Anda di halaman 1dari 5

Definisi Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi atas setiap perubahan posisi
tubuh, sehingga tubuh tetap stabil dan terkendali. Keseimbangan ini terdiri atas keseimbangan
statis (tubuh dalam posisi diam) dan keseimbangan dinamis (tubuh dalam posisi bergerak).
Keseimbangan statis diperlukan saat duduk atau berdiri diam. Keseimbagan dinamis diperlukan
saat jalan, lari atau gerakan berpindah dari satu titik ke titik yang lainnya dalam suatu ruang
(Nala, 2015).
Keseimbangan secara umum didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempertahankan pusat
gravitasi tubuh (center of gravity) dalam basis dukungannya (base of support). keseimbangan
dapat dikategorikan menjadi keseimbangan statis dan dinamis. Keseimbangan statis adalah
kemampuan untuk mempertahankan tubuh statis dalam basis dukungannya. Keseimbangan
dinamis didefinisikan sebagai kemampuan untuk beralih dari keadaan dinamis ke keadaan statis
atau kemampuan untuk mempertahankan stabilitas saat melakukan gerakan dinamis (DiStefano
et al., 2009).
Pengertian Koordinasi.
Koordinasi sebagai hubungan yang harmonis dan hubungan yang saling berpengaruh diantara
kelompok-kelompok otot selama melakukan kerja yang ditunjukkan dengan berbagai tingkat
keterampilan. Koordinasi sangat sulit dipisahkan secara nyata dengan kelincahan, sehingga
kadang-kadang suatu tes koordinasi juga bertujuan untuk mengukur kelincahan. Koordinasi
merupakan perpaduan fiingsi beberapa otot secara tepat dan seimbang menjadi satu pola gerak.
koordinasi yang baik akan mampu mengkombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan
dengan urutan yang benar dan melakukan gerakan yang kompleks secara mulus tanpa
mengeluarkan energi berlebihan. Dengan demikian hasil gerakan yang dilakukan sangat efisien,
halus, mulus dan terkoordinasi dengan baik.
Menurut Ismaryati (2006:55) koordinasi merupakan suatu kemampuan biomotorik yang sangat
komplek. Koordinasi erat hubungannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan, fleksibilitas dan
juga sangat penting untuk mempelajari dan menyempurnakan teknik dan taktik. Dengan kata lain
koordinasi adalah kemampuan untuk mengkombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan,
dengan urutan yang benar dan melakukan gerakan yang komplek secara mulus tanpa
pengeluaran energi yang berlebihan.
Sajoto (1995:17), menyatakan bahwa, "Koordinasi adalah kemampuan seseorang untuk
merangkaikan beberapa gerakan kedalam satu pola gerakan yang selaras dan efektif sesuai
tujuannya". Misalnya dalam bermain tens; seorang pemain akan kelihatan mempunyai koordinasi
yang baik bila is dapat bergerak kearah bola sambil mengayun raket, kemudian memukulnya
dengan teknik yang benar. Koordinasi (coordination) merupakan salah satu elemen kondisi fisik
yang relatif sulit didefenisikan secara tepat karena fungsinya sangat terkait dengan elemen-
elemen kondisi fisik yang lain dan sangat ditentukan oleh kemampuan siswa, Syafruddin
(2005:118-119). Koordinasi pada prinsipnya merupakan pengaturan saraf-saraf pusat dan saraf
tepi secara harmonis dalam menggabungkan gerak-gerak otot synergis dan antagonis, Sajoto
(1995:17).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Koordinasi
Untuk dapat mencapai tingkat koordinasi yang baik, banyak sekali faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor penentu koordinasi adalah : a. Pengaturan saraf pusat dan saraf
tepi, hal ini berdasarkan pembawaan atlet dan basil dari latihan. b. Tergantung tonus dan
elastisitas dari otot. c. Baik tidaknya keseimbangan dan kelincahan. d. Koordinasi kerja saraf,
otot dan panca indera, Ismaryati (2006:112).
Selain faktor-faktor tersebut, kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelentukan, keseimbangan dan
ritme berperan dan berpadu di dalam koordinasi gerak. Kalau salah satu unsur itu tidak ada atau
kurang berkembang secara otomatis akan berpengaruh terhadap kesempurnaan koordinasi
gerakan. Pemain bola basket yang tingkat koordinasinya tidak baik biasanya di dalam melakukan
gerakangerakan cenderung kaku dan penuh dengan ketegangan. Dengan gerakan yang kaku ini
mengakibatkan banyak mengeluarkan energi yang berlebihan, sehingga kurang efisien.
Dari berbagai penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa koordinasi adalah kemampuan
seseorang atlet dalam merangkai berbagai gerakan menjadi satu dalam satu satuan waktu dengan
gerakan yang selaras dan sesuai dengan tujuan.
Keterampilan suatu cabang olahraga dapat melibatkan koordinasi mata dan kaki, misalnya dalam
keterampilan menendang bola ke dalam sasaran. Beberapa keterampilan olahraga ada juga yang
melibatkan koordinasi secara keseluruhan dari tubuh, misalnya gerakan keterampilan senam
pada palang sejajar yang memerlukan perhitungan dan koordinasi yang sempurna agar dapat
mengkombinasikan beberapa gerakan dari beberapa anggota tubuh menjadi rangkaian gerakan
indah

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan


1. Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG) Center of gravity merupakan titik gravitasi yang
terdapat pada semua benda baik benda hidup maupun mati, titik pusat gravitasi terdapat
pada titik tengah benda tersebut. Fungsi dari Center of gravity adalah untuk
mendistribusikan massa benda secara merata, pada manusia beban tubuh selalu ditopang
oleh titik ini sehingga tubuh dalam keadaan seimbang. Tetapi jika terjadi perubahan
postur tubuh maka titik pusat gravitasi pun berubah dan akan menyebabkan gangguan
keseimbangan (unstable).
2. Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG) Garis gravitasi (Line Of Gravity) adalah garis
imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi. Garis ini adalah garis vertikal yang
melalui titik pusat bidang tumpuan.
3. Bidang tumpu (Base of Support-BOS) Base of Support (BOS) merupakan bagian dari
tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpu. Permukaan tumpu adalah dasar
tempat bertumpu atau berpijak tubuh baik dilantai, tanah, balok, kursi, meja, tali atau
tempat lainnya.
4. Kekuatan otot (Muscle Strength) Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau kelompok
otot menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis
maupun secara statis. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus cukup kuat untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar.
5. Indeks Massa Tubuh (IMT). Tinggi badan dan berat badan seseorang mencerminkan
proporsi tubuh orang yang bersangkutan. Keadaan ini berkaitan dengan keseimbangan
dimana menurut Pate (1993), benda dengan masa yang lebih besar mempunyai
keseimbangan yang lebih besar dari pada benda berukuran sama yang lebih ringan.
6. Jenis Kelamin Meski banyak sumber yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak
berpengaruh pada keseimbangan, ada yang harus dipertimbangkan terkait pengaruh jenis
kelamin pada keseimbangan. Perbedaan keseimbangan tubuh berdasarkan jenis kelamin
antara pria dan wanita disebabkan oleh adanya perbedaan letak titik berat. Pada pria
letaknya kira-kira 56% dari tinggi badannya sedangkan pada wanita letaknya kira-kira
55% dari tinggi badannya. Pada wanita letak titik beratnya rendah karena panggul dan
paha wanita relatif lebih berat dan tungkainya pendek (Soedarminto, 1992).
7. Umur. Letak titik berat tubuh berkaitan dengan pertambahan usia. Pada anak-anak
letaknya lebih tinggi karena ukuran kepala anak relatif lebih besar dari kakinya yang
lebih kecil. Keadaan ini akan berpengaruh pada keseimbangan tubuh, dimana semakin
rendah letak titik berat terhadap bidang tumpuakan semakin mantap atau stabil posisi
tubuh (Nala, 2011).
8. Aktivitas Fisik. (Kebiasaan Olahraga) Menurut Kepala Pusat Promosi Kesehatan
Kemenkes pada hasil RISKESDAS tahun 2013, gaya hidup bermalas-malasan dan
aktivitas fisik yang kurang dapat menurunkan kemampuan tonus otot. Tonus otot sangat
berperan dalam menjaga keseimbangan tubuh manusia

Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah sebagai berikut:


a. Sistem neurologis Sistem informasi neurologis antara lain berasal dari sistem ekstrapiramidal, ganglia
basalis, dan serebelum.
1) Sistem ekstrapiramidal Sistem ekstrapiramidalis dianggap sebagai suatu sistem fungsional dengan
tiga lapisan integrasi yakni kortikal, striata (basal ganglia) dan tegmental (mesencephalon). Fungsi utama
dari sistem ekstrapiramidalis berhubungan dengan gerakan yang berkaitan dengan pengaturan sikap
tubuh dan integrasi otonom (Duus, 2010)
2) Ganglia basalis

Ganglia basalis merupakan bagian dari sistem motorik. Inti utama dari ganglia basalis adalah nukleus
kaudatus, putamen, dan globus palidus, yang semuanya terletak pada materi putih subkortikal
telensepalon. Ketiga inti ini saling terhubung satu sama lain ke korteks motor di kompleks sirkuit
pengaturan. Mereka memainkan peran penting dalam inisiasi, modulasi gerakan dan kontrol otot (Baehr
and Michael, 2005).

3) Serebelum

Serebelum adalah organ pusat untuk kontrol motorik halus. Memproses informasi dari beberapa sistem
sensorik (terutama vestibular dan proprioseptif), impuls motorik, dan memodulasi aktivitas motorik
daerah nuklear di otak dan sumsum tulang belakang. Secara anatomis, otak kecil terdiri dari dua belahan
dan vermis yang terletak di antaranya. Terhubung ke batang otak oleh tiga Bagian pedunkulus (Baehr
and Michael, 2005)

Fungsional otak kecil dibagi menjadi tiga komponen: vestibulocerebellum, spinocerebellum, dan
cerebrocerebellum. Vestibulocerebellum menerima masukan aferen terutama dari organ vestibular, dan
fungsinya adalah untuk mengatur keseimbangan. Spinocerebellum memproses impuls proprioseptif dari
jalur spinocerebellar, mengontrol sikap dan pola jalan. Cerebrocerebellum mempunyai fungsi yang
berhubungan dengan korteks motorik dari telencephalon dan bertanggungjawab untuk pelaksanaan
gerakan-gerakan halus yang mulus dan presisi. Lesi pada serebelum mengakibatkan gangguan gerakan
dan keseimbangan (Baehr and Michael, 2005).

b. Sistem informasi sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular dan somatosensoris

1) Visual

Sistem visual (penglihatan) mempunyai tugas penting bagi kehidupan manusia yaitu memberi informasi
kepada otak tentang posisi tubuh terhadap lingkungan berdasarkan sudut dan jarak dengan objek
sekitarnya. Dengan input visual, maka tubuh manusia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang
terjadi di lingkungan. Sistem visual memberikan informasi ke otak kemudian otak memberikan informasi
supaya sistem muskuloskeletal (otot dan tulang) dapat bekerja secara sinergis untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh (Watson and Black, 2008).

2) Vestibular

Sistem vestibular berperan penting dalam keseimbangan, gerakan kepala, dan gerakan bola mata.
Sistem ini meliputi organ-organ di dalam telinga bagian dalam. Berhubungan dengan sistem visual dan
pendengaran untuk merasakan arah dan gerakan kepala. Cairan yang disebut endolymph mengalir
melalui tiga kanal telinga bagian dalam sebagai reseptor saat kepala bergerak miring dan bergeser.
Melalui refleks vestibulo-reticular mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang
bergerak. Kemudian pesan-pesan diteruskan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang
berlokasi di batang otak (brain stem). Beberapa stimulus tidak menuju langsung ke nukleus vestibular
tetapi ke serebrum, formation retikularis , thalamus dan korteks serebri (Watson and Black, 2008)

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labirin, retikular formasi dan serebelum.
Hasil dari nukleus vestibuler menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor
neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung
(otot-otot postural). Sistem vertibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan
keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural (Watson and Black, 2008).

3) Somatosensoris (tactile & propioceptive)

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil dan propioseptif serta persepsi kognitif. Informasi propioseptif
disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input)
propioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lumnikulus
medialis dan thalamus (Willis, 2007).
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang
datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang
beradaptasi lambat di sinovial dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan
jaringan lain serta otot diproses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang (Willis,
2007)

Strategi motorik untuk menjaga keseimbangan


Untuk mempertahankan keseimbangan, tubuh secara terus menerus menyesuaikan posisinya
dalam ruang untuk menjaga COM di atas BOS atau membawa COM ke posisinya setelah
mengalami gangguan (Kisner and Colby, 2007).
CNS menggunakan tiga sistem pergerakan untuk mengembailkan keseimbangan setelah terjadi
permasalahan. Stretch reflexes, diperantarai oleh medula spinalis memberikan respon pertama
setelah terjadi masalah (memiliki latensi yang pendek 150ms. Automatic postural mempunyai
latensi menengah 80-120 ms, respon pertama yang efektif mencegah jatuh (Kisner and Colby,
2007).
Ada tiga strategi utama yang digunakan tubuh untuk memulihkan keseimbangan dalam
menanggapi adanya gangguan tiba-tiba dari permukaan tumpuan. Ankle strategies, gerakan dari
pergelangan kaki untuk mengembalikan COM ke posisi yang stabil (dalam posisi yang tenang
dan gangguan kecil). Hip strategies, menggunakan gerakan cepat fleksi dan ekstensi panggul
untuk memindahkan COM dalam BOS (untuk gangguan yang cepat dan besar atau gerakan
dengan COG dekat dengan batas stabilitas). Stepping strategies, melangkah ke depan atau
belakang untuk memperlebar BOS dan mengembalikan control keseimbangan (jika ada kekuatan
besar yang menggeser COM keluar dari batas stabllitas) (Kisner and Colby, 2007).

Anda mungkin juga menyukai