PEMBAHASAN
B. Intervensi
Jenis penelitian ini adalah analityc observational atau descriptive
study. Hal-hal yang akan diamati meliputi karakteristik penyandang
paraplegia seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, level cedera dan
derajad berat kelumpuhan yang akan dikorelasikan dengan kejadian
komplikasi pada saluran kencing, dekubitus dan saluran pernapasan.
Selain itu akan dikorelasikan juga dengan tingkat kemandirian dan kualitas
hidupnya. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Klaten dan Bantul.
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tingkat kemandirian adalah ketidaktergantungan pasien pada orang
lain dalam melakukan berbagai aktivitas fungsionalnya seperti
pemeliharaan kesehatan diri, mandi, makan, toilet (BAK & BAB),
naik/turun tangga (trap), berpakaian, kontrol BAB, kontrol BAK,
ambulasi, dan transfer kursi/bed.
Tingkat kemandirian dalam penelitian ini akan diukur dengan
menggunakan Indeks Barthel yang dimodifikasi seperti dalam questioner
terlampir. Insiden komplikasi adalah berbagai penyulit yang muncul pada
pasien SCI, seperti d
ecubitus, gangguan fungsi paru, infeksi salauran kencing. Kualitas
hidup adalah kualitas kehidupan pasien SCI yang diukur dari tingkat
kepuasan hidup dalam hal: kehidupan secara umum, aktivitas perawatan
diri sehari hari, aktivitas rekreasi/ kesenangan diri, kebersamaan dengan
teman, kebersamaan dengan keluarga, kehidupan perkawinan, aktivitas
seksual yang diukur dengan menggunakan indek kepuasan hidup dari
Viitanen yang ada dalam questioner terlampir. Analisis yang digunakan
pada penelitian ini adalah menggunakan Spearman rank correlation,
karena data berbentuk ordinal (non parametric (Singgih Santoso, 2000)
C. COMPARISON
Tidak ada kelompok pembanding dalam penelitian ini.
D. OUTCOME
Berdasarkan Uji Korelasi Rank Spearman didapatkan ada
hubungan antara derajad berat kelumpuhan dengan tingkat kemandirian
dan kualitas hidup pasien paraplegia korban gempa ini, walaupun
hubungan tersebut tidak telalu tinggi (r=0,497 dan r=0,421).
E. MANFAAT
Melalui jurnal ini, bisa diambil kesimpulan bahwa para pasien
dengan diagnosis Paraplegia yang salah satu gangguannya adalah
kelumpuhan serta penurunan aktivitas, dengan faktor resiko dapat
menurunkan kualitas hidup pasien harus diberi perhatian lebih. Agar para
pasien tersebut senantiasa bersemangat dan memiliki harapan untuk hidup
lebih baik walau dengan keterbatasan yang ada.
F. SARAN
1. Saran
Dibutuhkan kegiatan tindak lanjut dari sisi kesehatan, psikologis
dan sosial ekonomi untuk para penyandang sakit paraplegia. Hal ini
dimaksudkan agar berbagai komplikasi baik dari sisi kesehatan,
psikologis dan ketergantungan sosial ekonomi tidak terus terjadi dan
semakin memburuk yang pada akhirnya dapat menyebabkan kualitas
hidup para penyandang kelumpuhan ini akan menurun.
Analisis dengan format PICO
A. Sampel dan Populasi
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purvosive sampling
yaitu dengan memilih sampel yang mewakili kriteria yang ditetapkan
dalam penelitian ini dengan mendapatkan sampel yang benarbenar
mewakili suatu populasi yang diambil sebagai anggota sampel. Pemilihan
kriteria sampel dilakukan berdasarkan hasil assesment kepada pasien.
Obyek penelitian ini adalah semua pasien yang menderita paraplegi akibat
spinal cord injury yang dirawat inap di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.
Kelompok perlakuan adalah kelompok yang diberikan tehnik
latihan transfer dari tidur ke duduk dan latihan penguatan otot lengan
metode Oxford.
B. Intervensi
a. Kelompok perlakuan
Sebelum melakukan intervensi atau latihan sampel diperiksa untuk
melihat apakah sampel dapat melakukan transfer dari tidur ke duduk
dengan menggunakan stopwatch. Kemudian sampel diberikan latihan
kekuatan otot lengan metode Oxford dan latihan transfer dari tidur ke
duduk sesuai program yang telah ditentukkan. Setelah itu sampel diukur
kembali setelah latihan dan hasilnya dicatat pada format fisioterapi pada
setiap perlakuan yang diberikan.
b. Kelompok kontrol
Pada kelompok kontrol, sebelum melakukan intervensi atau latihan
sampel diperiksa 456 untuk melihat apakah sampel dapat melakukan
transfer dari tidur ke duduk dengan menggunakan stopwatch. Kemudian
sampel hanya diberikan intervensi atau latihan transfer tidur ke duduk.
Dan Setelah itu sampel diukur kembali setelah latihan dan hasilnya dicatat
pada format fisioterapi pada setiap perlakuan yang diberikan.
Selanjutnya sampel diberikan program latihan sebanyak 18 kali
dan kemudian dilakukan kembali pengukuran untuk mengetahui sejauh
mana kemajuan program latihan terhadap kecepatan transfer dari tidur ke
duduk.
C. COMPARISON
Adanya kelompok kontrol yang digunakan didalam penelitian ini
yaitu kelompok yang diberi tehnik latihan transfer dari tidur ke duduk
D. OUTCOME
Ada perbedaan pengaruh yang signifikan dalam pemberian latihan
transfer dari tidur ke duduk dengan penambahan latihan kekuatan otot
lengan metode Oxford terhadap kecepatan transfer dari tidur ke duduk
pada penderita paraplegi akibat spinal cord injury”.