Anda di halaman 1dari 8

ANALISA JURNAL PICOT

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP


PERUBAHAN AKTIVITAS FUNGSIONAL PADA PASIEN STROKE

Disusun Oleh

Aman Rohman 19.20.3014


Novia Ardila 19.20.3022
Trie Yuniar Arief 19.20.3028
Sayyidati Munawwarah 19.20.3029

Dosen Pengampu: Doni Wibowo, S.Kep., Ns., M.Kep

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA BANAJRAMASIN
TAHUN 2022/2023
1. Analisa Picot
Metode Ada/Tidak Keterangan
P (problem) Ada Pada penderita pasca stroke biasanya dijumpai gejala
sisa akibat fungsi otak yang tidak membaik
sepenuhnya. Beberapa diantaranya adalah
kelumpuhan pada satu sisi tubuh, menurunnya atau
hilangnya rasa, gangguan keseimbangan, gangguan
koordinasi, gangguan bahasa hingga gangguan status
mental. (Rahayu & Firdaus,2012).
Gangguan fisik yang terjadi pada penderita pasca
stroke adalah hemiparise (kelemahan satu sisi tubug),
atau hemiplegia (kelumpuhan pada satu sisi tubuh)
dari satu bagian tubuh seperti wajah, lengan dan
tungkai. Hal ini
mengakibatkan penurunan rentang gerak, gangguan
bicara dan penurunan aktivitas sehari-hari.(Hinkle &
Cheever,2014). Angka kejadian stroke meningkat
seiring pertambahan Usia dikategorikan pada faktor
resiko stroke yang tidak dapat diubah, namun
merupakan faktor risiko terpenting untuk terjadinya
serangan stroke baik stroke iskemi maupun
hemoragik. Setelah individu berusia 55 tahun resiko
serangan stroke menjadi dua kali lipat untuk setiap
pertambahan usia
10 tahun, baik pada laki-laki maupun perempuan.
Sekitar 65% insiden stroke terjadi pada individu
dengan usia diatas 65 tahun.
I (Intervensi) Ada Intervensi yang dilakukan yaitu jenis eksperimen
dimana latihan ROM pada penelitian ini dilakukan
pada responden kelompok intervensi sebanyak 3x
sehari selama dirawat inap 7 hari. Latihan ROM
secara signifikan dapat meningkatkan aktifitas
fungsional pasien selama dilakukan dengan teknik
yang tepat. Sesudah pasien stroke mendapatkan
latihan ROM 3x sehari selama 7 hari terdapat
manfaat untuk pasien yaitu meningkatkan aktivitas
fungsional pasien, sehingga dapat mencegah
komplikasi berupa kekakuan sendi, atropi otot dan
dapat mengurangi tingkat ketergantungan pasien
pada perawat dan keluarga.
C (Compare) Ada Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian pada
jurnal (Febrina Sukmaningrum )., Ns. Sri Puguh
Kristiyawati, M. Kep., Sp.MB), Achmad Solechan,
S. Kom., M.Si Sebagai Agen Terapi EFEKTIVITAS
RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF-ASISTIF:
SPHERICAL GRIP TERHADAP PENINGKATAN
KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS
PADA PASIEN STROKE DI RSUD TUGUREJO
SEMARANG yang menyebutkan bahwa terapi
Room aktif-pasif dapat meningkatkan kekuatan otot
eksternitas pada pasien stroke. Latihan ROM aktif-
asistif bertujuan untuk membantu proses
pembelajaran motorik. Setiap gerakan yang
dilakukan hendaknya secara perlahan dan anggota
gerak yang mengalami kelumpuhan ikut aktif
melakukan gerakan seoptimal mungkin dan sesuai
kemampuan, sedangkan anggota gerak yang tidak
mengalami kelemahan hendaknya dapat membantu
proses terbentuknya gerakan (Irfan, 2010, hlm. 198-
199).
O (Outcome) Ada Pasien yang rawat inap sebanyak 90 responden dan
dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok intervensi
dan kelompok kontrol. Berdasarkan tabel 1
karakteristik responden pada penelitian ini adalah
mayoritas responden pasien stroke pada kelompok
intervensi berusia minimal 43 tahun, sedangkan usia
maksimal adalah 73 tahun. Sementara dalam
kelompok kontrol usia minimal adalah 55 tahun dan
usia maksimal adalah 76 tahun. Dari data diatas
menunjukkan semakin bertambahnya usia semakin
besar resiko mengalami stroke. Berdasarkan tabel 2
maka secara total diperoleh mayoritas responden
pasien stroke berjenis kelamin laki-laki sebanyak 71
orang (78,9%) pada kelompok intervensi dan
kontrol. Sedangkan pada perempuan sebanyak 19
orang (21,1%). Berdasarkan tabel 3 diperoleh data
frekuensi stroke mayoritas responden mengalami
serangan stroke pertamakali sebanyak 57 responden
(81,4%), pada kelompok intervensi. Sedangkan pada
kelompok kontrol mayoritas adalah 17 responden
(85%). Berdasarkan tabel 4 didapatkan nilai
Aktivitas Fungsional adalah p = 0,000 dapat
disimpulkan secara statistik ada perubahan
perbedaan yang signifikan antara nilai Aktivitas
Fungsional antara kekompok intervensi dan
kelompok kontrol. Hasil analisis menunjukan ROM
pasif yang dilakukan pada pasien stroke dapat
meningkatkan rentang sendi, dimana reaksi kontraksi
dan relaksasi selama gerakkan
ROM pasif yang dilakukan pada pasien stroke terjadi
penguluran serabut otot dan peningkatan aliran darah
pada daerah sendi yang mengalami paralisis
sehingga terjadi peningkatan penambahan rentang
sendi abduksi-adduksi pada ekstremitas atas dan
bawah hanya pada sendi-sendi besar. Sehingga ROM
pasif dapat dilakukan sebagai alternatif dalam
meningkatkan rentang sendi pada pasien stroke yang
mengalami paralisis. Pada penelitian ini hanya
dilakukan rentang sendi pada motorik ekstremitas
atas dan bawah hanya pada sendi-sendi besar dengan
pertimbangan pasien yang stroke yang mengalami
paralisis lebih dari 6 bulan telah mengalami
kekakuan pada sendi-sendi yang kecil, bagi peneliti
berikutnya diharapkan melakukan penelitian pada
sendi-sendi yang kecil.
T (Time) Ada Penelitian ini dilakukan di ruang Rawat Inap RSU
UKI Jakarta pada Mei hingga Juli Tahun 2016.

2. Kesimpulan

Hasil penelitian pada kelompok intervensi. Usia termuda adalah 43 tahun,


sedangkan menunjukkan bahwa rata-rata usia pasien yang mengalami stroke adalah
56,99 tahun usia tertua 73 tahun. Sementara pada kelompok kontrol rata-rata usia
pasien 66,80 tahun usia termuda 55 tahun dan usia tertua adalah 76 tahun. Sehingga
dapat dinyatakan, bahwa semakin usia semakin besar resiko terkena stroke. Hasil
analisis menunjukan ROM pasif yang dilakukan pada pasien stroke dapat
meningkatkan rentang sendi, dimana reaksi kontraksi dan relaksasi selama gerakkan
ROM pasif yang dilakukan pada pasien stroke terjadi penguluran serabut otot dan
peningkatan aliran darah pada daerah sendi yang mengalami paralisis sehingga terjadi
peningkatan penambahan rentang sendi abduksi-adduksi pada ekstremitas atas dan
bawah hanya pada sendi-sendi besar. Sehingga ROM pasif dapat dilakukan sebagai
alternatif dalam meningkatkan rentang sendi pada pasien stroke yang mengalami
paralisis.

3. Implikasi keperawatan
Dari hasil penelitian jurnal tersebut maka kelompok kami akan melakukan
kegiatan latihan ROM untuk pasien yang mengalami serangan stroke pertama kali
agar kondisi yang baik bagi proses penyembuhan dan memberikan hasil yang
optimal.latihan ROM secara signifikan dapat meningkatkan aktivitas fungsional
pasien selama dilakukan dengan teknik yang tepat minimal 2x sehari.
Tahapan dalam melakukan latihan ROM ini yaitu dengan koordinasi dengan kepala
perawat/ perawat terkait pentingnya latihan ROM, lalu melakukan penjelasan tentang
pentingnya kegiatan latihan ROM kepada pasien serta keluarga pasien dan meminta
persetujuan agar dilakukannya latihan ROM tersebut sebanyak minimal 2x sehari.
Ketika mendapatkan persetujuan dari pasien dan keluarga pasien maka langkah
selanjutnya memberi tahapan dalam melakukan kegiatan ROM dan menunjukan ke
keluarga pasien agar bisa menerapkan secara mandiri supaya proses penyembuhan
dengan cepat
SOP latihan ROM :
1. Leher
Tekuk kepala kebawah dan keatas lalu menoleh kesamping kanan dan kiri
2. Lengan/pundak
Angkat tangan keatas lalu kembaliu ke bawah, setelah itu ke samping dan ke bawah
lagi
3. Siku
Dengan menekuk lengan, gerakan lengan ke atas dan kebawah.
4. Pergelangan tangan
Tekuk pergelangan tangan kedalam dan keluar lalu samping kiri dan kanana
5. Jari Tangan
Tekuk keempat jari tangan ke arah dalam lalu regangkan kembali. Kepalkan seluruh
jari lalu buka.Tekuk tiap jari satu persatu.
6. Lutut
Angkat kaki keatas lalu lutut ditekuk kemudian diturunkan lagi. Gerakan kaki ke
samping kanan dan kiri lalu putar kearah dalam dan luar.
7. Pergelangan kaki
Tekuk pergelangan kaki keatas lalu luruskan.Tekuk jari kaki ke atas dan kebawah.
8. Jika mampu berdiri lakukan gerakan badan
membungkuk kemudian putar pinggang ke samping kanan dan kiri.

4. Keterkaitan antar variabel


Mobilisasi pada penderita stroke bertujuan mempertahankan range of Motion
(ROM), yang berguna untuk memperbaiki fungsi pernafasan, sirkulasi peredaran
darah mencegah komplikasi dan memaksimalkan perawatan diri. Latihan ROM
merupakan bentuk latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif
dan bermanfaat untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien yang mengalami
stroke. Latihan ROM merukan sekumpulan gerakan yang dilakukan pada bagian
sendi yang bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot.(Potter &
Perry, 2006). pasien stroke mendapatkan latihan ROM 3x sehari selama 7 hari,
terdapat manfaat untuk pasien yaitu meningkatnya Aktivitas fungsional pasien,
sehingga dapat mencegah komplikasi berupa kekakuan sendi, atropi otot dan dapat
mengurangi tingkat ketergantungan pasien pada perawat dan keluarga, serta
meningkatkan rasa percaya diri dan kualitas hidup pasien yang mengalami
strokeSalah satu rehabilitasi yang dapat diberikan pada penderita stroke adalah
latihan rentang gerak atau Range Of Motion (ROM), menurut Berman et.al., (2009,
hlm.298), ROM aktif-asistif dilakukan dengan cara klien menggunakan lengan atau
tungkai yang berlawanan dan lebih kuat untuk menggerakkan setiap sendi pada
ekstremitas yang tidak mampu melakukan gerakan aktif.

Anda mungkin juga menyukai