Anda di halaman 1dari 6

BAB III

TELAAH JURNAL
I. Metode Penelusuran Jurnal
 Keywoard : Passive ROM, Muscle Strength, Hemorrhagic Stroke
 Data Base : ProQuest, Go0gle Scholar
 Jurnal : International Journal Of Biomedical Nursing

II. Jurnal 1
a. Judul :
Passive Range of Motion Therapy for Increasing Muscle
Strength with non-Hemorrhagic Stroke in RSUD dr. R.
Goeteng Taroenadibrata: Case Study
b. Abstrak
Introduction :
Stroke adalah gangguan fungsi otak fokal atau global yang dapat
menyebabkan kematian atau kelainan. Stroke ini disebabkan oleh
gangguan suplai darah ke otak akibat penyumbatan pada
pembuluh darah. Hal ini menyebabkan terganggunya asupan
nutrisi dan oksigen ke jaringan otak (Anggriani, Gunawan, et al.,
2018). Pasien stroke umumnya mengalami gejala lemas pada
bagian tubuh, sehingga diperlukan terapi untuk mengatasi hal
tersebut, salah satunya adalah terapi Range of Motion (ROM) yang
bertujuan untuk mengurangi kelemahan pada pasien stroke.
Terapi ROM adalah latihan untuk mempertahankan atau
memperbaiki sendi untuk meningkatkan massa otot dan tonus
otot. Menurut Anita & Sara (2020) olahraga yang optimal bagi
pasien stroke adalah olahraga yang tidak melelahkan, berdurasi
pendek, dan dapat dilakukan secara teratur. Berdasarkan ulasan
tersebut, penulis tertarik untuk melaporkan kasus pemberian
terapi ROM pasif pada pasien SNH di ICU RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata.
(Rampengan, Dwipayanti and Yuliyatni, 2020)
Method:
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada 1 sampel .
Penelitian ini dilakukan selama 3 hari berturut-turut dan
dilakukan 2 kali perlakuan dalam 1 hari. Memberikan intervensi
Range of Motion yang dilakukan pada pagi dan sore hari selama
10-15 menit. Pengukuran daya otomatis dilakukan sebelum dan
sesudah terapi sebagai evaluasi terhadap tindakan yang diberikan.
Result :
Dalam hasil penelitian terhadap TN. L dengan diagnosis
medis stroke non hemoragik (SNH) pada tanggal 13 Juni 2022,
ditemukan bahwa pasien mengalami penurunan kesadaran
dengan tingkat kesadaran mengantuk GCS E4 Vafasia M3. Hasil
TTV diperoleh HR 84x/menit, TD 143/72 mm Hg, MAP 1 01, suhu
36,1◦C. Pasien mengalami kelemahan pada ekstremitasnya,
terutama pada ekstremitas kanan. Ekstremitas kanan atas dan
bawah memiliki nilai 2, yang mampu melakukan dua atau lebih
gerakan sendi, tidak mampu menahan gerakan resistensi minimal.
Ekstremitas kiri memiliki kekuatan otot 4, yaitu mampu
mengangkat anggota tubuh / tubuh, tetapi tidak dapat melawan
resistensi maksimum pemeriksa. Berdasarkan hasil CT scan, hasil
yang diperoleh adalah infark luas pada korteks-subkorteks lobus
pariental occipital frontal temporal kiri ec susp emboli. Peneliti
mengetahui adanya perubahan hasil pelaksanaan terapi ROM
selama 3 hari, terjadi perubahan tingkat kekuatan otot tungkai
kanan sebesar 1 tingkat atau 25% pada pasien. Pelaksanaan
keperawatan dilaksanakan selama 3 hari, yaitu pada tanggal 13-15
Juni 2022. Pelaksanaan yang dilakukan adalah terapi ROM,
sebelumnya dilakukan penilaian terkait kekuatan otot sebelum
melakukan pelaksanaan dan setelah melakukan pelaksanaan
Conclusion :
Berdasarkan literature review yang dilakukan terkait ROM
yang dilakukan oleh Tn L(L) berusia 70 tahun dengan diagnosis
medis stroke non-hemoragik (SNH), dengan diagnosis
keperawatan yaitu gangguan mobilitas fisik terkait gangguan
persepsi sensorik. Setelah diberikan terapi range of motion (ROM)
yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot pada
ekstremitas yang mengalami kelemahan selama 3 hari dengan
frekuensi 2 kali sehari mengalami peningkatan sebesar 25%.
Intervensi terapeutik Range of motion (ROM) telah terbukti
meningkatkan kekuatan otot pada ekstremitas yang mengalami
kelemahan pada pasien stroke non-hemoragik (SNH).

c. Ringkasan Jurnal

Validity :
Berdasarkan Berdasarkan data Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) 2018, stroke merupakan penyebab kematian
terbanyak kedua setelah penyakit jantung dengan 9,4 juta
kematian. Menurut Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia 2018 dalam Mauliddiyah et al. (2022), prevalensi
stroke di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2013
hingga 2018, yaitu 7% pada tahun 2013, sedangkan pada tahun
2018 naik menjadi 10,9%. Spesifikasi untuk pria 11,0%, wanita
10,9%. Jumlah kasus stroke di Jawa Tengah sebanyak 2,1%
atau sekitar 31.871 kasus (Mauliddiyah et al., 2022). Stroke
adalah gangguan fungsi otak fokal atau global yang dapat
menyebabkan kematian atau kelainan. Stroke ini disebabkan
oleh gangguan suplai darah ke otak akibat penyumbatan pada
pembuluh darah. Hal ini menyebabkan terganggunya asupan
nutrisi dan oksigen ke jaringan otak (Anggriani, Gunawan, et
al., 2018)
Importance :
Stroke merupakan suatu penyakit yang mengancam
jiwa sehingga merupakan suatu hal yang serius untuk
ditangani di masyarakat. Jumlah kasus stroke di Jawa Tengah
sebanyak 2,1% atau sekitar 31.871 kasus. Stroke merupakan
suatu kelainan fungsional yang terjadi secara tiba-tiba dengan
gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih
dari 24 jam. Teknik non farmakologi yang dapat mengatasi
gangguan stroke ini adalah terapi passive range of motion
(ROM).

Applicability :
Berdasarkan beberapa faktor diatas penulis tertarik untuk
memilih intervensi latihan ROM. Ini menarik bagi penulis
karena peneliti melaporkan hasil penerapan terapi ROM pasif
terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke yang
mengalami kelemahan ekstremitas sehingga diberikan terapi
selama 3 hari berturut-turut, kekuatan otot ekstremitas
meningkat sebesar 1 tingkat atau sebesar 25%. Berdasarkan
Intervensi ROM selama 3x24 jam efektif untuk meningkatkan
kekuatan otot ekstremitas pada pasien SNH. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hasil bahwa terapi ROM dapat
meningkatkan kekuatan otot pada pasien SNH yang
mengalami kelemahan pada bagian tubuh. Selain itu,
penelitian ini juga sejalan dengan (Rahmadani &; Rustandi,
2019) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
terapi ROM dengan perubahan peningkatan kekuatan otot
tungkai pada pasien SNH.
1.Terapkan pada pasien
Pasien melakukan pelatihan Rentang gerak pasif
untuk Cara mengevaluasi dengan dihitung selisih kekuatan
otot hari per-1 dengan hari ke -3 setelah dilakukan ROM serta
setelah penelitian tersebut, peneliti menyarankan agar
menerapkan latihan ROM secara rutin dengan frekuensi 2 kali
sehari secara efektif.
2. Evaluasi kinerja
Dalam pelatihan terapi ROM Peneliti menganalisis
bahwa terjadi peningkatan kedua ektermitas yaitu kekuatan
otot pada tangan dan kaki. Berdasarkan pelaksanaan yang
dilakukan,dengan pemberian terapi ROM pada pasien stroke
mengalami perubahan nilai kekuatan otot. Sebelum
dilakukan intervensi, klien mengeluh bahwa sulit untuk
menggerakkan ekstremitas kanan, merasa lemah dan letih,
sehingga kesulitan untuk melakukan aktivitasv secara
mandiri. Namun Setelah dilakukan intervensi terjadi
peningkatan sebanyak 25% dan peningkatan kekuatan otot
sebesar 1 tingkat, sehingga klien merasa tenang dan rileks,
dan mampu menggerakkan ekstremitasnya secara perlahan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
terapi range of motion (ROM) berpengaruh pada
peningkatan kekuatan otot pada pasien stroke non hemoragik
(SNH). Pada hari terakhir, pasien dapat merespon
komunikasi dengan baik dan menggunakan tangannya untuk
berkomunikasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pasien
terasa nyaman, dan tidak kesulitan bernapas. Akral pasien
terasa hangat, dan pasien kemudian dipindahkan ke bangsal.

Anda mungkin juga menyukai