Anda di halaman 1dari 13

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN

ULTRASOUND PADA MANUAL THERAPY TERHADAP


PENINGKATAN LINGKUP GERAK SENDI
GLENOHUMERAL JOINT FROZEN SHOULDER

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :
IKA
201310301078

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2017

i
ii
PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN ULTRASOUND
PADA MANUAL THERAPY TERHADAP PENINGKATAN
LINGKUP GERAK SENDI GLENOHUMERAL JOINT FROZEN
SHOULDER
Ika2, Kuncahyo Kamal Arifin3

abtrak
Latar Belakang : Lansia di dusun Cambahan terdapat 10 orang yang menderita
Frozen shoulder akibat bertambahnya usia Secara epidemiologi onset frozen
shoulder terjadi sekitar usia 45-65 tahun. Dari 2-5% populasi sekitar 60% dari kasus
frozen shoulder lebih banyak mengenai perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan pengaruh penambahan ultrasound pada
manual therapy terhadap peningkatan lingkup gerak sendi glenohumeral joint frozen
shoulder.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan jenis penelitian experimental dengan
desain quasi eksperimental, dan rancangan yang di gunakan pre dan post test two
groups design. Sampel penelitian ini berjumlah 5 orang untuk perlakuan manual
therapy dan 5 orang untuk kelompok perlakuan penambahan ultrasound pada
manual therapy terhadap peningkatan lingkup gerak sendi glenohumeral joint frozen
shoulder dilakukan 4 minggu dengan frekuensi latihan 3 kali seminggu. Alat ukur
yang digunakan adalah goneometer. Hasil: Hasil uji hipotesis 1 menggunakan paired
samples t-test di peroleh nilai flexi p=0,000, ektensi 0,001 dan abduksi 0,000 maka
p <0,05 yang artinyapemberian perlakuan manual therapy dapat meningkatkan
lingkup gerak sendi pada gerakan flexi, ekstensi dan abduksi frozen shoulder, hasil
uji hipotesis II yang juga menggunakan paired sample t- test di peroleh nilai flexi p=
0,001, ekstensi p= 0,001 dan abduksi 0,000 maka p < 0,05 yang artinya ada pengaruh
penambahan ultrasound pada manual therapy terhadap peningkatan lingkup gerak
sendi glenohumeral joint frozen shoulder, serta hasil uji hipotesis III menggunakan
independen sample t- test di peroleh tidak ada perbedaan pengaruh penambahan
ultrasound pada manual therapy terhadap peningktan lingkup gerak sendi
glenohumeral joint frozen soulder. Kesimpulan: tidak ada perbedaan pengaruh
penambahan ultrasound pada manual therapy terhadap peningkatan lingkup gerak
sendi glenohumeral joint frozen shoulder. Saran: saran untuk peneliti selanjutnya
untuk menambah jumlah responden dan menambah waktu penelitian.
Kata Kunci: manual therapy, ultrasound,peningkatan lingkup gerak sendi
glenohumeral joint, frozen shoulder.
Daftar pustaka : 42 Buah Referensi (2007 – 2014)

1
Judul Skripsi :
2
Lansia Dusun Cambahan,Gamping, Nogotirto Sleman Yogyakarta.
3
Dokter Spesialis Ortopedi PKU Muhamaidiyah Yogyakarta.

iii
THE DIFFERENCE IN THE EFFECT OF
COMPLEMENTARY ULTRASOUND INMANUAL
THERAPYON THE IMPROVEMENT OF THE SCOPE
OF GLENOHUMERAL JOINT FROZEN SHOULDER
MOVEMENTS1
Ika2, Kuncahyo Kamal Arifin3

Abstract

Background:There are 10 older people in Cambahan Village suffering Frozen


shoulderdue to aging. Epidemiologically, the onset of frozen shoulder occurs in the
age range of 45-65 years old. From 2-5% of the population, there is 60% of frozen
shoulder case, more in women than in men. Objective: To find out the difference in
the effect of complementary ultrasound inmanual therapyon the improvement of the
scope of glenohumeral joint frozen shouldermovements. Method : This study is an
experimental study by using quasi experimental study design, which used the pre-
and post-test two groups design. There were 5 people as the samples for the group
with manual therapytreatment and 5 people for the group with complementary
ultrasound in manual therapy on the improvement of the scope of glenohumeral
joint frozen shouldermovements which were conducted in 4 weeks with a frequency
of 3 times a week. The measurement tool used is goneometer.Results: The test on
hypothesis 1 by using paired samples t-test obtained the flexi value of p=0,000,
extension value of 0,001 and abduction value of 0,000, then p <0,05, which means
that the manual therapy treatment can improve the scope of joint movements in the
flexi, ekstensionand abduction movements offrozen shoulder. The test on hypothesis
II by using paired sample t- testobtained the flexi value of p= 0,001, extension value
of p= 0,001 and abduction value of 0,000, then p < 0,05, which means that there is an
effect of the complementary ultrasound in manual therapy on the improvement of
the scope of glenohumeral joint frozen shouldermovements, as well as the result of
the test on hypothesis III by using the independent sample t- test showed that there is
no difference in the effect of complementary ultrasound in manual therapy on the
improvement of the scope of glenohumeral joint frozen souldermovements.
Conclusion: There is no difference in the effect of complementary ultrasound in
manual therapy on the improvement of the scope of glenohumeral joint frozen
souldermovements.Suggestion: It is suggested for further researcher to increase the
number of respondents and the time for conducting research.

Keywords: manual therapy, ultrasound,the improvement of the scope of


glenohumeral joint frozen souldermovements.
References : 42 References (2007-2014)

1
Title
2
Student of Physiotherapy Study Program, Undergraduate Degree, ’Aisyiyah University
Yogyakarta
3
Lecturer of Physiotherapy Study Program, ’Aisyiyah University Yogyakarta.

iv
PENDAHULUAN dihasilkan. Namun dengan begitu
banyak dan beragamnya aktifitas yang
Penelitian ini dilakukan di dusun dilakukan oleh manusia, ditambah lagi
Cambahan Gamping nogotirto sleman dengan semakin meningkatnya usia
Yogyakarta. Jumlah populasi lansia dan terjadinya proses degenerasi maka
yang berada di dusun cambahan terjadi pula penurunan fungsi struktur
sebanyak 35 orang. Adapun riwayat tubuh pembentuk gerak seperti tulang,
penyakit yang diderita lansia di dusun sendi dan otot yang apabila mengalami
cambahan yaitu 4 orang memiliki gangguan dapat menyebabkan
riwayat penyakit jantung dan timbulnya gangguan gerak dan fungsi.
hipertensi, 12 orang menderita Pada sendi bahu sering dijumpai
diabetes,3 orang menderita anemia, 7 keterbatasan gerak berupa gerak
orang menderita hipertensi , 6 orang fleksi-ekstensi,abduksi-adduksi, dan
menderita asam urat dan 3 orang endo-ekso rotasi (Miharjanto, kuntono
memiliki riwayat kolestrol tinggi. Dari dan setiawan 2010).
data yang di kumpulkan 40% lansia di Pada dasarnya gangguan
dusun cambahan menderita diabetes keterbatasan sendi bahu ini dapat
militus karena pola makan yang tidak disebabkan oleh berbagai macam
benar. Dari hasil assesment yang penyebab, salah satunya kondisi
dilakukan 75% dari lansia menyukai Frozen shoulder. Salah satu penyebab
makanan yang manis dan kebiasaan dari Frozen Shoulder adalah karena
minum teh di pagi dan malam hari. adanya patologi pada jaringan
disekitar sendi bahu, Inflamasi
Seiring dengan berkembangnya
menyebabkan perlengketan pada
teknologi dan ilmu pengetahuan,
kapsul sendi dan peningkatan
manusia dituntut untuk hidup lebih
viskositas cairan sinovial sendi
maju mengikuti perkembangan
glenohumeral, kapsul sendi
tersebut. Untuk memenuhi tuntutan
glenohumeral menjadi mengecil,
tersebut, manusia melakukan berbagai
anterior kapsul menjadi kontraktur dan
macam aktivitas. Aktivitas yang
menebal, posterior kapsul menegang
dilakukan tidak terlepas dari gerak,
sehingga terjadi keterbatasan gerak
baik itu gerak yang disadari maupun
pada sendi bahu terutama gerakan
yang tidak di sadari. Ditengah
eksternal rotasi dan abduksi, dan
masyarakat sering dijumpai pasien
terjadi keterbatasan gerak pasif, karena
dengan mengeluh sakit pada bagian
itu penderita frozen shoulder
bahu, hal ini membuat penderita
mengalami keterbatasan ROM,
semakin sulit berbuat sesuatu dalam
keterbatasan ROM tersebut
keluarganya, dan pada umumnya
menyebabkan timbulnya inaktivitas
hidup dengan bantuan orang lain,
pada otot gelang bahu jika otot lama
sehingga terkadang timbul rasa rendah
dalam keadaan inaktivitas kekuatan
diri dalam keluarganya akibat
otot akan menurun sangat cepat sekitar
ketergantungan hidup dengan orang
20-30 % per perminggu (Miharjanto,
lain (Miharjanto, kuntono dan
kuntono dan setiawan 2010).
setiawan, 2010).
Secara epidemiologi onset
Gerak adalah suatu ciri frozen shoulder terjadi sekitar usia 45-
kehidupan dimana dengan bergerak 65 tahun. Dari 2-5% populasi sekitar
manusia bisa melakukan aktifitas 60% dari kasus frozen shoulder lebih
fungsionalnya dan kualitas dari banyak mengenai perempuan
aktifitas fungsional manusia sangat dibandingkan dengan laki-laki. Frozen
ditentukan oleh kualitas gerak yang shoulder juga terjadi pada 10-20% dari

1
penderita diabetus millitus yang therapi. Sebelum diberikan perlakuan,
merupakan salah satu faktor resiko kedua kelompok sampel diukur
frozen shoulder (Miharjanto, 2010). lingkup gerak sendi (LGS) dengan
Frozen shoulder memiliki menggunakan goneometer.
prevalensi dari tahun ke tahun terus Pada kelompok perlakuan
meningkat, di inggris 14 %, di sampel pasien frozen shoulder
Belanda 12 % dan di Indonesia hampir dilakukan pengukuran ROM shoulder
20% dari penduduk yang mengalami bidang frontal dan bidang transversal
frozen shoulder (Miharjanto, kuntono dengan menggunakan goniometer,
dan setiawan 2010) kemudian diberikan manual therapi
Hasil penelitian di RSUP Dr. dan penambahan ultrasound pada
Wahidin sudirohusada makasar pada manual therapi, dengan frekuensi 3x
tahun 2005 tercatat dari 360 orang seminggu selama 4x minggu.
yang di rujuk ke poli fisioterapi,
11,67% menderita frozen shoulder. HASIL PENELITIAN
Pada tahun 2007 pasien frozen
shoulder meningkat menjadi 587 Sampel dalam penelitian ini
orang, pada tahun 2008 pasien frozen adalah lansia di posyandu lansia
shoulder meningkat sebanyak 730 cambahan yang bersedia mengikuti
orang kemudian pada tahun 2009 penelitian dengan kelompok perlakuan
pasien frozen shoulder meningkat manual therapy dan penambahan
sebanyak 802 orang (Miharjanto, ultrasound pada maunual therapy .
kuntono dan setiawan 2010) Pengambilan sampel pada penelitian
Frozen shoulder merupakan rasa nyeri ini menggunakan total sampling
yang mengakibatkan keterbatasan sehingga diperoleh sampel 5 orang
lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu. setiap kelompok perlakuan. Sebelum
Mungkin timbul karena adanya dilakukan perlakuan, sampel terlebih
trauma, mungkin juga timbul secara dahulu dilakukan pengukuran lingkup
perlahan-lahan tanpa tanda-tanda atau gerak sendi menggunakan
riwayat trauma. Keadaan ini biasanya goneometer. Selanjutnya sampel
timbul gejala seperti tidak bisa diberikan program fisioterapi tiga kali
menyisir karena nyeri disekitar depan seminggu selama 4 minggu dan
samping bahu. kemudian dilakukan pengukuran
lingkup gerak sendi pada perlakuan
METODE PENELITIAN yang ke dua belas untuk menentukan
keberhasilan dari perlakuan yang
Penelitian ini merupakan diberikan.
penelitian kuantitatif dengan desain
quasi eksperimental, dan raancangan Terdapat dua kelompok
yang digunakan pre and post test two perlakuan sampel yaitu perlakuan
group design. Rancangan ini pertama yang diberi intervensi manual
digunakan untuk mengetahui therapy dengan jumlah sampel 5 orang
pengaruh penambahan ultrasound pada dan perlakuan kedua yang diberi
manual therapi terhadap peningkatan penambahan ultrasound pada manual
lingkup gerak sendi glenohumeral therapy dengan jumlah sampel 5
joint frozen shoulder. orang. Selanjutnya dilakukan
Pada penelitian ini digunakan 2 identifikasi data pengukuran lingkup
kelompok perlakuan, yaitu: (1) gerak sendi.
kelompok perlakuan 1:manual therapi,
(2) kelompok perlakuan 2:
penambahan ultrasound pada manual

2
a.Karakteristik Sampel Keterangan :
Kel. 1 = kelompok perlakuan
Tabel 4.1 Distribusi Sampel manual therapy
Berdasarkan Usia Di posyandu lansia Kel. 2 = kelompok perlakuan
Cambahan April 2017 penambahan ultrasound pada
manual therapy.
Kel 1 Kel 2
Usia % (n = 5)
%
(n = 5)
Berdasarkan tabel 4.2 diatas,
50-51 3 60 2 40 pada kelompok perlakuan 1 yang
52-53 1 20 1 20 memiliki riwayat penyakit diabetes
54-56 1 20 2 40 berjumlah 2 sampel (40,0%),
Total 5 100 5 100 Hipertensi 2 orang (40%), anemia 1
Keterangan : orang (20%) sehingga sampel pada
Kel. 1 = kelompok perlakuan manual kelompok perlakuan manual therapy
therapy berjumlah 5 orang (100%). Pada
Kel. 2 = kelompok perlakuan kelompok perlakuan kedua sampel
penambahan ultrasound pada manual yang memiliki riwayat diabetes
therapy. berjumlah 3 orang (60,0%), anemia 1
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, orang (20%) dan jantung 1 orang
pada kelompok perlakuan 1 sampel (20%). Sehingga sampel pada
usia 50-51 berjumlah 5 sampel kelompok penambahan ultrasound
(60,0%). Pada usia 52-53 berjumlah 1 pada manual therapy berjumlah 7
sampel (20,0%). Pada usia 54-56 orang (100%)
berjumlah 1 sampel (20,0%) sehingga
sampel pada kelompok perlakuan 3. Uji Analisis data
manual therapy berjumlah 5 orang Penelitian ini memiliki tujuan
(100%). Pada kelompok perlakuan utnuk membuktikan ada tidaknya
kedua sampel usia 50-51 berjumlah 2 perbedaan pengaruh pemberian
orang (40,0%). Pada usia 52-53 manual therapy dan penambahan
berjumlah 1 orang (20,0%). Pada usia ultrasound pada manual therapy
54-56 berjumlah 2 orang (40,0%). terhadap peningkatan lingkup gerak
sehingga sampel pada kelompok sendi glenohumeral joint frozen
penambahan ultrasound pada manual shoulder Sampel penelitian sebanyak
therapy berjumlah 7 orang (100%). 10 orang lansia l; Hipotesis penelitian
ini adalah (1) Ada pengaruh
b. Distribusi sampel berdasarkan pemberian manual therapy terhadap
riwayat penyakit dipaparkan dalam penigkatan lingkup gerak sendi
tabel sebagai berikut : glenohumeral joint frozen shoulder,
Tabel 4.2 Distribusi Sampel (2)Ada pengaruh penambahan
Berdasarkan Riwayat penyakit Di ultrasound pada manual therapy
posyandu lansia Cambahan April 2017 terhadap peningkatan lingkup gerak
Kel1 Kel 2 sendi glenohumeral joint frozen
Riwayat % %
(n=5) (n=5) shoulder, (3) Ada perbedaan pengaruh
Diabetes 2 40 3 40 penambahan ultrasound pada manual
Hipertensi 2 40 0 0 therapy terhadap peningkatan lingkup
Anemia 1 20 1 20 gerak sendi glenohumeral joint frozen
Jantung 0 0 1 40 shoulder.
Total 5 100 5 100

3
a. Hasil Uji Normalitas ekstensi p= 0,928 dan nilai abduksi p=
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data 0,448 maka dapat disimpulkan bahwa
Penilaian Lingkup Gerak Sendi data tersebut berdistribusi normal (p>
0,05).
Penilaian Nilai p ( Shapiro a. Hasil Uji Homogenitas
lingkup Wilk Test) Uji homogenitas dilakukan
gerak sendi sebagai prasyarat dalam analisis
Kel I Kel II
Independent Sample T-test. Uji
Sebelum
homegenitas menggunakan teknik
Flexi 0,201 0,314
Lavene Test. Data yang digunakan
Ekstensi 0,642 0,743
dalam melakukan uji homogenitas
Abduksi 0,972 0,398
pada penelitian ini adalah dengan
memasukan hasil penilaian
Sesudah
peningkatan lingkup gerak sendi
Flexi 0,345 0,787
glenohumeral joint sebelum dan
Ekstensi 0,826 0,928
sesudah dilakukan perlakuan baik
Abduksi 0,173 0,448
kelompok perlakuan manual
therapy maupun kelompok
perlakuan penambahan ultrasound
Keterangan :
pada manual therapy. Hasil uji
Nilai p = Nilai Probabilitas
homogenitas disajikan pada tabel
Kel I = Kelompok perlakuan
4.4 sebagai berikut
manual therapy
Kel II = Kelompok perlakuan
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Nilai
penambahan ultrasound pada manual
Goneometer Lansia Cambahan
therapy
Yogyakarta April 2017
Lavene Test
Berdasarkan tabel 4.3 dapat Perlakuan
Nilai P
dilihat hasil uji normalitas data pada
Sebelum Perlakuan
kelompok perlakuan pertama yaitu
Flexi 0,136
manual therapy dengan nilai
Ekstensi 0,680
probabilitas pada pre test (nilai p)
Abduksi 0,788
adalah nilai flexi 0,201, nilai ekstensi
0,642 dan nilai abduksi 0,972 maka
dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal (p> 0,05). Nilai Setelah Perlakuan
probabilitas pada post test ( nilaip) Flexi 0,525
adalah nilai flexi 0,345, nilai ekstensi Ekstensi 0,822
0,826 dan nilai abduksi 0,173 maka Abduksi 0,599
dapat disimpulkan bahwa data tersebut Keterangan
berdstribusi normal (p> 0,05). p = Nilai probabilitas
Hasil uji normalitas data
pada kelompok perlakuan kedua yaitu Hasil uji homogenitas data
penambahan ultrasound pada manual nilai pengukuran menggunakan
therapy dengan nilai probabilitas pada goneometer dengan Lavene’s test
pre test (nilai p) adalah nilai flexi p= sebelum perlakuan adalah nilai flexi
0,314, nilai ekstensi p= 0,742 dan nilai p=0,136 nilai ekstensi p= 0,680 dan
abduksi 0,398 maka dapat disimpulkan nilai abduksi p=0,788. Nilai P setelah
bahwa data berdistribusi normal (p> perlakuan adalah nilai flexi P=0,525,
0,05). Nilai probabilitas pada post test Nilai ekstensi p=0,822 dan nilai
(nilai p) adalah nilai flexi 0,787, nilai abduksi p=0,599. Dengan demikian

4
data bersifat homogen karena nilai p gerakan flexi p= 0,001,nilai
lebih dari 0,05 (p > 0,05). ekstensi p= 0,000 dan nilai abduksi
p=0,000. Hal ini berarti nilai
a. Hasil Uji Hipotesis I dan Uji probabilitas kurang dari 0,05 (p <
Hipotesis II 0,05. Dari pernyataan tersebut
berarti pada sampel perlakuan
Berdasarkan uji normalitas manual therapy (traksi ke arah
didapat data berdistribusi latero,ventro, cranial) berpengaruh
normal,maka uji hipotesis I pada pada gerakan flexi, ekstensi dan
penelitian ini menggunakan teknik abduksi.
statik paired sampel t-test yang
disajikan pada tabel 4.5 sebagai Menurut penelitian yang
berikut Tabel 4.5 : dilakukan oleh salim (2014) latihan
manual therapy merupakan tehnik
Tabel 4.5 Hasil Uji Hipotesis I dan Uji terapi dengan menggunakan tangan
Hipotesis II dengan tehnik yang khusus latihan
Rerata ± SD yang bertujuan untuk meningkatkan
Kelompok lingkup gerak sendi.
N Paired Sample
Perlakuan
T-Test a. Hasil Uji hipotesis II
t p
- -8,340 0,001
Pada penelitian ini uji
Kelompok 12,200 - 0,000 hipotesis II memiliki nilai
I ±3,271 11,635 0,000
- -
probabilitas (nilai p) hitung adalah
Flexi 5 11,400 15,083 nilai flexi p= 0,001, ekstensi 0,000
Ekstensi ±2,191
-
dan abduksi 0,000 . Hal ini berarti
Abduksi 24,600 nilai probabilitas kurang dari 0,05
±3,647
(p< 0,05). Dari pernyataan tersebut
berarti pada sampel kelompok
- -7,772 0,001
Kelompok 10,600 - 0,000
perlakuan penambahan ultrasound
2 ±3,050 16,570 0,000 pada manual therapy dapat
- -
Flexi 5 12,400 30,355
meningkatkan lingkup gerak sendi
Ekstensi ±1,673 glenohumeral joint frozen shoulder.
-
Abduksi 35,400
±2,608 b. Hipotesis III
Selanjutnya untuk melakukan
Keterangan : hipotesis III komparatif dua sampel
n = Jumlah sampel berpasangan pada penelitian ini jika
t = Nilai t hitung data bersifat homogen maka
p = Probabilitas menggunakan teknik statik uji
SD= Standar deviasi Independent Sample T-test yang
Kel.I = Kelompok perlakuan manual disajikan dalam table 4.5
therapy
Kel II = Kelompok perlakuan
penambahan ultrsound pada manual
therapy

a. Hasil Uji Hipotesis I


Pada penelitian hasil uji
hipotesis I memiliki nilai
probabilitas (nilai p) hitung adalah

5
Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis III frozen shoulder. Menurut ( D.J
Independe Megee , 2008), menyebutkan
Kelompok Mean n Sample bahwa dengan secara epidemiologi
N
Perlakuan ± Std T-Test onset frozen shoulder terjadi sekitar
t P usia 45-65 tahun. Hal ini sesuai
Kelompok dengan kriteria inklusi yang
I - - 0,000 ditetapkan yaitu Lansia.
17,800 8,66 0,001 Berdasarkan penelitian sebelumnya
Flexi ±2,054 5 0,017
Ekstensi - - yang dilakukan oleh (Ade
Abduksi 5 6,600± 5,57 irma,2014) dimana sebagian besar
1,183 8 subjek penelitian memiliki rentang
- - usia 45 tahun ke atas karena pada
19,800 2,90 rentan usia 45 ke atas sinofial sendi
±6,621 0
terjadi perubahan berupa tidak
Kelompok ratanya permukaan sendi terjadi
- - 0,000 celah dan lekukan dipermukaan
2 17,800 8,66 0,001
Flexi ±2,054 5 0,019
tulang rawan sehingga terjadi
Ekstensi - 5,57 gesekan terus menerus antar tulang
5
6,600± 8 rawan yng disebabkan karena
Abduksi 1,183 -
- 2,90
berkurangnya cairan sinovial sendi.
19,800 0 Gesekan yang terjadi secara terus –
±6,621 menerus akan menyebabkan
Keterangan : penebalan dinding bursa dan
n = Jumlah sampel akhirnya terjdi kekakuan pada
t = Nilai t hitung sendi.
p = Probabilitas Diperkirakan penderita frozen
SD = Standar deviasi shoulder 2% orang dewasa.
Kel.I = Kelompok perlakuan Kebanyakan pada umur di antara 40
manual therapy sampai dengan 60 tahun, lebih
Kel II = Kelompok perlakuan banyak pada wanita dan individu
penambahan ultrasound pada manual yang menderita penyakit hormon,
therapy penyakit immun dan penyakit
sistemik. (Durall, 2011).
Berdasarkan table 4.6
diperoleh nilai probabilitas (nilai p) 2. Karakteristik sampel berdasarkan
kel 1 pada gerakan flexi P= Faktor Resiko
0,000,ekstensi p= 0,001 dan abduksi Berdasarkan uji deskriptif
P= 0,017. Kelompok kedua flexi P= spss faktor resiko terjadinya frozen
0,000, ekstensi p= 0,001 dan abduksi shoulder banyak di sebabkan oleh
P= 0,019. Yang artinya kedua penderita diabetes. Berdasarkan
intervensi sama – sama berpengaruh penelitian yang dilakukan (Dods,
namun tidak ada yang lebih bagus 2010) dimana pada pasien diabetes
antara kedua intervensi tersebut. melitus terjadi resistensi insulin.
Fungsi insulin itu sendiri adalah
PEMBAHASAN PENELITIAN sebagai “kunci atau pintu masuk “
1. Karakteristik Sampel Berdasarkan dari darah ke dalam sel. Oleh sebab
Usia itu terjadi penurunan pemakaian
Pada penelitian ini sampel glukosa oleh sel karena glukosa
berjumlah 10 orang yang yang beredar di darah tidak bisa
merupakan lansia yang mengalami masuk ke dalam sel sehingga darah

6
mendapat asupan glukosa dalam berdistribusi normal (p> 0,05).
jumlah yang banyak atau di sebut Nilai probabilitas pada post test
hyperglikemia. Urin mengandung (nilai p) adalah nilai flexi 0,787
banyak glukosa dan akan berubah nilai ekstensi p= 0,928 dan nilai
menjadi kental oleh karena adanya abduksi p= 0,448 maka dapat
tekanan akibat dari hipoosmotik disimpulkan bahwa data tersebut
dan hiperoosmotik pada urin. berdistribusi normal (p> 0,05).
Tekanan hipoosmotik dan
hiperosmotik ini mengakibatkan 4. Karakteristik sampel berdasarkan
dehidrasi. Jika cairan dalam darah hasil uji homogenitas
sudah menjadi kental maka Uji homogenitas dilakukan
keseimbangan akan terganggu sebagai prasyarat dalam analisis
(trombosis). Trombosis ini Independent Sample T-test. Uji
menyebabkan penyempitan yang homegenitas menggunakan teknik
disebut dengan aterosklorosis. Lavene Test. Data yang digunakan
Dengan adanya aterosklorosis dalam melakukan uji homogenitas
menyebabkan berkurangnya asupan pada penelitian ini adalah dengan
darah yang masuk ke dalam organ – memasukan hasil penilaian
organ yang dialiri oleh darah peningkatan lingkup gerak sendi
tersebut sehingga terjadilah glenohumeral joint sebelum dan
kekakuan pada sendi atau frozen sesudah dilakukan perlakuan baik
shoulder. kelompok perlakuan manual
therapy maupun kelompok
3. Karakteristik Sampel berdasarkan perlakuan penambahan ultrasound
uji normalitas pada manual therapy. Hasil uji
homogenitas disajikan pada tabel
Berdasarkan tabel 4.2 4.3
dapat dilihat hasil uji normalitas Hasil uji homogenitas data
data pada kelompok perlakuan nilai pengukuran menggunakan
pertama yaitu manual therapy goneometer dengan Lavene’s test
dengan nilai probabilitas pada pre sebelum perlakuan adalah nilai
test (nilai p) adalah nilai flexi flexi p=0,136 nilai ekstensi p=
0,201, nilai ekstensi 0,642 dan 0,680 dan nilai abduksi p=0,788.
nilai abduksi 0,972 maka dapat Nilai P setelah perlakuan adalah
disimpulkan bahwa data nilai flexi P=0,525, Nilai ekstensi
berdistribusi normal (p> 0,05). p=0,822 dan nilai abduksi p=0,599.
Nilai probabilitas pada post test ( Dengan demikian data bersifat
nilaip) adalah nilai flexi 0,345, homogen karena nilai p lebih dari
nilai ekstensi 0,826 dan nilai 0,05 (p > 0,05).
abduksi 0,173 maka dapat 5. Berdasarkan hasil uji hipotesis
disimpulkan bahwa data tersebut a. Hasil Uji Hipotesis I
berdstribusi normal (p> 0,05). Pada penelitian hasil uji
Hasil uji normalitas hipotesis I memiliki nilai
data pada kelompok perlakuan probabilitas (nilai p) hitung
kedua yaitu penambahan adalah gerakan flexi p=
ultrasound pada manual therapy 0,001,nilai ekstensi p= 0,000
dengan nilai probabilitas pada pre dan nilai abduksi p=0,000. Hal
test (nilai p) adalah nilai flexi p= ini berarti nilai probabilitas (p
0,314, nilai ekstensi p= 0,742 dan < 0,05. Dari pernyataan
nilai abduksi 0,398 maka dapat tersebut berarti pada sampel
disimpulkan bahwa data
7
perlakuan manual therapy ujung-ujung syaraf sensoris,
(traksi ke arah latero,ventro, dan mempercepat
cranial) berpengaruh pada penyembuhan.
gerakan flexi, ekstensi dan Terapi ultrasound
abduksi. Menurut penelitian merupakan jenis
yang dilakukan oleh salim thermotherapy (terapi panas)
(2014) latihan manual therapy yang dapat mengurangi nyeri
merupakan tehnik terapi akut maupun kronis. Terapi ini
dengan menggunakan tangan menggunakan arus listrik yang
dengan tehnik yang khusus dialirkan lewat tranduser yang
latihan yang bertujuan untuk mengandung kristal kuarsa
meningkatkan lingkup gerak yang dapat mengembang dan
sendi. kontraksi serta memproduksi
b. Hasil Uji hipotesis II gelombang suara yang dapat
Pada penelitian ini uji ditransmisikan pada kulit serta
hipotesis II memiliki nilai kedalam tubuh. Terapi
probabilitas (nilai p) hitung ultrasound dilakukan pada
adalah nilai flexi p= 0,001, rentang frekuensi 0,8 sampai
ekstensi 0,000 dan abduksi dengan 3 MHz atau 800 sampai
0,000 . Hal ini berarti nilai dengan 3,000 khz. Frekuensi
probabilitas kurang dari 0,05 yang lebih rendah dapat
(p< 0,05). Dari pernyataan menimbulkan penetrasi yang
tersebut berarti pada sampel lebih dalam sampai dengan 5
kelompok perlakuan cm. Frekuensi yang umumnya
penambahan ultrasound pada dipakai adalah 1000 khz
manual therapy dapat memiliki sasaran pemanasan
meningkatkan lingkup gerak pada kedalaman 3 sampai 5 cm
sendi glenohumeral joint dibawah kulit. Pada frekuensi
frozen shoulder. Menurut yang lebih tinggi misalkan
Penelitian yang dilakukan oleh 3000 khz energi diserap pada
Ade irma (2014), intervensi kedalaman yang lebih dangkal
ultrasound yang menggunakan yaitu sekitar 1 sampai 2 cm.
gelombang suara ultra Gelombang suara dapat
frekuensi 1 dan 3 MHz juga mengakibtkan molekul-
diberikan untuk memperbaiki molekul pada jaringan bergetar
Sirkulasi darah dari sehingga menimbulkan energi
vasodilatasi pembuluh darah mekanis dan panas (Arofah,
sehingga mempermudah 2010).
pengangkutan sisa
metabolisme, penambahan sari c. Hasil dari hipotesis III
makanan dan oksigen ke Berdasarkan tabel 4.5
jaringan. Ultrasound juga diperoleh nilai probabilitas
bertujuan untuk rileksasi otot (nilai p) kel 1 pada gerakan
melalui efek panas dan tekanan flexi P= 0,000,ekstensi 0,001
mekanis, meningkatkan dan abduksi P= 0,017.
permeabilitas jaringan Kelompok dua flexiP= 0,000,
sehingga elastisitas otot ekstensi 0,001 dan abduksi P=
menjadi bertambah, 0,019. Yang artinya kedua
mengurangi nyeri melalui efek intervensi tersebut sama –
sedatif dan analgetik pada sama berpengaruh namun tidak

8
ada perbedaan antara intervensi DAFTAR PUSTAKA
kelompok pertama dan
kelompok kedua. Miharjanto H. Kuntono HP. Setiawan
D. 2010. Perbedaan Pengaruh
SIMPULAN PENELITI Antara Latihan Konvensional
Ditambah Latihan Plyometrics
1. Ada pengaruh pemberian dan Latihan Konvensional
manual therapi terhadap Terhadap Pengaruh Nyeri, dan
peningkatan lingkup gerak Disabilitas Penderita
sendi glenohumeral joint FrozenShoulder. 3. 2 :
frozen shoulder November 2010: 2
2. Ada pengaruh pemberian
ultrasound pada manual Durall,C,“Adhesiva
therapy terhadap peningkatan Capsulitis”,second edition,In :
lingkup gerak sendi Brotzman, S.B., Manske,
glenohumeral joint frozen Gleyze, P., Flurin, P.H.,
shoulder. Laprelle, E., Katz, D.,
3. Tidak ada perbedaan pengaruh Taussaint, B., Benkalfalte, T.,
pemberian manual therapy dan Salignac, N., Levigne, C. 2011.
penambahan ultrasound pada Pain management in the
manual therapy terhadap rehabilitation of stiff shoulder :
peningkatan lingkup gerak prospective multicenter
sendi glenohumeral joint comparative, study of 193
frozen shoulder. cases. The Journal
Orthopedies & Traumatology;
SARAN PENELITI Harrelson, G.L., Wilk, K.E.,
editors. Physical Rehabilitation
Saran yang dapat saya
of the Injured
berikan untuk pasien Frozen
shoulder antara lain sebaiknya
Dods R.F, Diabetes Militus, In
mengurangi aktivitas yang
Clinical Chemistry. 2010 :
memberikan penekanan pada
Theory, Analysis, Corelation.
daerah sendi bahu seperti
mengangkat beban berlebihan
Arovah, Novita, Intan. 2010. Dasar-
secara berulang – ulang dan
dasar Fisioterapi Pada Cedera
hindari benturan atau trauma
Olahraga. Yogyakarta.
pada sendi bahu dan rajin
menggerak – gerakkan Magee, D.J, 2008 “Orthopedic
bahunya kesemua arah gerakan Physical Assessment”, Fifth
dapat meringankan keluhan Edition, Sounders Elsevier,
pasien. Untuk anggota Philadelphia,
keluarga sebaiknya membantu
pasien dengan memberikan Ade irma,2014“Pengaruh Penambahan
motivasi dan membantu dalam SWD Aplikasi Modifikasi
proses latihan. Peran fisioterapi Kontraplanar pada Intervensi
di sini adalah membantu Ultrasound dan Traksi Osilasi
menambah lingkup gerak sendi Shoulder terhadap Peningkatan
bahu sehingga pasien tetap bisa Jumlah Range Of Motion (Rom)
melaksanakan aktifitas sehari – Shoulder Bidang Frontal dan
hari secara mandiri. Bidang Transversal Penderita
Frozen Shoulder. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai