S
DI WISMA ANGGREK PANTI WREDHA HARAPAN IBU
NGALIYAN SEMARANG
Disusun oleh :
DINA RATNAWATI
22020113183004
LEMBAR PERNYATAAN
Dina Ratnawati
22020113183004
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lansia merupakan individu yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas
baik pria maupun wanita, yang masih aktif dalam beraktivitas dan bekerja
maupun yang sudah tidak berdaya dalam mencari nafkah sendiri sehingga akan
bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya sendiri (Maryam,
2008). WHO telah menggolongkan usia lanjut menjadi 4 tahapan yaitu: usia
pertengahan (middle age) yaitu usia antara 45 59 tahun, lanjut usia (elderly)
yaitu usia antara 60 74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 75 90
tahun dan usia sangat tua (very old) yaitu usia berada diatas 90 tahun (Nugroho,
2008). Lansia merupakan suatu rangkaian dari proses tumbuh kembang yang
harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis (Hutapea,
2005).
Penuaan merupakan suatu proses yang terjadi secara alami yang tidak
dapat dihindari, berjalan terus menerus, dan berkesinambungan. Sehingga dari
hal tersebut akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia
pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan (Maryam, R. Siti dkk,2008). Seiring dengan bertambahnya usia
dan populasi lanjut usia akan turut meningkatkan kejadian penyakit kronik dan
ketidakberdayaan di kalangan mereka (Santoso, 2009).
Hasil penelitian yang telah dilakukan di Malaysia menyebutkan bahwa
penyakit kronik dan akut yang paling banyak dilaporkan oleh subjek penelitian
adalah tekanan darah tinggi (32.7%) dan artritis (29.6%). Dimana sebaran
subjek antara laki-laki dan perempuan yang mengidap tekanan darah tinggi,
gout atau artritis hampir berimbang. Fungsi fisiologis yang terjadi pada lansia
secara umum mengalami gangguan muskoloskeletal, seperti: gangguan pada
sendi atau arthtritis (Santoso, 2009).
Salah satu jenis gangguan sendi yang sering terjadi pada lansia yaitu
osteoarthtritis. Osteoarthritis yang juga disebut dengan penyakit sendi
degeneratif, artritis degeneratif, osteoarthritis, atau artritis hipertrofik.
Osteoarthritis merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling sering
terjadi dan menimbulkan gejala pada orang orang usia lanjut maupun
setengah baya (Smeltzer, 2002).
Prevalensi osteoarthritis pada lanjut usia setiap tahunnya selalu
mengalami peningkatan. Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, (2004)
prevalensi penderita osteoarthritis di dunia pada tahun 2004 mencapai 151,4
juta jiwa dan 27,4 juta jiwa berada di Asia Tenggara. Angka osteoarthritis total
di Indonesia 34,3 juta orang pada tahun 2002. Pada tahun 2007 mencapai 36,5
juta orang dan 40% dari populasi usia di atas 70 tahun menderita osteoarthritis
dan 80% mempunyai keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan
sampai berat (Tangtrakulwanich, 2006). Di Indonesia, prevalensi osteoartritis
mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada
usia >61 tahun serta osteoarthritis lutut secara radiologis cukup tinggi yaitu
mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita (Dewi S.K, 2009).
Hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 6 April 2015 di
Panti Wredha Harapan Ibu Ngaliyan, didapatkan data sebagian besar lansia
sering mengalami gangguan sendi, salah satunya pada Ny. S. Ny.S mengatakan
sering merasa nyeri pada persendian sebelah kiri dan mengalami deformitas
pada ibu jari dan telunjuk kedua kaki, saat ini Ny.S masih dapat berjalan lambat
secara mandiri tanpa bantuan tongkat. Ny.S mengatakan tidak sanggup berdiri
terlalu lama, jika berdiri lama persendian kaki, lutut, dan punggung Ny.S akan
terasa sakit. Ny.S mengatakan sudah menderita osteoarthtritis sejak lama.
Peran perawat sangat diperlukan dalam penanganan masalah yang
sering terjadi pada lansia. Peran perawat sebagai care giver dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang diperlukan bagi lansia. Peran perawat sebagai
edukator dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai penanganan
masalah kesehatan yang dialami oleh lansia. Peran perawat sebagai konselor
dapat memberikan konseling pada lansia mengenai masalah yang dihadapi
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan pada
lansia dengan masalah gangguan rasa nyaman fisik: nyeri pada persendian
tubuh, hambatan berjalan dan insomnia berhubungan dengan stress
(kebiasaan merenung sebelum tidur), dengan memperhatikan proses
penuaan yang terjadi pada lansia ditinjau dari biopsikososiospiritual dan
kultural di Ruang Anggrek Panti Wredha Harapan Ibu ngaliyan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada lansia dengan masalah
Gangguan rasa nyaman fisik: nyeri pada persendian, hambatan berjalan,
dan Insomnia berhubungan dengan stress (kebiasaan merenung
sebelum tidur).
b. Mahasiswa mampu menentukan prioritas diagnosa yang telah
ditemukan.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana intervensi yang tepat pada lansia
dengan masalah Gangguan rasa nyaman fisik: nyeri pada persendian,
hambatan berjalan, Insomnia berhubungan dengan stress (kebiasaan
merenung sebelum tidur).
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi yang tepat pada lansia
dengan masalah Gangguan rasa nyaman fisik: nyeri pada persendian,
hambatan berjalan, dan Insomnia berhubungan dengan stress
(kebiasaan merenung sebelum tidur).
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dan menyusun rencana tindak
lanjut pada lansia dengan masalah Gangguan rasa nyaman fisik: nyeri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANSIA
Lansia merupakan individu yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas
baik pria maupun wanita, yang masih aktif dalam beraktivitas dan bekerja
maupun yang sudah tidak berdaya dalam mencari nafkah sendiri sehingga akan
bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya sendiri (Maryam,
2008). Pada individu yang memasuki usia lanjut akan terjadi proses penuaan.
Proses penuaan yaitu menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahanlahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi. Usia lanjut merupakan bagian dari proses tumbuh
kembang yang terjadi secara alami yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses
penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
Departemen Kesehatan (DEPKES RI) telah membagi lansia menjadi 3
kelompok berdasarkan tingkat usia, yaitu (Tamher, 2009):
1. Kelompok usia dalam masa virilitas (45-54 tahun), merupakan kelompok
yang berada dalam keluarga dan masyarakat luas.
2. Kelompok usia dalam masa prasenium (55-64 tahun), merupakan kelompok
yang berada dalam keluarga, organisasi lanjut usia dan masyarakat pada
umumnya.
3. Kelompok usia masa senescrus (> 65 tahun) dan usia lanjut dengan resiko
tinggi (>70 tahun), merupakan kelompok yang umumnya hidup sendiri,
terpencil, hidup dalam panti dan menderita penyakit berat.
WHO mengklasifikasi lansia menjadi 4 batasan usia:
1. Usia pertengahan (middle age)
: 45-59 tahun
: 60-74 tahun
: 75-90 tahun
: diatas 90 tahun
cairan
tulang
menurun
sehingga
mudah
rapuh
paling
sering
ditemukan
dan
kerapkali
menimbulkan
2. Etiologi
a. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air,
dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki
lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang
lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi
oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan
sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi
karena bahan yang harus dikandungnya.
d. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat
badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis
mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah
kegemukan.
e. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma
yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomeka
nik sendi tersebut.
f. Keturunan
h. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan
sendi
akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/s
eimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.
i. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam
proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong
sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan
kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi
proteaglikan menurun.
j. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosf
at
dapat
10
sendi
merupakan
reaksi
peradangan
karena
4. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi
11
tertentu.
Pengeluaran
enzim
lisosom
menyebabkan
pada
beberapa
kejadian
akan
mengakibatkan
terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang
dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang
digunakannya sendi tersebut.Perubahan-perubahan degeneratif yang
mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi
infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya
akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligamen atau adanya
perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang
rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi,
deformitas, adanya hipertropi atau nodulus (Prince, 2000).
5. Manajemen Penatalaksanaan
a. Tindakan preventif
1) Penurunan berat badan
2) Pencegahan cedera
3) Screening sendi paha
4) Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
b. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul
c. Terapi konservatif : kompres hangat, mengistirahatkan sendi,
pemakaian alat-alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami
inflamasi.
12
yang
menahun
dan
ketidakmampuannya
yang
13
d. Makanan / cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi
makanan atau cairan adekuat : mual, anoreksia, dan kesulitan untuk
mengunyah.
Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
e. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi secara mandiri, ketergantungan pada orang lain.
f. Neurosensory
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan.
Tanda : pembengkakan sendi simetri.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai / tidak disertai pembengkakan
jaringan lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama
pada pagi hari ).
h. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus
kaki, kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga,
demam ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membrane
mukosa.
i. Interaksi sosial
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan
peran, isolasi (Doenges, 2000).
14
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Nama lansia
: Ny. S
2. Usia
: 83 tahun
3. Agama
: Islam
4. Suku
: Jawa
5. Jenis kelamin
: Wanita
6. Nama wisma
: Anggrek
7. Pendidikan
8. Riwayat pekerjaan
9. Status perkawinan
: Janda
: Bu Kani
C. DIMENSI BIOFISIK
1. RIWAYAT PENYAKIT (6 bulan terakhir)
Pada saat pengkajian Ny. S mengeluhkan nyeri dan kaku pada
persendian pada tubuh bagian kiri yang sudah lama di alami oleh Ny. S
16
serta jari jari kaki, khususnya bagian ibu jari dan telunjuk pada kedua kaki
yang mengalami kelainan bentuk sehingga membuat Ny.S mengalami
kesulitan berjalan. Ny.S mengatakan dirinya jarang mengalami sakit yang
parah atau penyakit tertentu yang mengharuskan Ny. S sampai dirawat di
rumah sakit. Ny. S pernah jatuh sekitar 2 tahun yang lalu saat awal-awal
masuk panti karena terjerembab di selokan saat hendak melangkahkan kaki
untuk menjemur cucian. Selama dipanti Ny. S hanya mengalami masuk
angin yang bisa langsung disembuhkan dengan mengoleskan minyak angin
dan kerikan koin saja. Meskipun terkadang mengalami kesulitan berjalan
seperti tidak bisa menaiki tangga, tidak sanggup berdiri terlalu lama, tidak
bisa berjalan di jalan menurun sendiri, serta tidak kuat berjalan terlalu lama,
Ny.S mengatakan masih dapat beraktivitas secara mandiri. TD: 130/90
mmHg, RR : 24x/menit, teratur, HR : 84x/menit, kuat dan teratur.
Tekanan darah
6 April 2015
130/90 mmHg
7 April 2015
130/70 mmHg
8 April 2015
130/80 mmHg
9 April 2015
130/70 mmHg
10 April 2015
130/70 mmHg
11 April 2015
120/70 mmHg
13 April 2015
130/90 mmHg
14 April 2015
130/70 mmHg
15 April 2015
130/80 mmHg
17
16 April 2015
130/70 mmHg
17 April 2015
130/90 mmHg
18 April 2015
130/90 mmHg
b. RIWAYAT VAKSINASI
Ny.S mengatakan tidak tahu mengenai vaksinasi yang pernah
dilakukannya. Pengkajian dengan pengasuh didapatkan data bahwa
selama di Panti Wreda Harapan Ibu Ny.S belum pernah mendapatkan
vaksin.
4. STATUS GIZI
TB = 1,41 m , BB = 42 kg
IMT =
42
1,412
= 21, 12 (normal)
18
c. Masalah nutrisi
Ny.S mengatakan makan 3x setiap hari, yaitu pagi, siang dan sore. Ny.S
juga mengatakan terkadang tidak menghabiskan makanan yang
diberikan dari panti karena dengan alasan makanannya terkadang
dengan menu yang terlalu pedas bagi Ny. S, atau merasa dirinya sudah
kenyang makan cemilan roti. Ny.S hanya memakan setengah porsi dari
makanan yang disiapkan.
19
: mandiri
Berpakaian
: mandiri
: mandiri
Toileting
: mandiri
Personal hygiene
: mandiri
Mandi
: mandiri
Indeks KATZ A
20
D. DIMENSI PSIKOLOGI
1. STATUS KOGNITIF
The Short Portable Mental Status Quesionnaire (SPMSQ)
Jawaban
Pertanyaan
Betul
Salah
21
4. STATUS DEPRESI
The Geriatric Depresion Scale
PERTANYAAN
JAWABAN
JAWABAN
Ny. P
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
anda
meninggalkan
anda
berfikir
sangat
22
13. Apakah
anda
merasa
penuh
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
7. KEADAAN EMOSI
a. Anxietas
Ny.S sama sekali tidak mengalami kecemasan saat dilakukan
pengkajian. Ny.S mengatakan tidak sedang mencemaskan apapun,
karena berada dipanti sudah cukup membuatnya nyaman dibandingkan
dirumah.
b. Perubahan perilaku
Tidak ada perubahan perilaku pada Ny.S. Ny.S merupakan tipe yang
cukup aktif dan sedikit malu-malu. Ny. S selalu bergaul dengan
23
E. DIMENSI FISIK
1. LUAS WISMA
Luas tanah : 3.744 m2
Luas wisma: 2.303 m2
2. KEADAAN LINGKUNGAN DI DALAM WISMA
a. Penerangan
Penerangan di dalam wisma tergolong baik. Pada siang hari cahaya
matahari dapat masuk ke seluruh ruangan dengan maksimal karena
terdapat total 42 jendela kaca yang dibuka setiap hari. Penerangan pada
malam hari terdapat 6 buah bola lampu. Penerangan dalam kamar mandi
cukup terang sehingga pada malam hari apabila ada lansia yang akan ke
toilet akan mendapatkan penerangan cukup.
b. Kebersihan dan kerapian
Di tempat tidur Ny.P barang rapi, Ny.P selalu merapikan tempat tidur
dan lemari setiap pagi. Meja tampak rapi dan pakaian kotor Ny. P selalu
dikumpulkan dibawah tempat tidur/dipan. Lantai di sekitar tempat tidur
Ny.P juga bersih dan selalu dipel oleh pengasuh panti.
c. Pemisahan ruangan antara pria dan wanita
Di panti harapan ibu ini hanya terdapat lansia wanita sehingga tidak ada
pembatas ruangan antara lansia pria dan lansia wanita, hanya ada
seorang lansia laki-laki yang membantu memasak di dapur.
24
d. Sirkulasi udara
Terdapat 2 jendela di masing-masing tempat tidur yang terbuat dari kaca
bening, yang dapat di buka dan ditutup. Terdapat 3 pintu yang dapat
digunakan sebagai akses keluar masuk lansia.
e. Keamanan
Lantai terbuat dari keramik. Kondisi lantai rata dan tidak licin. Selalu
dibersihkan setiap hari. Terdapat pegangan untuk pengaman namun
hanya ada di 1 ruang yaitu ruangan teras kamar mandi, di ruangan tidak
ada. Tidak terdapat alarm tanda bahaya atau bel pemanggil pengasuh
wisma. Ditempat mencuci lantai juga licin dan kotor.
f. Sumber air minum
Sumber air yang digunakan untuk mandi adalah air sumur. Sumber air
minum yang digunakan adalah air isi ulang (galon).
g. Ruang berkumpul bersama
Terdapat 2 ruangan yang dapat digunakan sebagai ruang berkumpul
bersama yang sekaligus merupakan kamar tidur lansia dan 1 ruangan
penerima tamu yang merupakan area berkumpul jika sedang
menyelenggarakan acara. Terdapat 2 TV di wisma/ruangan Anggrek, 1
TV di wisma Mawar, 1 TV dan seperangkat sound speaker di ruangan
tamu serta 1 kipas angin pada masing-masing ruangan.
25
bekas
makanan
sembarangan
diselokan
sehingga
F. DIMENSI SOSIAL
1. HUBUNGAN LANSIA DENGAN LANSIA DIDALAM WISMA
Ny. S mengatakan hubungannya dengan lansia lain baik, tetapi tidak
semuanya baik, menurut Ny.S diruang anggrek terdapat penguasa yang
selalu memarahi lansia lain. Ny.S mengaku hanya memiliki tiga teman
akrab di panti. Teman akrabnya adalah teman yang berada dekat dengan
tempat tidurnya merupakan tempat berbagi cerita dan meminta tolong.
2. HUBUNGAN ANTAR LANSIA DI LUAR WISMA
Ny.S mengatakan bahwa dirinya berkomunikasi seperlunya dengan lansia.
Ny. S tidak mau berhubungan terlalu jauh, takut menimbulkan kesalah
pahaman.
3. HUBUNGAN LANSIA DENGAN ANGGOTA KELUARGA
Ny.S mengatakan suaminya sudah meninggal dan Ny.S memiliki dua anak
laki-laki yang bekerja dan tinggal di Slawi dan Semarang. Kedua anaknya
sudah berkeluarga dan sibuk dengan pekerjaan dan keluarganya. Sebelum
26
27
tidur dan selau terbangun dimalam hari. BAK pada malam hari biasanya 12x, terkadang tidak bisa tidur setelahnya. Ketika siang hari Ny.S jarang tidur
siang.
3. POLA ELIMINASI
Ny.S mengatakan setiap hari BAK sebanyak 4-5 kali. Ny.S mengatakan
tidak pernah mengompol dan bisa menahan perasaan ingin BAK. Setiap
merasa ingin BAK, Ny.S mampu berjalan ke kamar mandi dengan pelanpelan.
Ny.S mengatakan BAB lancar, setiap hari sekali, paling lama 2 hari sekali.
Ny.S mengatakan BAB padat dan tidak sakit ketika mengeluarkan feses.
Terakhir BAB tadi pagi.
4. KEBIASAAN BURUK LANSIA
Ny.S tidak mempunyai kebiasaan buruk baik merokok, minum-minuman
keras, atau mengkonsumsi obat tidur.
5. PELAKSANAAN PENGOBATAN
Berdasarkan wawancara dengan pengasuh didapatkan hasil bahwa,
pelaksanaan pengobatan dilakukan di puskesmas pembatu Beringin. Jika
ada lansia yang membutuhkan obat, lansia bisa mendapatkannya dari
pengasuh panti. Bagi lansia yang membutuhkan perawatan lebih biasanya
di rujuk ke beberapa rumah sakit seperti RS. Tugurejo dan RS. Permata
Medika dengan menggunakan jamkesmas. Ny. S saat ini memakai obat
tetes mata untuk mengurangi pandangannya yang kabur dan salep atau
bedak tabur jika merasa ada yang gatal pada tubuhnya.
6. KEGIATAN OLAHRAGA
Ny. S mengatakan selama tinggal di panti selalu berusaha mengikuti
kegiatan olah raga setiap hari senin dan jumat jika badan sedang tidak nyeri,
dan olah raga menjadi rutin saat ada mahasiswa praktikan. Berdasarkan
wawancara dengan pengasuh didapatkan hasil bahwa di Panti Wreda
Harapan Ibu kegiatan olahraga pada hari senin dipandu oleh salah satu
lansia yang mahir senam.
28
7. REKREASI
Di Panti Wreda Harapan Ibu khususnya Wisma Aggrek yang merupakan
kamar tidur Ny. S terdapat 2 TV dalam 1 ruang, tetapi Ny.S mengatakan
jarang menonton TV dan hanya mendengarkan suara TV saja yang sedang
ditonton oleh temannya karena siaran TV nya kurang jelas dikarenakan
pandangan yang kabur jika sedang tidak memakai kacamata.
8. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Berdasarkan wawancara dengan pengasuh dan para lansia di Panti Wreda
Harapan Ibu didapatkan data bahwa dalam sistem pengambilan keputusan
dalam wisma dilakukan oleh pengasuh wisma namun sebelumnya telah
didiskusikan dengan para lansia terlebih dahulu.
29
30
3. PEMERIKSAAN FISIK
No
Hari/Tanggal
Bagian/Region
Hasil Pemeriksaan
Masalah
Keperawatan
yang Muncul
Selasa, 7 April
Kepala
2015
09.50 WIB
Tidak ada
Wajah/Muka
keriput dan
Tidak ada
Mata
Tidak ada
ikterik,
katarak,
buram/kabur
memakai
tidak
penglihatan
dan
kacamata
terdapat
agak
terkadang
untuk
membantu membaca.
Telinga
Tidak ada
31
Tidak ada
Leher
Tidak ada
kelenjar tiroid
Thoraks
Tidak ada
Jantung
I : IC tidak tampak
Tidak ada
Abdomen
Tidak ada
kemerahan
Au: Bising usus (+) 7 kali/ menit
Pe: timpani
Pa: tidak ada nyeri tekan
10
Ekstrimitas atas
Nyeri
11
Ekstrimitas bawah
turgor kulit
- Nyeri
- Hambatan
berjalan
jika
digerakkan,
terlihat
32
ANALISA DATA
Hari/Tanggal
Data focus
DS:
09.00 WIB
Diagnosa Keperawatan
(00133)
P: Ny. S mengatakan nyerinya timbul dan terasa sangat sakit jika Nyeri Kronis berhubungan dengan Proses
bangun tidur, berdiri terlalu lama, berjalan jauh dan hendak tidur.
Q: Ny. S mengatakan nyerinya itu terasa seperti tertusuk tusuk dan
njarum.
R: Ny. S mengatakan nyeri dan kaku pada persendian pada tubuh
bagian kiri yang sudah lama di alami oleh Ny. S serta jari jari
kaki, khususnya bagian ibu jari dan telunjuk pada kedua kaki yang
mengalami kelainan bentuk.
S: Ny. S mengatakan kalau skala nyerinya antara 1-10 berkisar
pada
33
Penyakit (Osteoarthritis)
TTD
Dina
Hari/Tanggal
Data focus
Diagnosa Keperawatan
TTD
DS:
(00088)
Dina
Hambatan
berjalan
berhubungan
gangguan muskuloskeletal
dengan
DS:
(00095)
34
Dina
Hari/Tanggal
Data focus
Diagnosa Keperawatan
35
TTD
PRIORITAS MASALAH
No
1
Diagnosa Keperawatan
(00133)
Nyeri Kronis berhubungan dengan Proses
Prioritas Masalah
Pembenaran
TTD
High
Dina
Penyakit (Osteoarthritis)
Masalah Gangguan rasa nyaman : nyeri mengacu pada keluhan
nyeri pada persendian, ekstremitas atas dan bawah sebelah kiri
pada tubuh yang dirasakan Ny. S. Nyeri yang terjadi bisa berasal
dari tanda dan gejala penyakit yang sudah diderita Ny. S, dilihat
dari faktor umur. Usia mengalami penurunan fungsi fisik maupun
psikologis. Dikarenakan Nyeri yang terjadi menganggu aktifitas
Ny. S maka ini dianggap harus segera ditangani petama kali
karena keterbatasan aktiftas mengakibatkan penurunan kualitas
hidup Ny. S.
Dampak:
Akibat
dari
nyeri
yang
cukup
mengganggu
aktifitas
36
No
Diagnosa Keperawatan
Prioritas Masalah
Pembenaran
TTD
Keefektifan intervensi:
Intervensi Nyeri dapat dilakukan secara non farmakologis dan
dapat dilakukan oleh individu atau dibantu perawat. Pelaksanaan
intervensi (yang meliputi kegiatan untuk menurunkan tingkat
nyeri) yang dilakukan secara berkelanjutan merupakan kunci dari
keberhasilan penatalaksanaan masalah gangguan rasa nyaman
Ny. S.
2
(00088)
Hambatan berjalan berhubungan dengan
Medium
gangguan muskuloskeletal
Urgency: Hambatan berjalan menjadi medium priority karena
hambatan yang dialami Ny. S masih dalam taraf gangguan ringan
dan Ny. S masih mampu melakukan segala aktivitas secara
mandiri, yang diukur menggunakan Indeks KATZ dengan score
A
37
Dina
No
Diagnosa Keperawatan
Prioritas Masalah
Pembenaran
TTD
(00095)
Insomnia berhubungan dengan stress
Low
38
Dina
No
Diagnosa Keperawatan
Prioritas Masalah
Pembenaran
TTD
RENCANA KEPERAWATAN
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kode
Umum
1
(00133)
Nyeri
dengan
Kronis
Proses
(Osteoarthritis)
berhubungan
Penyakit
Setelah
keperawatan
keperawatan
minggu,
selama
diharapkan
menit,
dilakukan
selama
diharapkan
nyeri
persendian,
a. Keluhan
berulang
pada
berkurang
dengan
kriteria hasil:
a.
NIC
Khusus
nyeri
Intervensi
tindakan
12x60
Ny.
Pain Management
1400
1.
frekuensi,
kualitas,
2.
3.
nyeri
4.
Latihan peregangan
Kompres hangat
dan tenang
39
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kode
Umum
sebelah
NIC
Khusus
kiri
Intervensi
tidak
5.
bertambah
b.
Ny.
mengatakan
nyeri berkurang.
c.
2
Setelah
keperawatan
keperawatan
menit,
mengoptimalkan
bertahap
dengan
kriteria hasil:
dengan
perilaku
a.
Ny.
selama
sesuai
mampu
keseimbangan
b.
tindakan
selama
12x60
diharapkan
dapat
batas
saat
3.
yang
Tempatkan
benda-benda
yang
Melakukan
50
tanpa
2.
kemampuan
penampilan
fungsi
langkah
Environmental Management
1.
mempertahankan
dilakukan
6480
(00088)
pergerakkan
0222
jatuh.
40
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kode
Umum
c.
Ny.
berpindah
NIC
Khusus
mampu c.
Mempertahankan
dengan
mobilitas
mudah.
5.
optimal
Ny.
Dampingi
Ny.
untuk
yang
dapat di toleransi
d.
Intervensi
mampu
mempertahankan
keseimbangan
saat
berjalan
e.
3.
(00095)
Setelah
keperawatan selama 10 x 30
keperawatan selama 10 x 30
stress
hasil:
a.
(kebiasaan
sebelum tidur)
merenung
atau
dapat
meningkat menjadi 6
b.
dilakukan
tindakan
1850
Sleep Enhancement:
1. Jelaskan pentingnya tidur yang
adekuat
2. Fasilitas untuk mempertahankan
aktivitas sebelum tidur
terapi komplementer.
4. Jelaskan
efek-efek
41
medikasi
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Kode
Umum
b. Kualitas
tidur
ditunjukkan
Ny.S
Khusus
baik
dengan
menyatakan
c.
Ny.
mengatakan
Intervensi
NIC
6. Instruksikan untuk monitor tidur
Ny. S
7. Monitor kebutuhan tidur Ny. S
setiap hari
8. Berikan
terapi
komplementer,
dan
terapi
otot
pogresif
9. Berikan terapi spiritual sebelum
tidur
10. Ajarkan intake nutrisi yang baik
untuk tidur
42
Waktu
09.00
Diagnosa
Tujuan
Implementasi
Keperawatan
(00133)
Nyeri
Khusus
berhubungan
dengan
Umum
Proses
keperawatan
selama
minggu,
diharapkan selama
gangguan
rasa
nyeri
Evaluasi Formatif
dilakukan
tindakan
1.
rasa sakit.
keperawatan
12x60
menit,
Penyakit
fisik:
(Osteoarthritis)
O: 2.
berulang
cara mengantisipasinya
O: Ny. S kooperatif
hasil:
a.
Gangguan
rasa
3.
persendian,
kiri
4.
tidak
bertambah.
43
b.
c.
Ny.
mengatakan
nyeri berkurang.
P:
1.
2.
Waktu
09.00
Diagnosa
Tujuan
Implementasi
Keperawatan
(00133)
Nyeri
Khusus
berhubungan
dengan
Umum
Proses
keperawatan
selama
minggu,
diharapkan selama
gangguan
rasa
nyeri
Evaluasi Formatif
dilakukan
tindakan
1.
keperawatan
12x60
fisik:
(Osteoarthritis)
peregangan/
rentang
7 hari berturut-turut
S: Ny. S mengatakan nyaman kalau di kompres
Latihan
menit,
Penyakit
44
hasil:
d.
Gangguan
rasa
pada
P:
persendian,
1.
Latihan peregangan
2.
sebelah
kiri
tidak
bertambah.
e.
Ny.
mengatakan
nyeri berkurang.
f.
10.00
(00088)
Setelah
Hambatan berjalan
keperawatan
tindakan
Berhubungan
selama
dengan
melakukan
diharapkan
gangguan
secara
muskuloskeletal
ekstremitas
keseimbangan
a.
Ny.
selama
mobilisasi
bertahap
sesuai
mampu
mempertahankan
dilakukan
keperawatan
12x60
Menyediakan
kondisi
lingkungan
menit,
O: Ny. S kooperatif
dapat
mengoptimalkan fungsi
dengan
1.
2.
Mengidentifikasi
kebutuhan
dan
tubuh
perilaku
batas
sebelum tidur.
O: -
45
keseimbangan
saat
berdiri lama.
b.
Ny.
kemampuan
mampu a.
Ny.
berpindah
Menempatkan
benda-benda yang
penampilan
yang
saat
posisi
duduk
berjalan
c.
3.
kriteria hasil:
mempertahankan
keseimbangan
dengan
P:
ke
1.
berdiri
mampu b.
Melakukan
dengan
pergerakkan
mudah
dan
perpindahan
bertahap
c.
Mempertahankan
mobilitas
yang
optimal
dapat
di
toleransi
10.30
(00095)
Setelah
Insomnia
keperawatan selama 10 x
tindakan
berhubungan
selama 10 x 30 menit
tidur
dengan
stress
(kebiasaan
merenung sebelum
tidur
berkurang
dengan
kriteria hasil:
a.
dilakukan
1.
keperawatan
tidur
pada
malam
hari
tetap
1.
Ny.
diberikan
2.
Lama
bersedia
terapi
melakuan
mencobanya lagi
dan aromaterapi
komplementer.
46
O:-
aromaterapi
dan
akan
dapat
b.
meningkat
2.
3.
hari.
tidur
3.
Ny. S mengatakan
ditunjukkan dengan
melakukan
terapi
Ny. S menyatakan
spiritual
setiap
P:
sebelum tidur
1.
2.
Waktu
16.00
Diagnosa
Tujuan
Implementasi
Keperawatan
(00133)
Nyeri
Khusus
berhubungan
dengan
Umum
Proses
keperawatan
selama
minggu,
diharapkan selama
gangguan
rasa
nyeri
Evaluasi Formatif
tindakan
dilakukan
1.
keperawatan
12x60
menit,
fisik:
(Osteoarthritis)
Ny.
merasa
cukup
hari berturut-turut
47
mengatakan
menyenangkan
untuk
2.
Penyakit
S:
melakukan
mengurangi
dialaminya
O: skala nyeri 3
rasa
kompres
nyeri
yang
a.
berulang
melanjutkan lagi
hasil:
a.
Gangguan
rasa
pada
P:
persendian,
1.
2.
sebelah
kiri
tidak
bertambah.
b.
Ny.
mengatakan
nyeri berkurang.
c.
17.00
(00088)
Setelah
Hambatan berjalan
keperawatan
tindakan
Berhubungan
selama
dengan
melakukan
diharapkan
gangguan
secara
muskuloskeletal
ekstremitas
keseimbangan
a.
Ny.
selama
mobilisasi
bertahap
sesuai
mampu
mempertahankan
dilakukan 1.
keperawatan
12x60
menit,
2.
dapat
mengoptimalkan fungsi
dengan
dan
O: -
gerak (ROM)
tubuh
batas
48
keseimbangan
saat
berdiri lama.
b.
Ny.
kemampuan
mampu
a.
Ny.
1.
Penampilan
yang
saat
posisi
duduk
mampu
berpindah
dengan
b.
ke
Melakukan
pergerakkan
mudah
dan
perpindahan
bertahap
c.
Mempertahankan
mobilitas
yang
optimal
dapat
Ny.
berdiri
S
Mendampingi
untuk
berjalan
c.
P:
kriteria hasil:
mempertahankan
keseimbangan
dengan
di
toleransi
49
Waktu
10.00
Diagnosa
Tujuan
Implementasi
Keperawatan
(00133)
Nyeri
Khusus
berhubungan
dengan
Umum
Proses
keperawatan
selama
minggu,
diharapkan selama
gangguan
rasa
nyeri
Evaluasi Formatif
tindakan
dilakukan 1.
fisik:
(Osteoarthritis)
2.
a.
menit,
Penyakit
keperawatan
12x60
kaku
O: Ny. S mengikuti kegiatan dengan aktif,
skala nyeri 2
S: Ny. S mengatakan merasa senang
O: Ny. S kooperatif
hasil:
P:
a.
Gangguan
rasa
1.
persendian,
kiri
tidak
bertambah.
50
b.
Ny.
mengatakan
nyeri berkurang.
c.
09.00
(00088)
Setelah
Hambatan berjalan
keperawatan
tindakan
Berhubungan
selama
dengan
melakukan
diharapkan
gangguan
secara
muskuloskeletal
ekstremitas
keseimbangan
a.
selama
mobilisasi
bertahap
Ny.
sesuai
mampu
saat
Ny.
mampu
Ny.
a.
dengan
mudah
(Senam lansia)
P:
tubuh
1.
batas
dengan
duduk
b.
(Senam lansia)
yang
ke
Melakukan
pergerakkan
Mendampingi
Ny.
untuk
berdiri
berpindah
dan
Penampilan
posisi
saat
mampu
dapat
kemampuan
berjalan
c.
menit,
mengoptimalkan fungsi
mempertahankan
keseimbangan
12x60
kriteria hasil:
berdiri lama.
b.
1.
keperawatan
dengan
mempertahankan
keseimbangan
dilakukan
dan
perpindahan
bertahap
51
c.
Mempertahankan
mobilitas
yang
optimal
dapat
di
toleransi
Waktu
10.00
Diagnosa
Tujuan
Implementasi
Keperawatan
(00133)
Nyeri
Kronis
Proses
keperawatan
selama
minggu,
diharapkan selama
gangguan
rasa
nyeri
Evaluasi Formatif
Khusus
berhubungan
dengan
Umum
tindakan
dilakukan 1.
menit,
Penyakit
fisik:
(Osteoarthritis)
keperawatan
12x60
2.
a.
turut
berulang
Gangguan
P:
1.
52
pada
persendian,
kiri
tidak
bertambah.
b.
Ny.
mengatakan
nyeri berkurang.
c.
08.30
(00088)
Setelah
Hambatan berjalan
keperawatan
tindakan
Berhubungan
selama
dengan
melakukan
diharapkan
gangguan
secara
muskuloskeletal
ekstremitas
keseimbangan
a.
Ny.
selama
mobilisasi
bertahap
sesuai
mampu
mempertahankan
keseimbangan
saat
Ny.
1.
keperawatan
12x60
kemampuan
mempertahankan
a.
Ny.
untuk
S:
Ny. S mengatakan setiap pagi saat bangun
menit,
tidur
dapat
Ny.
melakukan
senam
otot
peregangan
Ny. S mengatakan bisa berjalan dengan baik
dan
tubuh
dari 50 langkah.
O: Ny. S terlihat senang
batas
dengan
A: masalah teratasi
kriteria hasil:
mampu
Menganjurkan
mengoptimalkan fungsi
dengan
berdiri lama.
b.
dilakukan
P:
Penampilan yang
1.
53
keseimbangan
saat
posisi duduk ke
berjalan
c.
berdiri
Ny.
mampu
berpindah
dengan
b.
Melakukan
pergerakkan dan
mudah
perpindahan
bertahap
c.
Mempertahankan
mobilitas optimal
yang dapat di
toleransi
12.30
(00095)
Setelah
Insomnia
keperawatan selama 10 x
tindakan
berhubungan
selama 10 x 30 menit
tidur
dengan
stress
berkurang
(kebiasaan
kriteria hasil:
merenung sebelum
a.
dengan
jam
b.
atau
1.
keperawatan
dapat
Ny.
terapi
2.
komplementer.
meningkat menjadi 6 b.
bersedia
diberikan
tidur)
dilakukan
ditunjukkan dengan
54
Ny. S menyatakan
c.
Ny. S mengatakan
melakukan
terapi
P:
spiritual
setiap
sebelum tidur
1.
2.
Waktu
15.30
Diagnosa
Tujuan
Implementasi
Keperawatan
(00133)
Nyeri
Khusus
berhubungan
dengan
Umum
Proses
keperawatan
selama
minggu,
diharapkan selama
gangguan
rasa
nyeri
Evaluasi Formatif
tindakan
dilakukan
keperawatan
12x60
fisik:
(Osteoarthritis)
menit,
Penyakit
1.
2.
turut
55
a.
berulang
Gangguan
rasa
P:
1.
persendian,
kiri
tidak
bertambah.
b.
Ny.
mengatakan
nyeri berkurang.
c.
17.00
(00095)
Setelah
Insomnia
keperawatan selama 10 x
tindakan
berhubungan
selama 10 x 30 menit
tidur
dengan
stress
berkurang
(kebiasaan
kriteria hasil:
merenung sebelum
a.
tidur)
Lama
malam
dengan
1.
keperawatan
pada
tetap
dilakukan
a.
Ny.
diberikan
bersedia
terapi
komplementer.
meningkat
56
b.
b.
3.
hari.
O : Ny. S kooperatif
Ny. S mengatakan
Ny. S menyatakan
melakukan
terapi
P:
spiritual
setiap
c.
ditunjukkan dengan
sebelum tidur
1.
2.
Waktu
09.00
Diagnosa
Tujuan
Implementasi
Keperawatan
(00133)
Nyeri
Khusus
berhubungan
dengan
Umum
Proses
keperawatan
selama
minggu,
diharapkan selama
gangguan
rasa
nyeri
Evaluasi Formatif
tindakan
dilakukan
keperawatan
12x60
fisik:
(Osteoarthritis)
menit,
Penyakit
1.
2.
turut
57
a.
berulang
Gangguan
rasa
P:
1.
persendian,
kiri
tidak
bertambah.
b.
Ny.
mengatakan
nyeri berkurang.
c.
10.30
(00095)
Setelah
Insomnia
keperawatan selama 10 x
tindakan
berhubungan
selama 10 x 30 menit
tidur
dengan
stress
berkurang
(kebiasaan
kriteria hasil:
merenung sebelum
a.
tidur)
dengan
Lama
tidur
pada
malam
hari
tetap
a.
Ny.
dilakukan
1.
keperawatan
diberikan
bersedia
terapi
komplementer.
P:
meningkat
1.
58
b.
b.
hari.
ditunjukkan dengan
2.
Ny. S mengatakan
Ny. S menyatakan
melakukan
terapi
spiritual
setiap
sebelum tidur
Waktu
10.00
Diagnosa
Tujuan
Implementasi
Keperawatan
(00133)
Nyeri
Khusus
berhubungan
dengan
Umum
Proses
keperawatan
selama
minggu,
diharapkan selama
gangguan
rasa
nyeri
Evaluasi Formatif
tindakan
dilakukan
keperawatan
12x60
fisik:
(Osteoarthritis)
menit,
Penyakit
1.
2.
turut
59
a.
berulang
hasil:
a.
Gangguan
rasa
P:
1.
persendian,
kiri
tidak
bertambah.
b.
Ny.
mengatakan
nyeri berkurang.
c.
Waktu
16.00
Diagnosa
Tujuan
Implementasi
Keperawatan
(00133)
Nyeri
Umum
Khusus
berhubungan
Evaluasi Formatif
keperawatan
selama
minggu,
diharapkan selama
tindakan
dilakukan
1.
keperawatan
12x60
menit,
60
turut
dengan
Proses
gangguan
rasa
Penyakit
fisik:
nyeri
(Osteoathritis)
2.
a.
berulang
hasil:
a.
Gangguan
rasa
persendian,
A: masalah teratasi
P:
kiri
1.
tidak
bertambah.
b.
Ny.
mengatakan
nyeri berkurang.
c.
61
EVALUASI SUMATIF
Nama lansia : Ny. S
Ruang: Anggrek
Tgl/Jam
Jumat
Diagnosa
(00133)
S:
17/04/2015 Nyeri
11.45
Evaluasi Sumatif
Keperawatan
Kronis
berhubungan
Proses
dengan
Penyakit
(Osteoarthritis)
Jumat
(00088)
S:
Ny. S mengatakan kaku di persendian, lengan, dan kaki sebelah
Berhubungan dengan
gangguan
muskuloskeletal
62
2.
3.
Jumat
(00095)
S:
dengan
(kebiasaan
stress
merenung
sebelum tidur)
2.
3.
63
Masalah Kesehatan
1.
Mengajarkan
teknik 1.
Paraf
nonfarmakologi
Terapi
relaksasi
nafas dalam
Ny. S
RTL
dilakukan
2. Motivasi
Ny.
agar
selalu
Latihan peregangan
Kompres
jahe/air
hangat
(Osteoarthritis)
Dina
(7 hari
berturut-turut)
2.
Memonitor
kepuasan
Ny.
terhadap
Mengidentifikasi
kebutuhan
keamanan
peregangan
persendian
sekali
Ny. S
ekstremitas
bersama
dan
seminggu
benda
S dalam beraktifitas
yang
digunakan
gangguan muskuloskeletal
jangkauan
4.
melakukan
Menempatkan benda-
berhubungan dengan
3.
untuk
perilaku
2.
pengasuh
berdasarkan
Ny.S,
Hambatan berjalan
sering
dalam
3. Motivasi
Ny.S
untuk
terus
Menggunakan pakaian
4. Motivasi
Ny.S
untuk
terus
Ny. S
kali seminggu
Mendampingi Ny. S
untuk
berpartisipasi
64
5. Motivasi
Ny.S
untuk
melatih
Dina
5.
1.
Menjelaskan
1.
Lanjutkan
latihan
terapi
progresif
adekuat
2.
2. Menciptakan
3.
Tingkatkan
lingkungan
yang
otot
aktifitas
berdoa
nyaman
3. Menjelaskan efek-efek
medikasi terhadap pola
tidur
4. Mendiskusikan dengan
Ny. S teknik tidur yang
Insomnia berhubungan
Ny. S
nyaman
Dina
5. Menginstruksikan
terapi
komplementer,
salah
aromaterapi,
Mengajarkan
intake
65
BAB IV
PEMBAHASAN
Pengkajian yang telah dilakukan secara mendalam kepada Ny.S di Panti Wreda
Harapan Ibu Ngaliyan Semarang tanggal 6 April 2015 dan berhasil ditemukan 3
diagnosa keperawatan. Diagnosa yang pertama yaitu nyeri kronis berhubungan dengan
proses penyakit (osteoarthritis), diagnosa kedua yaitu hambatan berjalan berhubungan
dengan gangguan muskuloskeletal, dan diagnosa ketiga yaitu insomnia berhubungan
dengan stress (kebiasaan merenung sebelum tidur). Perkembangan dari masing-masing
diagnosa akan dijelaskan pada dalam grafik sebagai berikut:
1. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit (osteoarthritis)
Nyeri yang muncul disebabkan oleh manifestasi klinis dari penyakit
osteoarthritis yang diderita oleh Ny. S sejak dulu. Masalah fisiologis pada lanjut
usia dengan osteoarthtritis adalah nyeri (Potter, 2005). Nyeri pada osteoarthritis
disebabkan oleh synovial dan degradasi kartilago berkaitan dengan degradasi
kolagen dan proteoglikan oleh enzim autolitik seluler. Secara makroskopis
tampak iregularitas pada permukaan tulang rawan yang dilanjutkan dengan
ulserasi dan penurunan kandungan glikosaminoglikan yang terdiri dari
kondroitin sulfat, keratin sulfat dan asam hialuronat terjadi fibrilasi atau
iregularitas oleh karena mikrofraktur pada permukaan rawan sendi yang
memiliki serabut saraf C berdiameter kecil tidak bermielin-nocireseptor.
Nocireseptor ini mampu melepaskan substansi P dan calcitonin gene related
peptide (CGRP) menstimulasi respon nyeri dan inflamasi (Brunner dan Suddart,
2010).
Efektifitas
kompres
hangat
meningkatkan
aliran
darah
untuk
tentang manfaat jahe yang memiliki kandungan zat aktifnya dari oleoresin yang
terdiri dari gingerol, songaol dan zingeberence yang merupakan homolog dari
fenol melalui proses pemanasan. Degradasi panas dari gingerol menjadi
gingerone, shogaol dan kandungan lain terbentuk dengan pemanasan rimpang
kering dan segar pada suhu pelarut air 100C (Badreldin, 2007). Komponen jahe
mampu menekan inflamasi dan mampu mengatur proses biokmia yang
mengaktifkan inflamasi akut dan kronis seperti osteoarthritis dengan menekan
pro-inflamasi sitokinin dan cemokin yang diproduksi oleh sinoviosit, condrosite,
leukosit dan jahe ditemukan secara efektif menghambat ekspresi cemokin (Phan,
2005). Hal ini berkaitan dengan salah satu pilihan intervensi keperawatan yang
efektif untuk mengurangi nyeri yang dialami oleh Ny. S, yaitu melakukan
kompres hangat jahe.
Grafik 4.1
Grafik monitoring skala nyeri Ny. S sebelum dan sesudah melakukan
kompres hangat jahe dan latihan rentang gerak (ROM) selama 7 hari
SKALA NYERI
4
4
3
2
2
1
SKALA NYERI
34
skala nyeri sedang menjadi nyeri rendah sejumlah 12 responden, nyeri berat
menjadi rendah sebanyak 2 responden, nyeri sedang 3 responden dan yang tetap
nyeri rendah 2 responden. Terapi kompres hangat pada stadium subakut dan
kronis pada osteoarthritis mengurangi nyeri, melemaskan otot, melenturkan
jaringat ikat dan menambah kelenturan sendi (Junaidi, 2006). Kandungan jahe
bermanfaat untuk mengurangi nyeri osteoarthritis karena jahe memiliki sifat
panas, pahit dan aromatic dari oleoresin. Kandungan air dan minyak tidak
menguap pada jahe berfungsi sebagai enhancer yang dapat meningkatkan
permeabilitas oleoresin menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau
kerusakan hingga ke sirkulasi perifer (Swarbrick dan Boylan, 2002)
35
Grafik 4.3
Grafik monitoring kemampuan berjalan tanpa jatuh dan berpegangan pada
benda sekitar pada Ny. S
08-Apr-15
09-Apr-15
10-Apr-15
11-Apr-15
12-Apr-15
13-Apr-15
keseimbangan
tubuh.
Senam
lansia
berpengaruh
36
terhadap
37
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat setelah menyusun laporan asuhan keperawatan pada
Ny.S antara lain :
1. Masalah keperawatan yang muncul pada Ny.S yaitu diagnosa yang pertama
yaitu nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit (osteoarthritis),
diagnosa kedua yaitu hambatan berjalan berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal, diagnosa ketiga insomnia berhubungan dengan stress
(kebiasaan merenung sebelum tidur).
2. Kompres hangat jahe/air hangat yang di lakukan selama tujuh hari berturutturut dapat mengurasi rasa nyeri pada persendian dan ekstremitas.
3. Latihan rentang gerak (ROM) dan senam lansia dapat meningkatkan kekuatan
otot, daya tahan dan kelenturan sendi sehingga sistem muskoloskeletal yang
menurun dapat di perbaiki.
4. Aromaterapi, latihan otot progresif, dan melakukan dzikir/doa sebelum tidur
dapat membuat kualitas tidur lansia menjadi lebih baik.
B. SARAN
Adapun beberapa hal yang dapat disarankan penulis dalam penyusunan asuhan
keperawatan gerontik ini yaitu:
1. Bagi pengurus panti diharapkan untuk dapat menambah aktivitas berupa latihan
disertai rekreasi secara rutin yang dapat meningkatkan kualitas hidup dari para
lansia serta menstimulasi kembali fungsi afektif dan psikomotor pada lansia
seperti: latihan rentang gerak (ROM), senam lansia, terapi relaksasi otot
progresif dan karaoke bersama.
38
39
40
DAFTAR PUSTAKA
Phan, P.V., Sohrabi, A., Polotsky, A. (2005). Ginger Extract Components Suppress
Induction Of Chemokine Expression In Human Synoviocytes. J. Altern.
Complement. Med. 11, 149154.
Prince, Sylvia A. (2000). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC.
Puspitasari, Ika. (2010). Jadi Dokter Untuk Diri Sendiri. Bandung: Miazan Utama.
Hal 124.
Santoso, H. (2009). Memahami Krisis lanjut Usia. Jakarta: Gunung Mulia. Hal 31,
132.
Smeltzer C, Suzzane. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Sumiarsih, Titi dan Widad Lukluul. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Progresif
Terhadap Perubahan Pemenuhan Kebutuhan Tidur pada Lansia di Desa
Sijambe Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Pekajangan: Pekalongan.
Sustrani Lanny et al. (2005). Hipertensi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Swarbrick, J., dan J.C. Boylan. (2002). Encyclopedia of Pharmaceutical
Technology. Second Edition Volume 3. Marcel Dekker, Inc: New York. Hal:
2067.
Tamher, S & Noorkasiani. (2009). Penghantar Dalam Kesehatan Usia. Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung. Hal 33,42.
Tangtrakulwanich Boonsin , Geater Alan F., Chongsuvivatwong Virasakdi. (2006).
Prevalence, Patterns and Risk Factors Of Knee OA In Thai Monks. Journal
of Orthopaedic Science. 11(5) : 439 - 445.
Widyantoro P, Adhitya dkk. (2012). Hubungan Senam Lansia Dan Range Of
Motion (ROM) Lutut Pada Lansia. Fakultas Kedokteran UNISSULA
Semarang. Vol 4: 1. Hal 39-45.
Wilkinson, J. M. & Ahern, N. R. (2012) Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC.
Jakarta : EGC.