Anda di halaman 1dari 8

Sport and Fitness Journal

E-ISSN: 2654-9182 Volume 8, No.2, Mei 2020: 76-83

PERBANDINGAN ANTARA KOMBINASI CROSSBODY STRETCHING DAN


MOBILIZATON WITH MOVEMENT DENGAN KOMBINASI SLEEPER
EXERCISE DAN MOBILIZATON WITH MOVEMENT DALAM
MENINGKATAN ROM BAHU PADA KASUS GLENOHUMERAL INTERNAL
ROTATION DEFICIT
Rizki Novrianti1, Dewa Putu Purwa Samatra2, Sugijanto3, Luh Putu Ratna Sundari 4, I Dewa
Ayu Inten Dwi Primayanti 5, I Made Krisna Dinata6
1
Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan Universitas Udayana, Denpasar
2
Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana/RSUP Sanglah, Denpasar
3
Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul, Jakarta
4,5,6
Departemen Ilmu Faal,Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar

E-Mail : rizkinovrianti2611@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Glenohumeral internal rotation deficit adalah suatu kondisi di mana internal
rotasi bahu lebih kecil dibandingkan eksternal rotasi. Hal ini terjadi akibat adanya positional fault
pada caput humerus yang mengalami antroposisi di mana posisi caput lebih ke arah superior pada
fosa glenoid. Tujuan Penelitian: untuk membuktikan apakah kombinasi crossbody stretching dan
mobilization with movement lebih baik daripada kombinasi sleepr exercise dan mobilization with
movement dalam meningkatkan lingkup gerak sendi bahu dengan glenohumeral internal rotation
deficit. Metode: Penelitian ini adalah penelitian uji klinis (clinical trial), yaitu penelitian dengan
rancangan eksperimental pre test –post test group design. Jumlah sampel Kelompok I sebanyak 14
orang pasien diberikan intervensi dengan kombinasi crossbody stretching dan mobilization with
movement sebanyak 3 kali seminggu selama 2 minggu, kemudian pada Kelompok II sebanyak 14
orang pasien diberikan kombinasi sleeper exercise dan mobilization with movement juga dilakukan
sebanyak 3 kali seminggu selama 2 minggu. Pengukuran peningkatan nilai ROM bahu
menggunakan goniometer. Hasil : 1) Terdapat peningkatan nilai ROM bahu pada Kelompok I,
mean pre 45,00±7,766, dan post 73,71±6,799. Hasil t-test related menunjukkan nilai p = 0,0001
(p<0,05). (2) Terdapat peningkatan nilai ROM bahu pada Kelompok II, mean pre 47,29±29,076,
dan post 76,71±11,652. Hasil t-test related menunjukkan nilai p = 0,0001 (p<0,05). (3) Tidak
adanya perbedaan yang signifikan pada Kelompok I dan Kelompok II. Dilihat dari uji homogenitas,
nilai p > 0,05 maka hasil uji komparasi menggunakan nilai mean post-post dengan independent t-
test yang menunjukkan nilai p=0,413 (p>0,05).

Kata kunci: Glenohumeral Internal Rotation Deficit, Crossbody Stretching, Mobilization with
Movement, SleeperEexercise, Range of Motion.

76
Sport and Fitness Journal
E-ISSN: 2654-9182 Volume 8, No.2, Mei 2020: 76-83

COMPARISON BETWEEN THE COMBINATION OF CROSSBODY


STERTCHING AND MOBILIZATION WITH MOVEMENT WITH
COMBINATION OF SLEEPER EXERCISE AND MOBILIZATION WITH
MOVEMENT IN INCREASING SHOULDER ROM IN THE CASE OF
GLENOHUMERAL INTERNAL ROTATION DEFICIT

ABSTRACT

Background: Glenohumeral internal rotation deficit is a condition where the internal


rotation of the shoulder is smaller than the external rotation. That occurs due to a positional fault at
the head of the humerus which is anthropoid where the head position is more superior to the glenoid
fossa. Purpose: to prove whether the combination of Crossbody stretching and mobilization with
movement is better than the combination of sleeper exercise and mobilization with movement in
increasing the scope of motion of the shoulder joint with a glenohumeral internal rotation deficit.
Method: This study is a clinical trial, which is a study with an experimental design pre-test
post test group design. Number of samples Group I as many as 14 patients were given an
intervention with a combination of crossbody stretching and mobilization with movement 3 times a
week for 2 weeks, then in Group II as many as 14 patients were given a combination of sleeper
exercise and mobilization with movement also performed 3 times a week for 2 weeks. Measurement
of increased value of shoulder ROM using a goniometer. Result: (1) There was an increase in the
value of shoulder ROM in Group I, the mean pre 45.00 ± 7.766, and the past 73.71 ± 6.799. The
results of the related t-test showed the value of p = 0.0001 (p<0.05). (2) There was an increase in
shoulder ROM values in Group II, the pre-mean was 47.29 ± 29.076, and the post was 76.71 ±
11.652. The results of the related t-test showed the value of p = 0.0001 (p<0.05). (3) There aren’t
significant differences in Group I and Group II. Judging from the homogeneity test, the value of p >
0.05 then the results of the comparison test use post-post comparative test with independent t-test
which shows the value of p = 0.413 (p> 0.05).

Keywords: Glenohumeral Internal Rotation Deficit, Crossbody Stretching, Mobilization with


Movement, Sleeper Exercise, Range of Motion.

PENDAHULUAN
diketahui yaitu karena adanya tightness pada
Dalam aktivitas sehari-hari, sendi bahu struktur posterior bahu sehingga terjadinya
(shoulder joint) merupakan salah satu anggota deselerasi bahu yang tidak tepat, lalu
gerak yang memiliki mobilitas tinggi dan menyebabkan mikrotrauma berulang.2
mudah mengalami cedera, sehingga pada Biasanya GIRD terjadi pada pemain softball
pasien klinis sering ditemukan kumpulan atau pelempar karena melakukan gerakan
gejala rasa nyeri pada bahu (rotator cuff overhead, namun GIRD juga banyak terjadi
disease, impingement syndromes, shoulder pada mahasiswa atau pekerja yang
instabilities) yang dapat menyebabkan penyebabnya adalah pola aktivitas sehari-hari
keterbatasan gerak hingga gangguan fungsi.1 atau posisi tidur yang salah.3
Glenohumeral Internal Rotation Deficit Pada kondisi GIRD, ada beberapa
(GIRD) adalah suatu kondisi yang jaringan yang mengalami gangguan
mengakibatkan hilangnya rotasi internal sendi (anatomic impairment) yaitu sendi, capsul
glenohumeral yang dilihat dari sisi ligament, saraf serta adanya muscle
kontralateral. Penyebab dari GIRD yang imbalance pada otot bahu, muscle imbalance
77
Sport and Fitness Journal
E-ISSN: 2654-9182 Volume 8, No.2, Mei 2020: 76-83

ini sebagai dampak dari beberapa otot yang oleh fisioterapi dan aktif yang dilakukan oleh
memendek seperti m. Subscapularis, m. Teres pasien.1 Teknik ini sudah banyak digunakan
major, m. Pectoralis minor dan m. Latisimus untuk menangani berbagai macam disfungsi
dorsi, termasuk beberapa otot lainnya yang muskuloskeletal. Pemberian intervensi
mengalami tightness yaitu m. Deltoid, m. mobilization with movement memanfaatkan
Infraspinatus, dan m. Teres minor.4 gerakan aktif co-contraction. Mobilization
Adanya kekakuan pada posterior capsule with movement (MWM) merupakan teknik
sehingga menyebabkan hilangnya gerakan manual terapi yang berdasarkan analisis dan
fisiologis roll and glide pada caput humeri koreksi dari setiap positional fault pada sendi.
terhadap fosa glenoid ke arah posterior, Teknik ini bertujuan untuk mengembalikan
kemudian adanya antroposisi pada bahu di positional fault dari sendi dengan cara
mana posisi caput humerus lebih tinggi melakukan gerakan glide khusus secara
daripada posisi anatomi sebenarnya yang manual pada sendi yang cedera dan
seharusnya terletak di tengah fosa glenoid menyesuaikan intensitas gerak.8
sehingga terjadi keterbatasan gerak karena Pada penelitian sebelumnya, Philip
terjadi impingement shoulder dan rasa nyeri McClure mengombinasikan intervensi
pada gerakan internal rotasi dari sendi sleeper exercise dan crossbody stretching
glenoidalis.5 untuk meningkatkan LGS internal rotasi pada
Kapsul glenoid mengalami kekakuan bahu. Saheb et al mengatakan bahwa
pada bagian posterior sebagai dampak dari crossbody stretching lebih efektif daripada
berkurangnya gerakan/glide dari caput humeri sleeper exercise dalam meningkatkan LGS
pada sendi, ketika dilakukan gerakan secara internal rotasi bahu karena adanya penurunan
berulang-ulang maka pada bagian anterior ambang nyeri dan peningkatan ROM bahu
akan mengalami regangan yang berlebih/ sebanyak 90°. Sedangkan Kevin G Launder
overstretch, dalam keadaaan yang lama maka mengatakan bahwa sleeper exercise lebih
akan terjadi penurunan lingkup gerak sendi efektif dalam meningkatkan LGS internal
pada satu sisi atau pola non capsular pattern.6 rotasi bahu. Namun, belum ada penelitian
Fisioterapi mempunyai peranan yang sebelumnya yang mengombinasikan kedua
sangat besar dalam peningkatan lingkup gerak teknik stretching tersebut dengan mobilization
sendi (LGS) internal rotasi bahu pada kondisi with movement untuk meningkatkan LGS
glenohumeral internal rotation deficit. internal rotasi bahu. Sesuai pendapat yang
Pemilihan intervensi sangat mempengaruhi diutarakan oleh Bryan Mulligan bahwa
keberhasilan dari suatu rangkaian proses intervensi MWM akan memberikan hasil
fisioterapi. Dalam kasus ini ada beberapa yang lebih efektif apabila ditambahkan
bentuk latihan yang dapat meningkatkan dengan latihan fisik.9
ROM bahu pada kasus GIRD seperti sleeper
stretch, roll-over sleeper stretch, doorway METODE PENELITIAN
stretch, crossbody stretch, pectoralis minor
stretch, mobilization with movement dan A. Rancangan Penelitian
rotator cuff and periscapular strengthening.7 Penelitian menggunakan desain
Dalam penelitian ini, peneliti memilih eksperimental pre and post-test
intervensi mobilization with movement
(MWM), crossbody stretching, dan sleeper B. Tempat dan Waktu Penelitian
exercise karena ingin mengombinasikan Penelitian dilakukan di Poli fisioterapi
gerakan aktif dan pasif oleh pasien dan Rumah Sakit Siaga Raya, Jakarta Selatan
fisioterapi yang diharapkan akan pada April – Mei 2019. Penelitian dilakukan
menghasilkan hasil yang lebih efektif dalam dengan frekuensi 3 kali seminggu yang
meningkatkan ROM bahu pada kasus GIRD. berlangsung selama 2 minggu. Sampel
Mobilization with movement (MWM) berjumlah 14 orang di masing-masing
merupakan aplikasi mobilisasi aksesori bebas kelompok.
nyeri dengan teknik pasif yang di lakukan
78
Sport and Fitness Journal
E-ISSN: 2654-9182 Volume 8, No.2, Mei 2020: 76-83

C. Populasi dan Sampel


Populasi dari penelitian ini merupakan
pasien dengan kondisi glenohumeral internal
rotation deficit di RS. Siaga Raya pada bulan
April-Mei 2019 yang berusia 18-50 tahun
yang telah memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.

D. Teknik Pengambilan Sampel


Sampel berasal dari pasien umum yang Tabel 1
datang ke RS Siaga Raya Jakarta Selatan. Karakteristik Subyek Kelompok I dan II
Pemilihan sampel dengan menggunakan Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia Berat
teknik purposive sampling sesuai dengan Badan, dan Sisi Dominan Tubuh
kriteria penerimaan (inklusif), kriteria Frekuensi (%)
penolakan (eksklusif), dan kriteria drop out. Kategori Kelompok Kelompok
Pembagian sampel yang telah memenuhi I II
Jenis Laki-laki 6 (43) 6 (43)
kriteria dibagi menjadi dua kelompok Kelamin Perempuan 8 (57) 8 (57)
menggunakan simple random sampling, yaitu Usia 18-26 1 (7) 3 (21)
14 sampel pertama sebagai kelompok I yang (tahun) 27-35 7 (50) 4 (29)
diberikan intervensi kombinasi mobilization 36-42 2 (14) 5 (36)
with movement dengan crossbody stretching 43-50 4 (29) 2 (14)
dan 14 sampel kedua sebagai kelompok II Berat 50-64 6 (43) 8 (57)
Badan 65-79 6 (43) 5 (36)
yang diberikan intervensi kombinasi
(kg) 80-94 2 (14) 1 (7)
mobilization with movement dengan sleeper
Sisi Kanan 11(79) 11(79)
exercise. Dominan
Kiri 3 (21) 3 (21)
Tubuh
HASIL PENELITIAN
2. Uji Normalitas dan Homogenitas
1. Karakteristik Subyek
Pada tabel 2 berisi hasil uji normalitas
Pada tabel 1 berisi distribusi karakteristik pada data nilai ROM sebelum dan setelah
subyek yang menunjukkan total subyek perlakuan kelompok I dan kelompok II
penelitian adalah 28 orang (n= 28), dengan menggunakan Shapiro-Wilk test
distribusi tiap kelompok I dan II berjumlah menghasilkan nilai p<0,05 yang menunjukkan
empat belas orang (100%). Kelompok I dan II bahwa data berdistribusi normal. Selain itu,
didominasi oleh perempuan. Distribusi usia pada hasil uji homogenitas pada data nilai
pada kelompok I didominasi oleh kelompok ROM sebelum perlakuan masing-masing
usia 27-35 tahun sementara untuk kelompok kelompok, didapatkan hasil p=0,395 (p>0,05).
II didominasi oleh kelompok usia 36-42 Hal ini menunjukkan data bersifat homogen.
tahun. Deskripsi tentang berat badan Maka, uji hipotesis dilakukan dengan analisis
kelompok I didominasi dengan kelompok statistik parametrik.
berat badan dengan rentang 50-79 kg yang Tabel 2
berjumlah 12 responden. Pada kelompok II, Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Nilai
responden yang paling banyak adalah dengan ROM
kelompok berat badan dengan rentang 50-64 Shapiro Wilk Test* Levene’s Test**
kg yang berjumlah 8 responden. Deskripsi Periode Kelompok I Kelompok II
tentang sisi dominan tubuh menunjukkan P P P
Sebelum 0,997 0,826
bahwa dari kedua kelompok sisi kanan tubuh perlakuan
lebih dominan daripada sisi kiri tubuh yaitu 0,395
Setelah 0,459 0,057
sebanyak 79%. perlakuan
* Uji Normalitas
79
Sport and Fitness Journal
E-ISSN: 2654-9182 Volume 8, No.2, Mei 2020: 76-83

** Uji Homogenitas Meningkatkan ROM Bahu pada kasus


Glenohumeral Internal Rotation Deficit
3. Uji Beda Hasil Pengukuran ROM
Bahu ada kelompok dengan jumlah sampel
se an ak 14 orang diperoleh nilai
Berdasarkan Tabel 3 di atas, hasil peningkatan internal rotasi ahu
penelitian ini menunjukkan bahwa pada tertinggi dengan nilai selisih se elum dan
kelompok I, didapatkan nilai p = 0,0001 (p< setelah perlakuan se esar 41 dan nilai
0,05) sehingga dapat disimpulkan ada terendah dengan nilai selisih se elum dan
peningkatan ROM bahu pada kelompok I setelah perlakuan se esar 16. emudian
setelah diberikan intervensi kombinasi dilakukan uji hipotesis I menggunakan paired
mobilization with movement dengan sample t-test yang dapat dilihat dari nilai
crossbody stretching. rerata sebelum perlakuan yaitu 45,00±7,766.
Pada kelompok II didapatkan nilai p = Kemudian nilai rerata setelah perlakuan
0,0001 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan sebesar 73,71±6,799. Berdasarkan paired
ada peningkatan ROM bahu pada kelompok II sample t-test pada data tersebut maka didapat
setelah diberikan intervensi kombinasi nilai p-value 0,0001 di mana p<0,05. Maka
mobilization with movement dengan sleeper dapat disimpulkan bahwa kombinasi
exercise. mobilization with movement dan crossbody
Pada uji beda rerata sebelum perlakuan stretching dapat meningkatkan ROM bahu
didapatkan nilai p = 0,480 dan rerata setelah pada kasus glenohumeral internal rotation
perlakuan didapatkan nilai p = 0,413 yang deficit.
berarti nilai p>0,05. Sehingga dapat GIRD terjadi karena adanya tightness
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang pada otot-otot posterior di mana adanya
signifikan antara pemberian kombinasi translasi caput humeri ke arah anterosuperior
mobilization with movement dengan pada saat posisi bahu fleksi secara pasif.
crossbody stretching dan pemberian Peregangan struktur bahu posterior melalui
kombinasi mobilization with movement teknik mobilisasi sendi bahu posterior akan
dengan sleeper exercise dalam meningkatkan memungkinkan kepala humerus berada ke
ROM bahu pada kasus glenohumeral internal arah posisi yang sesuai, yang memungkinkan
rotation deficit. artrokinematika glenohumeral menjadi
Tabel 3 normal dan mengurangi risiko kondisi yang
Hasil Uji Beda Pengukuran ROM Bahu berpotensi terjadi patologis ini.10
Sebelum dan Setelah Perlakuan Pada Hasil serupa juga ditemukan pada
Kelompok I dan II penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sebelum Setelah Manske et al yang melakukan perbandingan
Kelompok perlakuan perlakuan P-Value terhadap 2 kelompok, yaitu pemberian
crossbody stretch pada kelompok I dan
Mean ± SD Mean ± SD
pemberian crossbody stretch dengan
I 45,00 ± 7,766 73,71 ± 6,799 0,0001a penambahan joint mobilization. Hasil yang
II 47,29 ± 9,076 76,71 ± 11,652 0,0001a
didapatkan adanya peningkatan ROM internal
rotasi bahu yang signifikan setelah diberikan
P-Value 0,480b 0,413b latihan crossbody stretch dengan tambahan
a. paired sample t-test mobilisasi sendi bahu selama 4 minggu. 11
b. independent t-test
Kombinasi Mobilization With Movement
PEMBAHASAN dan Sleeper Exercise meningkatkan ROM
Bahu pada kasus Glenohumeral Internal
Kombinasi Mobilization With Movement Rotation Deficit
dan Crossbody Stretching dapat

80
Sport and Fitness Journal
E-ISSN: 2654-9182 Volume 8, No.2, Mei 2020: 76-83

ada kelompok dengan jumlah sampel Kombinasi Mobilization With Movement


se an ak 14 orang diperoleh nilai dan Crossbody Stretching lebih baik
peningkatan internal rotasi ahu daripada Kombinasi Mobilization With
tertinggi dengan nilai selisih se elum dan Movement dan Sleeper Exercise
setelah perlakuan se esar 45 dan nilai meningkatkan ROM Bahu pada kasus
terendah dengan nilai selisih se elum dan Glenohumeral Internal Rotation Deficit
setelah perlakuan se esar . emudian
dilakukan uji hipotesis II menggunakan
paired sample t-test yang dapat dilihat dari Hasil perbandingan kedua intervensi
nilai rerata sebelum perlakuan yaitu menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
47.29±9.076. Kemudian nilai mean setelah yang signifikan antara pemberian kombinasi
perlakuan sebesar 76.71±11.652. Berdasarkan mobilization with movement dengan
paired sample t-test pada data tersebut maka crossbody stretching dan pemberian
didapat nilai P-value 0,0001 di mana p<0,05. kombinasi mobilization with movement
Maka dapat disimpulkan bahwa kombinasi dengan sleeper exercise dalam meningkatkan
mobilization with movement dan sleeper ROM bahu pada kasus glenohumeral internal
exercise dapat meningkatkan ROM bahu pada rotation deficit.
kasus glenohumeral internal rotation deficit. Pada kombinasi mobilization with
Keuntungan menggunakan latihan ini movement dan crossbody stretching maupun
berupa penurunan nilai nyeri melalui pada kombinasi mobilization with movement
mekanisme sebagai berikut; otot rotator cuff dan sleeper exercise keduanya memberikan
yang terlatih memberikan stabilitas caput efisiensi waktu dalam meningkatkan nilai
humerus terhadap fossa glenoidalis, hal ROM karena kombinasi intervensi tersebut
tersebut menyebabkan ketika lengan bergerak memberikan perbaikan pada beberapa aspek
maka terjadi proteksi untuk menjaga celah dan mekanisme, seperti pada aspek
dan menghindari benturan antara tuberculum biomechanic terjadi perbaikan kesalahan
major humeri dengan acromion. Latihan ini posisi (positional fault) pada komponen gerak
memberi efek regangan yang memberi persendian sehingga terjadi koreksi kesalahan
peningkatan fleksibilitas jaringan pada bahu posisi, aspek arthrokinematics terjadi melalui
yang mengalami kekakuan dan berdampak perbaikan propriosepsi dan perbaikan gerak
terhadap penurunan nyeri. fisiologi roll glide pada sendi glenohumeral
Seperti pada penelitian sebelumnya yang dan perbaikan sirkulasi serta viskositas cairan
dilakukan oleh Grow Kendall pada tahun sendi, aspek neurophysiology berkaitan
2010 yang melakukan penelitian selama 8-12 dengan perubahan sistem inhibisi nyeri,
minggu terhadap atlet baseball yang melalui stimulasi mechanoreceptors yang
mengalami GIRD dan didapatkan kemudian menginhibisi rangsang pada
peningkatan ROM internal rotasi bahu dengan nociseptive sehingga terjadi penurunan nyeri,
sleeper exercise. Beliau mengatakan bahwa aspek pshychology juga mempengaruhi,
latihan ini harus digunakan secara teratur dan seperti berkurangnya ketakutan terhadap
dilakukan dengan benar untuk mencapai hasil timbulnya rasa nyeri ketika bergerak.
yang lebih maksimal. Pada peningkatan range Efek penggunaan metode MWM juga
of motion bahu, penelitian ini menunjukkan dipublikasikan oleh Ribeiro et al, metode
perbedaan yang signifikan antara pre dan post dilakukan pada tiga puluh partisipan tanpa
intervensi terhadap gerak internal rotasi. Hal gejala atau keluhan bahu, pengukuran
ini menunjukkan bahwa latihan tersebut dilakukan menggunakan surface
memberi peningkatan terhadap lingkup gerak electromyography yang di letakan pada otot
sendi bersamaan dengan peningkatan supraspinatus, infraspinatus, deltoidposterior,
fleksibilitas yang terjadi pada kapsul sendi dan middle deltoid. Peserta melakukan empat
yang mengalami kekakuan.12 set 10 repetisi abduksi dari scaption bahu
dengan dan tanpa sustained glenohumeral
postero-lateral glide. Hasil pengukuran di
81
Sport and Fitness Journal
E-ISSN: 2654-9182 Volume 8, No.2, Mei 2020: 76-83

analisis multivariat dengan (MANOVA) cedera responden serta aktivitas fisik atau
untuk menilai efek dari arah pergerakan pekerjaan dari responden di mana hal-hal
(abduksi dan scaption), dan kondisi (dengan tersebut dapat mempengaruhi perubahan nilai
dan tanpa postero-lateral glide) pada tingkat ROM selama penelitian.
aktivitas masing-masing otot (variabel
dependen). MANOVA secara signifikan SIMPULAN
dilanjutkan dengan analisis satu arah pada
tiap varians.13 1. Kombinasi mobilization with movement
Peningkatan nilai ROM bahu dengan dan crossbody stretching meningkatkan
crossbody stretching terjadi karena adanya ROM bahu pada kasus glenohumeral
stabilisasi scapula yang secara otomatis dapat internal rotation deficit.
meningkatkan efektivitas peregangan pada 2. Kombinasi mobilization with movement
daerah bahu posterior. Sedangkan dan sleeper exercise meningkatkan ROM
peningkatan nilai ROM bahu dengan sleeper bahu pada kasus glenohumeral internal
exercise terjadi disebabkan oleh metode yang rotation deficit.
tidak memberi rasa nyeri dan 3. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
ketidaknyamanan yang minimal yang pemberian kombinasi mobilization with
dihasilkan selama latihan peregangan. Sleeper movement dengan crossbody stretching dan
exercise tidak menimbulkan spindle otot yang Kombinasi mobilization with movement
memungkinkan otot lebih rileks dan mencapai dengan sleeper exercise dalam
peregangan yang lebih besar yaitu meningkatkan ROM bahu pada kasus
peningkatan toleransi peregangan dan glenohumeral internal rotation deficit.
peningkatan rentang gerak yang mungkin
terkait dengan efek analgesik.14 DAFTAR PUSTAKA
Keuntungan menggunakan teknik manual
terapi terutama MWM adalah 1. Kisner, C., Colby, A. 2007. Therapeutic
mengefisiensikan waktu pemulihan menjadi Exercise Fifth Edition, Philadhelpia:
lebih singkat karena MWM memperbaiki Davis Company
kesalahan posisi (positional fault) yang 2. Johnson, J. E., Fullmer, J. A., Nielsen, C.
memberi pengaruh pada penguluran otot dan M., Johnson, J. K., Moorman, C. T. 2018.
kapsul sendi, sehingga memperbaiki aspek Glenohumeral Internal Rotation Deficit
arthrokinematics. Mekanisme neurofisiologi and Injuries: A Systematic Review and
berkaitan dengan MWM dan termasuk ke Meta-analysis. USA: Campbell
dalam perubahan sistem inhibisi nyeri, University
memungkinkan MWM mengurangi rasa sakit 3. Kibler, W. B., Sciascia, A., Thomas, S. J.
melalui stimulasi mechanoreceptors yang 2012. Glenohumeral Internal Rotation
kemudian menginhibisi rangsang pada Deficit: Pathogenesis and Response to
nociseptive. Selain efek neurofisiologi dan Acute Throwing. Sports Med Arthrosc.
efek biomekanik, gerakan MWM yang Vol 20, No 1
diulang-ulang memungkinkan mengubah 4. Kotagiri, S., Songa, A. K., Gad, M. V.,
konsentrasi mediator anti inflamasi pada Lad, J. 2018. Effectiveness of
sendi, yang kemudian menghambat nosiseptor Mobilization with Exercise versus
nyeri. Selanjutnya efek psikologis juga Internal Rotation MWM with Stretching
mempengaruhi, seperti berkurangnya in Patient with Glenohumeral Internal
ketakutan terhadap timbulnya rasa nyeri Rotation Deficit. International Archives
ketika bergerak.15 of Integrated Medicine. Vol 5. Issue 5.
5. Lewis, S. J., Weright, C., Green, A.
KETERBATASAN PENELITIAN 2005. “Su acromial mpingement
S ndrome,” The Effect of Changing
Keterbatasan tersebut yaitu tidak adanya Posture on Shoulder Range of
kontrol faktor genetik, struktur sendi, riwayat Movement. United Kingdom. Journal of
82
Sport and Fitness Journal
E-ISSN: 2654-9182 Volume 8, No.2, Mei 2020: 76-83

Orthopaedic & Sport Physical Therapy. shoulder range of motion. Journal of


Vol 35, No 2 Athletic Training, 43, 359-363
6. Dharmawan, P. K., Tirtayasa, K., 15. Junaedi, M. P., Adiatmika, I. P. G.,
Wahyuddin., Ngurah, I. B., Sandi, I. N., Lesmana, S. I., Tirtayasa, K., Weta, I. W.,
Sugijanto. 2018. Kombinasi Caudal Wahyuddin. 2019. Pelatihan Shoulder
Traction dan Mobilization with Girdle Dynamic Stabilization Lebih Baik
Movement Lebih Baik Daripada Daripada Pelatihan Prone Scapular
Kombinasi Caudal Traction dan Scapular Stabilization Dalam Meningkatkan
Stability Exercise dalam Meningkatan Kemampuan Fungsional Bahu Pasca
Kemampuan Fungsional Pada External Cedera Swimmer Shoulder Pada Atlet
Impingement Syndrome. Denpasar. Sport Renang Gaya Bebas di Kalimantan Barat.
and Fitness Journal. Vol. 6, No.2 Denpasar. Sport and Fitness Journal.
7. Miller, M., Woon, C. 2019. Vol.7, No.1
Glenohumeral Internal Rotation Deficit. 16. Cahyadi, M.W., Tianing, N.W., Dinata,
United States: Orthopaedic Surgeons and I.M.K. 2018. Perbedaan Proprioceptive
Providers Neuromuscular Facilitation (Pnf)
8. Kotagiri, S., Songa, A. K., Gad, M. V., Stretching dan Ice Massage dalam
Lad, J. 2018. Effectiveness of Mencegah Terjadinya Delayed Onset
Mobilization with Exercise versus Muscle Soreness (Doms) pada Remaja di
Internal Rotation MWM with Stretching Denpasar. Majalah Ilmiah Fisioterapi
in Patient with Glenohumeral Internal Indonesia. Vol.6, No.3
Rotation Deficit. International Archives
of Integrated Medicine. Vol 5. Issue 5.
9. Hing, W., Hall, T., Rivett, D., Vicenzino,
B., Mulligan, B. 2015. The Mulligan
Concept of Manual Therapy. Australia:
National Library of Australia
10. Heyworth B. E., Williams R. J., 2009.
Internal impingement of the shoulder. Am
J Sports Medicine;37:1024-1037
11. Manske, R. C., Meschke, M., Porter, A.,
Smith, B., Reiman., M. 2010. A
Randomized Controlled Single-Blinded
Comparison of Stretching Versus
Stretching and Joint Mobilization for
Posterior Shoulder Tightness Measured
by Internal Rotation Motion Loss. Sports
Health 2: 94-100
12. Kendall, G. 2010. The Sleeper Stretch:
Effects on Range of Motion and Injury in
Baseball Players. California: San Jose
State University
13. Ribeiro, C. D., De-Castro, P. M., Sole,
G., Vicenzino, B. 2015. The initial effect
of a suistained glenohumeral postero-
lateral glide during elevation on shoulder
muscle activity: a repeated measures
study on asymptomatic shoulder. Science
Direct. Vol. 22. No. 3:101-8
14. Laudner, K., Sipes, R., Wilson, J. 2008.
The acute effects of Sleeper stretches on
83

Anda mungkin juga menyukai