Anda di halaman 1dari 76

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

S
DI WISMA ANGGREK PANTI WREDHA HARAPAN IBU
NGALIYAN SEMARANG

Disusun oleh :
DINA RATNAWATI

22020113183004

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXV


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNDIP
SEMARANG
2015

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan dengan judul Asuhan


Keperawatan pada Ny.S (83 Th) di Panti Wredha Harapan Ibu Ngaliyan Semarang
merupakan hasil karya saya sendiri. Tidak ada karya ilmiah atau sejenisnya yang
diajukan untuk memperoleh gelar profesi atau sejenisnya di Perguruan Tinggi
manapun seperti karya yang saya susun.
Sepengetahuan saya juga, tidak ada karya ilmiah atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah karya ilmiah yang saya susun ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila pernyataan tersebut terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Semarang, April 2015

Dina Ratnawati
22020113183004

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lansia merupakan individu yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas
baik pria maupun wanita, yang masih aktif dalam beraktivitas dan bekerja
maupun yang sudah tidak berdaya dalam mencari nafkah sendiri sehingga akan
bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya sendiri (Maryam,
2008). WHO telah menggolongkan usia lanjut menjadi 4 tahapan yaitu: usia
pertengahan (middle age) yaitu usia antara 45 59 tahun, lanjut usia (elderly)
yaitu usia antara 60 74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 75 90
tahun dan usia sangat tua (very old) yaitu usia berada diatas 90 tahun (Nugroho,
2008). Lansia merupakan suatu rangkaian dari proses tumbuh kembang yang
harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis (Hutapea,
2005).
Penuaan merupakan suatu proses yang terjadi secara alami yang tidak
dapat dihindari, berjalan terus menerus, dan berkesinambungan. Sehingga dari
hal tersebut akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia
pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan (Maryam, R. Siti dkk,2008). Seiring dengan bertambahnya usia
dan populasi lanjut usia akan turut meningkatkan kejadian penyakit kronik dan
ketidakberdayaan di kalangan mereka (Santoso, 2009).
Hasil penelitian yang telah dilakukan di Malaysia menyebutkan bahwa
penyakit kronik dan akut yang paling banyak dilaporkan oleh subjek penelitian
adalah tekanan darah tinggi (32.7%) dan artritis (29.6%). Dimana sebaran
subjek antara laki-laki dan perempuan yang mengidap tekanan darah tinggi,
gout atau artritis hampir berimbang. Fungsi fisiologis yang terjadi pada lansia
secara umum mengalami gangguan muskoloskeletal, seperti: gangguan pada
sendi atau arthtritis (Santoso, 2009).

Salah satu jenis gangguan sendi yang sering terjadi pada lansia yaitu
osteoarthtritis. Osteoarthritis yang juga disebut dengan penyakit sendi
degeneratif, artritis degeneratif, osteoarthritis, atau artritis hipertrofik.
Osteoarthritis merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling sering
terjadi dan menimbulkan gejala pada orang orang usia lanjut maupun
setengah baya (Smeltzer, 2002).
Prevalensi osteoarthritis pada lanjut usia setiap tahunnya selalu
mengalami peningkatan. Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, (2004)
prevalensi penderita osteoarthritis di dunia pada tahun 2004 mencapai 151,4
juta jiwa dan 27,4 juta jiwa berada di Asia Tenggara. Angka osteoarthritis total
di Indonesia 34,3 juta orang pada tahun 2002. Pada tahun 2007 mencapai 36,5
juta orang dan 40% dari populasi usia di atas 70 tahun menderita osteoarthritis
dan 80% mempunyai keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan
sampai berat (Tangtrakulwanich, 2006). Di Indonesia, prevalensi osteoartritis
mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada
usia >61 tahun serta osteoarthritis lutut secara radiologis cukup tinggi yaitu
mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita (Dewi S.K, 2009).
Hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 6 April 2015 di
Panti Wredha Harapan Ibu Ngaliyan, didapatkan data sebagian besar lansia
sering mengalami gangguan sendi, salah satunya pada Ny. S. Ny.S mengatakan
sering merasa nyeri pada persendian sebelah kiri dan mengalami deformitas
pada ibu jari dan telunjuk kedua kaki, saat ini Ny.S masih dapat berjalan lambat
secara mandiri tanpa bantuan tongkat. Ny.S mengatakan tidak sanggup berdiri
terlalu lama, jika berdiri lama persendian kaki, lutut, dan punggung Ny.S akan
terasa sakit. Ny.S mengatakan sudah menderita osteoarthtritis sejak lama.
Peran perawat sangat diperlukan dalam penanganan masalah yang
sering terjadi pada lansia. Peran perawat sebagai care giver dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang diperlukan bagi lansia. Peran perawat sebagai
edukator dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai penanganan
masalah kesehatan yang dialami oleh lansia. Peran perawat sebagai konselor
dapat memberikan konseling pada lansia mengenai masalah yang dihadapi

lansia. Pada kesempatan ini, mahasiswa praktikan ingin mengaplikasikan peran


perawat tersebut selama dua minggu berada di Panti Wredha Harapan Ibu
Ngaliyan Semarang.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan pada
lansia dengan masalah gangguan rasa nyaman fisik: nyeri pada persendian
tubuh, hambatan berjalan dan insomnia berhubungan dengan stress
(kebiasaan merenung sebelum tidur), dengan memperhatikan proses
penuaan yang terjadi pada lansia ditinjau dari biopsikososiospiritual dan
kultural di Ruang Anggrek Panti Wredha Harapan Ibu ngaliyan.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada lansia dengan masalah
Gangguan rasa nyaman fisik: nyeri pada persendian, hambatan berjalan,
dan Insomnia berhubungan dengan stress (kebiasaan merenung
sebelum tidur).
b. Mahasiswa mampu menentukan prioritas diagnosa yang telah
ditemukan.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana intervensi yang tepat pada lansia
dengan masalah Gangguan rasa nyaman fisik: nyeri pada persendian,
hambatan berjalan, Insomnia berhubungan dengan stress (kebiasaan
merenung sebelum tidur).
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi yang tepat pada lansia
dengan masalah Gangguan rasa nyaman fisik: nyeri pada persendian,
hambatan berjalan, dan Insomnia berhubungan dengan stress
(kebiasaan merenung sebelum tidur).
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dan menyusun rencana tindak
lanjut pada lansia dengan masalah Gangguan rasa nyaman fisik: nyeri

pada persendian, hambatan berjalan, Insomnia berhubungan dengan


stress (kebiasaan merenung sebelum tidur).
f. Mahasiswa mampu membuat dokumentasi tindakan yang telah
dilakukan pada lansia dengan masalah Gangguan rasa nyaman fisik:
nyeri pada persendian, hambatan berjalan, dan Insomnia berhubungan
dengan stress (kebiasaan merenung sebelum tidur).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. LANSIA
Lansia merupakan individu yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas
baik pria maupun wanita, yang masih aktif dalam beraktivitas dan bekerja
maupun yang sudah tidak berdaya dalam mencari nafkah sendiri sehingga akan
bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya sendiri (Maryam,
2008). Pada individu yang memasuki usia lanjut akan terjadi proses penuaan.
Proses penuaan yaitu menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahanlahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi. Usia lanjut merupakan bagian dari proses tumbuh
kembang yang terjadi secara alami yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses
penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
Departemen Kesehatan (DEPKES RI) telah membagi lansia menjadi 3
kelompok berdasarkan tingkat usia, yaitu (Tamher, 2009):
1. Kelompok usia dalam masa virilitas (45-54 tahun), merupakan kelompok
yang berada dalam keluarga dan masyarakat luas.
2. Kelompok usia dalam masa prasenium (55-64 tahun), merupakan kelompok
yang berada dalam keluarga, organisasi lanjut usia dan masyarakat pada
umumnya.
3. Kelompok usia masa senescrus (> 65 tahun) dan usia lanjut dengan resiko
tinggi (>70 tahun), merupakan kelompok yang umumnya hidup sendiri,
terpencil, hidup dalam panti dan menderita penyakit berat.
WHO mengklasifikasi lansia menjadi 4 batasan usia:
1. Usia pertengahan (middle age)

: 45-59 tahun

2. Lanjut usia (elderly)

: 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua (old)

: 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old)

: diatas 90 tahun

B. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA PROSES MENUA


Perubahan fisik yang terjadi dalam proses penuaan antara lain sebagai berikut:
1. Sel: jumlah sel berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan
cairan intraseluler menurun.
2. Kardiovaskuler: katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa
darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh
darah menurun, serta meningkatnya retensi pembuluh darah perifer
sehingga tekanan darah meningkat.
3. Respirasi: kekuatan otot-otot pernapasan menurun dan kaku, elastisitas paru
menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat,
alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta
terjadi penyempitan pada bronkus.
4. Persarafan: saraf panca indra mengecil sehingga fungsi menurun serta
lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan
dengan stres. Berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga
menyebabkan berkurangnya respon motorik dan reflex.
5. Musculoskeletal:

cairan

tulang

menurun

sehingga

mudah

rapuh

(osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku


(atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut, dan mengalami sklerosis.
6. Gastrointestinal: esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar
menurun, serta peristaltic menurun sehingga daya absorpsi juga menurun.
Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesoris menurun sehingga
menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan.
7. Genitourinaria: ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,
penyaringan di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun sehingga
kemampuan mengonsentrasi urine ikut menurun.
8. Vesika urinaria : otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan retensi
urine. Prostat: hipertrofi pada 75% lansia.
9. Vagina: selaput lendir mengering dan sekresi menurun.

10. Pendengaran: membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan


pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.
11. Pengelihatan: respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap
menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan katarak.
12. Endokrin: produksi hormon menurun.
13. Kulit: keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung
dan telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut
memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta
kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk.
14. Belajar dan memori: kemampuan belajar masih ada tetapi menurun. Memori
(daya ingat) menurun karena proses encoding menurun.
15. Personality dan Adjustment (pengaturan): tidak banyak perubahan, hampir
seperti saat muda.
16. Pencapaian (achievement): sains, filosofi, seni, dan musik sangat
mempengaruhi.
(Efendi, 2009)

C. OSTEOARTHRITIS PADA LANSIA


1. Pengertian Osteoarthtritis
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi
yang

paling

sering

ditemukan

dan

kerapkali

menimbulkan

ketidakmampuan (disabilitas). Osteoartritis merupakan golongan rematik


sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan
meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada
usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60
tahun. Kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat yang tidak
diketahui penyebabnya, meskipun terdapat beberapa faktor resiko yang
berperan. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut, terutama pada sendisendi tangan dan sendi besar yang mananggung beban dan secara klinis

ditandai oleh nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak


(Smeltzer, 2002).

2. Etiologi
a. Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air,
dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki
lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang
lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi
oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan
sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi
karena bahan yang harus dikandungnya.
d. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat
badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis
mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah
kegemukan.
e. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma
yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomeka
nik sendi tersebut.
f. Keturunan

Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang


biasanya
ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena oste
oartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang
terkena.
g. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan
reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan s
endi

oleh membran sinovial dan sel-sel radang.

h. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan
sendi
akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/s
eimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.
i. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam
proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong
sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan
kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi
proteaglikan menurun.
j. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosf
at

dapat

mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam

hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi


(Mansjoer, 2000).

3. Tanda dan gejala


a. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah
apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.

10

b. Kekakuan dan keterbatasan gerak


Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat
atau saat memulai kegiatan fisik.
c. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan
dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan
simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
d. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama
dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya
dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah
rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi
dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat
dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri
dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat
diketahui penyebabnya.
e. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan

sendi

merupakan

reaksi

peradangan

karena

pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa


adanya pemerahan.
f. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
g. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi
(Mansjoer, 2000).

4. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi

11

ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur


penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress
biomekanik

tertentu.

Pengeluaran

enzim

lisosom

menyebabkan

dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling


kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang
paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan,
seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan
proksimasi.
Osteoartritis

pada

beberapa

kejadian

akan

mengakibatkan

terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang
dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang
digunakannya sendi tersebut.Perubahan-perubahan degeneratif yang
mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi
infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya
akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligamen atau adanya
perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang
rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi,
deformitas, adanya hipertropi atau nodulus (Prince, 2000).

5. Manajemen Penatalaksanaan
a. Tindakan preventif
1) Penurunan berat badan
2) Pencegahan cedera
3) Screening sendi paha
4) Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
b. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul
c. Terapi konservatif : kompres hangat, mengistirahatkan sendi,
pemakaian alat-alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami
inflamasi.

12

d. Irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen


artroscopik.
e. Pembedahan; artroplasti
Operasi, perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan
kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan
kelemahan fungsi.
f. Fisioterapi, berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang
meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat.
g. Dukungan psikososial, diperlukan pasien osteoartritis oleh karena
sifatnya

yang

menahun

dan

ketidakmampuannya

yang

ditimbulkannya (Mansjoer, 2000).

6. Dasar Data Pengkajian Pasien


a. Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk
dengan stress dengan sendi, kekakuan senda pada pagi hari, biasanya
terjadi secara bilateral dan simetris.
Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur
atau kelainan pada sendi dan otot.
b. Kardiovaskular
Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten,
sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal.
c. Integritas ego
Gejala : faktor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan social, keputusan dan
ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
diri missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk
anggota tubuh.

13

d. Makanan / cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi
makanan atau cairan adekuat : mual, anoreksia, dan kesulitan untuk
mengunyah.
Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
e. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi secara mandiri, ketergantungan pada orang lain.
f. Neurosensory
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan.
Tanda : pembengkakan sendi simetri.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai / tidak disertai pembengkakan
jaringan lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama
pada pagi hari ).
h. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus
kaki, kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga,
demam ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membrane
mukosa.
i. Interaksi sosial
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan
peran, isolasi (Doenges, 2000).

7. Diagnosa Keperawatan Osteoarthritis


a. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
penurunan, kekuatan otot.

14

c. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan


dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
e. Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat,
kesalahan interpretasi informasi (Wilkinson dan Ahern, 2012).

15

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Nama lansia

: Ny. S

2. Usia

: 83 tahun

3. Agama

: Islam

4. Suku

: Jawa

5. Jenis kelamin

: Wanita

6. Nama wisma

: Anggrek

7. Pendidikan

: SD (Tidak Tamat SMP)

8. Riwayat pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

9. Status perkawinan

: Janda

10. Pengasuh wisma

: Bu Kani

B. ALASAN BERADA DI PANTI


Ny.S mengatakan mengalami masalah dengan keluarganya, khususnya
keponakan yang selama ini merawat Ny.S sebelum dititipkan di panti.
Sebelumnya hidup bersama suaminya. Setelah suaminya meninggal akhirnya
tinggal bersama keponakannya yang diasuh sejak kecil. Dua tahun yang lalu
Ny. S dibohongi oleh keponakannya, bahwa Ny. S akan diantar berobat ke
dokter tetapi ternyata dibawa dan ditinggalkan di panti dengan alasan
keponakan Ny. S malu dengan para tamu karena kehadiran Ny. S dan cara
berjalan Ny. S yang aneh di rumah tempat tinggal keluarga keponakan Ny. S
yang sekaligus menjadi salon rias pengantin..

C. DIMENSI BIOFISIK
1. RIWAYAT PENYAKIT (6 bulan terakhir)
Pada saat pengkajian Ny. S mengeluhkan nyeri dan kaku pada
persendian pada tubuh bagian kiri yang sudah lama di alami oleh Ny. S

16

serta jari jari kaki, khususnya bagian ibu jari dan telunjuk pada kedua kaki
yang mengalami kelainan bentuk sehingga membuat Ny.S mengalami
kesulitan berjalan. Ny.S mengatakan dirinya jarang mengalami sakit yang
parah atau penyakit tertentu yang mengharuskan Ny. S sampai dirawat di
rumah sakit. Ny. S pernah jatuh sekitar 2 tahun yang lalu saat awal-awal
masuk panti karena terjerembab di selokan saat hendak melangkahkan kaki
untuk menjemur cucian. Selama dipanti Ny. S hanya mengalami masuk
angin yang bisa langsung disembuhkan dengan mengoleskan minyak angin
dan kerikan koin saja. Meskipun terkadang mengalami kesulitan berjalan
seperti tidak bisa menaiki tangga, tidak sanggup berdiri terlalu lama, tidak
bisa berjalan di jalan menurun sendiri, serta tidak kuat berjalan terlalu lama,
Ny.S mengatakan masih dapat beraktivitas secara mandiri. TD: 130/90
mmHg, RR : 24x/menit, teratur, HR : 84x/menit, kuat dan teratur.

2. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ny.S mengatakan keluarganya tidak ada yang meninggal akibat penyakit
tertentu, seperti : hipertensi, jantung, diabetes mellitus.

3. RIWAYAT PENCEGAHAN PENYAKIT


a. RIWAYAT MONITORING TEKANAN DARAH
Tanggal

Tekanan darah

6 April 2015

130/90 mmHg

7 April 2015

130/70 mmHg

8 April 2015

130/80 mmHg

9 April 2015

130/70 mmHg

10 April 2015

130/70 mmHg

11 April 2015

120/70 mmHg

13 April 2015

130/90 mmHg

14 April 2015

130/70 mmHg

15 April 2015

130/80 mmHg

17

16 April 2015

130/70 mmHg

17 April 2015

130/90 mmHg

18 April 2015

130/90 mmHg

b. RIWAYAT VAKSINASI
Ny.S mengatakan tidak tahu mengenai vaksinasi yang pernah
dilakukannya. Pengkajian dengan pengasuh didapatkan data bahwa
selama di Panti Wreda Harapan Ibu Ny.S belum pernah mendapatkan
vaksin.

c. SKRINING KESEHATAN YANG DILAKUKAN


Ny.S mengatakan belum pernah melakukan skrining kesehatan dan
Pengkajian dengan pengasuh didapatkan data bahwa selama di Panti
Wreda Harapan Ibu belum pernah dilakukan skrining kesehatan.

4. STATUS GIZI
TB = 1,41 m , BB = 42 kg
IMT =

42
1,412

= 21, 12 (normal)

5. MASALAH KESEHATAN TERKAIT STATUS GIZI


a. Masalah pada mulut
Ny.S mengatakan tidak ada masalah dengan kesehatan mulut. Terlihat
sisa makanan di gigi, mukosa tampak lembab. Ny.S mengatakan dirinya
jarang menggosok gigi, kadang 1x/hari karena merasa giginya tidak
kotor. Ny. S masih memiliki gigi walau tidak lengkap. Ny. S merasa
masih bisa mengunyah makanan yang tidak terlalu keras.
b. Perubahan berat badan
Dari hasil pengukuran berat badan bahwa berat badan Ny.S 42 kg pada
6 April 2015 dan tidak ada perubahan berat badan yang signifikan.

18

c. Masalah nutrisi
Ny.S mengatakan makan 3x setiap hari, yaitu pagi, siang dan sore. Ny.S
juga mengatakan terkadang tidak menghabiskan makanan yang
diberikan dari panti karena dengan alasan makanannya terkadang
dengan menu yang terlalu pedas bagi Ny. S, atau merasa dirinya sudah
kenyang makan cemilan roti. Ny.S hanya memakan setengah porsi dari
makanan yang disiapkan.

6. MASALAH KESEHATAN YANG DIALAMI SAAT INI


Ny. S mengeluhkan nyeri pada persendian pada tubuh bagian kiri yang
sudah lama di alami oleh Ny. S serta jari jari kaki, khususnya bagian ibu
jari dan telunjuk pada kedua kaki yang mengalami kelainan bentuk sehingga
membuat Ny.S mengalami kesulitan berjalan. Meskipun terkadang
mengalami kesulitan berjalan seperti tidak bisa menaiki tangga, tidak
sanggup berdiri terlalu lama, tidak bisa berjalan di jalan menurun sendiri,
serta tidak kuat berjalan terlalu lama,

Ny.S mengatakan masih dapat

beraktivitas secara mandiri. Ny. S selalu berhati-hati dan pelan-pelan dalam


melakukan aktivitas sehari-hari. TD: 130/90 mmHg, RR : 24x/menit,
teratur, HR : 84x/menit, kuat dan teratur.
Pengkajian nyeri PQRST:
P: Ny. S mengatakan nyerinya timbul dan terasa sangat sakit jika bangun
tidur, berdiri terlalu lama, berjalan jauh dan hendak tidur.
Q: Ny. S mengatakan nyerinya itu terasa seperti tertusuk tusuk dan njarum.
R: Ny. S mengatakan nyeri dan kaku pada persendian pada tubuh bagian kiri
yang sudah lama di alami oleh Ny. S serta jari jari kaki, khususnya
bagian ibu jari dan telunjuk pada kedua kaki yang mengalami kelainan
bentuk.
S: Ny. S mengatakan kalau skala nyerinya antara 1-10 berkisar pada angka
4, masih bisa di tahan, nyeri yang muncul menyebabkan kesusahan untuk
berjalan dan beraktifitas.

19

T: Ny.S mengatakan nyerinya salalu muncul jika berjalan dan beraktifitas


terlalu lama, kadang-kadang reda kemudian muncul lagi saat mengalami
kelelahan.
Saat pertama kali berkenalan, Ny.S terlihat ceria, setelah mengobrol cukup
lama dan membangun hubungan saling percaya, Ny.S bercerita tentang
alasan Ny.S diusir oleh keponakannya.

7. OBAT-OBATAN YANG DIKONSUMSI SAAT INI


Ny. S hanya memakai obat tetes mata dan salep/bedak gatal dari Puskesmas
untuk mengatasi pandangan mata yang kabur dan mengurangi rasa gatal
pada kulit yang terkadang muncul.

8. TINDAKAN SPESIFIK YANG DILAKUKAN SAAT INI


Ny. S mengaku untuk saat ini menggosokan bagian-bagian tubuhnya dengan
balsem geliga jika mengalami nyeri agar terasa lebih hangat dan nyaman.

9. STATUS FUNGSIONAL (AKS) (Dinilai dengan Indeks KATZ)


Mobilisasi

: mandiri

Berpakaian

: mandiri

Makan & minum

: mandiri

Toileting

: mandiri

Personal hygiene

: mandiri

Mandi

: mandiri

Indeks KATZ A

20

D. DIMENSI PSIKOLOGI
1. STATUS KOGNITIF
The Short Portable Mental Status Quesionnaire (SPMSQ)
Jawaban

Pertanyaan

Betul

Salah

1. Tanggal berapa hari ini?

2. Hari apakah hari ini?

3. Apakah nama tempat ini?

4. Berapa nomor telepon rumah anda?

5. Berapa usia anda?


6. Kapan anda lahir (tgl/bln/thn)?

7. Siapa nama presiden sekarang?

8. Siapa nama presiden sebelumnya?

9. Siapa nama ibu anda?

10. 5+6 adalah ?

Setelah dilakukan pengkajian dengan The Short Portable Mental Status


Quesionnare (SPMSQ) Ny.S menjawab semua pertanyaan dengan hasil 4
benar dan 6 salah, maka status mental Ny.S dikategorikan gangguan sedang.

2. PERUBAHAN YANG TIMBUL TERKAIT STATUS KOGNITIF


Ny.S mengatakan sulit mengingat tanggal dan orang yang baru dikenal,
tetapi dapat mengingat dengan baik kejadian-kejadian masa lalu. Ny. S
mengalami gangguan kognitif sedang.

3. DAMPAK YANG TIMBUL TERKAIT STATUS KOGNITIF


Ny. S kesulitan untuk menerima informasi baru apalagi jika disuruh untuk
mengingat berbagai hal yang terasa asing bagi Ny.S. Ny. S mudah lupa,
termasuk terkadang lupa dengan nama perawat yang berinteraksi.

21

4. STATUS DEPRESI
The Geriatric Depresion Scale
PERTANYAAN

JAWABAN

JAWABAN
Ny. P

1. Apakah pada dasarnya anda puas

Tidak

Ya

Ya

Ya

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Ya

8. Apakah anda merasa jenuh ?

Ya

Tidak

9. Apakah anda lebih suka tinggal di

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Tidak

dengan kehidupan anda?


2. Sudahkah

anda

meninggalkan

aktivitas yang anda minati?


3. Apakah anda merasa bahwa hidup
anda kosong?
4. Apakah anda merasa bosan?
5. Apakah anda mempunyai semangat
setiap waktu ?
6. Apakah anda takut sesuatu akan
terjadi pada anda ?
7. Apakah anda merasa bahagia setiap
waktu ?

rumah pada malam hari, daripada


pergi melakukan sesuatu yang baru ?
10. Apakah anda merasa bahwa anda
lebih banyak mengalami masalah
dengan ingatan anda daripada yang
lainnya ?
11. Apakah

anda

berfikir

sangat

menyenangkan hidup sekarang ini ?


12. Apakah anda merasa tidak berguna
saat ini ?

22

13. Apakah

anda

merasa

penuh

Tidak

Ya

Ya

Tidak

Ya

Tidak

berenergi saat ini ?


14. Apakah anda saat ini sudah tidak ada
harapan lagi ?
15. Apakah anda berfikir banyak orang
lain lebih baik daripada anda ?
Skor 2 : Tidak menunjukkan tanda adanya depresi.

5. PERUBAHAN YANG TIMBUL TERKAIT STATUS DEPRESI


Setelah dilakukan pengkajian dengan skala depresi (The Geriatric
Depression Scale) Ny.S memiliki skor kesesuaian sebesar 2 menunjukkan
bahwa Ny.S tidak mengalami depresi.

6. DAMPAK YANG TIMBUL TERKAIT STATUS DEPRESI


Berdasarkan pengkajian depresi pada Ny.S, status depresi Ny.S
menunjukkan Ny.S tidak mengalami depresi karena Ny.S merasa hidup
saat ini sebagai awal yang baru dalam hidupnya, hidup dipanti Ny.S merasa
menemukan teman-teman baru yang mampu diajak berbagi cerita. Ny. S
mengatakan selalu berusaha menerima dan semangat saat ini menjalani
aktivitas panti dengan lancar.

7. KEADAAN EMOSI
a. Anxietas
Ny.S sama sekali tidak mengalami kecemasan saat dilakukan
pengkajian. Ny.S mengatakan tidak sedang mencemaskan apapun,
karena berada dipanti sudah cukup membuatnya nyaman dibandingkan
dirumah.
b. Perubahan perilaku
Tidak ada perubahan perilaku pada Ny.S. Ny.S merupakan tipe yang
cukup aktif dan sedikit malu-malu. Ny. S selalu bergaul dengan

23

penghuni panti. Ny.S menghabiskan waktu dipanti seperti tidur, makan


dan ikut kegiatan harian panti.
c. Mood
Dari hasil pengkajian diketahui bahwa keadaan emosi cukup stabil.
Ny.S senang saat diajak berbicara oleh perawat, berbagi cerita tentang
pengalaman masa lalu, dan memberikan nasihat yang baik untuk
perawat.

E. DIMENSI FISIK
1. LUAS WISMA
Luas tanah : 3.744 m2
Luas wisma: 2.303 m2
2. KEADAAN LINGKUNGAN DI DALAM WISMA
a. Penerangan
Penerangan di dalam wisma tergolong baik. Pada siang hari cahaya
matahari dapat masuk ke seluruh ruangan dengan maksimal karena
terdapat total 42 jendela kaca yang dibuka setiap hari. Penerangan pada
malam hari terdapat 6 buah bola lampu. Penerangan dalam kamar mandi
cukup terang sehingga pada malam hari apabila ada lansia yang akan ke
toilet akan mendapatkan penerangan cukup.
b. Kebersihan dan kerapian
Di tempat tidur Ny.P barang rapi, Ny.P selalu merapikan tempat tidur
dan lemari setiap pagi. Meja tampak rapi dan pakaian kotor Ny. P selalu
dikumpulkan dibawah tempat tidur/dipan. Lantai di sekitar tempat tidur
Ny.P juga bersih dan selalu dipel oleh pengasuh panti.
c. Pemisahan ruangan antara pria dan wanita
Di panti harapan ibu ini hanya terdapat lansia wanita sehingga tidak ada
pembatas ruangan antara lansia pria dan lansia wanita, hanya ada
seorang lansia laki-laki yang membantu memasak di dapur.

24

d. Sirkulasi udara
Terdapat 2 jendela di masing-masing tempat tidur yang terbuat dari kaca
bening, yang dapat di buka dan ditutup. Terdapat 3 pintu yang dapat
digunakan sebagai akses keluar masuk lansia.
e. Keamanan
Lantai terbuat dari keramik. Kondisi lantai rata dan tidak licin. Selalu
dibersihkan setiap hari. Terdapat pegangan untuk pengaman namun
hanya ada di 1 ruang yaitu ruangan teras kamar mandi, di ruangan tidak
ada. Tidak terdapat alarm tanda bahaya atau bel pemanggil pengasuh
wisma. Ditempat mencuci lantai juga licin dan kotor.
f. Sumber air minum
Sumber air yang digunakan untuk mandi adalah air sumur. Sumber air
minum yang digunakan adalah air isi ulang (galon).
g. Ruang berkumpul bersama
Terdapat 2 ruangan yang dapat digunakan sebagai ruang berkumpul
bersama yang sekaligus merupakan kamar tidur lansia dan 1 ruangan
penerima tamu yang merupakan area berkumpul jika sedang
menyelenggarakan acara. Terdapat 2 TV di wisma/ruangan Anggrek, 1
TV di wisma Mawar, 1 TV dan seperangkat sound speaker di ruangan
tamu serta 1 kipas angin pada masing-masing ruangan.

3. KEADAAN LINGKUNGAN DI LUAR WISMA


a. Pemanfaatan Halaman
Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa halaman wisma dapat
digunakan untuk jemuran dan di sisi belakang terdapat berbagai
tumbuhan buah dan sayur yang dapat dimanfaatkan pihak panti, seperti:
pohon mangga, nangka, singkong, rembutan, mengkudu, dll. Biasanya
halaman juga dapat digunakan untuk parkir kendaraan dan senam.

25

b. Pembuangan air limbah


Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa air limbah dialirkan ke
selokan yang berakhir ke sungai. Beberapa penghuni panti sering
membuang

bekas

makanan

sembarangan

diselokan

sehingga

menyebabkan selokan kotor dan bau.


c. Pembuangan Sampah
Sampah dibuang ditempat sampah yang terletak di sisa lahan yang
terletak di samping wisma.
d. Sanitasi
Sanitasi disekitar wisma cukup baik, ada tempat pembuangan sampah
dan limbah toilet.
e. Sumber Pencemaran
Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa di panti wreda tidak
terdapat sedikit polusi udara karena jauh dari pabrik dan jalan raya,
kendaraan bermotor yang melintas juga jarang.

F. DIMENSI SOSIAL
1. HUBUNGAN LANSIA DENGAN LANSIA DIDALAM WISMA
Ny. S mengatakan hubungannya dengan lansia lain baik, tetapi tidak
semuanya baik, menurut Ny.S diruang anggrek terdapat penguasa yang
selalu memarahi lansia lain. Ny.S mengaku hanya memiliki tiga teman
akrab di panti. Teman akrabnya adalah teman yang berada dekat dengan
tempat tidurnya merupakan tempat berbagi cerita dan meminta tolong.
2. HUBUNGAN ANTAR LANSIA DI LUAR WISMA
Ny.S mengatakan bahwa dirinya berkomunikasi seperlunya dengan lansia.
Ny. S tidak mau berhubungan terlalu jauh, takut menimbulkan kesalah
pahaman.
3. HUBUNGAN LANSIA DENGAN ANGGOTA KELUARGA
Ny.S mengatakan suaminya sudah meninggal dan Ny.S memiliki dua anak
laki-laki yang bekerja dan tinggal di Slawi dan Semarang. Kedua anaknya
sudah berkeluarga dan sibuk dengan pekerjaan dan keluarganya. Sebelum
26

masuk ke Panti keluarga satu-satunya terdekat hanyalah keponakannya.


Tetapi masalah yang baru saja terjadi dengan keponakannya membuat
hubungan Ny.S menjadi tidak baik. Menurut Ny.S selama ini sudah baik
kepada keponakannya, Ny. S mengaku sudah merawat dari kecil dan
mengabdi sepenuhnya dengan keluarga keponakannya, namun Ny. S malah
diusir dari rumah tersebut dan dikatakan sebagai pembawa sial. Ny.S sama
sekali tidak pernah dijenguk oleh keponakannya sejak ditinggalkan di panti.
Sebagai gantinya anak-anak Ny. S sesekali menjenguk dan mampir ke panti
saat pulang kampung atau lebaran tiba.
4. HUBUNGAN LANSIA DENGAN PENGASUH WISMA
Pengasuh wisma mengatakan Ny.S termasuk lansia yang kooperatif di panti.
Ny.S juga selalu melakukan yang dimintai tolong oleh pengasuh wisma.
Menurut Ny.S pengasuh panti biasa-biasa saja.
5. KEGIATAN ORGANISASI SOSIAL
Hasil wawancara didapatkan hasil bahwa terdapat kegiatan sosial setiap
sebulan sekali yaitu terdapat posyandu lansia dan kegiatan keagamaan
setiap hari kamis yaitu pengajian, kerja bakti di hari rabu dan senam di hari
senin dan jumat. Dari semua kegiatan Ny.S selalu aktif mengikuti.

G. DIMENSI TINGKAH LAKU


1. POLA MAKAN
Ny.S mengatakan makan 3x setiap hari, yaitu pagi, siang dan sore. Ny.S
mengatakan terkadang tidak menghabiskan makanan yang diberikan dari
pihak panti jika lauknya terlalu pedas, sehingga Ny.S hanya menghabiskan
setengah porsinya. Untuk minum, Ny.S mengatakan sering menghabiskan
3 gelas air putih, serta teh yang diberikan oleh pihak panti.
2. POLA TIDUR
Ny.S mengatakan biasanya jam 8 Ny.S sambil tiduran dan merenung
mengingat keluarganya. Ny.S berkata tertidur diantara jam 10-12 malam,
namun sering terbangun malam hari dan susah untuk tidur lagi dan bangun
jam 4.00 pagi. Terkadang jika nyerinya kambuh Ny.S mengalami susah

27

tidur dan selau terbangun dimalam hari. BAK pada malam hari biasanya 12x, terkadang tidak bisa tidur setelahnya. Ketika siang hari Ny.S jarang tidur
siang.
3. POLA ELIMINASI
Ny.S mengatakan setiap hari BAK sebanyak 4-5 kali. Ny.S mengatakan
tidak pernah mengompol dan bisa menahan perasaan ingin BAK. Setiap
merasa ingin BAK, Ny.S mampu berjalan ke kamar mandi dengan pelanpelan.
Ny.S mengatakan BAB lancar, setiap hari sekali, paling lama 2 hari sekali.
Ny.S mengatakan BAB padat dan tidak sakit ketika mengeluarkan feses.
Terakhir BAB tadi pagi.
4. KEBIASAAN BURUK LANSIA
Ny.S tidak mempunyai kebiasaan buruk baik merokok, minum-minuman
keras, atau mengkonsumsi obat tidur.
5. PELAKSANAAN PENGOBATAN
Berdasarkan wawancara dengan pengasuh didapatkan hasil bahwa,
pelaksanaan pengobatan dilakukan di puskesmas pembatu Beringin. Jika
ada lansia yang membutuhkan obat, lansia bisa mendapatkannya dari
pengasuh panti. Bagi lansia yang membutuhkan perawatan lebih biasanya
di rujuk ke beberapa rumah sakit seperti RS. Tugurejo dan RS. Permata
Medika dengan menggunakan jamkesmas. Ny. S saat ini memakai obat
tetes mata untuk mengurangi pandangannya yang kabur dan salep atau
bedak tabur jika merasa ada yang gatal pada tubuhnya.
6. KEGIATAN OLAHRAGA
Ny. S mengatakan selama tinggal di panti selalu berusaha mengikuti
kegiatan olah raga setiap hari senin dan jumat jika badan sedang tidak nyeri,
dan olah raga menjadi rutin saat ada mahasiswa praktikan. Berdasarkan
wawancara dengan pengasuh didapatkan hasil bahwa di Panti Wreda
Harapan Ibu kegiatan olahraga pada hari senin dipandu oleh salah satu
lansia yang mahir senam.

28

7. REKREASI
Di Panti Wreda Harapan Ibu khususnya Wisma Aggrek yang merupakan
kamar tidur Ny. S terdapat 2 TV dalam 1 ruang, tetapi Ny.S mengatakan
jarang menonton TV dan hanya mendengarkan suara TV saja yang sedang
ditonton oleh temannya karena siaran TV nya kurang jelas dikarenakan
pandangan yang kabur jika sedang tidak memakai kacamata.
8. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Berdasarkan wawancara dengan pengasuh dan para lansia di Panti Wreda
Harapan Ibu didapatkan data bahwa dalam sistem pengambilan keputusan
dalam wisma dilakukan oleh pengasuh wisma namun sebelumnya telah
didiskusikan dengan para lansia terlebih dahulu.

H. DIMENSI SISTEM KESEHATAN


1. PERILAKU MENCARI PELAYANAN KESEHATAN
Ny. S mengatakan bila ada keluhan kesehatan, diberi obat oleh pengasuh
wisma. Apabila belum membaik maka akan dirujuk ke Puskesmas atau
Rumah Sakit yang bekerja sama dengan pihak panti.
2. SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
a. Fasilitas Kesehatan yang Tersedia
Fasilitas kesehatan yang tersedia di Panti Wreda Harapan Ibu hanya dari
Puskesmas Bringin dan pelayanan kesehatan yang dilakukan hanyalah
posyandu lansia setiap 1 bulan sekali, sedangkan di dalam panti wreda
sendiri tidak terdapat pelayan kesehatan khusus.
b. Jumlah Tenaga
Semua tenaga kesehatan berasal dari puskesmas Bringin yang akan
dipanggil apabila ada lansia yang mengalami masalah kesehatan. Tidak
terdapat tenaga kesehatan di Panti Wreda Harapan Ibu.
c. Tindakan Pencegahan Terhadap Penyakit
Di Panti Wreda Harapan Ibu tidak ada telah diberikan karena tidak
terdapat petugas kesehatan di dalam panti.

29

d. Jenis Pelayanan Kesehatan Yang Tersedia


Pelayanan kesehatan di Panti Wreda Harapan Ibu diberikan oleh
puskesmas Bringin yaitu posyandu lansia. Biasanya saat posyandu
lansia dilakukan pengukuran tekanan darah, penimbangan berat badan,
pengobatan penyakit dan penyuluhan kesehatan.
e. Frekuensi Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Kegiatan pelayanan kesehatan di Panti Wreda Harapan Ibu biasanya
hanya ada sebulan sekali.

30

3. PEMERIKSAAN FISIK

No

Hari/Tanggal

Bagian/Region

Hasil Pemeriksaan

Masalah
Keperawatan
yang Muncul

Selasa, 7 April

Kepala

Mesocephal, rambut terlihat cukup

2015

bersih, terdapat beberapa ikatan

09.50 WIB

dengan karet gelang yang sudah

Tidak ada

lengket dengan rambut, beruban


namun bagian tengah masih ada
yang hitam, tidak ada lesi.

Wajah/Muka

Bentuk muka oval,

keriput dan

Tidak ada

tidak ada lesi dan kemerahan

Mata

Bersih tidak terdapat serumen air

Tidak ada

mata msh dapat keluar, tidak gatal,


konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak

ikterik,

katarak,
buram/kabur
memakai

tidak

penglihatan
dan
kacamata

terdapat
agak
terkadang
untuk

membantu membaca.

Telinga

Bersih, tidak ada lesi, tidak ada

Tidak ada

serumen, pendengaran Ny.S masih


adekuat..

Mulut dan Gigi

Masih memiliki gigi, tetapi banyak


yang sudah copot, tidak mengalami
kesulitan mengunyah dan menelan,
mukosa bibir lembab, mukosa
mulut tidak ada lesi, tidak ada
pembesaran tonsil, terlihat sisa
makanan sedikit di gigi Ny. S.

31

Tidak ada

Leher

Simetris, tidak ada pembesaran

Tidak ada

kelenjar tiroid

Thoraks

I : tidak ada retraksi dinding, letak

Tidak ada

simetris kanan dan kiri,


Pa: terdengar bunyi sonor di
seluruh lapang paru,resonan
seluruh lapang paru
Au: bunyi napas dasar vesikuler,
tidak ada bunyi napas tambahan
ronchi (-), wheezing(-).

Jantung

I : IC tidak tampak

Tidak ada

Pa: teraba pulsasi di epigastrik


Pe: Tidak terkaji
Au: BJ I-II murni, HR 90 X/menit

Abdomen

I: simetris, tidak ada lesi, tidak ada

Tidak ada

kemerahan
Au: Bising usus (+) 7 kali/ menit
Pe: timpani
Pa: tidak ada nyeri tekan

10

Ekstrimitas atas

Tidak ada oedem, turgor kulit

Nyeri

elastis 2 detik, capillary refill <2


detik, tonus otot 5/5, persendian
bagian tubuh sebelah kiri terasa
nyeri dan kaku jika digerakkan,
kuku bersih dan pendek.

11

Ekstrimitas bawah

Tidak ada oedem,

turgor kulit

- Nyeri

elastis 2 detik, kuku bersih dan

- Hambatan

pendek, capillary refill <2 detik,

berjalan

tonus otot = 4/5, persendian bagian


tubuh sebelah kiri terasa nyeri dan
kaku

jika

digerakkan,

terlihat

perubahan bentuk pada ibu jari dan


telunjuk
berjalan.

32

kaki. Ny. P kesulitan

ANALISA DATA
Hari/Tanggal

Data focus

Selasa, 7 April 2015

DS:

09.00 WIB

Diagnosa Keperawatan
(00133)

P: Ny. S mengatakan nyerinya timbul dan terasa sangat sakit jika Nyeri Kronis berhubungan dengan Proses
bangun tidur, berdiri terlalu lama, berjalan jauh dan hendak tidur.
Q: Ny. S mengatakan nyerinya itu terasa seperti tertusuk tusuk dan

njarum.
R: Ny. S mengatakan nyeri dan kaku pada persendian pada tubuh

bagian kiri yang sudah lama di alami oleh Ny. S serta jari jari
kaki, khususnya bagian ibu jari dan telunjuk pada kedua kaki yang
mengalami kelainan bentuk.
S: Ny. S mengatakan kalau skala nyerinya antara 1-10 berkisar

pada

angka 4, masih bisa di tahan, nyeri yang muncul

menyebabkan kesusahan untuk berjalan dan beraktifitas.


T: Ny.S mengatakan nyerinya salalu muncul jika berjalan dan

beraktifitas terlalu lama, kadang-kadang reda kemudian muncul


lagi saat mengalami kelelahan.
DO:
Ny. S terlihat kesakitan di raba bagian persendian, ekstremitas
atas dan bawah bagian kiri tubuhnya.
Ny. S terlihat kesulitan jika ingin berdiri

33

Penyakit (Osteoarthritis)

TTD
Dina

Hari/Tanggal

Data focus

Diagnosa Keperawatan

TTD

Ny. S terlihat kesulitan berjalan dan hanya dapat bergerak secara


perlahan.
Selasa, 7 April 2015
09.00 WIB

DS:

(00088)

Dina

Ny. S mengatakan tidak bisa menaiki tangga, perlu bantuan

Hambatan

berjalan

berhubungan

Ny. S mengatakan tidak sanggup berdiri terlalu lama

gangguan muskuloskeletal

dengan

Ny. S mengatakan tidak bisa berjalan di jalan menurun sendiri


Ny. S mengatakan tidak kuat berjalan terlalu lama
Ny. S mengatakan hanya sanggup berjalan dengan sangat pelan
DO:
Ny. S tampak selalu berpegangan pada benda-benda terdekat saat
berjalan.
Ny. S terlihat berjalan sangat pelan
Ny. S terlihat jalan tidak tegap dan dengan tubuh membungkuk.
Ny. S terlihat kelelahan dan sedikit sesak ketika berjalan terlalu
lama.

Selasa, 7 April 2015


09.00 WIB

DS:

(00095)

Ny.S mengatakan bahwa kadang-kadang terjaga di malam hari.

Insomnia berhubungan dengan stress (kebiasaan

Ny.S mengatakan terkadang masih memikirkan masalah merenung sebelum tidur)


keponakannya yang mengusirnya dari rumah

34

Dina

Hari/Tanggal

Data focus

Diagnosa Keperawatan

Ny. S mengatakan kangen dengan anak dan cucu-cucunya


DO:
Ny. S terlihat pucat
Ny. S terlihat tiduran namun masih memperhatikan aktivitas di
dalam kamar pada saat jam tidur siang
Ny. S sesekali terlihat melamun

35

TTD

PRIORITAS MASALAH

No
1

Diagnosa Keperawatan
(00133)
Nyeri Kronis berhubungan dengan Proses

Prioritas Masalah

Pembenaran

TTD

High

Diagnosa keperawatan ini diambil sebagai High Priority dengan

Dina

pertimbangan sebagai berikut :

Penyakit (Osteoarthritis)
Masalah Gangguan rasa nyaman : nyeri mengacu pada keluhan
nyeri pada persendian, ekstremitas atas dan bawah sebelah kiri
pada tubuh yang dirasakan Ny. S. Nyeri yang terjadi bisa berasal
dari tanda dan gejala penyakit yang sudah diderita Ny. S, dilihat
dari faktor umur. Usia mengalami penurunan fungsi fisik maupun
psikologis. Dikarenakan Nyeri yang terjadi menganggu aktifitas
Ny. S maka ini dianggap harus segera ditangani petama kali
karena keterbatasan aktiftas mengakibatkan penurunan kualitas
hidup Ny. S.

Dampak:
Akibat

dari

nyeri

yang

cukup

mengganggu

aktifitas

dikhawatirkan kondisi Ny. S akan semakin buruk dan mengalami


intoleransi aktivitas

36

No

Diagnosa Keperawatan

Prioritas Masalah

Pembenaran

TTD

Keefektifan intervensi:
Intervensi Nyeri dapat dilakukan secara non farmakologis dan
dapat dilakukan oleh individu atau dibantu perawat. Pelaksanaan
intervensi (yang meliputi kegiatan untuk menurunkan tingkat
nyeri) yang dilakukan secara berkelanjutan merupakan kunci dari
keberhasilan penatalaksanaan masalah gangguan rasa nyaman
Ny. S.
2

(00088)
Hambatan berjalan berhubungan dengan

Medium

Diagnosa keperawatan ini diambil sebagai Medium Priority


dengan pertimbangan sebagai berikut:

gangguan muskuloskeletal
Urgency: Hambatan berjalan menjadi medium priority karena
hambatan yang dialami Ny. S masih dalam taraf gangguan ringan
dan Ny. S masih mampu melakukan segala aktivitas secara
mandiri, yang diukur menggunakan Indeks KATZ dengan score
A

Dampak: Hambatan berjalan yang di alami Ny. S, dalam jangka


panjang akan dapat menyebabkan penurunan fungsi otot dan
deformitas sendi semakin parah. Jika hambatan berjalan yang
dialami Ny.S tidak segera diatasi, fungsi otot dan sendi Ny. S

37

Dina

No

Diagnosa Keperawatan

Prioritas Masalah

Pembenaran

TTD

beresiko tinggi akan terus menurun dan dapat menyebabkan


imobilisasi.
Intervensi: Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah
ini adalah dengan mempertahankan fungsi yang masih ada. Salah
satu intervensi yang diberikan adalah latihan peregangan tangan
dan kaki atau melakukan latihan ROM selama 7 hari berturutturut.
3

(00095)
Insomnia berhubungan dengan stress

Low

Diagnosa keperawatan ini diambil sebagai Low Priority dengan


pertimbangan sebagai berikut:

(kebiasaan merenung sebelum tidur)


Urgency: Kesiapan meningkatkan pola tidur yang di alami Ny. S
menjadi low priority karena akibat yang ditimbulkan dapat
menganggu aktivitas Ny. S. Bila masalah tersebut tidak segera
ditangani, dalam jangka menengah dapat dirasakan akibatnya
pada fisik Ny. S.

Dampak : Kesiapan meningkatkan pola tidur jika tidak diatasi


akan berakibat pada fisik Ny. S

38

Dina

No

Diagnosa Keperawatan

Prioritas Masalah

Pembenaran

TTD

Intervensi : intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah


ini adalah dengan terapi kompelementer (terapi musik dan aroma
terapi) pada Ny. S.

RENCANA KEPERAWATAN
No.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Kode

Umum
1

(00133)
Nyeri
dengan

Kronis
Proses

(Osteoarthritis)

berhubungan
Penyakit

Setelah

keperawatan

keperawatan

minggu,

selama

diharapkan

menit,

dilakukan
selama

diharapkan

gangguan rasa nyaman fisik:

dengan kriteria hasil:

nyeri

persendian,

a. Keluhan

ekstremitas atas dan bawah

berulang

pada

bagian tubuh sebelah kiri


Ny.S

berkurang

dengan

kriteria hasil:
a.

NIC

Khusus

Setelah dilakukan tindakan

Gangguan rasa nyaman

nyeri

Intervensi

tindakan
12x60
Ny.

Pain Management

1400
1.

Kaji karakteristik nyeri, lokasi,


durasi,

frekuensi,

kualitas,

intensitas, dan faktor presipitasi.


tidak

b. Ny. S mampu melakukan

2.

Kaji faktor yang meningkatkan


rasa sakit.

3.

Berikan informasi tentang nyeri

ambulasi tanpa ada rasa

yang dirasakan, penyebab, durasi

nyeri

dan cara mengantisipasinya.

c. Ny. S dapat merasa rileks

4.

Ajarkan teknik nonfarmakologi


-

Terapi relaksasi nafas dalam

ekstremitas atas dan

Latihan peregangan

bawah bagian tubuh

Kompres hangat

fisik: pada persendian,

dan tenang

39

No.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Kode

Umum
sebelah

NIC

Khusus

kiri

Intervensi

tidak

5.

bertambah
b.

Ny.

Monitor kepuasan Ny. S terhadap


menejemen nyeri yang diterapkan.

mengatakan

nyeri berkurang.
c.
2

Skala nyeri < 4 (0-3).

Setelah dilakukan tindakan

Setelah

Hambatan berjalan berhubungan

keperawatan

keperawatan

dengan gangguan muskuloskeletal

minggu, diharapkan dapat

menit,

melakukan mobilisasi secara

mengoptimalkan

bertahap

dengan

ekstremitas dan keseimbangan

Ny. S, berdasarkan tingkat fungsi

batas kemampuan dengan

tubuh secara bertahap sesuai

fisik dan kognitif dan sejarah

kriteria hasil:

dengan

perilaku

a.

Ny.

selama

sesuai

mampu

keseimbangan

b.

tindakan

selama

12x60

diharapkan

dapat

batas

saat

3.
yang

Identifikasi kebutuhan keamanan

Tempatkan

benda-benda

yang

sering digunakan dalam jangkauan

seimbang saat dari posisi


duduk ke berdiri

Ny. S mampu berjalan b.

Melakukan

50

dan perpindahan bertahap

tanpa

2.

kemampuan

penampilan

Sediakan kondisi lingkungan yang


aman bagi Ny. S

fungsi

berdiri lama 20 menit.

langkah

Environmental Management
1.

dengan kriteria hasil:


a.

mempertahankan

dilakukan

6480

(00088)

pergerakkan

0222

Exercise Therapy: balance


4.

Gunakan pakaian yang tidak ketat


pada Ny. S

jatuh.

40

No.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Kode

Umum
c.

Ny.

berpindah

NIC

Khusus
mampu c.

Mempertahankan

dengan

mobilitas

mudah.

5.

optimal

Ny.

Dampingi

Ny.

untuk

berpartisipasi dalam latihan gerak

yang

(ROM atau senam lansia)

dapat di toleransi
d.

Intervensi

mampu

mempertahankan
keseimbangan

saat

berjalan
e.

Berg balance scale skor


berada pada rentang 42-56:
Risiko jatuh rendah

3.

(00095)

Setelah dilakukan tindakan

Setelah

Insomnia berhubungan dengan

keperawatan selama 10 x 30

keperawatan selama 10 x 30

stress

menit, gangguan pola tidur

menit kontrol tidur bertambah

berkurang dengan kriteria

dengan kriteria hasil:

hasil:

a.

(kebiasaan

sebelum tidur)

merenung

a. Lama tidur pada malam


hari tetap selama 3-4
jam

atau

dapat

meningkat menjadi 6

b.

dilakukan

tindakan

Ny. S bersedia diberikan

1850

Sleep Enhancement:
1. Jelaskan pentingnya tidur yang
adekuat
2. Fasilitas untuk mempertahankan
aktivitas sebelum tidur

terapi komplementer.

3. Ciptakan lingkungan yang nyaman

Ny. S mau mencoba lebih

4. Jelaskan

sering untuk tidur lebih


awal.

jam setiap hari.

efek-efek

terhadap pola tidur


5. Diskusikan dengan Ny. S teknik
tidur yang nyaman

41

medikasi

No.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Kode

Umum
b. Kualitas

tidur

ditunjukkan
Ny.S

Khusus
baik
dengan

menyatakan

c.

Ny.

mengatakan

melakukan terapi spiritual


setiap sebelum tidur

Intervensi

NIC
6. Instruksikan untuk monitor tidur
Ny. S
7. Monitor kebutuhan tidur Ny. S
setiap hari

bahwa tidurnya puas.

8. Berikan

terapi

komplementer,

salah satunya berupa terapi music,


aromaterapi,

dan

terapi

otot

pogresif
9. Berikan terapi spiritual sebelum
tidur
10. Ajarkan intake nutrisi yang baik
untuk tidur

42

Selasa, 7 April 2015

Waktu

09.00

Diagnosa

Tujuan
Implementasi

Keperawatan
(00133)
Nyeri

Khusus

Setelah dilakukan tindakan Setelah


Kronis

berhubungan
dengan

Umum

Proses

keperawatan

selama

minggu,

diharapkan selama

gangguan

rasa
nyeri

Evaluasi Formatif

dilakukan

tindakan

1.

S: Ny. S mengatakan rasa nyeri bertambah

rasa sakit.

keperawatan
12x60

Mengkaji faktor yang meningkatkan

jika berpindah posisi, dari duduk ke


berdiri atau sebaliknya dan berdiri terlalu

menit,

nyaman diharapkan Ny. S dengan

Penyakit

fisik:

(Osteoarthritis)

persendian, ekstremitas atas

lama serta berjalan terlalu lama.

pada kriteria hasil:

dan bawah bagian tubuh

a. Keluhan nyeri tidak

O: 2.

Memberikan informasi tentang nyeri


yang dirasakan, penyebab, durasi dan

berulang

sebelah kiri dengan kriteria

S: Ny. S mengatakan baru paham bagaimana


mekanisme nyeri yang dialami

cara mengantisipasinya

O: Ny. S kooperatif

Mengajarkan teknik nonfarmakologi

S: Ny. S mengatakan masih nyeri, dan hanya

hasil:
a.

Gangguan

rasa

3.

nyaman fisik: nyeri


pada

Terapi relaksasi nafas dalam

persendian,

merasa nyaman saja sehabis nafas dalam


O: Ny. S mengikuti instruksi

ekstremitas atas dan


bawah bagian tubuh
sebelah

kiri

4.

Menonitor kepuasan Ny. S terhadap


menejemen nyeri yang diterapkan.

tidak

bertambah.

S: Ny. S mengatakan cukup puas, walau rasa


nyeri masih ada
O: Ny. P kooperatif

43

b.

c.

Ny.

mengatakan

A: masalah belum teratasi

nyeri berkurang.

P:

Skala nyeri < 4 (0-3).

1.

Latihan peregangan / rentang gerak


(ROM) untuk mengurangi nyeri

2.

Kompres hangat jahe

Rabu, 8 April 2015

Waktu

09.00

Diagnosa

Tujuan
Implementasi

Keperawatan
(00133)
Nyeri

Khusus

Setelah dilakukan tindakan Setelah


Kronis

berhubungan
dengan

Umum

Proses

keperawatan

selama

minggu,

diharapkan selama

gangguan

rasa
nyeri

Evaluasi Formatif

dilakukan

tindakan

1.

keperawatan
12x60

fisik:

(Osteoarthritis)

persendian, ekstremitas atas

peregangan/

rentang

S: Ny. S mengatakan sedikit capek tapi


menyenangkan
O: Ny. S kooperatif, skala nyeri 4

7 hari berturut-turut
S: Ny. S mengatakan nyaman kalau di kompres

pada kriteria hasil:

dan bawah bagian tubuh

Latihan

gerak (ROM) dan kompres hangat

menit,

nyaman diharapkan Ny. S dengan

Penyakit

Mengajarkan teknik nonfarmakologi

O: Ny. S terlihat tersenyum, skala nyeri 4

b. Keluhan nyeri tidak


berulang

44

sebelah kiri dengan kriteria

2. Memonitor kepuasan Ny. S terhadap

S: Ny. S mengatakan senang dan besok akan

menejemen nyeri yang diterapkan.

melakukannya lagi bersama mahasiswa

hasil:
d.

Gangguan

rasa

O: Ny. S mengeluh sakit sesekali

nyaman fisik: nyeri

A: masalah belum teratasi

pada

P:

persendian,

ekstremitas atas dan

1.

Latihan peregangan

bawah bagian tubuh

2.

Monitor kepuasan Ny. S

sebelah

kiri

tidak

bertambah.
e.

Ny.

mengatakan

nyeri berkurang.
f.

10.00

Skala nyeri < 4 (0-3).

(00088)

Setelah dilakukan tindakan

Setelah

Hambatan berjalan

keperawatan

tindakan

Berhubungan

minggu, diharapkan dapat

selama

dengan

melakukan

diharapkan

gangguan

secara

muskuloskeletal

dengan batas kemampuan

ekstremitas

dengan kriteria hasil:

keseimbangan

a.

secara bertahap sesuai

Ny.

selama

mobilisasi

bertahap

sesuai

mampu

mempertahankan

dilakukan
keperawatan
12x60

Menyediakan

kondisi

lingkungan

S: Ny. S mengatakan merasa nyaman jika

yang aman bagi Ny. S

lingkungan bersih dan lantai tidak licin

menit,

O: Ny. S kooperatif

dapat

mengoptimalkan fungsi

dengan

1.

2.

Mengidentifikasi

kebutuhan

S: Ny. S mengatakan susah berjalan jika

dan

keamanan Ny. S, berdasarkan tingkat

kekamar mandi, karena sering pipis malam

tubuh

fungsi fisik dan kognitif dan sejarah

hari jadi Ny. S mengurangi konsumsi air

perilaku

mineral terlalu banyak di malam hari

batas

sebelum tidur.
O: -

45

keseimbangan

saat

berdiri lama.
b.

Ny.

kemampuan

mampu a.

Ny.

berpindah

Menempatkan

benda-benda yang

sering digunakan dalam jangkauan

penampilan

yang

saat

posisi

duduk

S: O: Ny. S mengikuti instuksi


A: masalah belum teratasi

seimbang saat dari

berjalan
c.

3.

kriteria hasil:

mempertahankan
keseimbangan

dengan

P:

ke

1.

Identifikasi kebutuhan keamanan Ny. S,

berdiri

berdasarkan tingkat fungsi fisik dan

mampu b.

Melakukan

kognitif dan sejarah perilaku

dengan

pergerakkan

mudah

dan

perpindahan
bertahap
c.

Mempertahankan
mobilitas
yang

optimal
dapat

di

toleransi

10.30

(00095)

Setelah dilakukan tindakan

Setelah

Insomnia

keperawatan selama 10 x

tindakan

berhubungan

30 menit, gangguan pola

selama 10 x 30 menit

tidur

kontrol tidur bertambah

dengan

stress

(kebiasaan
merenung sebelum
tidur

berkurang

dengan

kriteria hasil:
a.

dilakukan

1.

keperawatan

tidur yang nyaman

tidur

pada

malam

hari

tetap

selama 3-4 jam atau

1.

Ny.

diberikan

S : Ny. S mengatakan masih terbangun malam


hari dan sulit untuk tidur lagi
O : Ny. S terlihat tidak segar

2.

dengan kriteria hasil:

Lama

Mendiskusikan dengan Ny. S teknik

bersedia
terapi

Menganjurkan pada Ny. S untuk


melakukan terapi komplementer,

melakuan

salah satunya berupa terapi musik

mencobanya lagi

dan aromaterapi

komplementer.

46

S : Ny. S mengatakan sudah mencoba

O:-

aromaterapi

dan

akan

dapat

b.

meningkat

2.

Ny. S mau mencoba

3.

Menganjurkan pada Ny. S untuk

menjadi 6 jam setiap

lebih sering untuk

melakukan terapi spiritual sebelum

hari.

tidur lebih awal.

tidur

3.

Kualitas tidur baik

S : Ny. S mengatakan akan mencoba


melakukan terapi spiritual
O : Ny. S kooperatif

Ny. S mengatakan

ditunjukkan dengan

melakukan

terapi

A : masalah teratasi sebagian

Ny. S menyatakan

spiritual

setiap

P:

bahwa tidurnya puas

sebelum tidur

1.

Memantau pola tidur Ny. S

2.

Mengevaluasi kepuasan tidur Ny. S

Kamis, 9 April 2015

Waktu

16.00

Diagnosa

Tujuan
Implementasi

Keperawatan
(00133)
Nyeri

Khusus

Setelah dilakukan tindakan Setelah


Kronis

berhubungan
dengan

Umum

Proses

keperawatan

selama

minggu,

diharapkan selama

gangguan

rasa
nyeri

Evaluasi Formatif

tindakan

dilakukan

1.

keperawatan
12x60

Mengajarkan teknik nonfarmakologi


-

menit,

fisik:

pada kriteria hasil:

(Osteoarthritis)

persendian, ekstremitas atas

Ny.

merasa

cukup

hari berturut-turut

hangat dengan jahe, karena hal tersebut

Memonitor kepuasan Ny. S terhadap


menejemen nyeri yang diterapkan.

47

mengatakan

menyenangkan

untuk
2.

Latihan kompres hangat jahe 7

nyaman diharapkan Ny. S dengan

Penyakit

S:

melakukan

mengurangi

dialaminya
O: skala nyeri 3

rasa

kompres

nyeri

yang

dan bawah bagian tubuh


sebelah kiri dengan kriteria

a.

Keluhan nyeri tidak

S: Ny. S mengatakan merasa puas dan ingin

berulang

melanjutkan lagi

hasil:
a.

O: latihan dilanjutkan besok

Gangguan

rasa

nyaman fisik: nyeri

A: masalah belum teratasi

pada

P:

persendian,

ekstremitas atas dan

1.

Latihan kompres hangat jahe

bawah bagian tubuh

2.

Monitor kepuasan Ny. S

sebelah

kiri

tidak

bertambah.
b.

Ny.

mengatakan

nyeri berkurang.
c.

17.00

Skala nyeri < 4 (0-3).

(00088)

Setelah dilakukan tindakan

Setelah

Hambatan berjalan

keperawatan

tindakan

Berhubungan

minggu, diharapkan dapat

selama

dengan

melakukan

diharapkan

gangguan

secara

muskuloskeletal

dengan batas kemampuan

ekstremitas

dengan kriteria hasil:

keseimbangan

a.

secara bertahap sesuai

Ny.

selama

mobilisasi

bertahap

sesuai

mampu

mempertahankan

dilakukan 1.
keperawatan
12x60

menit,

2.

dapat

mengoptimalkan fungsi

dengan

dan

Menggunakan pakaian yang tidak

S: Ny. S mengatakan selalu memakai daster.

ketat pada Ny. S

O: -

Mendampingi Ny. S untuk

S: Ny. S mengatakan senang saat melakukan

berpartisipasi dalam latihan rentang

ROM, tapi tidak semua gerakan di ikuti

gerak (ROM)

dengan sempurna karena keterbatasan


gerak pada ekstremitas yang sakit.

tubuh

O: Ny. S terlihat antusias


A: masalah belum teratasi

batas

48

keseimbangan

saat

berdiri lama.
b.

Ny.

kemampuan

mampu

a.

Ny.

1.

Penampilan

yang

saat

posisi

duduk

mampu

berpindah

dengan

b.

ke

Melakukan
pergerakkan

mudah

dan

perpindahan
bertahap
c.

Mempertahankan
mobilitas
yang

optimal

dapat

Ny.

gerak (ROM /Senam lansia)

berdiri
S

Mendampingi

untuk

berpartisipasi dalam latihan rentang

seimbang saat dari

berjalan
c.

P:

kriteria hasil:

mempertahankan
keseimbangan

dengan

di

toleransi

49

Jumat, 10 April 2015

Waktu

10.00

Diagnosa

Tujuan
Implementasi

Keperawatan
(00133)
Nyeri

Khusus

Setelah dilakukan tindakan Setelah


Kronis

berhubungan
dengan

Umum

Proses

keperawatan

selama

minggu,

diharapkan selama

gangguan

rasa
nyeri

Evaluasi Formatif

tindakan

dilakukan 1.

fisik:

(Osteoarthritis)

persendian, ekstremitas atas

2.

pada kriteria hasil:

dan bawah bagian tubuh

a.

S: Ny. S mengatakan lengan atas sebelah kiri

Kompres hangat jahe 7 hari


berturut-turt

menit,

nyaman diharapkan Ny. S dengan

Penyakit

keperawatan
12x60

Mengajarkan teknik nonfarmakologi

kaku
O: Ny. S mengikuti kegiatan dengan aktif,

Memonitor kepuasan Ny. S terhadap


menejemen nyeri yang diterapkan.

skala nyeri 2
S: Ny. S mengatakan merasa senang
O: Ny. S kooperatif

Keluhan nyeri tidak


berulang

sebelah kiri dengan kriteria

A: masalah belum teratasi

hasil:

P:

a.

Gangguan

rasa

1.

nyaman fisik: nyeri


pada

persendian,

ekstremitas atas dan


bawah bagian tubuh
sebelah

kiri

tidak

bertambah.

50

Kompres hangat jahe

b.

Ny.

mengatakan

nyeri berkurang.
c.

09.00

Skala nyeri < 4 (0-3).

(00088)

Setelah dilakukan tindakan

Setelah

Hambatan berjalan

keperawatan

tindakan

Berhubungan

minggu, diharapkan dapat

selama

dengan

melakukan

diharapkan

gangguan

secara

muskuloskeletal

dengan batas kemampuan

ekstremitas

dengan kriteria hasil:

keseimbangan

a.

secara bertahap sesuai

selama

mobilisasi

bertahap

Ny.

sesuai

mampu

saat

Ny.

mampu

Ny.

a.

dengan

mudah

(Senam lansia)

kuat berdiri lama

P:

tubuh

1.

batas
dengan

duduk

b.

(Senam lansia)

yang

ke

Melakukan
pergerakkan

Mendampingi

Ny.

untuk

berpartisipasi dalam latihan gerak

berdiri

berpindah

tapi tidak semua gerakan di ikuti dan tidak

A: masalah belum teratasi

dan

Penampilan

posisi

saat

mampu

berpartisipasi dalam latihan gerak

senam lansia sambil duduk

seimbang saat dari

S: Ny. S mengatakan senang mengikuti senam,

O: Ny. S terlihat antusias meskipun mengikuti

dapat

kemampuan

berjalan
c.

menit,

Mendampingi Ny. S untuk

mengoptimalkan fungsi

mempertahankan
keseimbangan

12x60

kriteria hasil:

berdiri lama.
b.

1.

keperawatan

dengan

mempertahankan
keseimbangan

dilakukan

dan

perpindahan
bertahap

51

c.

Mempertahankan
mobilitas
yang

optimal

dapat

di

toleransi

Sabtu, 11 April 2015

Waktu

10.00

Diagnosa

Tujuan
Implementasi

Keperawatan
(00133)
Nyeri

Kronis

Proses

keperawatan

selama

minggu,

diharapkan selama

gangguan

rasa
nyeri

Evaluasi Formatif

Khusus

Setelah dilakukan tindakan Setelah

berhubungan
dengan

Umum

tindakan

dilakukan 1.

menit,

nyaman diharapkan Ny. S dengan

Penyakit

fisik:

(Osteoarthritis)

persendian, ekstremitas atas

keperawatan
12x60

2.

pada kriteria hasil:

dan bawah bagian tubuh

a.

Mengajarkan teknik nonfarmakologi

S: Ny. S mengatakan nyaman dengan kompres

Kompres hangat 7 hari berturut-

hangat jahe, lengan dan kaki terasa

turut

perbedaannya karena nyeri berkurang.

Memonitor kepuasan Ny. S terhadap

O: Ny. S melakukan kompres hangat jahe


dengan aktif, skala nyeri 2

menejemen nyeri yang diterapkan.

Keluhan nyeri tidak

S: Ny. S mengatakan merasa senang

berulang

O: Ny. S terlihat bersemangat

sebelah kiri dengan kriteria


hasil:
a.

Gangguan

A: masalah teratasi sebagian


rasa

P:

nyaman fisik: nyeri

1.

52

Kompres hangat jahe

pada

persendian,

ekstremitas atas dan


bawah bagian tubuh
sebelah

kiri

tidak

bertambah.
b.

Ny.

mengatakan

nyeri berkurang.
c.

08.30

Skala nyeri < 4 (0-3).

(00088)

Setelah dilakukan tindakan

Setelah

Hambatan berjalan

keperawatan

tindakan

Berhubungan

minggu, diharapkan dapat

selama

dengan

melakukan

diharapkan

gangguan

secara

muskuloskeletal

dengan batas kemampuan

ekstremitas

dengan kriteria hasil:

keseimbangan

a.

secara bertahap sesuai

Ny.

selama

mobilisasi

bertahap

sesuai

mampu

mempertahankan
keseimbangan

saat

Ny.

1.

keperawatan
12x60

kemampuan

mempertahankan

a.

Ny.

untuk

S:
Ny. S mengatakan setiap pagi saat bangun

menit,

tidur

dapat

Ny.

melakukan

senam

otot

peregangan
Ny. S mengatakan bisa berjalan dengan baik

dan

tanpa berpegangan pada benda sekitar lebih

tubuh

dari 50 langkah.
O: Ny. S terlihat senang

batas
dengan

A: masalah teratasi

kriteria hasil:
mampu

Menganjurkan

melakukan otot peregangan

mengoptimalkan fungsi

dengan

berdiri lama.
b.

dilakukan

P:

Penampilan yang

1.

seimbang saat dari

Motivasi Ny. S untuk terus melakukan


otot pereganagan

53

keseimbangan

saat

posisi duduk ke

berjalan
c.

berdiri

Ny.

mampu

berpindah

dengan

b.

Melakukan
pergerakkan dan

mudah

perpindahan
bertahap
c.

Mempertahankan
mobilitas optimal
yang dapat di
toleransi

12.30

(00095)

Setelah dilakukan tindakan

Setelah

Insomnia

keperawatan selama 10 x

tindakan

berhubungan

30 menit, gangguan pola

selama 10 x 30 menit

lagi, Ny. S terbangun untuk BAK ketika

tidur

kontrol tidur bertambah

akan sholat subuh

dengan

stress

berkurang

(kebiasaan

kriteria hasil:

merenung sebelum

a.

dengan

Lama tidur pada malam a.

jam

b.

atau

1.

keperawatan

Mendiskusikan dengan Ny. S teknik


tidur yang nyaman

dapat

Ny.

terapi

Ny. S mau mencoba

jam setiap hari.

lebih sering untuk

Kualitas tidur baik

2.

Menganjurkan pada Ny. S untuk


melakukan terapi komplementer,

komplementer.

meningkat menjadi 6 b.

nyenyak dan tidak terbangun malam hari

S : Ny. S mengatakan senang mencium

bersedia

diberikan

S : Ny. S mengatakan tidur sudah mulai

O : Ny. S terlihat lebih segar

dengan kriteria hasil:

hari tetap selama 3-4

tidur)

dilakukan

aromaterapi yang dibawa oleh mahasiswa.


O:-

salah satunya berupa aromaterapi


3.

Menganjurkan melakukan terapi


spiritual sebelum tidur

tidur lebih awal.

S : Ny. S mengatakan merasa lebih nyaman dan


tenang saat melakukan terapi spiritual.
O : Ny. S kooperatif

ditunjukkan dengan

54

Ny. S menyatakan

c.

bahwa tidurnya puas

Ny. S mengatakan

A : masalah teratasi sebagian

melakukan

terapi

P:

spiritual

setiap

sebelum tidur

1.

Memantau pola tidur Ny. S

2.

Mengevaluasi kepuasan tidur Ny. S

Senin, 13 April 2015

Waktu

15.30

Diagnosa

Tujuan
Implementasi

Keperawatan
(00133)
Nyeri

Khusus

Setelah dilakukan tindakan Setelah


Kronis

berhubungan
dengan

Umum

Proses

keperawatan

selama

minggu,

diharapkan selama

gangguan

rasa
nyeri

Evaluasi Formatif

tindakan

dilakukan
keperawatan
12x60

fisik:

(Osteoarthritis)

persendian, ekstremitas atas

Mengajarkan teknik nonfarmakologi


-

menit,

nyaman diharapkan Ny. S dengan

Penyakit

1.

2.

pada kriteria hasil:

S: Ny. S mengatakan nyaman dengan kompres

Kompres hangat 7 hari berturut-

hangat jahe, lengan dan kaki terasa

turut

perbedaannya karena nyeri berkurang.

Memonitor kepuasan Ny. S terhadap


menejemen nyeri yang diterapkan.

O: Ny. S melakukan kompres hangat jahe


dengan aktif, skala nyeri 2
S: Ny. S mengatakan merasa senang

55

dan bawah bagian tubuh

a.

Keluhan nyeri tidak

O: Ny. S terlihat bersemangat

berulang

sebelah kiri dengan kriteria


hasil:
a.

A: masalah teratasi sebagian

Gangguan

rasa

P:

nyaman fisik: nyeri


pada

1.

Kompres hangat jahe

persendian,

ekstremitas atas dan


bawah bagian tubuh
sebelah

kiri

tidak

bertambah.
b.

Ny.

mengatakan

nyeri berkurang.
c.

17.00

Skala nyeri < 4 (0-3).

(00095)

Setelah dilakukan tindakan

Setelah

Insomnia

keperawatan selama 10 x

tindakan

berhubungan

30 menit, gangguan pola

selama 10 x 30 menit

lagi, Ny. S terbangun untuk BAK ketika

tidur

kontrol tidur bertambah

akan sholat subuh

dengan

stress

berkurang

(kebiasaan

kriteria hasil:

merenung sebelum

a.

tidur)

Lama
malam

dengan

1.

keperawatan

Mendiskusikan dengan Ny. S teknik


tidur yang nyaman

dengan kriteria hasil:


tidur
hari

pada
tetap

selama 3-4 jam atau


dapat

dilakukan

a.

Ny.

diberikan

nyenyak dan tidak terbangun malam hari

O : Ny. S terlihat lebih segar

bersedia
terapi

S : Ny. S mengatakan tidur sudah mulai

S : Ny. S mengatakan senang mencium


2.

Menganjurkan pada Ny. S untuk


melakukan terapi komplementer,

komplementer.

salah satunya berupa aromaterapi

meningkat

56

aromaterapi yang dibawa oleh mahasiswa.


O:-

menjadi 6 jam setiap

b.

b.

Ny. S mau mencoba

3.

Menganjurkan melakukan terapi

S : Ny. S mengatakan merasa lebih nyaman dan


tenang saat melakukan terapi spiritual.

hari.

lebih sering untuk

Kualitas tidur baik

tidur lebih awal.

O : Ny. S kooperatif

Ny. S mengatakan

A : masalah teratasi sebagian

Ny. S menyatakan

melakukan

terapi

P:

bahwa tidurnya puas

spiritual

setiap

c.

ditunjukkan dengan

spiritual sebelum tidur

sebelum tidur

1.

Memantau pola tidur Ny. S

2.

Mengevaluasi kepuasan tidur Ny. S

Selasa, 14 April 2015

Waktu

09.00

Diagnosa

Tujuan
Implementasi

Keperawatan
(00133)
Nyeri

Khusus

Setelah dilakukan tindakan Setelah


Kronis

berhubungan
dengan

Umum

Proses

keperawatan

selama

minggu,

diharapkan selama

gangguan

rasa
nyeri

Evaluasi Formatif

tindakan

dilakukan
keperawatan
12x60

fisik:

(Osteoarthritis)

persendian, ekstremitas atas

Mengajarkan teknik nonfarmakologi


-

menit,

nyaman diharapkan Ny. S dengan

Penyakit

1.

2.

pada kriteria hasil:

S: Ny. S mengatakan nyaman dengan kompres

Kompres hangat 7 hari berturut-

hangat jahe, lengan dan kaki terasa

turut

perbedaannya karena nyeri berkurang.

Memonitor kepuasan Ny. S terhadap


menejemen nyeri yang diterapkan.

O: Ny. S melakukan kompres hangat jahe


dengan aktif, skala nyeri 1
S: Ny. S mengatakan merasa senang

57

dan bawah bagian tubuh

a.

Keluhan nyeri tidak

O: Ny. S terlihat bersemangat

berulang

sebelah kiri dengan kriteria


hasil:
a.

A: masalah teratasi sebagian

Gangguan

rasa

P:

nyaman fisik: nyeri


pada

1.

Kompres hangat jahe

persendian,

ekstremitas atas dan


bawah bagian tubuh
sebelah

kiri

tidak

bertambah.
b.

Ny.

mengatakan

nyeri berkurang.
c.

10.30

Skala nyeri < 4 (0-3).

(00095)

Setelah dilakukan tindakan

Setelah

Insomnia

keperawatan selama 10 x

tindakan

berhubungan

30 menit, gangguan pola

selama 10 x 30 menit

O : Ny. S terlihat lebih segar dan tampak

tidur

kontrol tidur bertambah

senang setelah diajari gerakan-gerakan

dengan kriteria hasil:

senam otot progresif.

dengan

stress

berkurang

(kebiasaan

kriteria hasil:

merenung sebelum

a.

tidur)

dengan

Lama

tidur

pada

malam

hari

tetap

selama 3-4 jam atau


dapat

a.

Ny.

dilakukan

1.

Mengajarkan senam otot progresif

S : Ny. S mengatakan belum bisa melakukan

keperawatan

diberikan

senam sendiri karena belum hafal.

bersedia
terapi

A : masalah teratasi sebagian

komplementer.

P:

meningkat

1.

58

Memantau pola tidur Ny. S

menjadi 6 jam setiap

b.

b.

Ny. S mau mencoba

hari.

lebih sering untuk

Kualitas tidur baik

tidur lebih awal.


c.

ditunjukkan dengan

2.

Mengevaluasi kepuasan tidur Ny. S

Ny. S mengatakan

Ny. S menyatakan

melakukan

terapi

bahwa tidurnya puas

spiritual

setiap

sebelum tidur

Rabu, 15 April 2015

Waktu

10.00

Diagnosa

Tujuan
Implementasi

Keperawatan
(00133)
Nyeri

Khusus

Setelah dilakukan tindakan Setelah


Kronis

berhubungan
dengan

Umum

Proses

keperawatan

selama

minggu,

diharapkan selama

gangguan

rasa
nyeri

Evaluasi Formatif

tindakan

dilakukan
keperawatan
12x60

fisik:

(Osteoarthritis)

persendian, ekstremitas atas

Mengajarkan teknik nonfarmakologi


-

menit,

nyaman diharapkan Ny. S dengan

Penyakit

1.

2.

pada kriteria hasil:

S: Ny. S mengatakan nyaman dengan kompres

Kompres hangat 7 hari berturut-

hangat jahe, lengan dan kaki terasa

turut

perbedaannya karena nyeri berkurang.

Memonitor kepuasan Ny. S terhadap


menejemen nyeri yang diterapkan.

O: Ny. S melakukan kompres hangat jahe


dengan aktif, skala nyeri 1
S: Ny. S mengatakan merasa senang

59

dan bawah bagian tubuh


sebelah kiri dengan kriteria

a.

Keluhan nyeri tidak

O: Ny. S terlihat bersemangat

berulang

hasil:
a.

A: masalah teratasi sebagian

Gangguan

rasa

P:

nyaman fisik: nyeri


pada

1.

Kompres hangat jahe

persendian,

ekstremitas atas dan


bawah bagian tubuh
sebelah

kiri

tidak

bertambah.
b.

Ny.

mengatakan

nyeri berkurang.
c.

Skala nyeri < 4 (0-3).

Kamis, 16 April 2015

Waktu

16.00

Diagnosa

Tujuan
Implementasi

Keperawatan
(00133)
Nyeri

Umum

Khusus

Setelah dilakukan tindakan Setelah


Kronis

berhubungan

Evaluasi Formatif

keperawatan

selama

minggu,

diharapkan selama

tindakan

dilakukan

1.

keperawatan
12x60

Mengajarkan teknik nonfarmakologi


-

menit,

60

S: Ny.S mengatakan seminggu yang lalu jika

Kompres hangat 7 hari berturut-

lengan dan tungkai kaki serta persendian

turut

tubuh sebelah kiri dipegang terasa sakit,

dengan

Proses

gangguan

rasa

nyaman diharapkan Ny. S dengan

Penyakit

fisik:

nyeri

(Osteoathritis)

persendian, ekstremitas atas

2.

pada kriteria hasil:

dan bawah bagian tubuh

a.

Memonitor kepuasan Ny. S terhadap

namun saat ini ketika ditekan dan dipakai

menejemen nyeri yang diterapkan.

untuk bergerak tidak begitu terasa lagi

Keluhan nyeri tidak


O: Ny. S melakukan kompres hangat jahe

berulang

sebelah kiri dengan kriteria

dengan aktif, skala nyeri 1

hasil:
a.

S: Ny. S mengatakan merasa senang.

Gangguan

rasa

O: Ny. S terlihat bersemangat

nyaman fisik: nyeri


pada

persendian,

A: masalah teratasi

ekstremitas atas dan

P:

bawah bagian tubuh


sebelah

kiri

1.

tidak

bertambah.
b.

Ny.

mengatakan

nyeri berkurang.
c.

Skala nyeri < 4 (0-3).

61

Kompres hangat jahe

EVALUASI SUMATIF
Nama lansia : Ny. S
Ruang: Anggrek

Tgl/Jam

Jumat

Diagnosa

(00133)

S:

17/04/2015 Nyeri
11.45

Evaluasi Sumatif

Keperawatan

Kronis

berhubungan
Proses

Ny.S mengatakan nyeri yang dialami berkurang selama seminggu

dengan
Penyakit

setelah dilakukan kompres jahe dan air hangat


Ny.S mengatakan seminggu yang lalu jika lengan dan tungkai kaki

(Osteoarthritis)

serta persendian tubuh sebelah kiri dipegang terasa sakit, namun


saat ini ketika ditekan dan dipakai untuk bergerak tidak begitu
terasa lagi
Ny.S mengatakan merasa sangat lega setelah di lakukan intervensi
O:
Skala nyeri 1
Ny. S terlihat lebih segar
Ny. S tidak terlihat merintih dan menahan sakit
A : Masalah teratasi.
P:
Pertahankan intervensi :
1. Memotivasi Ny. S agar selalu melakukan kompres hangat
jahe/air hangat setiap hari saat pagi dan sore hari
2. Memotivasi Ny. S agar selalu melakukan relaksasi nafas dalam
jika nyeri datang

Jumat

(00088)

17/04/2015 Hambatan berjalan


11.45

S:
Ny. S mengatakan kaku di persendian, lengan, dan kaki sebelah

Berhubungan dengan

kiri sudah berkurang setelah melakukan senam otot peregangan

gangguan

dan kompres hangat jahe

muskuloskeletal

Ny. S mengatakan saat ini bisa berjalan 50 langkah tanpa


berpegangan pada benda sekitar, dulu sebelum intervensi Ny. S
hanya bisa berjalan dengan cara meraba dan berpegangan pada
benda sekitar untuk mencegah dirinya jatuh.
Ny. S mengatakan saat berjalan sudah terasa lebih kuat dan tidak
sempoyongan.

62

Ny. S mengatakan bisa bergerak dari duduk ke berdiri dengan


lebih stabil.
Ny. S mengatakan untuk berpindah tempat masih membutuhkan
pegangan.
O:
Ny. S terlihat berjalan lebih stabil dan seimbang
Ny. S dapat berjalan lebih jauh dengan perlahan
Ny. S terlihat telah bisa melakukan pergerakan secara bertahap
dari posisi duduk hingga berdiri atau sebaliknya dengan mudah
Pengasuh mengatakan selalu mengontrol gerak dan aktifitas
penghuni panti
Berg balance scale skor 42 (risiko jatuh rendah).
A : Masalah teratasi.
P:
Pertahankan intervensi :
1.

Motivasi Ny.S untuk terus melakukan senam lansia setiap hari

2.

Motivasi Ny.S untuk terus melanjutkan latihan terapi otot


peregangan selama 3 kali seminggu

3.

Motivasi Ny. S untuk melatih kekuatan otot kaki dan berjalan


hingga 100 langkah setiap hari.

Jumat

(00095)

S:

17/04/2015 Insomnia berhubungan


11.45

dengan
(kebiasaan

Ny. S mengatakan selama seminggu ini sudah bisa tidur selama 5

stress
merenung

sebelum tidur)

jam bahkan semalam Ny. P tidur dari jam 22.00-04.00.


Ny. S menyatakan bahwa tidurnya puas
O:
Ny. P terlihat lebih segar
Ny. P mampu melakukakn terapi otot progresif
A : Masalah teratasi.
P:
Pertahankan intervensi :
1.

Latihan terapi otot progresif

2.

Lanjutkan terapi aromaterapi

3.

Tingkatkan aktifitas berdoa (dzikir) sebelum tidur

63

RENCANA TINDAK LANJUT


Nama lansia : Ny.S
Ruangan : Anggrek
Nama

Masalah Kesehatan

Intervensi yang telah

1.

Mengajarkan

teknik 1.

Paraf

Motivasi Ny. S agar selalu

nonfarmakologi

melakukan kompres hangat jahe

setiap hari saat pagi dan sore hari

Terapi

relaksasi

nafas dalam

Ny. S

RTL

dilakukan

2. Motivasi

Ny.

agar

selalu

Nyeri Kronis berhubungan

Latihan peregangan

melakukan relaksasi nafas dalam

dengan Proses Penyakit

Kompres

jika nyeri datang

jahe/air

hangat

(Osteoarthritis)

Dina

(7 hari

berturut-turut)
2.

Memonitor

kepuasan

Ny.

terhadap

menejemen nyeri yang


diterapkan.
1.

Mengidentifikasi
kebutuhan

keamanan

peregangan

tingkat fungsi fisik dan

persendian

kognitif dan sejarah

sekali

Ny. S

ekstremitas
bersama

dan

seminggu

untuk pencegahan cidera pada Ny.

benda

S dalam beraktifitas

yang

digunakan

gangguan muskuloskeletal

jangkauan

4.

melakukan

Menempatkan benda-

berhubungan dengan

3.

untuk

2. Komunikasikan dengan pengasuh

perilaku
2.

pengasuh

berdasarkan

Ny.S,

Hambatan berjalan

1. Berikan jadwal kegiatan kepada

sering
dalam

3. Motivasi

Ny.S

untuk

terus

melakukan senam lansia setiap hari

Menggunakan pakaian

4. Motivasi

Ny.S

untuk

terus

yang tidak ketat pada

melanjutkan latihan peregangan 3

Ny. S

kali seminggu

Mendampingi Ny. S
untuk

berpartisipasi

dalam latihan gerak


(Senam lansia)

64

5. Motivasi

Ny.S

untuk

melatih

kekuatan otot kaki dan berjalan


hingga 100 langkah setiap hari.

Dina

5.

Melatih Ny. S terapi


peregangan

1.

Menjelaskan

1.

pentingnya tidur yang

Lanjutkan

latihan

terapi

progresif

adekuat

2.

Lanjutkan terapi aromaterapi

2. Menciptakan

3.

Tingkatkan

lingkungan

yang

otot

aktifitas

berdoa

(dzikir) sebelum tidur

nyaman
3. Menjelaskan efek-efek
medikasi terhadap pola
tidur
4. Mendiskusikan dengan
Ny. S teknik tidur yang
Insomnia berhubungan

Ny. S

dengan stress (kebiasaan

nyaman
Dina

5. Menginstruksikan

merenung sebelum tidur)

untuk monitor tidur Ny.


S
6. Menganjurkan

terapi

komplementer,

salah

satunya berupa terapi


music,

aromaterapi,

dan terapi otot pogresif


7. Berikan terapi spiritual
sebelum tidur
8.

Mengajarkan

intake

nutrisi yang baik untuk


tidur

65

BAB IV
PEMBAHASAN

Pengkajian yang telah dilakukan secara mendalam kepada Ny.S di Panti Wreda
Harapan Ibu Ngaliyan Semarang tanggal 6 April 2015 dan berhasil ditemukan 3
diagnosa keperawatan. Diagnosa yang pertama yaitu nyeri kronis berhubungan dengan
proses penyakit (osteoarthritis), diagnosa kedua yaitu hambatan berjalan berhubungan
dengan gangguan muskuloskeletal, dan diagnosa ketiga yaitu insomnia berhubungan
dengan stress (kebiasaan merenung sebelum tidur). Perkembangan dari masing-masing
diagnosa akan dijelaskan pada dalam grafik sebagai berikut:
1. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit (osteoarthritis)
Nyeri yang muncul disebabkan oleh manifestasi klinis dari penyakit
osteoarthritis yang diderita oleh Ny. S sejak dulu. Masalah fisiologis pada lanjut
usia dengan osteoarthtritis adalah nyeri (Potter, 2005). Nyeri pada osteoarthritis
disebabkan oleh synovial dan degradasi kartilago berkaitan dengan degradasi
kolagen dan proteoglikan oleh enzim autolitik seluler. Secara makroskopis
tampak iregularitas pada permukaan tulang rawan yang dilanjutkan dengan
ulserasi dan penurunan kandungan glikosaminoglikan yang terdiri dari
kondroitin sulfat, keratin sulfat dan asam hialuronat terjadi fibrilasi atau
iregularitas oleh karena mikrofraktur pada permukaan rawan sendi yang
memiliki serabut saraf C berdiameter kecil tidak bermielin-nocireseptor.
Nocireseptor ini mampu melepaskan substansi P dan calcitonin gene related
peptide (CGRP) menstimulasi respon nyeri dan inflamasi (Brunner dan Suddart,
2010).
Efektifitas

kompres

hangat

meningkatkan

aliran

darah

untuk

mendapatkan efek analgesik dan relaksasi otot sehingga proses inflamasi


berkurang (Lemone & Burke, 2001). Kandungan jahe bermanfaat untuk
mengurangi nyeri osteoarthritis (Swarbrick dan Boylan, 2002). Penelitian
33

tentang manfaat jahe yang memiliki kandungan zat aktifnya dari oleoresin yang
terdiri dari gingerol, songaol dan zingeberence yang merupakan homolog dari
fenol melalui proses pemanasan. Degradasi panas dari gingerol menjadi
gingerone, shogaol dan kandungan lain terbentuk dengan pemanasan rimpang
kering dan segar pada suhu pelarut air 100C (Badreldin, 2007). Komponen jahe
mampu menekan inflamasi dan mampu mengatur proses biokmia yang
mengaktifkan inflamasi akut dan kronis seperti osteoarthritis dengan menekan
pro-inflamasi sitokinin dan cemokin yang diproduksi oleh sinoviosit, condrosite,
leukosit dan jahe ditemukan secara efektif menghambat ekspresi cemokin (Phan,
2005). Hal ini berkaitan dengan salah satu pilihan intervensi keperawatan yang
efektif untuk mengurangi nyeri yang dialami oleh Ny. S, yaitu melakukan
kompres hangat jahe.
Grafik 4.1
Grafik monitoring skala nyeri Ny. S sebelum dan sesudah melakukan
kompres hangat jahe dan latihan rentang gerak (ROM) selama 7 hari

SKALA NYERI
4

4
3
2

2
1

SKALA NYERI

Grafik 4.1 menunjukan monitoring kompres hangat dan latihan rentang


gerak (ROM) yang dilakukan Ny. S dalam 9 hari terakhir. Ny. S melakukan
kompres hangat jahe/air hangat hingga menurukan skala nyeri dari 4 menjadi

34

skala 1. Penelitian oleh Hadi Masyhurrosyidi dalam analisis menggunakan


desain Quasy Eksperiment dengan rancangan One-group pra test-post test
design. Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di dapatkan hasil bahwa

skala nyeri sedang menjadi nyeri rendah sejumlah 12 responden, nyeri berat
menjadi rendah sebanyak 2 responden, nyeri sedang 3 responden dan yang tetap
nyeri rendah 2 responden. Terapi kompres hangat pada stadium subakut dan
kronis pada osteoarthritis mengurangi nyeri, melemaskan otot, melenturkan
jaringat ikat dan menambah kelenturan sendi (Junaidi, 2006). Kandungan jahe
bermanfaat untuk mengurangi nyeri osteoarthritis karena jahe memiliki sifat
panas, pahit dan aromatic dari oleoresin. Kandungan air dan minyak tidak
menguap pada jahe berfungsi sebagai enhancer yang dapat meningkatkan
permeabilitas oleoresin menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau
kerusakan hingga ke sirkulasi perifer (Swarbrick dan Boylan, 2002)

2. Hambatan berjalan berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal


Ny.S telah kurang lebih dua tahun merasakan hambatan berjalan disertai rasa
nyeri dikarenakan gangguan muskuloskeletal dan pasca trauma/jatuh, yaitu
dimana ekstremitas atas dan bawah tubuh sebelah kiri mengalami deformitas
yang semakin parah. Hambatan berjalan Ny. S disebabkan oleh perubahan
bentuk jari-jari kaki Ny. S (ibu jari dan telunjuk tumpang tindih) dan rasa nyeri
yang diderita dirasakan cukup menganggu.

35

Grafik 4.3
Grafik monitoring kemampuan berjalan tanpa jatuh dan berpegangan pada
benda sekitar pada Ny. S

KEMAMPUAN BERJALAN (LANGKAH)


60
50
40
30
20
10
0
07-Apr-15

08-Apr-15

09-Apr-15

10-Apr-15

11-Apr-15

12-Apr-15

13-Apr-15

KEMAMPUAN BERJALAN (LANGKAH)

Grafik 4.3 Menunjukan bahwa Ny. S dapat meningkatkan kemampuan


otot seiring dengan berkurangnya rasa nyeri. Selama 7 kali dilakukan senam
lansia atau latihan rentang gerak (ROM), sejak hari pertama melakukan senam
lansia ringan atau latihan rentang gerak (ROM) Ny. S hanya sanggup berjalan
20 langkah. Latihan ke-2 Ny. S mengalami peningkatan, Ny. S sanggup berjalan
tanpa jatuh dan berpegangan pada benda sekitar selama 30 langkah dan latihan
ke 4-7 Ny. S sanggup berjalan hingga 40-50 langkah.
Latihan yang meliputi komponen keseimbangan akan menurunkan
insiden jatuh pada orang usia lanjut sebesar 17%. Senam lansia di tujukan
untuk menguatkan untuk penguatan, daya tahan dan keleturan tulang dan sendi,
sehingga sistem muskoloskeletal yang menurun dapat di perbaiki (Darmojo,
2009). Annafisa (2012) menyatakan bahwa terdapat pengaruh senam lansia
terhadap

keseimbangan

tubuh.

Senam

lansia

berpengaruh

keseimbangan tubuh yang di ukur dengan Romberg Test pada lansia.

36

terhadap

3. Insomnia berhubungan dengan Stress (Kebiasaan Merenung Sebelum Tidur)


Saat dilakukan pengkajian Ny. S mengatakan bawah dia mengalami
kesulitan untuk tidur ketika terbangun dimalam hari. Ny. S terkadang teringat
akan keponakannya yang membohongi dan meninggalkannya di panti.
Intervensi yang dilakukan adalah dengan memberikan aromaterapi dan
menganjurkan Ny. S menggunakannya saat menjelang tidur, serta mengajarkan
terapi otot pogresif pada Ny. S yang dilakukan sehari sekali.
Lansia beresiko mengalami gangguan tidur yang disebabkan oleh
banyak faktor misalnya pensiunan dan perubahan pola sosial, kematian
pasangan hidup atau teman dekat, peningkatan penggunaan obat-obatan,
penyakit yang dialami, dan perubahan irama sirkadian. Gangguan mood,
ansietas, kepercayaan terhadap tidur, dan perasaan negatif merupakan indikator
terjadinya insomnia. Aromaterapi merupakan salah satu terapi komplementer
yang dapat digunakan untuk mengatasi insomnia. Aromaterapi memiliki efek
menenangkan atau rileks untuk beberapa gangguan misalnya mengurangi
kecemasan, ketegangan dan insomnia. Aromaterapi mempunyai pengaruh
menurunkan derajat insomnia pada lansia. Aromaterapi lavender mempunyai
pengaruh terhadap pola tidur pada lansia dimensia. Lansia yang diberikan
aromaterapi lavender memiliki peningkatan durasi tidur malam yang lebih lama
dari pada sebelum pemberian aromaterapi (Adiyati, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumiarsih (2013) yaitu
menunjukkan bahwa teknik relaksasi otot progresif mempunyai pengaruh yang
signifikan dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia.
Relaksasi progresif adalah cara yang efektif untuk relaksasi dan mengurangi
kecemasan. Belajar mengistirahatkan otot-otot melalui suatu cara yang tepat,
maka hal ini akan diikuti dengan relaksasi mental atau pikiran (Sustrani, 2005).

37

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat setelah menyusun laporan asuhan keperawatan pada
Ny.S antara lain :
1. Masalah keperawatan yang muncul pada Ny.S yaitu diagnosa yang pertama
yaitu nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit (osteoarthritis),
diagnosa kedua yaitu hambatan berjalan berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal, diagnosa ketiga insomnia berhubungan dengan stress
(kebiasaan merenung sebelum tidur).
2. Kompres hangat jahe/air hangat yang di lakukan selama tujuh hari berturutturut dapat mengurasi rasa nyeri pada persendian dan ekstremitas.
3. Latihan rentang gerak (ROM) dan senam lansia dapat meningkatkan kekuatan
otot, daya tahan dan kelenturan sendi sehingga sistem muskoloskeletal yang
menurun dapat di perbaiki.
4. Aromaterapi, latihan otot progresif, dan melakukan dzikir/doa sebelum tidur
dapat membuat kualitas tidur lansia menjadi lebih baik.

B. SARAN
Adapun beberapa hal yang dapat disarankan penulis dalam penyusunan asuhan
keperawatan gerontik ini yaitu:
1. Bagi pengurus panti diharapkan untuk dapat menambah aktivitas berupa latihan
disertai rekreasi secara rutin yang dapat meningkatkan kualitas hidup dari para
lansia serta menstimulasi kembali fungsi afektif dan psikomotor pada lansia
seperti: latihan rentang gerak (ROM), senam lansia, terapi relaksasi otot
progresif dan karaoke bersama.

38

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang


kompres hangat jahe/air hangat untuk mengatasi nyeri serta memperluas atau
memodifikasi tata cara kompres hangat jahe, penelitian dapat di lakukan
seluruh lansia yang ada di panti wreda Harapan ibu.

39

40

DAFTAR PUSTAKA

Adiyati, Sri. (2010). Pengaruh Aromaterapi Terhadap Insomnia Pada Lansia di


PSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. Jurnal Kebidanan. Vol.
2: 2. Hal 21-28.
Annafisah, Zuhaida & Rosdiana, Ika. (2012). Pengaruh Senam Lansia Terhadap
Keseimbangan Tubuh Yang Diukur Menggunakan Romberg Test Pada
Lansia Sehat. Fakultas Kesehatan Universitas Sultan Agung (UNISSULA)
Semarang. Vol.4: 2. Hal 142-146.
Badreldin. (2007). Some Phytochemical, Pharmacological, and Toxikological
Properties of Ginger (Zingiberaceae Officinaleae Roscoe) : A Review Of
Recent Research. Sience Direct, Elsevier.
Darmojo B. (2009). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi ke-4.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Hal 47-50.
Dewi SK. (2009). Osteoarthritis : Diagnosis, Penanganan dan Perawatan Di
Rumah. Yogyakarta: Fitramaya.
Doenges, M. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Efendi, Ferry, Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta:
Salemba Medika. Hal 234, 244, 246, 252.
Hutapea, R. (2005). Sehat dan Ceria Diusia Senja. Jakarta : PT Rhineka Cipta. Hal
48.
Lemone & Burke, (2001). Medical Surgical Nursing; Critical Thinking in Client
Care, Third Edition, California : Addison Wesley Nursing.Maryam, RS et
al. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika. Hal 40.
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI.
Nugroho, Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi ke 3. Jakarta:
EGC.

Phan, P.V., Sohrabi, A., Polotsky, A. (2005). Ginger Extract Components Suppress
Induction Of Chemokine Expression In Human Synoviocytes. J. Altern.
Complement. Med. 11, 149154.
Prince, Sylvia A. (2000). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC.
Puspitasari, Ika. (2010). Jadi Dokter Untuk Diri Sendiri. Bandung: Miazan Utama.
Hal 124.
Santoso, H. (2009). Memahami Krisis lanjut Usia. Jakarta: Gunung Mulia. Hal 31,
132.
Smeltzer C, Suzzane. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Sumiarsih, Titi dan Widad Lukluul. (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Progresif
Terhadap Perubahan Pemenuhan Kebutuhan Tidur pada Lansia di Desa
Sijambe Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Pekajangan: Pekalongan.
Sustrani Lanny et al. (2005). Hipertensi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Swarbrick, J., dan J.C. Boylan. (2002). Encyclopedia of Pharmaceutical
Technology. Second Edition Volume 3. Marcel Dekker, Inc: New York. Hal:
2067.
Tamher, S & Noorkasiani. (2009). Penghantar Dalam Kesehatan Usia. Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung. Hal 33,42.
Tangtrakulwanich Boonsin , Geater Alan F., Chongsuvivatwong Virasakdi. (2006).
Prevalence, Patterns and Risk Factors Of Knee OA In Thai Monks. Journal
of Orthopaedic Science. 11(5) : 439 - 445.
Widyantoro P, Adhitya dkk. (2012). Hubungan Senam Lansia Dan Range Of
Motion (ROM) Lutut Pada Lansia. Fakultas Kedokteran UNISSULA
Semarang. Vol 4: 1. Hal 39-45.
Wilkinson, J. M. & Ahern, N. R. (2012) Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai