Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MENGANALISIS ARTIKEL

Nama : Setyorini

NIM : 120227

Artikel 1
Analisis PICO Keterangan
Judul Efektifitas Latihan Range Of Motion (ROM) Aktif terhadap Tonus
Otot Ekstermitas bawah dan Rentang Gerak Sendi pada Lansia
Peneliti Nindawi, Endang Fauziyah Susilawati, Nur Iszakiyah (Jurusan
Kesehatan Politeknik Negeri Madura; 2021)
Kata Kunci Range Of Motion (ROM) aktif, Rentang Gerak Sendi, Kekuatan otot
kaki, Lanjut Usia
P (Problem) Lanjut usia sering identik dengan produktifitas yang menurun karena
kurang produktif. Secara fisiologis lansia, fungsifungsi tubuhnya
menurun mengakibatkan rentan mengalami masalah kesehatan.
Massa otot lansia mengalami atropi dan fleksibilitasnya
mempengaruhi aktifitas lansia. Aktifitas gerak otot menyebabkan
kekuatan otot menurun (Ambartana, 2019). Pada lansia terjadi
penurunan tonus otot dan penipisan kartilago sendi, ligamen menjadi
kaku (fleksibilitas), sehingga pergerakan menurun (Uliya et al.,
2017). Pada lansia serat otot akan mengecil dan massa otot akan
berkurang terutama saat kondisi istirahat dan imobilitas sepenuhnya
(Stanley & Beare, 2016). Hal tersebut menjadi semakin parah jika
terdapat penurunan. pergerakan dan aktifitas pemakaian sendi
(Suhendriyo, 2014).

Oleh karena itu, diperlukan adanya penanganan lebih lanjut terkait


masalah penurunan fungsi ekstrimitas pada lansia. Terapi non
farmakologi diantaranya adalah fisioterapi, mengatasi masalah nyeri
meningkatkan tanus otot. Latihan gerak aktif merupakan salah satu
cara mengelola kondisi tubuh terkait dengan fungsi pergerakan.
Latihan gerak aktif dapat diartikan latihan yang memungkinkan agar
persendian dapat bergerak tanpa merasakan sakit. Dengan melakukan
kedua latihan ini maka dapat meningkatkan fleksibilitas.
I (Intervention) Metode kuantitatif Pre Eksperimen dengan desain penelitian One
Group PrePost Test Design. Penelitian ini menggunakan lembar
observasi sebagai instrumen penelitian dan alat untuk mengukur
ROM yaitu Goniometer serta menggunakan skala kekuatan otot
menurut Reeves. Setiap responden mulai dari prepost test dilakukan
selama 2 minggu dengan latihan ROM aktif pada area lutuk fleksi
ekstensi, ankle plantar fleksi dan ankle dorsofleksi, dan kekuatan otot
dengan hitungan sampai 8 dan diulangi setiap gerakan sebanyak 4
kali, dengan frekuensi 5 kali dalam sehari. Variabel penelitian ini
meliputi variabel independen sebagai variabel perlakuan yaitu latihan
range of motion (gerakan lutut fleksi ekstensi, ankle gerakan plantar
fleksi dan ankle dorso feksi), sedangkan variabel dependennya adalah
pre test (rentang gerak sendi lutut dan ankle)-kekuatan otot kaki dan
post test (rentang gerak sendi lutut dan ankle)-kekuatan otot kaki
pada Lansia.Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia
penderita osteoarthritis yang tercatat di Puskesmas Kowel Pamekasan
pada yahun 2021 sebanyak 267 orang, sedangkan di wilayah kerja
Puskesmas Pembantu Bugih tercatat 72 lansia. Teknik non
probability of Purposive Sampling ditemukan 30 responden.
C (Comperison) Sebagian besar responden mempunyai luas Gerak Sendi lutut
gerakan fleksi-ekstensi dengan kategori kurang, hampir setengah
responden memiliki rentang gerak sendi ankle kaki gerakan plantar
fleksi dengan kategori kurang, dan sebagian besar responden
memiliki rentang gerak sendi ankle kaki gerakan dorso fleksi dengan
kategori cukup sebelum dilakukan latihan ROM aktif. Sebagian besar
responden memiliki Luas Gerak Sendi lutut kaki gerakan fleksi-
ekstensi dengan kategori cukup, sebagian besar rentang gerak sendi
ankle kaki gerakan plantar fleksi dengan kategori baik dan hampir
seluruhnya rentang gerak sendi ankle kaki gerakan dorso fleksi
dengan kategori baik sesudah dilakukan latihan ROM aktif. Hampir
setengah responden memiliki kekuatan otot kaki dapat bergerak
melawan gravitasi, ROM tidak komplit (fair) sebelum dilakukan
latihan ROM aktif. Sebagian besar responden memiliki kekuatan otot
kaki ROM komplit terhadap gravitasi dengan beberapa resistensi
(good = 4) sesudah dilakukan latihan ROM aktif. Ada pengaruh yang
signifikan latihan ROM aktif terhadap peningkatan luas gerak sendi
lutut kaki pada Lansia . Ada pengaruh yang signifikan latihan ROM
aktif terhadap peningkatan luas gerak sendi ankle kaki pada Lansia .
Ada pengaruh yang signifikan latihan ROM aktif terhadap
peningkatan kekuatan otot kaki pada Lansia. Ada pengaruh yang
signifikan latihan ROM aktif terhadap peningkatan luas gerak sendi
dan kekuatan otot kaki pada Lansia.
O (Outcome) Hasil penelitian data pre test dan post test setelah latihan ROM aktif
dengan uji pairet t test didapatkan adanya peningkatan rentang gerak
sendi kaki pada Lansia yaitu lutut dengan gerakan fleksi-ekstensi
ratarata meningkat sebesar 4,570 dengan p value 0,000 ( p value <
0,05), maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh signifikan, dan
dorsal fleksi rata-rata meningkat sebesar 2.270 dengan p value 0,000
(p value < 0,05), maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh
signifikan dari latihan ROM aktif terhadap rentang gerak sendi kaki
pada Lansia.

Pada pengukuran kekuatan otok kaki sesudah latihan ROM aktif,


didapatkan peningkatan rata-rata sebesar 0,76 dan terdapat pengaruh
signifikan. Hasil penelitian lain menemukan bahwa terdapat
peningkatan kekuatan otot setelah dilakukan ROM aktif. Latihan ini
menjaga kondisi anatomis otot dan meningkatkan aktifitas pembentul
sel otot pada lansia (Mudrikhah, 2017). Sehingga apabila latihan
tersebut dilakukan secara rutin dan konsisten makan dapat
mempertahankan kondisi sendi dan otot serta menjaga
fleksibilitasnya (Kozier et al., 2019).

Artikel 2
Analisis PICO Keterangan

Judul Pengaruh Range Of Motion (ROM) Aktif Terhadap Fleksibilitas


Sendi Lutut pada Lanjut Usia

Peneliti Tavip Indrayana, Teguh Wahyudin Iszakiyah (Program Studi


Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Semarang; 2020)

Kata Kunci Latihan ROM aktif, fleksibilitas sendi lutut, lanjut usia

P (Problem) Latihan ROM merupakan latihan yang menggerakkan persendian


seoptimal dan seluas mungkin sesuai kemampuan seseorang yang
tidak menimbulkan rasa nyeri pada sendi yang digerakkan. Adanya
pergerakan pada persendian akan menyebabkan terjadinya
peningkatan aliran darah ke dalam kapsula sendi (Astrand dan
Rodahl, 2013). Ketika sendi digerakkan, permukaan kartilago antara
kedua tulang akan saling bergesekan. Kartilago banyak mengandung
proteoglikans yang menempel pada asam hialuronat yang bersifat
hidrophilik, sehingga kartilago banyak mengandung air sebanyak 70-
75%. Adanya penekanan pada kartilago akan mendesak air keluar
dari matrik kartilago ke cairan sinovial. Bila tekanan berhenti maka
air yang keluar ke cairan sinovial akan ditarik kembali dengan
membawa nutrisi dari cairan sinovial (Loeser, 2009; Jenkins, 2015).
Sehingga dengan dilakukan latihan ROM pada klien gangguan sendi
dapat menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan lebih
mandiri.

Penelitian Ulliya (2017), merupakan eksperimen dengan pre post test


design. Subyek sebanyak 8 yang dilakukan latihan ROM sebanyak 5
kali dalam seminggu selama 6 minggu. Fleksibilitas sendi diukur
pada sebelum, setelah 3 minggu dan setelah 6 minggu latihan ROM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan yang
signifikan antara pengukuran pertama-kedua pada fleksi sendi lutut
kanan dan kiri dan antara pengukuran pertama-ketiga pada fleksi
sendi lutut kiri. Simpulan pada penelitian ini adalah latihan ROM
selama 6 minggu dapat meningkatkan fleksibilitas sendi lutut kiri
sebesar 35° atau 43,75%.

I (Intervention) Penelitiam ini bertujuan menganalisa pengaruh latihan ROM aktif


pada ekstremitas bawah terhadap peningkatan fleksibilitas sendi lutut
pada lansia dan menggunakan pendekatan quasy-eksperiment dengan
one group pre-test and post-test design. Teknik sampling
menggunakan total sampling yaitu sebanyak 25 lansia. Pengkuran
dilakukan pada saat hari ke-1, hari ke-4 dan hari ke-8 penelitian
dengan menggunakan alat ukur goniometer.

C (Comperison) Berdasarkan analisa data yang terkumpul, terdapat perbedaan antara


pre test dan post test rentang gerak pada kelompok perlakuan setelah
dilakukan latihan Range Of Motion (ROM) aktif. Rata-rata rentang
gerak sendi lutut pada lansia di Panti Wreda Margo Mukti Rembang
sebagai kelompok perlakuan meningkat. Dari hasil tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan Range Of Motion
(ROM) aktif terhadap peningkatan rentang gerak sendi pada lansia.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Ulliya, Soempeno, dan Kushartanti


(2017) tentang “Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM)
Terhadap Fleksibilitas Sendi Lutut Pada Lansia Di Panti Wreda
Wening Wardoyo Ungaran”. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada
peningkatan yang signifikan antara pengukuran pertama-kedua pada
fleksi lutut kanan dan kiri dan antara pengukuran pertama-ketiga
pada fleksi sendi lutut kiri.

O (Outcome) Rentang gerak sendi lutut pada lansia di RPSUL Panti Wreda Margo
Mukti Rembang sebelum dilakukan latihan ROM aktif rata-rata di
bawah batas normal. Rentang gerak sendi lutut pada lansia di Panti
Wreda Margo Mukti Rembang setelah dilakukan latihan ROM aktif
rata-rata dalam batas normal. Waktu yang paling efektif untuk latihan
ROM aktif pada lansia dilaksanakan setiap hari mengingat banyak
kondisi anatomi maupun fisiologi yang lansia yang mengalami
degenerasi. Bagi pengelola panti hendaknya menyediakan sumber
daya manusia untuk melakukan program latihan khusus untuk lansia
yang memiliki keterbatasan gerak atau kelemahan fisik secara
berkelanjutan serta memfasilitasi program tersebut. Lansia
hendaknya senantiasa menjaga kesehatan dan aktif mengikuti
kegiatan-kegiatan serta latihan dan senam lansia yang bertujuan
untuk meningkatkan rentang gerak dan kekuatan otot. Dalam
melakukan perawatan lansia yang mengalami keterbatasan rentang
gerak, perawat hendaknya meningkatkan pengetahuan tentang
perawatan lansia melalui pelatihan, telaah hasil penelitian, kajian
teori dan lainlain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
perbendaharaan ilmu pengetahuan khususnya tentang pengaruh
latihan Range Of Motion (ROM) aktif terhadap peningkatan rentang
gerak sendi lutut pada lansia, sehingga dapat digunakan sebagai
referensi bagi penelitian berikutnya dengan tujuan menyempurnakan
penelitian ini.

Artikel 3
Analisis PICO Keterangan

Judul PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF


ASSITIF TERHADAP RENTANG GERAK SENDI PADA
LANSIA YANG MENGALAMI IMMOBILISASI FISIK

Peneliti Andri Setyorini & Niken Setyaningrum (Program Studi Ilmu


Keperawatan STIKes Surya Global Yogyakarta; 2018)

Kata Kunci Range of Motion (ROM), Rentang Gerak, Imobilisasi Fisik

P (Problem) Lansia merupakan tahap akhir dari siklus hidup manusia, yaitu
bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di
alami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami
banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya
kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya. Lansia yang mengalami imobilitas fisik seharusnya
melakukan latihan aktif agar tidak terjadi penurunan kekuatan otot.
Namun pada kenyataannya banyak lansia yang masih tergantung
dengan lingkungan eksternal, sehingga kompensasinya menurun.
Kebanyakan efek proses penuaan dapat diatasi apabila tubuh dijaga
tetap sehat dan akif. Serat otot akan mengecil dan kekuatan otot
berkurang sesuai berkurangnya massa otot (Azizah, 2016).

Latihan ROM (Range of Motion) akan dapat memelihara dan


mempertahankan kekuatan sendi, memelihara mobilitas persendian,
merangsang sirkulasi darah, serta meningkatkan massa otot, sehingga
diharapkan dapat mencegah imobilisasi pada lansia dan kualitas
hidup dimasa tua dapat meningkat (Surratun, 2015). Dampak
fisiologis dari imobilisasi dan ketidakaktifan mobilitas fisik adalah
peningkatan katabolisme protein sehingga menghasilkan penurunan
rentang gerak dan kekuatan otot. Selain itu lansia sangat rentan
terhadap konsekuensi fisiologis dan psikologis dari imobilitas,
dimana 10% sampai 15% kekuatan otot dapat hilang setiap minggu
jika otot beristirahat sepenuhnya, dan sebanyak 5,5% dapat hilang
setiap hari pada kondisi istirahat dan imobilitas sepenuhnya. Jadi,
lansia yang mengalami gangguan imobilisasi fisik (rematik)
seharusnya melakukan latihan aktif agar tidak terjadi penurunan
rentang gerak lansia maupun penurunan kekuatan otot pada lansia
(Stanley & Beare, 2016).

I (Intervention) Penelitian ini termasuk dalam jenis pra-eksperimen, dengan


menggunakan rancangan One Group Pretest Posttest without control,
rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (control), dilakukan
observasi pertama (pretest) yang memungkinkan menguji
perubahanperubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen
(program ROM). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia
dengan gangguan mobilitas fisik di Balai Pelayanan Sosial Tresna
Wreda Yogyakarta Unit Budhi Luhur. Adapun jumlah populasi
dalam penelitian ini adalah 14 orang lansia dan dalam penelitian
seluruh populasi digunakan sebagai subyek penelitian. Penelitian ini
dilakukan di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta unit.
Budhi Luhur dan dilaksanakan pada bulan 28 September – 5 Oktober
2016.

C (Comperison) Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui wawancara dan
menggunakan lembar observasi yang disusun oleh peneliti, secara
umum lembar observasi berisi tentang biodata responden, rentang
gerak sendi sebelum dilakukan latihan ROM (Range Of Motion) dan
rentang gerak sendi setelah dilakukan latihan ROM (Range Of
Motion). Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri, dimana
sebelum dilakukan latihan ROM, rentang gerak sendi pada lutut dan
ankle diukur terlebih dahulu dengan menggunakan goniometer yang
merupakan salah satu parameter dalam melakukan evaluasi pada
persendian dan jaringan lunak (soft tissue) di sekitar sendi. Kemudian
dilakukan latihan ROM (Range Of Motion) yang terdiri dari gerakan
pada lutut yaitu fleksi dan ekstensi. Kemudian dilanjutkan dengan
gerakan pada ankle atau pergelangan kaki yaitu dorso fleksi dan
plantar fleksi. Gerakan tersebut dilakukan 3 kali dalam seminggu
selama minimal 3 minggu, dimana setiap kali perlakuannya selama
20-30 menit dan diukur kembali rentang gerak sendi dengan
menggunakan goniometer dengan skala data numerik pada saat
terakhir kali perlakuan.

O (Outcome) Berdasarkan hasil analisis wilcoxon, terdapat perbedaan antara pre


dan post test terkait rentang gerak sendi pada lansia yang mengalami
immobilits fisik atau keterbatasan gerak setelah dilakukan latihan
ROM aktif assitif. Rata-rata rentang gerak sendi lutut dan ankle pada
lansia yang mengalami immobilitas fisik dan keterbatasan gerak di
BPSTW Yogyakarta unit Budhi Luhur meningkat setelah dilakukan
latihan ROM aktif assitif. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh latihan Range of Motion (ROM) Aktif Assitif
terhadap peningkatan rentang gerak sendi pada lansia dengan
immobilitas fisik.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mudrikhah


(2012) tentang “Pengaruh Latihan Range of Motion Aktif Terhadap
Peningkatan Rentang Gerak Sendi dan Kekuatan Otot Kaki pada
Lansia di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta”. Penelitian ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh latihan ROM aktif terhadap
peningkatan rentang gerak dan kekuatan otot kaki pada lajut usia di
Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Uliya dkk (2007), bahwa


fleksibilitas sendi lutut kiri pada lansia yang memiliki keterbatasan
gerak meningkat setelah melakukan latihan ROM selama 3 minggu
sebesar 31,87º dan selama 6 minggu sebesar 35º. Untuk
meningkatkan fleksibilitas sendi lutut pada lansia yang memiliki
keterbatasan gerak, latihan ROM harus dilakukan 5 kali dalam
seminggu minimal selama 3 minggu secara berturut-turut, dengan
pengulangan gerakan sebanyak 7 kali untuk setiap gerakan.

Artikel 4
Analisis PICO Keterangan

Judul Pengaruh Range Of Motion (Rom) Terhadap Kekuatan Otot Pada


Lansia Bedrest Di Upt Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai

Peneliti Rina Rahmadani Sidabutar, Chairul Munir (Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Flora, Medan, Indonesia; 2019)

Kata Kunci Lansia, Kekuatan Otot, ROM

P (Problem) WHO (World Healh Organitation) mencatat, bahwa terdapat 600 juta
jiwa lansia pada tahun 2017 di seluruh dunia. hasil sensus penduduk
tahun 2017 menunjukkan, bahwa jumlah penduduk lansia di
Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari
tahun 2015 yang sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah
penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450 ribu
jiwa per tahun (Sampelan, dkk 2015). Badan kesehatan dunia WHO
bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2016 mendatang
sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28.8 juta orang,
balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia
terbesar di dunia. (BPS, 2017). Jumlah lansia yang ada di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai sebanyak 240 orang, dan jumlah
lansia yang mengalami bedrest sebanyak 43 orang. Penurunan fungsi
dan kemampuan tubuh pada lansia akan menurun.begitu pula dengan
kekuatan otot akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

Perubahan morfologis yang terjadi pada sistem muskuloskeletal


dapat mengakibatkan perubahan fungsional otot yaitu terjadinya
penurunan kekuatan otot, kontraksi otot, daya tahan otot dan tulang,
elastisitas dan fleksibilitas otot sehingga menyebabkan keterbatasan
gerak pada tubuh Perubahan yang terjadi pada kekuatan otot karena
berkurangnya serabut otot pada proses menua yang menyebabkan
menurunnya kekuatan otot. Biasanya berjalan menjadi kurang stabil
karena lemahnya otot paha bagian depan dan berkurangnya
koordinasi antar otot (Nitz. 2014).

Perubahan yang terjadi pada lansia salah satunya adalah perubahan


penurunan kekuatan otot, dampak dari penurunan kekuatan adalah
meningkatkan resiko jatuh karena gangguan muskuloskeletal
misalnya menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan
ekstremitas bawah, dan kekakuan sendi dapat menyebabkan terjadi
resiko jatuh pada lansia (Lumbantobing, 2014).

I (Intervention) Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Pra


Experiment dengan metode One Group pretest-posttest design, yaitu
mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu
kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan
intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam,
2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang ada di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia yang berjumlah 240 lansia binaan.
Sampel yang dijadikan responden adalah yang memenuhi kriteria
inklusi. Pada saat screening jumlah lansia yang mengalami bedrest
berjumlah 27 lansia namun saat diminta ketersedian menjadi
responden 10 lansia menolak sehingga jumlah sampel sebanyak 17
orang. Saat proses pelaksanaan intervensi terdapat 5 orang yang tidak
bersedia mengikuti latihan ROM, sehingga jumlah yang responden
dalam penelitian ini berjumlah 12 orang.

C (Comperison) Penelitian ini dilakukan pada lansia bedrest dengan tindakan latihan
range of motion (ROM). Waktu penelitian ini dilakukan pada hari
minggu tanggal 8 Mei 2019 sampai dengan 15 Mei 2019. Penelitian
dilakukan selama 8 hari dan dilakukan setiap pagi dan sore selama 8
hari berturut-turut. Pagi dilakukan pada jam 09.00 sampai dengan
10.00 dan sore dilakukan pada jam 16.00-17.00 WIB. Pada bab ini
akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian tentang pengaruh
range of motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada lansia bedrest di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Penelitian ini dilakukan pada
lansia bedrest dengan tindakan latihan range of motion (ROM).
Waktu penelitian ini dilakukan pada hari minggu tanggal 8 Mei 2019
sampai dengan 15 Mei 2019.

Penelitian dilakukan selama 8 hari dan dilakukan setiap pagi dan sore
selama 8 hari berturut-turut. Pagi dilakukan pada jam 09.00 sampai
dengan 10.00 dan sore dilakukan pada jam 16.00- 17.00 WIB.
Analisa bivariat dilakukan bertujuan untuk menguji hipotesis
penelitian yaitu apakah range of motion (ROM) mempengaruhi
kekuatan otot pada lansia bedrest di PSTW Margaguna Jakarta
Selatan.pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji perbedaan
kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada lansia
bedrest. Untuk penghitungan statistic beda rerata skor kekuatan otot
pada kelompok intervensi menggunakan uji paired t-test. (Arikunto,
2014). Uji statistik pada kedua penghitungan tersebut dilakukan
dengan tingkat kemaknaan 95%.

O (Outcome) Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan


dan dijelaskan pada bab sebelumnya, maka berikut kesimpulan yang
dapat ditarik dari penelitian ini : Karakteristik responden adalah
lansia dengan usia antara 65 tahun sampai 90 tahun berjumlah 12
orang dan semua responden berjenis kelamin perempuan. Terjadi
peningkatan kekuatan otot antara sebelum dan sesudah dilakukan
Range Of Motion (ROM) dari nilai ratarata 3,75 untuk ekstremitas
atas sebelum intervensi menjadi 4.67 sesudah intervensi. Rata-rata
kekuatan otot sebelum intervensi pada ekstremitas bawah 3.58
menjadi 4.42 setelah intervensi. Terdapat pengaruh latihan ROM
terhadap kekuatan otot dengan nilai Sig 2- tailed 0.002 untuk
kekuatan otot pre tangan dan post tangan. Nilai sig 2-tailed 0.000
untuk kekuatan otot pre kaki dan post kaki.

Artikel 5

Analisis PICO Keterangan

Judul EFEKTIVITAS RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF TERHADAP


KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS DAN
EKSTREMITAS BAWAH PADA LANSIA

Peneliti Siti Hartinah, Lilik Pranata, Dheni Koerniawan (Fakultas Ilmu


Kesehatan, Universitas Katolik Musi Charitas Palembang; 2019)

Kata Kunci ROM aktif, kekuatan otot, ekstremitas atas, ekstremitas bawah, lansia

P (Problem) Lansia mengalami perubahan fisiologis dan morfologis salah satunya


pada sistem muskuloskeletal khususnya otot. Pada perubahan
fisiologis yang terjadi adalah penurunan kekuatan otot dan penurunan
massa otot (Padila, 2013). Penurunan kekuatan otot dapat
menimbulkan penurunan kemampuan fungsional pada lansia karena
kekuatan otot mempengaruhi hampir semua aktivitas sehari-hari
sehingga kebutuhan hidupnya dapat meningkat dan adanya
ketergantungan untuk mendapat bantuan dari orang lain (Muhith, A.
& Siyoto, 2016) Penurunan kekuatan otot pada ektremitas atas dapat
menyebabkan lansia tidak dapat memegang cangkir atau gelas
dengan baik, tidak dapat memegang dan mengangkat barang yang
berat sedangkan penurunan kekuatan otot pada ektremitas bawah
dapat mengakibatkan gerakan menjadi lamban dan kaku, langkah
menjadi pendekpendek, kaki tidak dapat menapak dengan kuat,
mudah goyah, serta berdiripun sudah tidak stabil yang dapat
menimbulkan resiko mudah jatuh (Santoso, H. & Ismail, 2017).
Latihan fisik yang sering dilakukan oleh lansia, yaitu latihan rentang
gerak, logoterapi, senam ergonomik, senam low back pain, dan
senam yoga (Padila, 2013).
ROM sangat bermanfaat untuk membatu lansia yang mengalami
kekakuan sendi. Tetapi bentuk latihan yang dianjurkan bagi lansia
yaitu latihan range of motion (ROM), karena latihan ROM ini aman
dan efektif bagi lansia (Kisner, C. & Colby 2016). Menurut Potter &
Perry dalam Mulyanti (2015) ROM adalah latihan yang dilakukan
untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot. Latihan ROM aktif adalah
latihan yang dilakukan sendiri oleh pasien tujuannya adalah
menambah atau mempertahankan gerak sendi dan memperkuat otot
(Kneale, J. & Davis, 2017)

I (Intervention) Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14-18 Mei 2018. Metode yang
di gunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain
Quasy Exsperiment dengan pendekatan Pre-Post Test Non-
Equivalent Control Group yaitu untuk membandingkan hasil
intervensi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi jumlah populasi yang
diambil yaitu 22 lansia, 2 orang lansia dari 22 lansia mengatakan
sering merasakan kaku dan sesekali muncul rasa nyeri pada
persendian kakinya dan 1 lansia mengatakan belum pernah
melakukan latihan ROM aktif dan tidak mengetahui tentang latihan
ROM aktif. Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 18 lansia.
Teknik pengambilan sampel yaitu dengan Teknik total sampling.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kekuatan otot adalah
Manual Muscle Testing (MMT). Penelitian ini menggunakan uji
Friedman dan uji Mann-Whitney.

C (Comperison) Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa skala kekuatan otot


ekstremitas atas kelompok intervensi pada pengukuran pretest
(sebelum dilakukan latihan ROM aktif) yaitu, sebanyak 6 responden
(66,7%) memiliki nilai skala kekuatan otot 3, 3 responden (33,3%)
memiliki nilai skala kekuatan otot 6 responden (66.7%) memiliki
nilai skala kekuatan otot 5. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
skala kekuatan otot ekstremitas bawah kelompok intervensi pada
pengukuran pretest 5 responden (55,6%) memiliki sedangkan hasil
observasi setelah diberikan latihan ROM aktif (posttest) selama 3
kali, 5 responden (55,6%) memiliki nilai skala kekuatan otot 5.
Penelitian ini juga didukung oleh teori (Kneale, J. & Davis, 2017),
mengungkapkan bahwa mekanisme kontraksi otot dapat
menimbulkan rangsangan melalui neuromuskular yang akan
memberikan rangsangan ke serabut otot terutama sistem saraf pusat
yang merangsang dalam memproduksi asetilkolin sehingga serabut
otot dapat berkontraksi.

Penelitian ini didukung oleh penelitian (Andriani, H., Indriati, 2013),


tentang pengaruh ROM aktif terhadap kekuatan otot ekstremitas atas
pada lansia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
kekuatan otot ekstremitas atas sebelum dan sesudah dilatih ROM
(p=0,008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala kekuatan otot
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah pada kelompok kontrol
antara pengukuran pretest memiliki nilai skala kekuatan otot yang
sama yaitu 5 responden (55.6%) memiliki nilai skala kekuatan otot 4,
sedangkan hasil observasi setelah hari ke tiga dengan pengukuran
posttest skala kekuatan otot ekstremitas atas dan ekstremitas bawah
pada kelompok kontrol masih sama dan tetap.

O (Outcome) Karakteristik lansia di Panti Tresna Werdha Teratai KM. 6


Palembang mayoritas berusia elderly atau berumur 60- 74 tahun
(55,5%), berjenis kelamin lakilaki (61,1%), serta mempunyai riwayat
penyakit asam urat (33,3%) dan hipertensi (33,3%). Terdapat
perbedaan skala kekuatan otot ekstremitas atas antara hasil
pengukuran pretest, posttest 1, posttest 2, dan posttest 3 pada
kelompok intervensi (p= 0,001) dan terdapat perbedaan kekuatan otot
ekstremitas bawah pretest, posttest 1, posttest 2, dan posttest 3 pada
kelompok intervensi (p= 0,008). Terdapat perbedaan kekuatan otot
ekstremitas atas pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p=
0,03), dan tidak terdapat perbedaan kekuatan otot ekstremitas bawah
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p= 0,058).

Anda mungkin juga menyukai