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data

penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang

disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis (Hidayat,

2017).
39

a. Analisa univariat

Digunakan untuk mengetahui ukuran pemusatan dan

disperse data seperti persentase, nilai rata-rata, standar

deviasi dan sebagainya. Macam-macam bentuk analisis

deskriptif menurut Hidayat (2017), adalah :

1) Rata-rata hitung (mean)

Mean digunakan untuk data yang tidak dikelompokkan

(ungrouped data) maupun data yang dikelompokkan

(grouped data).

a) Data yang tidak dikelompokkan :


∑ 𝑥𝑖
̅) =
Rata-rata hitung (𝑥 𝑛

Keterangan :

̅) = rata-rata hitung sampel


(𝑥

𝑥𝑖 = nilai dalam suatu sampel

𝑛 = total banyaknya pengamatan dalam suatu

sampel

b) Data yang dikelompokkan :


∑ 𝑓𝑖 . 𝑥𝑖
Rata-rata hitung (𝑥
̅) =
∑ 𝑓𝑖

Keterangan :

𝑥𝑖 = tanda kelas atau nilai tengah interval (bila

merupakan interval).

𝑓𝑖 = frekuensi yang sesuai dengan nilai tengah

interval 𝑥𝑖 (bila merupakan interval).


40

2) Median (nilai tengah)

Median merupakan nilai yang terletak di tengah dari

suatu set nilai atau pengamatan yang disusun menurut

array.

a) Data tidak dikelompokkan (ungrouped data)

Terdapat 2 (dua) rumus untuk menentukan letak

atau posisi median :

(1) Bila banyaknya pengamatan gasal, median


𝑛+1
terletak pada urutan ke: 2
n = banyak

pengamatan

(2) Bila banyak pengamatan genap, median


𝑛 𝑛+2
terletak pada urutan ke:2dan 2

b) Data yang dikelompokkan

Rumus median :
𝑛⁄
2−∑ 𝑓
Median = Lo + C [ 𝑓
]

Keterangan :

Lo = batas bawah kelas median yaitu kelas

di mana median terletak

C = panjang kelas median

n = banyak data atau pengamatan

∑𝑓 = jumlah semua frekuensi dari semua kelas

di bawah kelas median

𝑓 = frekuensi kelas median


41

3) Modus

Modus digunakan untuk menyatakan fenomena yang

paling banyak terjadi, dan secara tidak sadar paling

banyak digunakan dan sering dipakai untuk

menyatakan rata-rata data kualitatif. Misalnya:

penyebab kematian terbanyak dan jenis penyakit

terbanyak.

a) Data tidak dikelompokkan (ungrouped data)

Modus ditentukan dengan jalan menentukan

frekuensi terbanyak diantara data itu.

b) Data yang dikelompokkan

Rumus Modus :
𝑑1
Mo = Lo + C *𝑑 +
1 + 𝑑2

Keterangan :

Lo = batas bawah kelas modal yaitu kelas

dengan frekuensi terbanyak.

C = panjang kelas.

d1 = selisih frekuensi kelas modal dikurangi

frekuensi kelas interval sebelum kelas.

d2 = selisih frekuensi kelas modal dikurangi

frekuensi kelas interval sebelum kelas.


42

4) Simpangan baku (standar deviasi)

a) Data tidak dikelompokkan (ungrouped data)

Rumus :

̅) 2
∑ 𝑓 (𝑋−𝑋
SD =√ (𝑛−1)

b) Data dikelompokkan (grouped data)

Cara langsung (direct method)

Rumus :

̅) 2
∑ 𝑓 (𝑋𝑖 −𝑋
SD = √ (𝑛−1)

b. Analisa bivariat

Menurut Donsu (2016), analisis bivariat yaitu analisis data

yang menganalisis dua variabel. Analisis jenis ini sering

digunakan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh x

dan y antar variabel satu dengan variabel lainnya. Selain

mencari pengaruh x dan y, analisis bivariat juga dapat

digunakan untuk mencari perbedaan variabel x dan z.

Langkah-langkah dalam analisis bivariat adalah sebagai

berikut :

a. Hipotesa alternatif penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah relaksasi otot

progresif efektif terhadap penurunan tingkat kecemasan

pada pasien pre operasi.


43

b. Tabel statistik

Tabel statistik dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.3
Tingkat Kecemasan sebelum dan sesudah Relaksasi pada Pasien Pre
Operasi di RUMAH SAKIT Dr. OEN KANDANG SAPI SOLO

No. Nilai Rata-Rata Tingkat Mean Keterangan


Responden kecemasan Different P/Sign
Pre Post
1
2
3
Dst

Jumlah

c. Menentukan uji statistik

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Dependent paired T-Test (uji T). Menurut Hidayat

(2017), uji T dapat digunakan dengan membandingkan

atau mengkomparasikan data untuk mengetahui

perbedaan 1 kelompok sampel sebelum dan sesudah

diberi perlakuan.

Rumus :
̅
𝐷
t= 𝑆𝐷
( )
√𝑁

Keterangan:

t = nilai t hitung
44

SD = standar deviasi pengukuran sampel 1 dan 2

N = jumlah sampel

̅
𝐷 = rata-rata pengukuran sampel 1 dan 2

I. Tempat dan Waktu Penelitian


Pada penelitian yang berjudul Relaksasi Otot Progresif

terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi di RUMAH

SAKIT Dr. OEN KANDANG SAPI SOLO dilaksanakan pada bulan

Februari hingga April 2023.

J. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini

dapat terinci dalam bentuk tabel berikut:


45

Tabel 3.4

Jadwal Penelitian Efektifitas Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat


Kecemasan pada Pasien Pre Operasi di RUMAH SAKIT Dr. OEN
KANDANG SAPI SOLO
Pelaksanaan 2023
Kegiatan
Januari Februari Maret April Mei

1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Pengajuan judul
ke pembimbing
Pengumuman
judul
(rekapitulasi)
Penulisan
proposal
Pengumpulan
proposal
Ujian proposal
(UAS)
Uji Ulang dan
Revisi Proposal
Batas Akhir
Pengumpulan
Proposal (revisi)
DAFTAR PUSTAKA

Alfianto, Ahmad. Sari, Dwi. Wahyudi, Joko. Ning, Iswati. Marthasari, Ni.
Sinthania, Debby. Asmaria, Mike. Aristoteles. Azza, Awatiful.
Yuderna, Vivi. Suharto, Agung. Widiarta, Gede. Riyanti, Eka.
2023. Aplikasi Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan
Berbasis Perilaku Caring. Media Sains Indonesia, Banten.

Azizah, Lilik Ma’rifatul. Imam, Zainuri. Amar, Akbar. 2016. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori Dan Aplikasi Praktik Klinik.
Indomedia Pustaka, Yogyakarta.

Damanik, Rani. 2021. Kecemasan Masyarakat & Resiliensi pada Masa


Vaksinasi COVID-19. Penerbit Insan Cendekia Mandiri,
Sumatra Barat.

Djafar, Rizkan. Ariska. 2022. Kecemasan Masyarakat Tentang Varian


Covid-19 Omicron Dengan Vaksinasi Covid-19. Penerbit
Lakeisha, Jawa Tengah.

Donsu, Jenita. 2016. Metodologi Penelitian Keperawatan. Pustaka Baru


Press, Yogyakarta.

Febristi, Anisa. Nurhmidah, Rahman. Nopan, Saputra. 2022. “Pengaruh


Terapi Progressive Muscle Relaxation Terhadap Anxiety Rate
Pada Pasien Pre-Operasi Dengan Genaral Anestesi Era
Pandemi Covid-19 Di Rumah Sakit Rahmah Padang”, Jurnal
Kesehatan Medika Saintika. Volume 13 Nomor 1. Padang.
Diakses pada Juni 2022.

Handayani, Ririn. EL, Rahmayati. 2018. “Pengaruh Aromaterapi


Lavender, Relaksasi Otot Progresif, Guided Imagery Terhadap
Kecemasan Pasien Pre-Operatif”, Jurnal Kesehatan. Volume 9
Nomor 2. Tanjungkarang. Diakses Pada Agustus 2018.

Hidayat. 2017. Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan.


Salemba Medika, Jakarta.

Imelisa, Rahmi. Achmad, Setya. Khrisna, Wisnusakti. Inggit, Restika.


2020. Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikososial. Edu Publisher,
Tasikmalaya.

Kurniawan, Wawan. Agustini, Aat. 2021. Metodologi Penelitian


Kesehatan dan Keperawatan. CV. Rumah Pustaka, Cirebon.

46
47

Lalla, Nur. Wibowo, Hanafi. Yunike. Ira, Kusumawaty. Herna, Alfiani.


Meti, Agustini. Muhammad, Anwari. Anis, Laela. Suriyani.
Ardiyanto. 2022. Keperawatan Jiwa. PT. Global Eksekutif
Teknoloi, Padang.

Liestyaningrum, Wiwik. Sri, Suhardiningsih. 2019. “Pengaruh Tindakan


Relaksasi Otot Progresif Untuk Mengurangi Kecemasan Pada
Pasien Pre-Operasi Katarak”, Jurnal Ilmu Kesehatan. Volume
15 Nomor 1. Surabaya. Diakses pada Mei 2018.

Mawarti, Herin. Simbolon, Idauli. Khotimah, I. Pranata, Lilik. Simbolon,


Sedia. Simanjuntak, Mubarak. Faridah, Umi. Koerniawan,
Zuliani. Maramis, James. 2021. Pengantar Riset Keperawatan.
Yayasan Kita Menulis, Sumatera Utara.

Putri, S. Lameky, V. Pangaribuan, S. Manurung, M. Mataputun, D.


Wasilah, H. Herawati, T. Rahmasari, R. Rahardjo, N. Soputri, N.
Darmayanti, D. Purnamawati, I. Resmiati, & Utami, R. (2022).
Metodologi Riset Keperawatan. Yayasan Kita Menulis,
Sumatera Utara.

Rasdiyanah. 2022. Mengenal Hipertensi Pada Kelompok Dewasa


Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. NEM, Bojong

Rihiantoro, Tori. Handayani, Ririn. Wahyuningrat, Niluh. Suratminah.


2018. “Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi”, Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik. Vol. 14. No. 2. Lampung. Diakses pada
Maret 2023.

Sitohang, Tiur. Rosyad, Yafi. Kora, Firmina. Rias, Yohanes. 2020.


Kecemasan Masyarakat Indonesia Selama Pandemi COVID-
19. Zahir Publishing, Yogyakarta.

Siyoto, Sandu. Sodik, Muhammad. 2015. Dasar Metodologi Penelitian.


Literasi Media Publishing, Yogyakarta

Sukma, Rahardian. 2017. Move On Dari Pikiran Negatif. Penerbit


Saufa, Yogyakarta.

Widiyono. Atik, Aryani. Indriyati. Sutrisno. Anik, Suwarni. Fajar, Alam


Putra. Vitri, Dyah. 2022. Buku Ajar Terapi Komplementer
Keperawatan. Lembaga Chakra Brahmanda Lentera. Kediri.
Lampiran

Nomor :
Lampiran :
Perihal : Permohonan Ijin Penelitian

Yth. Ketua
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI KOSALA
Di tempat
Dengan hormat,
Untuk memenuhi tugas mata ajar Pengantar Penelitian
Keperawatan pada semester IV di SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PANTI KOSALA Program Studi Diploma III
Keperawatan, maka dengan ini saya :
Nama : 1. Nathania. P.M (D3A2021.042)
2. Ririn. A. K (D3A2021.048)

Tingkat / Semester : II / IV

Judul Penelitian : Efektifitas Relaksasi Otot Progresif


Terhadap Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Pre-Operasi di RUMAH SAKIT
Dr.OEN KANDANG SAPI SOLO
Lokasi Penelitian : RUMAH SAKIT Dr. OEN KANDANG
SAPI SOLO
Mohon untuk dapat dibuatkan surat pengantar dari
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI KOSALA.

Demikian surat permohonan saya, atas perhatian Ibu dan


terkabulnya permohonan diatas saya mengucapkan terima
kasih.

Sukoharjo, April 2023

Peneliti

(Nathania. P.M) (Ririn. A. K)

48
Lampiran

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :

Responden Penelitian

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : 1. Nathania Puan Maharani (D3A2021.042)

2. Ririn Anisa Kusumawati (D3A2021.048)

Alamat : RUMAH SAKIT Dr. OEN KANDANG SAPI SOLO

Adalah Mahasiswa SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI

KOSALA Progam Studi Diploma III Keperawatan, yang sedang melakukan

penelitian dengan judul ”Efektivitas Relaksasi Otot Progresif Terhadap

Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre-Operasi di RUMAH SAKIT Dr. OEN

KANDANG SAPI SOLO”. Dengan ini memohon kesediaan saudara/ri

untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Kerahasiaan

semua informasi akan dijaga dan hanya akan digunakan untuk

kepentingan penelitian. Mohon saudara/ri dapat menyetujui, dan saya

mengharapkan kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan

serta menjawab pertanyaan yang saya ajukan.

Atas persetujuan dan kesediaan saudara/ri sebagai responden kami

mengucapkan terimakasih.

Hormat Saya

(Nathania) (Ririn)
49
Lampiran

LEMBAR PERSETUJUAN

MENJADI RESPONDEN

Setelah saya diberi informasi dan penjelasan secukupnya, saya

yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bersedia ikut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang

akan dilakukan oleh Mahasiswa dari STIKES PANTI KOSALA yang

bernama Nathania Puan Maharani dan Ririn Anisa Kusumawati yang

berjudul Efektivitas Relaksasi Otot Progresif terhadap Tingkat Kecemasan

pada Pasien Pre-Operasi di RUMAH SAKIT Dr. OEN KANDANG SAPI

SOLO.

Paraf dan tanda tangan yang saya berikan ini akan menjadi bukti

bahwa saya secara sukarela bersedia menjadi responden dalam penelitian

tersebut.

Sukoharjo, April 2023

Responden

50
Lampiran

LEMBAR KUESIONER
EFEKTIVITAS RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP TINGKAT
KECEMASAN PADA PASIEN PRE-OPERASI DI RUMAH SAKIT
DR.OEN KANDANG SAPI SOLO

HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY(HARS)

Nomor Responden :
Nama Responden :
Tanggal Pemeriksaan :

Skor : 0 = tidak ada


1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah

51
Lampiran

10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak

11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri

14 Tingkah Laku Pada Wawancara


- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
Skor Total =

52

Anda mungkin juga menyukai