Anda di halaman 1dari 78

KONTROL POSTURAL

BAB 1

PENDAHULUAN

PerformaKeterampilan motorik yang baik

dikaitkanberhubungan dengan kontrol postural yang baik. Kontrol

postural merupakanadalah kemampuan dalam mengaturuntuk

menyesuaikan posisi tubuh dalam melawanrelatif terhadap gravitasi

menggunakan mekanisme keseimbangan yang adekuattepat untuk

tujuan stabilisasi dan orientasi. Kontrol postural dibutuhkandiperlukan

dalam seluruhsemua aspek gerakan fungsional sebagai dasar untuk

keseimbangan postur sehingga gerakpostural untuk mengontrol dan

membuat gerakan menjadi terkontrol dan efisien (Syatibi, 2014).

Sistem kontrol postural mempunyai 2memiliki dua fungsi

utama yaitu menjaga posisi: yang pertama mempertahankan postur

tegak melawan gravitasi dan menjaga keseimbangan dan yang,

kedua adalah stabilisasimenstabilkan orientasi dan posisi segmen

yang berperanberfungsi sebagai kerangka referensiacuan untuk

persepsi dan aksi terhadap ruangtindakan eksternal. Fungsi kontrol

posturalpengendalian sikap ini didasarkan pada 4empat komponen,

yaitu. Artinya, nilai referensi berdasarkan orientasi segmen tubuh dan

posisi center of gravitylokasi pusat massa, yang disebutdikenal

sebagai model tubuh internal tubuh atau skema postur tubuh; input

multisensorispose. Masukan multisensor untuk regulasi orientasi dan

stabilisasi segmen tubuh; serta reaksi segmental. Prediksi respon

postural atau antisipasi untuk recovery balancerebalancing setelah

perturbasi, sertagangguan, dan stabilisasi postural selama gerakan


voluntersukarela (Massion et al., 1994).

Pusat pengaturan postur melibatkanInti dari regulasi postural

adalah interaksi dengan gayakekuatan eksternal yaitu: gravitasi, sifat

mekanikmekanika tubuh, kekuatan neuromuskular, dan gaya

neuromuskuler, serta input multi sensoris dari visual, labirintin,

propioseptif, dan somatosensoris serta terhadap input multisensor ke

ruang eksternal dalam bentuk vektor gravitasi vertikal dari visi, labirin,

proprioception, dan somatosensori (Massion et al., 1994). Ketiga

sistem tersebut akan membuat sebuahini menciptakan sistem pada

seperti lingkungan di sistem saraf pusat yang menyerupai lingkungan

yang disebut model internal yang dapat. Model internal memetakan

ruang sekitar, karakteristiksekitarnya, fitur tubuh, dan interaksinya

daninteraksi yang dapat berperan dalam motor learningpembelajaran

motorik (Brandt et al., 1999, Jordan et al., 1999).

Orientasi spasial dalam kaitannya dengan terhadap gravitasi

penting untuk mempertahankan postur tegak, gaya berjalan, dan

kebanyakansebagian besar aktivitas motorik (Mazibrada et al.,

2008). Orientasi spasial diregulasidimodulasi oleh input dari sistem

visual, vestibular, dan somatosensorissomatosensori yang baikhalus

(Alrwaily et al., 2019). TigaKarena ketiga sistem ini akan melakukan

integrasimengintegrasikan dan memproses infomasiinformasi aferen

pada tingkat brainstembatang otak dan hemisfer sehingga, gangguan

pada sistem integrasi setral maupun terintegrasi pusat dan perifer

dapat menyebabkan persepsi abnormal dari orientasi tubuh dan

verticalityvertikalitas tubuh (Mazibrada et al., 2008).

Kontrol postural berkembang seiring dengan perkembangan

motorik. Pada awal perkembangan, anak akan memiliki integrasi-


anak mengintegrasikan perkembangan motorik seperti berguling,

merangkak, merayap, sertadan berjalan, dan pada. Pada tahun

pertamanyapertama, anak dapat-anak mampu mencapai stabilitas

postural yang cukup untuk berdiri dan melawan gravitasi (Murphy et

al., 2003). Untuk kontrolKontrol postural yang baik, dibutuhkan

membutuhkan kekuatan dan kontrol otot yang baik untuk

menghasilkan pola kokontraksi dinamik dankontraktil yang dinamis

dalam respon ekuilibriumkeseimbangan yang baik (Wang et al,..

2011).

Aktivitas motorik terdiri dari refleks terintegrasi dan aktivitas

refleks dan volunter yang terintegrasi dari tingkat spinal,

medullavertebrae, medula oblongata, midbrain, dan korteks

cerebri. Input – input padake neuron motorik akan mengatur tiga

fungsi yang berbeda, yaitu menimbulkan, menghasilkan aktivitas

volunter, menyesuaikanmengoordinasikan postur tubuh untuk

landasan bagisesuai gerakan, serta mengkoordinasikandan

mengoordinasikan kerja berbagai otot agaryang berbeda untuk

membuat gerakan yang timbul mulushalus dan tepat. Pola aktivitas

volunter direncanakan di otak dan postur tubuh secarauntuk terus

menerus disesuaikan menyesuaikan postur sebelum dan sesudah

gerakanlatihan. Untuk melakukan gerakan volunter, korteks

motorik harus merencanakan gerakan, menyusunmenempatkan

gerakan yang sesuai dipada berbagai sendi yang terlibat, serta

menyesuaikan dan mengoordinasikan gerakan dengan

membandingkan antara rencana dan kondisi terkini keadaan saat ini

yang diperoleh dari perencanaan dan umpan balik. Aktivitas

motorik ini juga akan bekerja secara maksimal apabilapaling baik


bila gerakan tersebut dilakukan berulang – -ulang yang. Hal ini

terkait dengan mekanisme motor learningpembelajaran motorik

yang melibatkan plastisitas dari sinapssinaptik (Avanzino et al.,

2015).

Performa motorik yang baik juga dinilai dari respon

ditentukan oleh reaksi optimal terhadap dengan gangguan eksternal

maupundan internal. Gangguan eksternal berasal olehmuncul dari

kondisi lingkungan seperti gaya gravitasi, gaya reaksi yang

dibentukdiciptakan oleh tempat kita berpijak, serta akselerasi dan

rintangan.lokasi, percepatan, dan hambatan. Gangguan internal

berasaldihasilkan dari kondisi intrinsik tubuh sendiri, antara lain

konfigurasi geometrik dari, termasuk geometri bagian tubuh,

karakteristik sifat inersia dari bagian tubuh, sertadan kontraksi otot

(Massion et al., 1992). Dalam kontrol motorik, terdapat ada beberapa

mekanisme yang dilakukandigunakan tubuh yaitu menjaga reference

valueuntuk mempertahankan referensi terhadap gangguan eksternal

atau internal. Reference value dapat merupakan posisi dari bagian

tubuh seperti lengan, trunk, tungkaibatang tubuh, kaki, atau

keseluruhanseluruh tubuh dalam kaitannya denganuntuk

mempertahankan postur. Reference value dapat merupakanmenjadi

parameter yang abstrak dalam kaitannya dengan kontrol equilibrium.

Terdapat 3 reference valuearti penyesuaian keseimbangan. Ada tiga

kriteria yang berperanterlibat dalam kontrol postural, yaitu:

egosentris, eksosentris, dan geosentris (Massion et al., 1992,

diFabio et al., 1997).

KoordinasiPenyesuaian sikap statis dan dinamis terhadap

postur juga terkait dengan mekanisme feedforward dan feedback.


Kedua mekanismejenis ini bekerja pada mekanisme yang berbeda

untuk mengontrol berbagai komponen pergerakan penggerak yang

berbeda dalam kondisi sebelum dan saatselama pergerakan pada

berbagai kondisi.. Kontrol ini dilakukan secara terus menerus dengan

input dari, termasuk sistem visual, vestibular, dan

somatosensorissomatosensori, dengan memperhatikan reference

valuemempertimbangkan nilai referensi sebagai patokan

dalamacuan untuk menjaga verticality. Dengan adanyavertikalitas.

Melalui mekanisme kontrolregulasi, tubuh juga akan

melakukanmenerapkan berbagai strategi untuk mencapai kondisi

equilibrium keadaan ekuilibrium (Chiba et al., 2016).

Gangguan pada kontrol postural merupakanmenjadi

permasalahan yang banyak ditemui oleh pasien stroke, cerebral

palsy, gangguan muskuloskeletal, gangguan sensoris, sertadan

gangguan balancekeseimbangan. Tinjauan kepustakaan ini

diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang konsep dasar

mengenai kontrol postural untuk memahamidalam fisiologi dan

mekanisme gangguan pada kontrol postural.


BAB 2

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM MOTORIK

2.1 Sistem Neurologis pada Kontrol Motorik

Secara hierarki, pusatPusat tertinggi untukdalam kontrol

pergerakan adalah korteks serebri dengan cara mentransmisikan

sinyal lewatimpuls me lewati traktus piramidalis ke nukleus

sarafnervus kranialis motorik dan ke sel – sel kornu anterior medulla

spinalis. Sistem piramidalis berperan dalam gerakan volunter,

sedangkan sistem ekstrapiramidal merupakan jalur antara korteks

serebri, basal ganglia, batang otak, dan spinal cordmedulla spinalis

yang keluar dari traktus piramidalis. Traktus ini berfungsi untukdalam

mempertahankan tonus otot, gerakan kasar, dan perencanaan suatu

gerakan (Baehr et al., 2012).

2.1.1 Korteks Motorik

Impuls motorik untuk gerakan volunter berasal dari gyrus

precentral gyrus pada lobus frontalis, yaitu pada primary motor cortex

area Broadmann 4 dan area korteks di sekitarnya. Impuls motorik

akan berjalan lewatmelewati traktus kortikonuklear dan kortikospinal

atau traktus piramidalis lewat brainstem dan ke anterior horn dari

spinal cord (Baehr et al., 2012).

2.1.2 Traktus Piramidalis

Traktus piramidalis merupakan jalur tercepat dan jalur

langsung antara primary motor area dan anterior horn dari neuron

motorik. Traktus piramidalis berasal dari korteks motorik dan berjalan


melalui cerebral white matter atau corona radiata, bagian posterior

dari corona radiata, bagian posterior dari capsula interna, bagian

sentral dari cerebral peduncle (crus cerebri), pons, dan bagian

anterior dari medulla. Pada akhir medulla, 80 – 85% dari serabut

piramidalis bersilangan pada sisi lainkontralateral pada decussasio

pyramidalis. Traktus yang menuju ke spinal cord dapat dibedakan

menjadi traktus kortikospinalis anterior dan lateralis (Baehr et al.,

2012).

Gambar 2.1 Traktus Piramidalis (Baehr et al., 2012).

2.1.3 Sistem Ekstrapiramidal

Sistem ekstrapiramidalis dianggap sebagaimerupakan suatu

sistem fungsional dengan tiga lapisan integrasi yakniyangbterdiri dari


kortikal, striata (basal ganglia) dan tegmental (mesencephalon).

Fungsi utama dari sistem ekstrapiramidalis berhubungan dengan

gerakan yang berkaitan dengan pengaturan sikap tubuh dan integrasi

otonom (Baehr et al., 2012).

Traktus ekstrapiramidal mempunyai peran pentingberperan

dalam menjaga postur dan meregulasi fungsi motorik volunter dan

involunter dengan mengatur tonus postural, refleks, sertadan gerakan

otomatis. Mekanisme regulasi melibatkan pemrosesan sentral pada

area multipel di otak, seperti bagian dari korteks serebri, cerebellum,

thalamus, reticular substancesubstansia retikuler, dan beberapa

bagian basal ganglia (Caminero et al., 2020).

Secara anatomis, traktusTraktus ekstrapiramidal dapat

didefinisikan sebagaimerupakan sekelompok nukleus dan traktus

yang menerima proyeksiimpuls dari korteks serebri dan

mengirimkannya ke brainstem dan spinal cord dan, secara fungsional

bekerja sebagai complex motor – modulation system. Traktus

ekstrapiramidal terdiri dari beberapa traktus dan nukleus, antara lain

traktus reticulospinal, vestibulospinal, dan rubrospinal. Traktus

retikulospinal memberimemberikan proyeksi padadi funiculus anterior

yang mengandung terdapat neuron motorik alfa dan gamma dari otot

ekstensor. Traktus vestibulospinal berakhir pada neuron motorik

anggota gerak yang menginervasi otot – otot tubuh bagian atas,

khususnya otot leher dan forelimbtubuh bagian depan sehingga

traktus ini berperan penting dalam menjaga postur tegak. Traktus

tekstospinal berperan penting dalam fungsi orientasi kepala, leher,

mata, dan ekstremitas atas (Caminero et al., 2020).


Gambar 2.2 Traktus Ekstrapiramidalis (Baehr et al., 2012).

2.1.4 Ganglia Basalis

Ganglia basalis merupakan bagian dari sistem motorik

denganyang memiliki 3 nukleus utama yaitu nukleus kaudatus,

putamen, dan globus palidus yang terletak pada white matter

subkortikal telensepalon. Ketiga inti ini saling terhubung satu sama

lain ke korteks motor pada complex regulatory circuits dan memiliki

efek eksitasi dan inhibisi pada korteks motorik, serta. Sirkuit ini

memainkan peran penting dalam inisiasi dan modulasi pergerakan,

serta kontrol tonus otot (Baehr et al., 2012).

Gambar 2.3 Ganglia basalis (Baehr et al., 2012)

2.1.5 Serebelum
Serebelum adalahmerupakan organ pusat yang berfungsi untuk

kontrol motorik halus yang memproses informasi dari beberapadari

sistem sensorik terutama vestibular dan proprioseptif, bersama

dengan impuls motorik, dan memodulasi aktivitas aktivitas area

nukleus motorik pada otak dan sumsum tulang belakang. Secara

fungsional, serebelum dibagi menjadi tiga komponen yaitu

vestibulocerebellum, spinocerebellum, dan cerebrocerebellum.

Vestibulocerebellum menerima input aferen terutama dari organ

vestibular dan berfungsi untuk mengatur keseimbangan.

Spinocerebellum memproses impuls proprioseptif serta mengontrol

stancesikap dan pola jalan. Cerebrocerebellum mempunyai

hubungan fungsional dengan dengan korteks motorik dari

telencephalon dan bertanggungjawab dalam eksekusi gerakan halus

yang mulus dan presisi (Baehr et al., 2012).

Gambar 2.4 Serebelum (Baehr et al., 2012).

2.2 Sistem Informasi Sensoris pada Kontrol Motorik

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular dan

somatosensoris.
2.2.1 Visual

Sistem visual (penglihatan) mempunyai tugasmemegang

peranan penting bagidalam kehidupan manusia yaitu memberi .

Dengan kata lain, memberikan otak dengan informasi kepada otak

tentang posisi tubuh relatif terhadap lingkungan berdasarkan sudut

dan jarak dengan objek ke benda-benda di sekitarnya. Dengan input

visual, maka tubuhTubuh manusia dapat beradaptasi

terhadapdengan perubahan yang terjadi di lingkungan. melalui input

visual. Sistem visual memberikan informasi ke otak kemudian, dan

otak memberikan informasi padake sistem muskuloskeletal yaitu,

seperti otot dan tulang untuk dapat, bekerja secara sinergis untuk

mempertahankanmenjaga keseimbangan dalam tubuh (Watson &

Black, 2008).

2.2.2 Vestibular

Sistem vestibular berperanmemainkan peran penting dalam

keseimbangan, gerakan kepala, dan gerakan bola mata. Sistem

vestibular meliputi organ-organ di dalam telinga bagian dalam, antara

lain:termasuk kanalis semisirkularis, ampula, sakulus, utrikulus, dan

saraf vestibular (Kahle & Frotscher, 2003). Sistem ini

Berhubunganterkait dengan sistem visual dan pendengaran

untukyang merasakan arahorientasi dan gerakan kepala.

Ganglion vestibular terletak padadi dasar meatus akustikus

internus, saluran pendengaran internal dan terdiri dari bagian

superioratas dan inferiorbawah. Bagian superior menyokongatas

menopang puncak ampula dari kanalis semisirkularis anterior dan

kanalis semisirkularis lateral, kemudian makula utrikulus-makula dan


kapsul-makula sakulus. Neuron pada bagian inferior

menyokongmendukung puncak ampula kanalis semisirkularis

posterior dan sebagianbagian dari macula sakuluskantung makula di

bawahnya. Sel – sel saraf membentuk radiks vestibularis (akar dari

saraf vestibular) yang akan bersatuterhubung dengan radiks

koklearis berjalanakar saraf koklea, dan bermigrasi melalui meatus

akustikus internuskanalis auditorius internal ke fossa kranialis

mediakranial tengah (Kahle & Frotscher, 2003).

SaatKetika silia dalam posisi istirahat, beristirahat, sel-sel

rambut melepaskan neurotransmitter glutamate yangglutamat,

memicu aksi potensial pada serataksi di serabut saraf di ganglion

vestibularisvestibular. Saat kepala berubah posisi, kanalis

semisirkularis otomatis bergerak secara otomatis, tetapi endolimfe

yang berada pada di dalam kanalis bergerak lebih lambat. Perbedaan

tekanan terjadi padadi dalam kupula menyebabkan stereosilia saling

bergesekan dan melengkung satu dengan yang lainnya.

Melengkungnyamenekuk. Pembengkokan stereosilia ini

meningkatkan konduktivitas dan menyebabkan, memicu pertukaran

Na+ dan K+ antara endolimfe dan sel rambut,

sehinggamendepolarisasi sel rambut menjadi terdepolarisasi,,

membuka jalur terbuka, dan banyak glutamate dilepaskan, serta,

melepaskan sejumlah besar glutamat, dan meningkatkan frekuensi

aksi potensial meningkat. Aliran listrik. Arus ini diteruskadialirkan ke

sakulussakus dan utrikulus. Makula dan silia di dalam sakulus dan

utrikulus, bersama dengan Kristal statolit atau otolit memindahkan

membraneatau kristal otolit yang melengkungkan, menggantikan

membran otolitik. Membran otolitik membengkokkan silia oleh karena


adanya perubahan gravitasi contohnya saat posisi, seperti ketika

kepala berdeviasidipindahkan dari aksis tegak lurussumbu vertikal.

Dalam hal ini, makula merespon kepada akselerasi linear atau

deselerasi linier (Kahle & Frotscher, 2003).

Organ otolithAparatus otolitik terdiri dari sacculussakulus dan

utriculusutrikulus yang berkontribusi terhadappada stabilitas

postural dengan memberikan input mengenaiinformasi tentang

perubahan percepatan linearlinier dan gravitasi. Pada posisi tegak,

sakulus berada pada posisi vertikal dan merasakan percepatan

linearlinier pada bidang occipito – caudal.oksipitokaudal. Utrikulus

berada padadalam posisi horizontal (3,5 – -4 cm dari garis tengah)

dan merasakan percepatan linear pada bidanglinier terjadi secara

lateral dan interaural).binaural. Otolith berperanbertindak sebagai

sensor gravito inertial force (GIF) dan berperan dalam orientasi

spasial (vertikalitas terhadap bumitegak lurus dengan Bumi) (Akin et

al,., 2009).

Neuron bipolar pada ganglion vestibular bersinaps dengan

nucleus vestibularis. Traktusnya berjalan ke sisi kontralateral dan

nucleus otot ocular, dan serebelum, neuron motorik dari otot skelet,

ke gyrus post sentraclis. Refleks vestibular menjaga keseimbangan

tubuh (postural motor function) dan menjaga lapang pandang tetap

fokus walaupun terdapat perubahan posisi kepala dan tubuh

(Silbernagi & Despopulos, 2009).


Gambar 2.5 Orientasi dari organ otolith. Sakulus berada
pada bidang vertikal dan utrikula berada pada bidang horizontal
(Akin et al., 2009)

2.2.3 Somatosensoris (Taktil & Propioseptif)

Sistem somatosensorissomatosensori terdiri dari taktil dan

propioseptif serta persepsi taktil, proprioseptif, dan kognitif. Informasi

propioseptif disalurkanproprioseptif diteruskan ke otak melalui

kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input)

propioseptif menuju serebelum proprioseptif dikirim ke otak kecil,

tetapi ada pula yang menujubeberapa dikirim ke korteks

serebriserebral melalui lumnikulus medialismedial dan thalamus

(Willis, 2007). Kesadaran akanPersepsi posisi berbagai bagian tubuh

dalam ruang sebagian bergantungtergantung pada impuls yang

datang dari alat indra dalam organ sensorik intra dan sekitar sendi.

Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yangperi-artikular. Organ

sensorik secara perlahan beradaptasi lambatdengan ujung saraf di

aparatus sinovial dan ligamentumligamen. Impuls dari alat

indrasensasi ini berasal dari reseptor rabasentuhan di kulit dan

jaringan lain serta otot, diproses di korteks menjadi kesadaran

akanuntuk merasakan posisi tubuh dalamdi ruang angkasa (Willis,

2007)).
Peran somatosensorik terhadap somatosensori dalam

keseimbangan adalah memberiuntuk memberikan informasi tentang

orientasi berbagai bagian tubuh yang berbeda satu dengan yang

lainnyasama lain dan ke permukaan pijakan. Somatosensori terdiri

dari taktilsentuhan, tekanan, propioseptif. Propioseptifdan

proprioseptif. Proprioceptif terdiri dari indra static, indra pengukur

gerakan/ kinesthesia/ propiosepsi dinamik. Reseptor

sensorissensorik posisi memberimemberikan informasi tentang posisi

(staticstatis dan dinamik) bergantungdinamis) sebagai respons

terhadap sudut dan perubahan pada derajat angulasi dari semua

sendi padadi semua bidang dan perubahannya.. Banyak tipejenis

reseptor yang digunakan untuk mengidentifikasi posisi seperti

lokalisasi, termasuk reseptor taktil kulit taktil dan reseptor dalam

padadi sendi seperti korpus Pacinibadan Pacinian di otot, Ruffini,

dan reseptor golgi tendon pada otot. Untuk menentukan angulasi

sendi pada tengah gerak sendi Golgi. Spindel otot diperlukan spindle

otot untuk menentukan sudut sendi selama gerakan sendi, yang juga

sangat penting untukdalam mengontrol gerakan otot. SaatKetika

sudut beberapa sudut otot berubah, beberapa otot tertarik sedangkan

yang lainnya teregang, informasi tarikanditarik dan yang lain

diregangkan. Informasi menarik ini diproses dioleh otot dan diolah di

korda spinalis dan kolumna dorsalisdiproses oleh sumsum tulang

belakang dan tulang belakang untuk menentukan sudut sendi.

PadaDalam beberapa kasus, tertariknya ligamentmenarik ligamen

dan jaringan dalam di sekitar sendi merupakanmemberikan informasi

tambahan untuk menentukan posisilokasi (Guyton & Hall, 2006).

Input somatosensoris berawalMasukan somatosensori berasal dari


gaya kontak dan gerakan antara kaki dan permukaan pijakan.

Saattapak. Ketika seseorang berdiri padadi atas permukaan yang

rata, maka ayunandatar, COG menjadiExcursion sangat kecil

terhadap dibandingkan dengan limits of stability (LOS). Pada

saatMenutup mata tertutup, dengan mengeliminasi visual akan

menyebabkan peningkatan ayunan COG secara signifikan

meningkatkan ayunan COG karena kehilangan penglihatan

(Nashner, 2016).

Kontribusi dari sistem somatosensoris pada perturbasi

permukaan pijaksomatosensori terhadap gangguan pijakan lebih

besar dibandingkandaripada sistem vestibular. Input vestibular hanya

berperanmemainkan peran kecil padadalam kontrol postural ketika

permukaan pijakansaat pedal bergerak secara horizontal,

namuntetapi penting untuk kompensasi perturbasi jika permukaan

pijakan berputar denganmengkompensasi gangguan saat pedal

memutar jari kaki ke atas. Perturbasi akanCedera menyebabkan

reganganperegangan dan aktivasi dari otot gastrocnemius yang

menyebabkan, membuat subjek tidak stabil dan terjadi respon

kompensasi padamengkompensasi otot tibialis anterior untuk

mengembalikan keseimbangan yang mana. Dalam hal ini, aktivasi

otot tibialis anterior diaktivasidiaktifkan oleh sistem visual dan

vestibular ketikasaat mata terbuka dan oleh kanalis semisirkularis.

Kemudian melewati saluran vestibular ketika mata tertutup (Myer et

al., 2005).

2.3 Hierarki Sistem Motorik pada Manusia

Sistem motorik dari otak dan spinal cordsumsum tulang


belakang terdiri dari 4 struktur yang saling berkaitan dan

berhubungan, antara lain: (1) sirkuit motor spinalmotorik tulang

belakang yang terdiri dari neuron motorik dan interneuron, (2)

supraspinal descending projection system yang berasalterdiri

dari batang otak dan primary motor cortex,korteks motorik primer

(3)). basal ganglia dan cerebellum yang merupakan pusat

kontrol motorik subkortikal, dan (4) area lobus frontal dan

parietal yang disebut dengan area higher order motorkorteks

motorik yang lebih tinggi atau motor association cortexkorteks

asosiasi motorik (Martin & Carpenter, 2001).

Komponen sistem motorik tersusunyang disusun secara

hierarki. Levelhierarkis pada tingkat terendah dari hierarki adalah

neuron motorik, yang merupakan jalur akhir berkumpulnyapada

akhirnya menerima semua input kontrol dari (1) jalur motorik

supraspinal motor tracts, (2) spinal neuron tulang belakang

(interneuron segmental dan intersegmental), dan (3) primary afferent

fibers. Level yang lebih tinggi selanjutnyaserat aferen primer.

Tingkatan tertinggi berikutnya adalah spinalpada interneuron

sumsum tulang belakang, yang terletak padadi atas neuron motorik

yang disebut segmental interneuron segmental, atau pada level

spinaltingkat tulang belakang lain yang disebut neuron

intersegmental neuron. Spinal interneuron. Interneuron tulang

belakang juga mengintegrasikan informasi dari primary afferent

fibersserat aferen primer dan descending pathwaysjalur desendens

(Martin & Carpenter, 2001).

Level lebih tinggi selanjutnya adalah descending motor


pathways yang memiliki fungsi integrasi yang lebih kompleks yang

berasal dari brain stem dan korteks serebri. Selain itu, jalur kortikal

yang mempunyai koneksi dengan brain stem juga memberi proyeksi

spinal (Martin & Carpenter, 2001).

Pada brainstem dan spinal cord, sistem motorik berkaitan

dengan ekseskusi motorik, aktivasi neuron motorik, dan interneuron

pools yang menghasilkan gerakan yang sesuai dengan tujuan serta

membuat penyesuaian postural (Martin & Carpenter, 2001).

Level paling tinggiTingkat tertinggi dari sistem motorik terdiri

dari basal ganglia, cerebellum basal, serebelum, dan high order

cortical motor areasarea motorik kortikal yang memberi inputlebih

tinggi, yang memberikan masukan penting padake jalur motorik.

Proyeksi spinal berasalsumsum tulang belakang dari higher order

cortical areasdaerah kortikal yang lebih tinggi dari lobus

frontalisfrontal, otak kecil, dan cerebellum serta basal ganglia

meskipun tidak signifikan. Pada lobus frontalis, terdapat paling tidak 4

area korteks motorik. Area korteks motorik merupakan area yang

basal. Lobus frontal memiliki setidaknya empat area motorik. Korteks

motorik adalah area dengan proyeksi ke spinal cordsumsum tulang

belakang atau nukleusinti motorik kranial, representasi yang mewakili

otot dan sendi – sendi tubuh, yang teraktivasi saat planningdiaktifkan

selama perencanaan dan eksekusipelaksanaan gerakan. Salah satu

area lobus frontalis yaitu primary motor cortex, memiliki berperanSatu

wilayah lobus frontal, korteks motorik primer, memainkan peran

penting dalam regulasi pembentukan gaya, mengarahkan

pergerakan,mengatur pembangkitan kekuatan, mengendalikan


gerakan individualisasi pergerakan jari tangan, dan

penempatanmemposisikan kaki secara akuratdengan benar selama

berjalan. Selain itu, terdapatada area lobus frontalisfrontal, korteks

motorik yang merupakan higher order motor areaslebih tinggi, yang

berperan dalam memulaiinisiasi dan mengontrol pergerakankontrol

gerakan yang bergantung pada stimulus dari luar, khususnya

stimulusrangsangan eksternal, terutama rangsangan visual (Martin

& Carpenter, 2001).

Gambar 2.6 Hierarki Sistem Motorik pada Manusia (Merrel et al.,


2019)

2.4 Sistem Komputasional pada Kontrol Motorik

Fungsi yang baik dariBerfungsinya setiap leveltingkat kontrol

motorik sangat bergantung pada informasi sensorik. Pada

leveltingkat tertinggi, informasi sensorik menghasilkanmenciptakan

model internal dari tubuh dan juga terhadap ruang eksternal,

sedangkan pada leveltingkat menengah, keputusan taktis didasarkan

pada memori dariingatan informasi sensorik sebelumnya. Pada level

terendah, feedback sensoris digunakanDigunakan untuk menjaga


posture, muscle lengthmempertahankan postur, panjang otot, dan

tensionnada sebelum, selama, dan setelah gerakan

volunterberolahraga (Merrel et al., 2019).

Untuk menggerakkanmemindahkan efektor dan

memposisikan sensor posisi relatif terhadap objek padadi ruang

eksternal, sistem kontrol motorik harus

mengkoordinasikanpengontrol motor perlu mengoordinasikan

berbagai data sensorissensorik dan motorik. Transformasi data

antara koordinat motorik dan sensorik akan menutup loop

sensorimotor. Sistem kontrol motorik Kontrol motor juga bekerja

secara dinamik. baik transformasidinamis. Baik konversi data

danmaupun dinamika penting bagidalam sistem kontrol

motorikengine. Sistem motorik dapat dianggapdipandang sebagai

sistem yang inputnya adalah motor commands perintah motorik

dari sistem saraf pusat dan terdapat variabel kondisi sebagai

responstatusnya adalah respons sistem terhadap input tersebut.

Sistem saraf pusat dapatmungkin memiliki sinyal feedback

sensorisumpan balik sensorik yang merupakan variabel kondisi

dariterkondisi untuk input padake sistem motorik (Jordan et al.,

1999)).
Gambar 2.7 Sistem kontrol motorik dari segi komputasional
memiliki komponen input berupa motor command
dari controller yaitu sistem saraf pusat, serta motor
planning, internal model, state estimation, motor
learning, dan multiple internal model (Jordan et al.,
1999)).

2.4.1 Motor Planning

Motor planning merupakanadalah proses

komputasionalkomputasi untuk mengurangi langkah-langkah atau

proses dari perintah neuralsaraf untuk aktivasi otot, yang merupakan

level tertinggi sampai dengan kinetika pergerakan ke dinamika

motorik atau level terendah. PadaUntuk aktivitas mudahsederhana

seperti memindahkanmenggerakkan tangan sampai pada lokasi

target, terdapatke tujuan, ada banyak jalur dan profil kecepatan yang

dapat dipilih. Untuk Karena ada banyak kombinasi sudut sendi dan

kontraksi dari banyak otot untuk mencapai jalur dan profil

perpindahan dan kecepatan yang spesifik, terdapat kombinasi dari

banyak sudut sendi, kontraksi dan ko – kontraksi banyak otot,

sehingga motor planning dapat merupakan proses komputasi untuk


tertentu, rencana motorik memilih salah satu dari banyak pola yang

konsisten untuk aktivitas motorik tersebut yang konsisten (Jordan et

al., 1999).

Dengan menspesifikkan menentukan pola perilaku pada

suatu levelsatu tingkat hierarki dapat menspesifikkanmenentukan

pola pada level di bawahnya (many to one: tingkat yang lebih rendah

(banyak pola pada leveldi tingkat yang lebih tinggi sesuai dengan

satu pola pada level di bawahnya) tetapi konsisten dengan level di

atasnya. Planning dapat dikatakantingkat yang lebih rendah).

Perencanaan dapat dicirikan sebagai proses untuk memilihpemilihan

pola tertentu pada suatu levelbeberapa tingkat hierarki motorik untuk

tujuan ekstrinsikeksternal (Jordan et al., 1999).

Motor planning tidak secara langsung menentukan kinematika

sudut dan kecepatan dalam suatu aktivitas motorik secara langsung,

namun , tetapi mempertimbangkan efisiensi, kehalusankelancaran,

akurasi, dan durasi secara global dan suatu aktivitas motorik yang

optimal adalah gerakan yang dapat meminimalisasi cost namun tidak

membuat suatu kondisi minimum untukholistik. sistem motorik. Saat

planning, gerakanSelama perencanaan, gerak motorik dipengaruhi

oleh parameter amplitudo dan durasi, dan saatselama eksekusi,

gerakangerak motorik akan dipengaruhi oleh neural

commandperintah saraf dan profil kecepatan. Selain itu, mekanisme

feed forward jugafeedforward berkontribusi terhadappada proses

optimalisasioptimasi aktivitas motorik dengan mengurangi

durasiwaktu yang diperlukandibutuhkan untuk melakukan aktivitas

motorik saat terjadi perturbasiselama cedera (Jordan et al., 1999).


Aktivitas motorik dengan kecepatan motor berkecepatan

tinggi juga diketahui membutuhkanmemerlukan sinyal kontrol yang

lebih besar namun, tetapi dapat memilikimenimbulkan banyak

gangguan yang mengurangi akurasi gerakan. Hal iniIni dikompensasi

denganoleh mekanisme feed forwardfeedforward dan kecepatan

perjalanan yang berkurang. Selain mempelajari dan pengurangan

kecepatan gerakan. Seiring dengan learning dan repetisimengulangi

gerakan, sistem motorik akan melakukan

penyesuaianmengoordinasikan jalur motorik terhadapdari gerakan

tersebut, termasuk parameter planningperencanaan dan eksekusi

yang dikirimkandikirim ke otot untuk menghasilkan gerakan yang

optimal (Jordan et al., 1999).

Gambar 2.8 Level hierarkis sistem motorik menunjukkan


adanya pengurangan degree of freedom antara level
motorik di atas dan di bawahnya (Jordan et al., 1999)

2.4.2 Internal model

Model internal merupakan sebuah sistem pada sistem saraf

pusat yang menyerupai lingkungan yang berperan dalam kontrol


motorik. Setelah melakukan integrasi input dan output lewatModel

internal model, dilakukan refinement melalui motor learning,

sehingga internal model ini penting padadalam berbagai proses

kontrol motorik karena mengintegrasikan input dan output dan

disempurnakan oleh pembelajaran motorik (Jordan et al., 1999).

Tugas dasarmendasar dari sistem kontrol adalah menjaga

hubungan antara variabel sensorik dan variabel motorik dan terdapat

2 macam. Ada dua jenis transformasi yaitu: transformasi sensorik ke

-motorik dan transformasi motorik ke -sensorik. Transformasi ini

dilakukan oleh lingkungan dan sistem muskuloskeletal dengan

mengubah aktivitas motor eferen menjadi reafferent sensory

feedback. Transformasi internal oleh sirkuit neural ini disebut dengan

internal forward model. Forward model akan memprediksi kondisi

berikutnya, misalnya posisi dan kecepatan dari suatu aktivitas

motorik, sedangkan forward output model akan memprediksi

sensory feedback. KontrasBerkebalikan dengan hal tersebut, inverse

model menghasilkan motor command sebagai controller untuk

melakukan perubahan pada aktivitas motorik (Jordan et al., 1999).

2.4.3 Prediksi motorik: forward model

Forward model merupakan salah satu mekanisme

dalammemberikan kontrol motorik dan motor learning yang

memproses efference atau kopi dari motor command untuk antisipasi

dan membatalkan efek sensoris dari pergerakan atau re – afference.

Pada anggota gerak, mekanisme ini dapat membatalkan efek

sensoris self – motion dan membedakan gerakan yang

berasalyangaberasal dari sensory feedback yang disebabkan kontak


dengan objekdenganaobjek pada lingkungan (Jordan et al., 1999).

Peran dari forward model juga sebagai fast internal loop yang

membantu menstabilkan sistem kontrolsistemakontrol feedback

karena dapat terjadi delay pada sistem feedback.

StrategiIntermittency dan prediksi merupakan strategi yang dapat

mempertahankan stabilitas adalah intermittency dan prediksi..

Intermittency gerakan dilakukan untuk memberikan feedbackumpan

balik sensoris yang benar sebelum gerakan yang baru dimulai.

Kontrol prediktif dari forward model digunakan untuk memberikan

feedback internal untuk prediksi aktivitas motorik sebelum feedback

sensoris ada untuk mencegah instabilitas. Contoh dari forward model

adalah gerakanadalahagerakan manual tracking dan saccadic pada

bola mata. Contoh lain adalah sistemadalahasistem kontrol produksi

bicara yang melibatkan forward model pada traktus

vokalistraktusavokalis pada jalur feedback internal (Jordan et al.,

1999).

2.4.4 Inverse model

Inverse model merupakanadalah model internal model yang

mengubah variabel sensorik menjadi variabel motorik. Internal

inverse model merupakanModel invers internal adalah modul dasar

dari sistem kontrol open – loop dan berperan untuk kalkulasiyang

menghitung sinyal kontrol yang sesuai tanpa harus bergantung pada

feedbackumpan balik untuk koreksi errorkesalahan. (Jordan et al.,

1999).

Contoh dari inverse model adalah vestibulo – ocular reflex

yang menggabungkan pergerakan mata dan pergerakan kepala

untuk menetapkan posisi pandangan terhadap ruang eksternal.


Mekanisme ini dilakukanbekerja dengan mengatur gerakan kedua

bola mata dalam arah yang sama dan berlawanan dengan gerakan

kepala. Sistem kontrol VOR kemudian akan melakukan kalkukasi

prediksi motor command untuk menghasilkan kecepatan gerak bola

mata tertentu. Kalkulasi ini dilakukan oleh inverse model untuk

menjembatani hubungan antaramenghubungkan kontraksi otot dan

gerakan bola mata (Jordan et al., 1999).

2.4.5 Estimasi Kondisi

Sistem kontrol motorikmesin tidak dapat secara langsung

mengetahui kondisikeadaan sistem namunsecara langsung, tetapi

sistem dapat memperkirakan kondisi secara tidak langsung dapat

memperkirakan keadaan dengan memonitormemantau aliran input

(motor command) dan output (sensory feedback) pada sistem.

Dengan menggunakanMenggunakan kedua informasi

tersebut,memungkinkan sistem dapatuntuk memperkirakan istilah

dan mengurangi tingkat ketidakpastian dengan estimasi kondisi.

Karena terdapat delay pada input sensory feedback, sistem

menggunakan motor command untuk estimasi kondisi (Jordan et al.,

1999).

Saat kita menggerakkan lengan tanpa feedback visual,

sistem saraf pusat akan melakukan estimasi kondisi, yaitu posisi dan

kecepatan, dengan. Estimasi ini meliputi 3 metode dasar, yaitu

menggunakan input sensoris dari propioseptif, menggunakan input

motorik yaitu motor command yang dikirim ke lengan, atau kombinasi

dari keduanya. Input sensoris sendiri dapat digunakan untuk

menandai posisi lengan, namun input motorik membutuhkan internal

model untuk estimasi konfigurasi akhir dari lengan (Jordan et al.,


1999).

Kesalahan informasi pada integrasi sensorimotorsensori-

motor dapat berasal dari variabilitas respon lengan terhadap motor

command dan sensory feedback terhadap konfigurasi lengan. Untuk

estimasi kondisi, terjadi kombinasi dua proses yaitu proses

feedforward yang menggunakan aliran eferen untuk

memprediksiuntukamemprediksi kondisi setelahnya dengan simulasi

pergerakan dinamik dengan forward model, kemudian proses yang

kedua adalah prosesadalahaproses feedback untuk membandingkan

input sensoris dengan prediksi input sensoris terhadap kondisi

sekarang. Sensory error yang merupakan perbedaan antara sensory

feedback aktual dan prediksi digunakan untuk koreksi kondisi yang

dihasilkan forward model untuk memperoleh estimasi kondisi motorik

yang optimal (Jordan et al., 1999).

Gambar 2.9 Model Sensoriintegrasi (Jordan et al., 1999).

2.4.6 Motor Learning

Internal model dapat digunakan sebagai sistem kontrol dan

inverse model yang merupakan basic building block dari kontrol open

– loop. Forward model juga dapat digunakan pada kontrol open –


loop dan mempunyai peran tambahan yaitu estimasi dan

kompensasi delay. Internal model juga merupakan bentuk

“"pengetahuan”" dari ruang eksternal. Ini karena kontrol motorikmesin

melibatkan interaksi dengan ruang eksternal dan bendaobjek dengan

sifat mekanik yang tidak diketahui sifat mekaniknya.. Selain itu terjadi,

ia memainkan peran penting dalam proses adaptif, karena

pertumbuhan dan cedera menginduksi perubahan dalam sistem

muskuloskeletal karena pertumbuhan atau cedera sehingga

terdapat peran penting dari proses adaptif.. Sistem kontrol

motorikengine dapat melakukan adaptasiberadaptasi untuk

menjagamemelihara dan memperbarui “"pengetahuan”" internal dan

dinamika eksternal (Jordan et al., 1999).

Pada saatKetika subjek melakukan aktivitas motorik yang

memilikidengan jalur yang berbeda, subjek melakukan adaptasi

terhadap inversemereka beradaptasi dengan model terbalik atau

penggabunganmenggabungkan sistem bantuanpendukung untuk

melawan gayakekuatan baru yang munculdihadapi selama

pergerakan. Setelah itu terjadi konsolidasi dari gerakan. Kondisi baru

kemudian secara bertahap diperkuat, menghilang saat kondisi baru

secara gradual yang akan hilang jika ada kondisi baru yang

lainlainnya terhadap motor learning. Terdapat 5 pendekatan motor

learning yang berbeda, yaitu direct inverse modeling, feedback error

learning, distal supervised learning, reinforcement learning, dan

unsupervised bootrstrap learning. Pendekatan – pendekatan ini

mempunyai mekanisme learning transformasi sensorimotorsensori-

motor dan memiliki perbedaan pada jenis data serta struktur bantuan

yang dibutuhkan (Jordan et al., 1999).


2.4.7 Modularitas

Modularitas merupakanadalah sistem yang digunakan untuk

menggabungkan banyak model untuk memecahkan masalah dengan

mengombinasi banyak model sesuai dengan area, tergantung pada

kisaran input. JalurDengan cara ini bekerja secara simultan untuk,

memecahkan masalah dan membuat perkiraan yang akurat sesuai

dengan “keahlian”"keterampilan" masing – -masing untuk

menghasilkan estimasi yang tepatbekerja secara bersamaan. Model

ini digunakan pada high – level vision dan sensorimotor learning

pada basal ganglia (Jordan et al., 1999).


Pada Dalam pembelajaran visuomotor learning, lokasi, posisi

satu target visual tunggal dipeta ulang menjadi dipetakan kembali ke

dua posisi tangan yang berbeda sesuai dengan lokasitergantung

pada posisi awal pergerakan. Perturbasigerakan. Gangguan dapat

menyebabkan konflik padadi peta visuomotor yang dari visuo-motor

dengan input visual dan lokasi aktual, kemudian prediksiposisi nyata,

model prediktif dapat mempelajari mappingpemetaan yang

mengalami konflikbersaing, dan mekanisme gating kemudian

mengombinasikanmenggabungkan output dari dua peta visuomotor

dan berpindahvisuo-motor untuk membentuk visual pertama Pindah


dari peta visuomotor awalkinetik ke peta yang baru peta (Jordan et

al., 1999). Multiple inverse Beberapa model terbalik memungkinkan

kontrol motor command yang lebih efisien sesuai yang

dibutuhkan.jika diinginkan. Modularitas juga membuat modul

individual untuk melakukan motor learningpembelajaran motorik

tanpa mempengaruhi motor behaviour padaperilaku motorik modul

lain. Modularitaslainnya. Modularisasi dapat mengurangi interferensi

pada hal – hal sudahantara apa yang sedang dipelajari dan apa yang

akanbelum dipelajari sehingga akan, mempercepat motor

learningpembelajaran motorik sambil tetap mempertahankan

behaviorperilaku yang sudah dipelajari (Jordan et al., 1999).

Gambar 2.10 Multiple paired forward inverse model (Jordan et


al., 1999).

Multiple paired forward inverse model mempunyai banyak

inverse model dan tiap model memilikimodelamemiliki forward model.

Kedua model berpasangan ini bertanggung jawab untukjawabauntuk

kontrol aktivitas dan diharapkan mempunyai kesalahan yang kecil

pada estimasi forward model dengan terus menerus melakukan


learning. Sinyal dari forward model juga dijadikan

acuandijadikanaacuan bagi inverse model dan keduanya

digabungkan sebagai output dari model untuk motor command

(Jordan et al., 1999).


BAB 3 KONTROL POSTURAL

Kemampuan motorik merupakanadalah pengaturan

pergerakangerakan pada organisme yang memilikidengan sistem

saraf. Dua macam kemampuanjenis keterampilan motorik yang

penting dalamuntuk kontrol motorik adalah kontrol motorik

voluntergerakan sukarela dan kontrol postural, atau kontrol

equilibriumkeseimbangan. Kontrol postural untuk menjaga posisi

mempertahankan postur tegak merupakanadalah salah satu

kebutuhan dasar dan penting untuk esensial manusia dalam

kehidupan manusia sehari – -hari dan penting untuk aktivitas

seperti berdiri, berjalan, dan kemampuan manipulasi.melakukan

prosedur manual. Kontrol postur menjaga kesegarisanpostural

mempertahankan keselarasan postur tubuh dan hubungan vertikal

antarantara segmen tubuh untuk melawan gayamenahan gravitasi

dan menjaga posisimempertahankan postur tegak. Selain itu, kontrol

postural juga berperan dalam menstabilisasimenstabilkan tubuh

sebelum komponen primer mover melakukan gerakan volunter.

(Massion et al., 2004).

3.1 Definisi Postur

Postur merupakan komponen utama dalam sistem persepsi

dan aksi, serta menjagatidak hanya mempertahankan orientasi tubuh

terhadap lingkungan sekitar., tetapi merupakan bagian penting dari

sistem persepsi dan perilaku kita. Postur juga berperanberfungsi

sebagai support mekanik denganpenopang mekanis,


menghubungkan antara satu segmen tubuh yang berbeda untuk

melakukan gerakan dan mengaturmenyesuaikan kekakuan sendi

selama pergerakan secara gerakan dinamis. Posisi segmen tubuh

didapatkanberasal dari gambaran posturgambar postural internal

atau skema postur tubuhpostural yang didapatkanberasal dari input

multisensoris. Dari multisensor. Di antara banyak input

sensorissensorik, orientasi dari satu atau lebih segmen tubuh akan

menjadimemberikan kerangka referensiacuan untuk mengorganisasi

suatu mengatur gerakan (Massion et al., 2004).


3.2 Fungsi Postur

Postur mempunyai 2 fungsi, yaitu fungsi antigravitasi dan

sebagai sarana penghubung untuk persepsi dan aksi. Fungsi anti

gravitasi atau postur tegak dicapai dengan superposisi dari segmen

tubuh yaitu kepala, trunktulang belakang, dan tungkai, terhadap axis

longitudinal melawan gaya gravitasi dan ground reaction force. Posisi

dari segmen tubuh dibatasi secara mekanik oleh sendi sehingga

center of gravity tetap berada pada base of support pada kondisi

statis. Fungsi anti gravitasi ini utamanya diatur oleh tonus postural

yang secara dominan didistribusikan pada otot – otot ekstensor

(Massion et al., 2004).

Postur berperanberfungsi sebagai penghubung denganke

ruang eksternal untuk persepsi dan aksitindakan, dengan

menggunakan kepala, trunkbatang tubuh, dan lengan berfungsi

sebagai kerangka referensiacuan. Kerangka referensiacuan dapat

digunakan untuk menentukan posisi pergerakanmemposisikan

gerakan tubuh relatif terhadap ruang eksternal ataudunia luar dan

untuk menyusun suatumengoordinasikan gerakan terhadapmenuju

target pada ruang eksternal. (Massion et al., 2004).

3.3 Perkembangan Kontrol Postural

Perkembangan motorik pada bayi terjadi secarabersifat

otomatis dan bergantung pada orientasi optikalvisual dan kebutuhan

emosional. Perkembangan fungsi motorik atletik manusia ditentukan

secaraadalah genetik dan mengikuti pola yang dapat diprediksi.

Perkembangan morfologis dari skeletonmorfologi rangka, posisi


sendi, dan postur, tubuh bergantung pada fungsi stabilisasi otot saat

bergerak. Masing – masingselama latihan. Semua otot dan

sendipersendian memiliki biomekanika yang biomekanik ideal untuk

pergerakan dan gerakan yang berkembang seiring maturasidengan

matangnya sistem saraf pusat. Menurut developmental kinesiology,

terdapat pola pergerakan sentral dan sinergi motorik dan otot pusat

yang munculterjadi secara otomatis pada sekuensselama proses

perkembangan spesifik selama maturasi sistem saraf pusat

pematangan SSP (Kolar et al., 2013).

Menurut developmental kinesiology, terdapat tiga tingkatan

kontrol sensorimotorsensori-motor pada sistem saraf pusat. Selama

fase neonatus, gerakan umum dan refleks primitif dikontrol pada

leveloleh spinal dan brain stem. Refleks primitif merupakanadalah

pola gerakan reflekrefleks yang berkembang sebagai reaksirespons

motorik terhadap stimulasirangsangan aferen tertentu yang spesifik

dan secara normal ada sampai bayi biasanya muncul pada usia 4-

hingga 6 minggu. Pada tahap ini, bayi tidak bisadapat

mempertahankan posisi netral dan kontak mata. KontakDapat

mempertahankan kontak mata bisa dipertahankan jika posisi postural

bisadapat dipertahankan netral secara manual (Kolar et al., 2013).

Pada tahap selanjutnya, levelpermukaan subkortikal

berkembang dan mengalami maturasi sehingga bayi dapat

melakukan stabilisasi trunk dasar yang dibutuhkan matang,

memungkinkan bayi untuk melakukan stabilisasi batang tubuh dasar

yang diperlukan untuk gerakan anggota badan dan fungsi lokomotor

pada ekstremitasmotorik. Pada level ini terdapat integrated spinal

stabilizing system (ISSS) yang terdiri dari mekanisme


penyeimbangan deep cervical flexor, spinal extensors pada area

cervical dan thorakal, serta. Selain itu terdapat diafragma, otot dasar

panggul, abdomen, dan ekstensor spinal pada area thorakal bawah

dan lumbar. Diafragma, otot dasar panggul, dan otot transversus

abdominis meregulasimengatur tekanan intra – -abdomen dan

memberikan stabilitas postural lumbopelvicmenstabilkan postur

panggul-panggul anterior. Otot – otot intrinsik yang menstabilisasi

spinal berkoordinasi denganmenstabilkan tulang belakang mengatur

tekanan intra -abdomen untuk memberikan stabilitas dinamikdinamis

pada spine.tulang belakang. Otot – -otot ini juga menjadi otot deep

coredalam yang bekerja secara otomatis bertindak sebagai

mekanisme feed – forward untuk stabilisasi pergerakanmenstabilkan

gerakan dan fungsi muskuloskeletal. (Kolar et al., 2013).


Pada awal perkembangan awal postur,postural, fungsi

diafragma berfungsi primer terutama sebagai otot

pernafasanpernapasan, dan saatpada usia 4 –sampai 6 minggu,

diafragma juga berfungsi sebagai otot postural ketika bayianak mulai

aktif mengangkat kepala secara aktif pada dalam posisi

pronetengkurap dan tungkai padakaki dalam posisi supine. Saat

melakukan aktivitas postural, terlentang, dan bertindak sebagai otot

postural. Selama latihan postural, diafragma secara fisiologis

diafragma akan turun ke bawah dengan melakukan oleh kontraksi

konsentrikkonsentris, dan otot – -otot dasar panggul bekerja secara

konsentrikkonsentris melawan diafragma. Selain itu, terjadiada

kontraksi eksentrik dari otot-otot perut yang mengikutisetelah

kompresi komponen intra abdominal dari kedua aspek-abdomen

kranial (diafragma) dan kaudal (dasar panggul) tersebut (Kolar et al.,

2013).

Peningkatan tekanan intra abdominal-abdomen sebagai

hasilakibat dari aktivitas postural ini menentukan stabilitas dari

lumbal dan thorakal bagiantulang belakang dada bawah

selamadalam gerakan dan postur tubuh yang aktif dan postur

melawan gravitasi, sedangkan stabilitas thorakaltulang belakang

dada dan leher bagian atas dan cervical dipengaruhi oleh aktivitas

simultan dari ditentukan oleh otot fleksor dan ekstensor cervical.

leher. , terutama lapisan dalam (Kolar et al., 2013). Sinergi otot

postural yang baik dibutuhkandiperlukan untuk

menyediakanmemastikan kualitas dan stabilitas trunkinti yang

efektif padadalam semua gerakan (Frank et al., 2013).


Gambar 3.1 Regulasi tekanan intraabdomen oleh diafragma, dasar panggul,
dan transversus abdominis (Frank et al., 2013).

Stabilisasi core pada posisi sagital

mengalamisagitalamengalami maturasi pada usia 4,5 bulan. Posisi

dan bentukdanabentuk spine, dada, dan pelvis mencapai posisi

netral sebagai hasil aktivitas otot yang terkoordinasi. FaseTahap

ini diikuti dengan perkembangan fungsi dinamik atau fasik bertujuan

dari ekstremitasfase dinamis anggota gerak, antara lain fungsi

stepping forward (grasping & reaching) dan supporting (taking off).

Pada fungsi stepping forward, ekstremitas bekerja pada rantai

kinematik terbuka sedangkan pada fungsi supporting, ekstremitas

bekerja pada rantai kinematik tertutup (Kolar et al., 2013). Fungsi

lokomotor mengalami maturasi secara simultan Pematangan

fungsi motorik terjadi bersamaan dengan dua stereotipe,

yaitustereotip: pola ipsilateral (turningrotasi) dan pola kontralateral

(creepingmerangkak atau crawlingmerangkak). Pola ipsilateral

melibatkan turningberputar dari posisi supine, danterlentang,

mengaktifkan lengan dan tungkai ipsilateral teraktivasi untuk

melakukan fungsi stepping forward (reachinglangkah maju (reach),


dan mengaktifkan lengan sertadan tungkai kontralateral untuk

melakukan fungsi supporting dan taking off

(Kolar et al., 2013).

Pola kontralateral (creeping dan crawling) berkembang dari

posisi prone dan fungsi stepping forward dan supporting terjadi pada

lengan dan tungkai kontralateral. Fungsi – fungsi lokomotor ini

bergantung pada stabilisasi intrinsik dengan aktivitas terkoordinasi

dari kelompok otot antagonistik yang terkoordinasi serta torso yang

stabilantagonis dan stabilitas tubuh bagian atas selama pergerakan

dinamik.latihan dinamis. Semua informasi aferen, termasuk fungsi

orofasial, juga terlibatberpartisipasi dalam kompleks postural –

locomotion complexdan motorik di mana mata dan lidah secara

otomatis bergerak ke arah reaching armlengan yang terentang (Kolar

et al., 2013).
Gambar 3.2 Pola Maturasi Motorik pada Bayi (Kolar et al., 2013).)

Seiring perkembanganSaat bayi, selanjutnya terjadi

pematangan level kortikal berkembang, tingkat korteks yang penting

untuk kualitas hidup dan karakteristik pergerakan, sertamotorik

menjadi lebih matang, menghasilkan gerakan dan relaksasi

segmental yang terisolasi dan relaksasi. Level. Tingkat kortikal

merupakanadalah tingkat tertinggi dari kontrol sistem saraf pusat dan

menggabungkanmencakup fungsi gnosticgnostik seperti citra tubuh,

posisi tubuh, dan integrasi multisensoris untuk gambaran tubuh,

lokasi tubuh, serta multisensor dari perspektif tubuh.

PersepsiKesadaran tubuh yang baik akan memberikan

kualitasmemastikan gerakan fasik yang berkualitas, gerakan isolasi

segmenpemisahan segmental, dan relaksasi. Persepsi yang baik.

Persepsi yang baik didapatkan dari dicapai melalui integrasi persepsi


visualvisi, vestibular, dan propioseptifpropriocepsi. Korteks juga

penting dalam proses motor planingmotorplaning (Kolar et al., 2013).


3.4 Pengaturan Postur

Terdapat dua metode pengaturan postur, yang pertama

adalah pengaturan global dengan model inverted pendulum yang

terkait kontrol equilibrium dengan. Metode ini mengatur agar center

of pressure berada pada base of support secara statis dan posisi

center of pressure dan proyeksi center of gravity pada base of

support saat kondisi dinamis. Kontrol equlibriumkeseimbangan juga

dikaitkanterkait dengan inertiapengaturan inersia tubuh dan

pengaturan karakteristiksifat sendi dan otot dalam pergerakanselama

gerakan (Massion et al., 2004).

Metode pengaturan postur yang kedua dari penyesuaian

sikap adalah kontrol modular di mana. Dalam metode ini, segmen

tubuh dikendalikan bukan sebagai unit tetapi sebagai superposisi

setiap segmen di sepanjang rantai kinematickinematik dari kaki

sampai kepala tidak dikontrol sebagai satu unit tunggal, namun

sebagai superposisi terhadap masing – masing segmen. Masing –

masing. Setiap segmen dihubungkan oleh otot yang

mempunyaidengan kontrol sentralpusat dan perifer

tersendiriperifernya sendiri untuk menjagamempertahankan posisi

referensi masing – masingsetiap segmen. Kepala merupakan sumbu

segmen tubuh terbesar, karena memiliki banyak sensor antara

lainseperti retina, aferen labirin, serta propioseptor otot aferen, dan

proprioseptor di leher yang dapat melakukan stabilisasimenstabilkan

kepala berdasarkan pandanganpenglihatan, vertikalitas, dan trunk

sehingga orientasi dan stabilisasi dari axis trunk yang merupakan

axis dari segmen tubuh terbesar menjadi sangat penting (Massion et


al., 2004).

PengaturanSusunan postur bagian tubuh secara

globalkeseluruhan dan modular dari segmen tubuh terhadapdalam

kaitannya dengan ruang eksternal dapat menimbulkan konflik,

namuntetapi karena organisasi modular dapat

meregulasimemungkinkan untuk memperbaiki postur dari

segmenbagian-bagian tubuh secara mandiri, maka proses stabilisasi

ini dapat menjadi masukan sinyal inputuntuk perubahan posisi tubuh

terhadap. di ruang eksternal untuk evaluasimengevaluasi input

visual dan labirin. Organisasi modular juga berperan dalam

kerangkasistem referensi egosentrik untuk melakukan posisi

gerakan, misalnya kepala dan trunkbatang tubuh akan menjadi nilai

referensi bagi tubuh untuk kalkulasimenghitung posisi target pada

aktivitas reaching, serta selama operasi pendekatan, dan lengan

bawah menjadi kerangka referensiacuan dan distabilisasidistabilkan

saat manipulasi bebanmengangkut benda berat (Massion et al.,

2004).

3.5 Konsep Kontrol Postural

TerdapatAda dua model kontrol postural sentral dari postur,

yaitu model genetik dan model hierarkihierarkis.

3.5.1 Model Kontrol Postural Genetik

Setiap spesies mempunyaimemiliki referensi posturpostural

genetik yang ditentukan secara genetic sehingga ditentukan oleh

tonus postural dasar dan refleks postural atau reaksi. Reaksi berasal

postural. Respons muncul dari input visual dan vestibular yang

terlokalisasi pada levellokal di tingkat kepala dan sistem


somatosensorissomatosensori dengan input dari masing –

masingsetiap segmen tubuh. Saat berdiri tegak, terdapat efek.

Karena gravitasi bekerja pada segmen – segmen tubuh

sehinggaketika berdiri tegak, vektor gravitasi dapat menjadi kerangka

referensi antaracuan antara segmen tubuh dan ruang eksternal,

yang disebut dengan kerangka referensiacuan geosentris. Tiga

fungsi utama dari model postur genetic adalah (1) fungsi gravitasi; (2)

orientasi segmen tubuh terhadap gravitasi; (3) adaptasi postur

terhadap orientasi tubuh pada ruang (Massion et al., 2004).

3.5.1.1 Fungsi Anti Gravitasi

Fungsi antigravitasi dari posturpostural dibentuk oleh

tonusketegangan postural yang predominandominan pada otot

anggota geraktungkai, punggung, ekstensor leher, sertadan otot

masetter pada dagurahang. Vektor dari otot – otot ini

melawanmenahan efek gravitasi ketika posisiberdiri tegak untuk

menjaga equilibriumkeseimbangan. Karena tonus otot postural

dipengaruhi oleh integritas loop reflex myotatic, stretch reflex

merupakan salah satuadalah mekanisme untuk mengontrol posisi

mengendalikan postur tegak dengan melawan deviasi terhadap

postur awal.menangkal penyimpangan dari garis dasar. Selain

stretch reflex, terdapat positive supporting reactionada respons

dukungan positif yang mengatur tonus tungkai dan trunk sesuai

dengan menyesuaikan ketegangan ekstremitas dan batang tubuh

sebagai respons terhadap berat bada. Reaksibadan. Respon postural

ini bertujuanditujukan untuk mengembalikanmemulihkan

keseimbangan terhadap gangguan internal dan reflex, refleks ini


didasarkan pada reaksirespons yang dipilih dan muncul saat

ontogenesisterjadi selama ontogeni (Massion et al., 2004).

3.5.1.2 Orientasi Segmen Tubuh terhadap Vektor Gravitasi

Pada mamalia yang tubuhnya terbagi menjadi kepala, trunk,

dan tungkai, otolith. Otolith dan penglihatan berperan untuk

mengorientasi kepala terhadap axissumbu gravitasi. Manusia

memiliki orientasi verticalvertikal di mana orientasi kepala terhadap

ruang distabilisasi oleh refleks vestibulocolic, dan terdapat refleks –

refleks lain untuk orientasi kaki terhadap permukaan berpijak yaitu

reflek placing, dan reflek hopping. Reflek placing terdiri dari tactile

placing reaction (fleksi tungkai diikuti ekstensi dengan respon

stimulasi kutan), visual, dan labyrinthine placing reaction, serta reflek

hopping bertujuan untuk re – orientasireorientasi tungkai sesuai

dengan axis gravitasi (Massion et al., 2004).

3.5.1.3 Adaptasi Postur Antigravitasi pada Postur Segmen Tubuh

atau Pergerakan

Pengaturan postur Adaptasi postural antigravitasi padauntuk

aktivitas yang sedang dilakukan dengan reflex labirintinmenggunakan

refleks labirin untuk orientasi posisimenyelaraskan kepala

padadengan bidang frontal dan sagittal, misalnya pada saat sagital.

Contohnya ketika seluruh tubuh miring pada dimiringkan ke satu sisi,

input otolithpintu masuk otolit dari sisi tersebut akanitu meningkatkan

tonustegangan postural padadi sisi yang samaitu. Pada neck and

labyrinthine reflexesrefleks leher dan labirin, tubuh melakukan

orientasimemutar postur tungkaikaki dan trunk terhadap


orientasibatang tubuh ke arah leher atau pelvis terhadap ruang,

misalnya ketika panggul. Misalnya, menggerakkan kepala ke sisi

kanan menyebabkan ekstensi ekstremitas sisi kanan dan fleksi

ekstremitas sisi kiri, namun ketika ketika memutar trunk ke sisi.

Namun, jika batang tubuh diputar ke kanan menyebabkan, fleksi

lengan sisi, samping kanan dan, ekstensi tungkai sisikaki kanan

(Massion et al., 2004).

Gambar 3.3 Perbandingan antara Tonic Neck Reflex dan Tonic


Lumbar Reflex pada posisi (a) berdiri (b) dorsiflexi (c)
ventroflexi (d) rotasi ke kanan (e) deviasi ke kanan
(Massion et al., 2004).

3.5.2 Model Kontrol Postural Hierarki

Model kontrol postural hierarkisecara hierarkis menunjukkan

bahwa bahwa reaksirespons postural tidak sesuai dengan refleks –

refleks postural dan terdapatbahwa ada fleksibilitas spatiotemporal

sebagai respon terhadaptergantung pada gerakan ataudan aktivitas

yang dilakukan. Selain itu pada gerakan volunter, terdapat

pengaturan postur antisipatorigerakan sukarela, ada penyesuaian


postural prediktif untuk menjaga keseimbangan dan

orientasikeselarasan segmen tubuh selama gerakan serta membantu

gayadan untuk mendukung kekuatan dan kecepatan gerakan.

Antisipasi merupakan prediksi dariPrediksi perubahan posturpostural,

yang bergantung pada model internal yang dibuattertanam di otak

yang dapat memetakan ruang sekitar, karakteristikdi sekitarnya, fitur

tubuh, dan interaksinya dan, mungkin berperan dalam motor learning

(Massion et al., 2004).

Dalam model kontrol posturalpostur hierarki, terdapat 2

tingkatlevel kontrol, yaitu tingkat representasi atau skema postur

tubuh dan tingkatlevel pose/diagram, dan level implementasi kontrol

postural. Pada prosespostur. Selama adaptasi posturpostural,

representasi internal dari skema postur tubuh didapatkanpostural

sebagian daribersifat genetik dan sebagian dari

pembelajaran.dipelajari. Proses adaptasi ini memiliki 3tiga aspek,

yaitu: (1) Representasi geometrigeometris tubuh, (2) representasi

kineticRepresentasi kinetik tubuh, dan (3) representasi

dariRepresentasi orientasi tubuh terhadap gravitasi (vertikal)

(Massion et al., 2004).

3.5.2.1 Representasi Geometrik Tubuh

Representasi geometrikgeometris tubuh utamanyaterutama

bergantung pada informasi yang berasal dari input aferen

propioseptifsensorik Ia yang sesuai. Input propioseptifperseptual

memberikan informasi mengenai pergerakan, umpan balik pada

gerakan tubuh, kecepatan, dan sway tubuhgoyangan, serta kontrol

posturpostural aktual selamasaat berdiri diam. Propiosepsi dariPostur


seluruh bagian tubuh berperan dalam menjaga postur tubuh di mana

dalam kondisi berdiri, dimana dengan diam, terbentuk

rantaiterbentuklah urutan kinematik dari input Ia darimasukan otot

dari masing – masingsetiap sendi terhadapke bagian tubuh yang lain

(Massion et al., 2004).

Output dari input aferen primer dari muscle spindle

diinterpretasikansumbu otot ditafsirkan secara berbeda oleh sistem

saraf pusat tergantung daripada kerangka referensiacuan yang

digunakan (tubuh atau koordinat tiga dimensi dari

lingkunganmedium) dan adanyakeberadaan gravitasi. Selain itu,

input propioseptifsensorik juga memonitormelacak posisi otot mata

relatif terhadap kepala sehingga dapat melakukan estimasi posisi

target visual dapat diperkirakan relatif terhadap koordinat kepala.

Selain itu, input propioseptifindera juga memonitor memantau

posisi kepala relatif terhadap trunk serta terhadap tungkaitrunkus

dan kaki (Massion et al., 2004).

3.5.2.2 Representasi Kinetik Tubuh

Dalam representasi kinetikkinematik tubuh, diperlukan

evaluasi kondisi permukaan berpijakperlu untuk mengevaluasi

keadaan bidang istirahat oleh sistem saraf (orientasi dari segmen

tubuh terhadap axissehubungan dengan sumbu gravitasi) dan

kalkulasi inertia dari berbagaiinersia segmen tubuh pada kondisi

dinamik untuk estimasi posisi yang berbeda di bawah aksi dinamika.

Kondisi untuk menentukan perkiraan yang akurat dari center of

gravity secara akurat.. Sistem saraf melakukan

evaluasimengevaluasi permukaan berpijaktanah untuk menjaga


keseimbangan melalui reseptor – reseptor dan input

propioseptifsensorik di sekitar sendi yang menjadi tumpuan

pijakan.tempat ia bersandar. Dari informasi tersebutini, tubuh

menyusunmembangun representasi internal dari permukaan

pijakanberjalan dan kemudian menentukan aktuator untuk menjaga

equlibrium secara keseimbangan optimal. KinetikaKinematika tubuh

juga dikaitkan dengan melibatkan persepsi inertia segmeninersia

bagian tubuh untuk regulasimemperbaiki keseimbangan dengan

mengatur center of gravitymenyesuaikan pusat gravitasi seefisien

mungkin (Massion et al., 2004).

3.5.2.3 Orientasi Terkait dengan Posisi Vertikal

Orientasi tubuh terkait denganrelatif terhadap posisi vertikal

padadi bidang frontal dan sagittalmiring merupakan

kendalahambatan utama postur tegakuntuk berdiri karena ada efek

gravitasi. Terdapat banyakBeberapa sensor untuk orientasi dari

postur tubuh terhadapke posisi vertikal pada bidangdi bagian frontal

dan sagital yang terletak padadi kepala dan segmen tubuh

lainlainnya (Massion et al., 2004).

Postur tubuh merupakan hasil darihasiladari superposisi dari

banyak segmen. Terdapat dua metode representasi segmen tubuh

terhadap ruang eksternal tergantung dari nilai referensi yang

dipakai. Metodeyaitu, yang pertama adalah mode top – down di

mana informasi dari labirintin dari otolith digunakan sebagai nilai

referensi untuk menghitung orientasi kepala terhadap posisi

verticalvertikal, sedangkan kalkulasi dari posisi trunk, pelvis, tungkai,

dan kaki terhadap posisi kepala pada ruang eksternal. Metode ini
muncul pertama kali saat ontogenesis dan melakukan

stabilisasimelakukanastabilisasi kepala pada ruang eksternal.

Metode kedua adalah mode bottom – up yang menggunakan

permukaan pijakan di bawah kaki sebagai nilai referensi untuk

menghitung posisi pelvis terhadap ruang eksternal. Metode ini

utamanya berkaitan dengan kontrol ekuilibrium dan muncul pada

akhir ontogenesis, yaitu saat mulai menapak dan jalan (Massion et

al., 2004).

4Empat sumber informasi yang memberikan orientasi

terhadap vertikalitasvertikal adalah sensor labirin dan sensor visual

yang terletak di kepala, sensor haptic,taktil dan graviceptor tubuh.

3.5.2.3.1 Sensor Labirintin

Otolith memberikan informasi mengenaitentang vektor

gravitasi. Distribusi otolithforamen pada bidang vertikallongitudinal

dan horizontaltransversal memberikan informasi mengenai

inklinasitentang kemiringan kepala relatif terhadap posisi vertikal baik

dalampada bidang frontal maupun sagittal.dan transversal. Otolith

juga memantau akselerasi linearmelacak percepatan linier pada

axissumbu horizontal dan vertikal namun akan, tetapi

ketidaksejajaran terjadi bias pada saat subjek atau kepala subjek

bergerak. Reseptor labirintinlabirin juga berperanmemainkan peran

penting dalam stabilisasi kepala dan orientasi tubuh. Akselerasi linear

dimonitorPercepatan linier dikendalikan oleh otolithotolit dan

akselerasi angular (pitch, roll, dan yaw) dikontrol oleh tiga saluran

semisirkular (Peterka et al., 2001).


Gambar 3.4 Gambaran skematik dari kepala sebagai sebuah
kubus dan pencocokan koordinat 3 dimensi dari
vestibular dan vertikal. Terdapat 3 bidang kerja
sistem vestibular yaitu frontal roll, horizontal yaw,
dan sagittal pitch pada axis x, y, dan z. Pada gambar
kiri, koordinat visual cocok dengan koordinat
vestibular, pada gambar tengah, ilusi kemiringan
ruangan 180o pada pada bidang pitch (pandangan
atas ke bawah), pada gambar kanan, ilusi
kemiringan ruangan 90 derajat pada bidang roll
(Peterka et al., 2001).

3.5.2.3.2 Sensor Visual

Untuk orientasi axisOrientasi sumbu tubuh, input gambar

statis digunakan input visual statik sebuah untuk objek dalam

kerangka visual vertikal atau horizontal yang, di mana perubahan

kerangkadalam bingkai visual akan merubahmengubah persepsi

orientasi vertikalpotret dan postural. Stabilitas daripostur. Kestabilan

orientasi yang berasaldiperoleh dari input visual bergantung pada

vectionvektor, yaitu informasi dari sistem visual yang

memonitormemantau pergerakan kepala dan tubuh relatif terhadap

ruang eksternal. Pergerakan linear dari kerangka visual dalam

lapangan Gerak linier bingkai di bidang pandang menyebabkan

tubuh swayberosilasi ke arah pergerakan kerangka visual yang

intensitasnya bergantunggerak bingkai yang besarnya tergantung


pada kecepatan spasial dan frekuensi spasial dari kerangka

visualbingkai, sedangkan pergerakan sirkuler padagerakan melingkar

di bidang frontaldepan menyebabkan inklinasikemiringan tubuh ke

arah pergerakangerakan (Peterka et al., 2001).

Input visual dan labirin berlokasiyang intuitif ada di kepala dan

membantu untuk orientasimengarahkan posisi kepala. Namun,

karena posisi kepala relatif terhadap trunkbatang tubuh tidak tetap,

pengaruh posisi kepala terhadappada postur tubuh dan kontrol

keseimbangan bergantungtergantung pada evaluasipenilaian posisi

kepala relatif terhadap trunkbatang tubuh oleh propioceptor organ

sensorik. dari otot leher (Peterka et al., 2001).

3.5.2.3.3 Sensor Haptic

Kontak sederhana dari tangan atau jari dengan permukaan

ruang eksternal atau Haptic dapat digunakan sebagai kerangka

referensi untuk kalkulasi osilasi tubuhosilasiatubuh terhadap

permukaan. Haptic sangat efisien dalam stabilisasi postur,

misalnyacontohnya pada pasien yang menggunakan cane, tangan

yang kontak dengan cane akan bergerak secara ritmis, akan muncul

sway tubuh dengan frekuensi yang sama tanpa phase shift yang

menunjukkan adanyamenunjukkanaadanya kontrol feed – forward

(Peterka et al., 2001).

3.5.2.3.4 Graviceptor Tubuh

GraviceptorGraviseptor tubuh merupakanadalah sensor pada

tubuh yang memberikan orientasi terhadap vertikalitas. vertikal.

Persepsi orientasiarah tubuh bergantungtergantung pada vektor

gravitasi dan orientasi dari ground reaction force arah reaksi tanah
yang dikeluarkan diberikan oleh subjek untuk kontrolmengontrol

keseimbangan. PadaDalam kondisi normal, graviceptor akan

memonitor vektor gaya yang dikeluarkan subjek untuk diberikan oleh

objek melawan gravitasi dan informasi ini berkontribusi terhadappada

representasi internal dari axissumbu vertikal. Informasi vektor gaya

ini dimonitordipantau oleh organ tendon golgiGolgi dengan mengukur

jumlah motor unit yang aktif pada satu waktu pada otot – ototmotorik

yang bekerja untuk kontrol postural.pada saat yang sama pada otot

yang bertindak untuk mengontrol postur. Selain graviceptor

spesifiksensor tubuh tertentu, stabilisasi keseimbangan oleh sensor

tubuh terutama bergantung utamanya pada sensor telapak kaki yang

memonitor amplitudomemantau besarnya dan arah gaya kontak yang

dikeluarkandiberikan oleh tubuh ke permukaandi tanah (Peterka et

al., 2001).

3.6 Konvergensi Multisensoris dan Kontrol Keseimbangan

PenggunaanMenggunakan informasi sensorissensorik dari

banyakberbagai sumber antara lain, termasuk visual, vestibular, dan

somatosensoris merupakanpendengaran, adalah kunci utama

dariuntuk kontrol neural dari orientasisaraf yang mengarahkan tubuh

terhadapke posisi vertikaltegak dan stabilisasistabilitas terhadap

gangguan eksternal. TerdapatAda dua pandangan yang berbeda

terhadaptentang peran dari aferen multisensoris. Menurut

salahpersepsi polisensori. Dari satu pandangan, aferen sensoris

multipel akan menjadisudut pandang, banyak input sensorik adalah

referensi vertikal di mana posisi tubuh segarisdisejajarkan.

Pandangan lain menyebutkanadalah bahwa input sensoris multipel


memonitor error pada posturbeberapa input sensorik memantau

kesalahan postural aktual sesuai denganberdasarkan nilai referensi

yang ditentukan oleh sensor lain. Nilai referensi vertikal ditentukan

oleh sekelompok graviceptor dan berperan terhadap koreksi postur

jika input aferen Ia mendeteksi adanya sway (Massion et al., 2004).

Informasi sensorissensorik dalam regulasi posturkoreksi

postural yang digunakan didapatkandiperoleh dari sensor – sensor

sesuai dengan tergantung pada lokasi dan kecepatan dari gangguan

postural. Selain itu, masing – masingsetiap sensor memiliki rentang

sensitivitas yang berbeda. Input visual lebih sensitif terhadap

informasi perpindahan tubuh denganbergerak kecepatan rendah,

sedangkan input labirintinlabirin lebih sensitif terhadap informasi

perpindahan tubuh denganbergerak kecepatan tinggi. Interaksi

antara masing – -masing input sensorissensorik dapat dinilai dengan

memanipulasi atau mengurangi satu kategorijenis input

sensorissensorik untuk melihat efek pada pengaruhnya terhadap

postur dan input sensoris lainsensorik lainnya (Hirabayashi et al.,

1995).

3.6.1 Efek Aditif

Masing –masingSetiap input sensoris menambahkansensorik

memiliki efek terhadappada input lainnya. VectionVektor visual akan

menimbulkan perubahan posturalmenyebabkan pose berubah jika

input lainlainnya tetap tidak berubah. Selain ituSelanjutnya, orientasi

tubuh akan miring terhadapke posisi vertikal ketika kerangkasaat

memiringkan referensi visual mengalami inklinasi walaupun meskipun

labirin dan input labirintin dan propioseptifpersepsi tidak berubah.

Jika terdapatada konflik sensorissensorik mengenai informasi


vertikalitas dari vertikal pasien, maka orientasi yang digunakan

adalah orientasi intermediatearah perantara dari masing –

masingsetiap input sensor. Jika salah satu sensor mengalami

supresi, terjadidilepas, mekanisme kompensasi akan terjadi,

misalnya pada lesi labirintin, makalabirin, kontrol postural akan dijaga

walaupundipertahankan meskipun hanya ada input visual dan

somatosensoris, namun gangguan padapendengaran, tetapi

turbulensi.Gangguan input visual dan somatosensorispendengaran

akan menyebabkanmengakibatkan gangguan keseimbangan yang

bermaknasignifikan (Massion et al., 2004).

3.6.2 Seleksi

Jika terjadi konflik antara ada informasi yang saling

bertentangan dari satu input dengan yang lain, maka akan dipilih ke

input lainnya, satu input akan menjadidipilih sebagai dominan. Input

visual dari retina merupakanadalah input yang dominan, dan input

yang keliru akansalah diabaikan. SaatKetika mata terbuka, jika dan

tidak ada input visual dan vestibular yang mendeteksi tidak ada

pergerakangerakan tubuh, maka saat itu input somatosensoris

merupakansomatosensori adalah satu – -satunya input yang

memberikanmemberi sinyal adanya pergerakangerakan, dan input

lain yang berlawanan akanmenentangnya diabaikan. Pola dominasi

dari ketiga input sensoris tersebut akan berbeda pada setiap orang, di

mana sebagian orang akan bergantung padaBeberapa

mengandalkan penglihatan dan sebagian, yang lain bergantung pada

somatosensorissomatosensori (Massion et al., 2004).


3.7 Kontrol Postural terhadap Gangguan Keseimbangan

3.7.1 Strategi dan Sinergi

TerdapatAda dua tingkat kontrol equilibrium pada

keseimbangan untuk gerakan anggota tubuh yaitubadan. tingkat

strategi berupa pergerakan pada , di mana segmen tubuh bagian

atas dan bawah pada arahbergerak berlawanan arah, dan tingkat

sinergi yang merupakan implementasi darisinergis, di mana

pelaksanaan strategi yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan.

PadaDalam gerakan volunter, strategi didefinisikandiartikan

sebagai jalurcara untuk mencapai goalsuatu tujuan yang

dieksekusidijalankan atau diimplementasikan dengandalam pola

otot atau sinergi. Strategi anklepergelangan kaki dan strategi hip

merupakanpinggul adalah dua cara yang berbeda dalamuntuk

mencapai tujuan yang sama yaitu menjaga keseimbangan. Untuk

mengontrolmenggerakkan strategi, terdapat pola otot atau sinergi

otot yang menghasilkan gayamenciptakan kekuatan otot. Strategi

kinematika dilakukan untuk meregulasi kinematik diterapkan untuk

menyesuaikan pusat inersia tubuh, yaitu posisi pusat inertia tubuh

yaitu kaki, dan kemudian akan dilakukan penyesuaian pada sinergi

otot sesuai dengan perubahan kinematika dengankinematik,

menggunakan mekanisme short learningpembelajaran singkat untuk

merubahmemodifikasi sinergi yang sudah ada. Masing –

masingSetiap strategi mempunyaimemiliki pola otot/ sinergi yang

sama, namuntetapi jika terdapat perturbasiada gangguan eksternal,

sinergi otot harus berubahdiubah untuk mencapai strategi yang

diinginkan. Perubahan respon neuromuscularrespons neuromuskular


yang disesuaikan untuk melakukan aktivitas baru yang disebut

dengan adaptasi. Perubahan tersebut dapat terjadi dengan paparan

berulang terhadap aktivitas tersebut. Dengan adaptasi,. Adaptasi

memungkinkan otot dapatuntuk mengurangi amplitudo respon otot

antagonis terhadap perturbasigangguan, sehingga meminimalkan

perpindahan tubuh terjadi secara minimal (Myer et al., 2005).

Sinergi otot merupakanadalah pola aktivasi otot yang

konsisten dengan karakteristiksifat spatiotemporal yang terkoordinasi.

Sinergi otot memiliki variabilitas di mana termasuk ketika otot – -otot

memiliki ko – modulasiberkomodulasi, yaitu padaketika otot hip-otot

pinggul dan otot distal seperti gastrocnemius yang diaktifkan secara

sentralterpusat, seperti gastrocnemius, dan otot-otot lain, seperti

gracilis dikontrol, dikendalikan secara independen. Ada variabilitas.

Otot – -otot ini membantu sinergi otot untuk mencapai tujuan produksi

biomekanik yaitu produksi ground reaction forces yang spesifik. Dari

banyak otot yang bersinergi, otot biartikuler merupakan otot yang

paling sensitif terhadap input perifer dan mengatur vektor gaya yang

dilakukan otot monoartikuler untuk beradaptasi terhadap perturbasi

eksternal (Myer et al., 2005).

Pemrograman sentral mengkoordinasikanpusat

mengoordinasikan kelompok otot yang berbeda selama kontrol

postural. Respon aktivasiRespons otot yang teraktivasi terhadap

perturbasi dapatcedera mungkin merupakan bagian dari respon

neural yang respons atau sinergi saraf terprogram, atau sinergi, atau

dapat merupakanmungkin hasil dari regangan

independenperegangan dan aktivasi dari otot – ototindividu secara

individual. Responindependen. Respons terhadap perturbasi


merupakangangguan adalah sinergi neuralsaraf terprogram dan

terdiri dari responrespons awal dan respon lambat.akhir. Respon

awal dipicu oleh input dari sendi yang terlibatrelevan, sedangkan

respon lambat diaktivasidiaktifkan oleh inpurinput visual atau

vestibular untuk stabilisasi keseimbangan yang disebut juga dengan

sway synergy (Piscitelli et al., 2016).

Aktivitas otot yang berperan dalam kontrol pergerakan antara

lain ankle, lutut, dan pinggul. Pada perturbasipostur yang

menyebabkan sway anterior, otot ankle teraktivasi kurang lebih 90

ms setelah onset perturbasi, diikuti otot hamstring, dan paraspinal

pada interval 20 ms, dan gastrocnemius 50 ms setelah latensi refleks

regang monosinaptik yang menunjukkan bahwa gastrocnemius

melibatkangastrocnemiusamelibatkan jalur saraf yang lebih

kompleks. Pada perturbasi yang menyebabkan sway posterior,

urutan otot – -otot yang teraktivasi adalah tibialis anterior, diikuti

quadriceps dan abdomen (Piscitelli et al., 2016).

3.7.2 Pengaturan Postur Antisipatori

Pengaturan postur antisipatori terjadiPenyesuaian postural

prediktif dibuat sebagai kompensasi awal untuk perubahan postur

dan equilibrium yang disebabkan adanya pergerakan. Pengaturan

postur antisipatorikeseimbangan terkait gerakan. Kontrol postural

antisipatif melibatkan sinergi otot yang terjadi pada reaksirespons

postural sebelum aktivasi penggerak utama. Fitur utama dari prime

mover. Karakteristik penting dari pengaturanpengkondisian postural

adalah kemampuan adaptasiberadaptasinya terhadap kondisi

aktivitas dan terdapat pre –seleksi pemilihan sebelumnya dari otot-

otot postural yang digunakan untuk pengaturan antisipatori (Piscitelli


et al., 2016).

Pengaturan postur antisipatori bertujuan untuk kontrol

keseimbangan dan stabilisasi postur, namun pada beberapa

aktivitas, pengaturan ini bertujuan untuk stabilisasiuntukastabilisasi

center of gravity selama pergerakan dan stabilisasi posisi dari

segmen tubuh. Selain itu tujuan dari pengaturan postur antisipatori ini

adalah memberikan support dinamik rantai postural dari permukaan

pijakan ke segmen yang bergerak untuk meningkatkan performa

baikperformaabaik gaya maupun kecepatan (Piscitelli et al., 2016).

Kontrol sentral dari pengaturan regulasi postural antisipatif

melibatkan korteks dan regulasi gerakan dan postur antisipatori

tidak terjadi lewat hubungan , daripada melalui koneksi langsung

lewatmelintasi corpus callosum antara korteks yang mengontrol sisi

yang bergerakgerakan dan sisi yang mengatur postur, namun. Itu

dibuat melalui koneksi subkortikal antara korteks dan jalur yang

berperan dalam pergerakan dan pengaturan postur antisipatori.

Pengaturan postur antisipatori . Sebuah sikap

positif terlibat. Penyesuaian postural prediktif dilakukan oleh area

korteks melalui daerah kortikal kontralateral. Area ini

mengaturmendefinisikan segmen mana yang akan digunakan

sebagai kerangka referensiacuan untuk pergerakan dan stabilisasi

segmen tersebut selama pergerakan (Massion et al., 2004).

3.8 Organisasi dari Kontrol Postural

KontrolKarena kompleksitas biomekanik postural manusia,

kontrol postural sulit dipahami karena biomekanika postur manusia

kompleks.. Tubuh ditopang oleh base of supportdasar penopang

yang sempit di mana terjaditempat terjadinya gaya aksi dan reaksi.


Tubuh adalah rantai multi – sendi termasuk artikulasi yang terdiri dari

segmen – -segmen dengan massa dan inertiainersia yang bervariasi

yang berbeda dan dihubungkan oleh otot yang memiliki karakteristik

visko – elastic. Tiap gerakan sendi tunggal terkaitdengan sifat

viskoelastik. Gerakan sendi individu dikaitkan dengan interaksi

dinamikdinamis dengan segmentautan lain padadalam rantai, dan

pergerakangerakan ini merubah efek gayamengubah pengaruh

kekuatan eksternal, seperti gravitasi, pada segmen tubuh dan

mempengaruhi pengaturan postur, yang memengaruhi regulasi

postural (Massion et al., 2004).

Kontrol postural juga bertujuan untuk

memperingkasmengurangi kontrol dari multi – -sendi untuk

mengontrol kontrol keseimbangan dari masing – masingsetiap

segmen tubuh tersebut selama gerakanyang bergerak. Ada beberapa

konsep yang digunakan dalam meringkas kontrol ini, yaitu “reference

posture” yaitu model Lambda dan Inverse Dynamic Model (Massion

et al., 2004).

Konsep dari model Lambda adalah terdapat ambang panjang

kritis dari masing – masing otot (ambang refleks myotatic) yang diatur

untuk menentukan konfigurasi referensi postural yaitu panjang dari

masing – masing otot dengan nilai yang sesuai. Konsep ini dapat

terlihat saat forward dan backward trunk bending yang diikuti dengan

perpindahan berlawanan dari otot AGB sehingga COG akan tetap

berada pada base of support (Massion et al., 2004).

Konsep inverse dynamic model Kami menunjukkan

adanyabahwa model internal dari segmen tubuh ada secara

kinematik dan dinamikdinamis, dan ketika melakukan gerakan


voluntersukarela, interaksi dinamik antardinamis antara segmen

tubuh yang mengganggu lintasan harus dikompensasi. Karena

interaksi dinamik merupakan sumberdinamis adalah penyebab utama

gangguan keseimbanganketidakseimbangan selama gerakanlatihan,

terdapat Feedforward inverse dynamic model pada cerebellum yang

dapat mengontrol keseimbangan secara akurat selama pergerakan.

Kontrol postur selama pergerakan juga melibatkan strategi hip dan

ankle untuk mengembalikan keseimbangan sehingga dapat terjadi 2

kontrol paralel yaitu sinergi untuk melakukan gerakan dan dan sinergi

lain untuk melakukan kontrol postural atau pengaturan postur

antisipatori (Massion et al., 2004).

3.8.1 Kontrol Kepala Selama Pergerakan

Stabilisasi kepala seiring gerakan tubuhgerakanatubuh

merupakan bagian dari refleks righting, sifat otot dan jaringan ikat

yang elastik dan viscous dari segmen kepala dankepalaadan leher,

serta mekanisme sensoris higher – order yaitu body schema dan

kerangka referensi yang berperan dominan pada kontrol posisi

kepala selama pergerakan volunter untuk antisipasi lokasi center of

gravity dan lokasidanalokasi kepala yang tepat saat terjadi

perubahan postur tubuh yang membutuhkan intergrasi dari banyak

input sensoris (diFabio et al., 1997).

Mekanisme high – order menyatukan input sensoris menuju

kontrol postural dan feedback diberikan oleh propioseptif otot dan

informasi somatosensoris yang menimbulkan gerakan volunter atau

reflex untuk kontrol postural. Body schema merupakan sebuah

template stabilisasi postural yang dipengaruhi oleh input vestibuler


dan input lain. Amplitudo dan arah dari stabilisasi antisipatori

bergantung pada kondisi awal yang dibuat input sensoris terhadap

body schema. Orientasi angular dikoreksi pada level subconscious

setelah perubahan satu atau lebih kerangka referensi dan gerakan

volunter (diFabio et al., 1997).

Stabilisasi dilakukan pada feedback loop dengan

meminimalisasi perubahan posisi mata (stabilisasi input retina), posisi

organ vestibuler, dan posisi leher (stabilisasi somatosensoris leher

dan input propioseptif). Ketika stabilisasi kepala tercapai, maka

stabilitas dari trunk dan ekstremitas akan mengikuti. Kemudian

gerakan ini akan menghasilkan sensory feedback yang dapat

digunakan untuk modifikasi body schema pada gerakan selanjutnya.

Kerangka referensi geosentris merupakan hierarki paling tinggi,

namun tidak mencukupi untuk kontrol feed – forward pada kepala

sehingga dibutuhkan kerangka referensi egosentris dan eksosentris

untuk stabilisasi kepala antisipatori (diFabio et al., 1997).

3.8.2 Kontrol Postural pada Pergerakan Tungkai

Pergerakan Tungkai sebagai penopang tubuh merupakan

sumber gangguan keseimbangan karena terjadi perpindahan center

of gravity. Perpindahan center of gravity terjadi sebelum gait dimulai,

berdiri dengan ujung kakiujungakaki atau tumit, atau menaikkan

tungkai (Massion et al., 2004).

Kontrol neural dari perpindahan center of gravity ini berbeda

dengan pengaturan posisi antisipatori yang bertujuan mencegah

perpindahan center of gravity, namun sama dengan control neural

saat melakukan gerakan volunter, namun terdapat perbedaan berupa


tujuan gerakan.. Pada perpindahan center of gravity, tujuan gerakan

adalah posisi center of gravity yang baru, sedangkan pada gerakan

volunter, tujuan gerakan berupa geometri atau objek dalam ruang.

Kontrol neural untuk gerakan ini sangat bergantung pada area

korteks motorik (Massion et al., 2004).

Selama berjalan, center of gravity berpindah ke luar base of

support kaki dan menyebabkan kondisi tidak seimbang secara terus

menerus. Tubuh mencegah jatuh dengan meletakkan kaki yang

mengayun ke depan dan lateral dari center of gravity seiring gerakan

ke depan. Aspek utama dari keseimbangan

selamakeseimbanganaselama pergerakan adalah kontrol dari head,

arm, and trunk (HAT) terhadap hip karena segmen ini merupakan

beban besar yang harus dipertahankanharusadipertahankan dalam

posisi tegak (diFabio et al., 1997).

Keseimbangan dinamikdinamis dari kepala, lengan, dan

trunkbadan diatur oleh otot hip-otot pinggul tanpa ada campur tangan

otot ankle. Kontrol jenis pengaruh otot-otot pergelangan kaki. Jenis

kontrol ini lebih efisien karena hipsendi pinggul memiliki beban inertia

yang lebih kecilsedikit inersia untuk kontrolmengontrol segmen HAT

dibandingkan dengan ankle daripada pergelangan kaki, yang

harus mengontrol seluruh tubuh. Walaupun

kontrol

Kontrol keseimbangan selama gaitberjalan normal

dikontroldikendalikan oleh otot hip,pinggul, sedangkan

ketidakseimbangan kompensasi dariselama gangguan

keseimbangan selama perturbasi dikontrol secara primerdikendalikan


terutama oleh otot anklepergelangan kaki dan thigh dan teraktivasi

denganpaha, diaktifkan dalam urutan distal ke proksimal (diFabio et

al., 1997). StabilisasiMenstabilkan kepala saatselama gerakan tubuh

bergerak dapat meningkatkan interpretasi input vestibular untuk

keseimbangan, utamanyaterutama ketika input visual dan

somatosensorissomatosensori terganggu atau tidak samaberbeda.

(diFabio et al., 1997).

Untuk menjaga posisi angulersudut kepala relatif terhadap

ruang eksternal agar relatif konstan, tubuh menggunakan strategi

head stabilization in spacemenstabilkan kepala di ruang angkasa,

terlepas dari besarbesarnya atau arah pergerakangerakan tubuh dari

center of force.pusat kekuatan. Tubuh menggunakan strategi ini

untuk mengurangi potensi ambiguitas dari interpretasi input

sensorisdalam menafsirkan masukan sensorik untuk keseimbangan

dan utamanya, terutama berasal dari kerangka referensiacuan

geosentris, yaitu, orientasi terhadap vertikal, dan diperhalus dengan

kerangka referensi egosentris (orientasi kepala terhadap berpusat

pada diri sendiri (kepala-ke-tubuh) atau eksosentris (orientasi

terhadapke objek pada) disempurnakan dalam ruang eksternal))

kerangka acuan (diFabio et al., 1997).

3.9 Kerangka Referensi

Kerangka referensi untuk keseimbangan acuan adalah

standar di manaacuan yang digunakan untuk mengukur perubahan

terhadap postur diukur. Terdapat 3. Ada tiga kerangka referensi yang

berperan dalam acuan untuk kontrol kepala dan postur, yaitu

kerangka referensipostural: egosentris, eksosentriseksentrisitas, dan


geosentris (diFabio et al., 1997).

Kerangka referensiacuan egosentris merupakanadalah

orientasi terhadapke tubuh yang menyediakanmemberikan koordinat

spasial dari posisi anggota gerakbadan dan segmen tubuh,

sedangkan kerangka referensiacuan eksosentris merupakan orientasi

terhadap objek padaadalah ruang eksternal yang

menyediakanmemberikan informasi tentang posisi tubuh terhadapdi

lingkungan dan posisi. orientasi objek. Posisi objek relatif terhadap

subjek, dan kerangka referensi geosentrik merupakan orientasi

terhadap vertikal yang menjaga posturacuan geosentris adalah objek

yang mempertahankan sikapnya terhadap gravitasi., keselarasan

vertikalnya. Kerangka referensiacuan egosentris dan eksosentris

berasal dariditurunkan dari kerangka acuan geosentris. Setiap

kerangka referensi geosentris. Tiap kerangka referensi berasalacuan

muncul dari transformasi input sensoriskesan sensorik menjadi

persepsi spasial dan berperan dalam membuatpembentukan

keseluruhan body schema untuk keseimbangan dan prediksi

perpindahan center of force (diFabio et al., 1997).

Body schema adalah kombinasi standar terhadap semua

perubahan postur yang diukur. Body schema merupakan template

kontrol postural yang mempengaruhi orientasi spasial terjadi

perubahan postur. Body schema juga merupakan gabungan dari

kerangka referensi egosentrik, eksosentrik, dan geosentrik (diFabio

et al., 1997).

Kontrol postural bertujuan untuk stabilisasimenstabilkan

kepala terhadappada posisi vertikal. Dengan adanya kerangka


referensi geosentrik,Sistem koordinat geosentris memungkinkan

kontrol kepala dapat dilakukan secara yang efektif dengan

antisipasimengantisipasi dan prediksi pergerakan mengantisipasi

gerakan center of force yang disebabkan gerakan volunter. Kerangka

referensi menggunakan input somatosensoris, propioseptif, dan

vestibular untuk kontrol stabilisasi kepala dengan feed – forward

(Aruin et al., 2016).

Mekanisme feed – forward merupakan mekanisme yang

sudah ditentukan sebelumnya dan didapat dari motor learning. Input

sensoris pada feed forward digunakan sebagai knowledge of

response untuk pengaturan postur antisipatori berikutnya secara

tepat. Proses ini berkelanjutan untuk membuat kerangka referensi

baru untuk membuat body schema dan kontrol keseimbangan (Aruin

et al., 2016).

Gambar 3.5 Mekanisme kerangka referensi dalam kontrol


postural (diFabio et al., 1997).

3.9.1 Transformasi Input Sensoris


Input sensoris yang berasalsensorik dari sistem visual,

vestibular, dan propioseptif diubah menjadiproprioseptif

diterjemahkan ke dalam kerangka referensiacuan yang berkontribusi

terhadappada kontrol postural. Ketiga sensor tersebut digunakan

oleh sistem saraf pusat untuk estimasi konfigurasimemperkirakan

komposisi permukaan berpijak dan lokasi center of gravity. Adanya

limit of stability merupakan persepsi dari satu atau lebih kerangka

referensi untuk keseimbangan (diFabio et al., 1997).

3.9.2 Peran Vestibular pada Kerangka Referensi Geosentris

Labirin memberikan informasi tentang kinematika kepala

berupadalam bentuk (1) orientasi posturkeselarasan statis pose

kepala statis terhadap gravitasi, dan (2) deteksi akselerasi kepala.

Input vestibuler memberivestibular memberikan informasi postur

kepala statis untuk memberikanmemastikan kontrol feed – forward

atau antisipatori terhadap posisi kepala dengan terus menerus

memonitor orientasi kepala (diFabio et al., 1997).

Otolith memberikan referensi posisi kepala yang berbeda –

beda terhadap posisi vertikal bumi. Input vestibular akan melakukan

re - positioning mata berdasarkanmataaberdasarkan orientasi kepala.

Selain itu input vestibular akan mempengaruhi stabilitas trunk dan

anggota gerak ketika terjadi perubahan posisi kepala

dengankepalaadengan mekanisme pengaturan feed – forward

(diFabio et al., 1997).

3.9.3 Peran Somatosensorik pada Kerangka Referensi Geosentris


Somatosensorik Sensor somatik yang berperan dalam

referensi geosentris untuk keseimbangan dan stabilisasi kepala

antara lain termasuk propriosepsi umum pada kulit, sendi, reseptor

tekananbaroreseptor, dan propioseptif sendi dari spindel otot aferen

muscle spindle.. Kontak fisik antara kaki dan lantaitanah, serta

sentuhankontak ujung jari dapat memberikan prediksi perturbasi

pandangan dan memberikan, memprediksi gangguan penglihatan,

memicu kontraksi antisipatori dari otot leher untuk memperbaiki

pergerakanantisipatif, dan meningkatkan gerakan kepala. Stabilitas

kepala bergantung pada kerangka referensiacuan geosentris yang

terintegrasi dengan input vestibular dan

somatosensorissomatosensori dari permukaan lengan dan

tungkaikaki yang menapakmenendang untuk stabilisasimenstabilkan

kepala terhadapdalam posisi vertikal. Kerangka referensiacuan

geosentris juga dipengaruhi darioleh reseptor somatik gravitasi pada

viscera trunksomatik di visera trunkus (diFabio et al., 1997).

3.9.4 Peran Sistem Visual pada Kerangka Referensi Geosentris

Input visual atau retina tidak diperlukan dalam stabilisasi

kepala, namun dalam kondisi tidak ada input visual, mekanisme feed

forward tetap dapat berjalan dengan input sensoris optimal dari

vestibular dan somatosensoris (diFabio et al., 1997).

3.9.5 Pengaruh dari Pandangan dan Propioseptif otot terhadap

Kerangka Referensi Egosentris dan Eksosentris

Faktor-faktor yang mempengaruhi pandanganpenglihatan

adalah posisi mata padadi kepala dan posisi kepala padadalam


ruang tiga dimensi. Pandangan berkontribusi terhadappada kerangka

referensiacuan egosentris maupun eksosentrik.dan eksosentris.

Komponen untuk kerangka referensiacuan egosentris berasal dari

propioseptif otot proprioseptif yang mengontrol pergerakan

bolagerakan mata untuk mengontrol orientasipengaturan spasial dari

kepala dan trunkdada. Komponen kerangka referensisistem koordinat

eksosentris berasal dari spindel informasi aferen spindle dari otot

sekitar mata yang membantu lokalisasimenemukan target visual

padadi ruang eksternal. (diFabio et al., 1997).

3.10 Mekanisme Feed Forward

Pada sistem kontrol feed forward, input sensoris berperan

dalam (1) identifikasi kondisi stance awal (posisi, orientasi, gerakan

tubuh), (2) sebagai pemberi informasi respon setelah feed forward

dimulai dan telah mencapai keadaan seimbang, (3) feedback untuk

learning jangka panjang untuk meningkatkan keefektifan respon feed

– forward selanjutnya. Karena Strategi untuk mengontrol posisi

kepala selama gerakan sukarela diperlukan untuk kualitas dan

kegunaan input sensorissensorik untuk identifikasi

kondisimengidentifikasi keadaan awal, maka diperlukan strategi

untuk kontrol posisi kepala saat gerakan volunter (diFabio et al.,

1997).

Kontrol feed forward terjadi pada kerangka referensi

geosentrik yang konstan dengan input dari vestibular dan diperhalus

oleh somatosensoris serta propioseptif. Salah satu mekanisme

protektif untuk Mekanisme perlindungan yang meningkatkan

stabilisasistabilitas kepala saattanpa adanya input visual tidak ada

adalah dengan mengurangi gerakan kepala. Selain itu terdapat, ada


sinergi fungsional antara otot mata, anggota gerakbadan, dan

trunkbatang tubuh yang mempengaruhi kontrol orientasiarah (diFabio

et al., 1997).

3.11 Vertikalitas

Vertikalitas merupakanTegak lurus adalah posisi dari sebuah

subjek segarisobjek yang konsisten dengan dimensi vertikal (Cian et

al., 2017). Vertikalitas merupakanTegak lurus adalah perkiraan

internal dari gravitasi secara simultaninternal yang diakses oleh otak

secara bersamaan berdasarkan referensi kepala atau tubuh (Cuturi

et al., 2017). PersepsiKesadaran fungsional dariakan vertikalitas

penting untuk menjaga stabilitas postural. Ini karena input

mengirimkanyang naik mengirim sinyal gravitasi ketika posisi berdiri

sehingga input adanya pergeseran. Jadi saya perlu memberikan

masukan untuk mengubah orientasi harus dikirimkan untuk

mencegah jatuhagar tidak terbalik. (Cuturi et al., 2017). Representasi

dari vertikalitas dapat dinilai dengan mengukur persepsi visual

vertical, postural vertical, dan tactile vertical. Persepsi vertikalitas

atau uprightness bukan merupakan konsep tunggal, melainkan

berbagai sensoris dapat memberikan input yang berbeda dan

bertentangan untuk persepsi vertikalitas (Bronstein, 1999).

Sistem vestibular, visual, dan somatosensoris

bekerjasamasomatosensori bekerja sama untuk membuat

representasi internal dari ruang danmenggerakkan sistem kepala

relatif terhadap batang tubuh, memungkinkan orientasi tubuh pada

spasial dalam koordinat 3tiga dimensi, baik secara egosentris

(terpusatberpusat pada tubuh) dan eksosentris (terpusatberpusat


pada ruang) di mana sistem yang berada kepala bergerak relatif

terhadap trunk (Brandt et al., 1999).

Koordinat dari retina tergantungbergantung pada pandangan

dan posisi kepala, dan koordinat labirintinlabirin harus terus

diperbarui sesuai dengan posisi mata dan kepala untuk memberikan

inputmasukan yang dipercayadapat diandalkan untuk eksplorasi

motor ocular spasial visual dan motorik terhadap ruang.. Informasi

spasial padadalam koordinat non – retinal membuat-retina

memungkinkan tubuh dapatuntuk menentukan posisi tubuhposisinya

relatif terhadap ruang visual untukdan memberikan respon motoric

secara respons motorik yang akurat. Untuk memberikan referensi

tersebut, dilakukan kodingmenetapkan hubungan ini, pengkodean

informasi koordinat dari organ sensorissensorik perifer antara lain

(retina, otolith, canalis semicircularis, dan propioseptif darikanal

setengah lingkaran, proprioception muscle spindle), dll.) harus

dirubahdimodifikasi dan diintegrasikan. Fungsi ini dilakukan oleh

korteks parietal posterior, dan kerusakan pada korteks dapat

menimbulkan gangguan dalam merubah inputmengganggu

transformasi koordinat sensorisinput sensorik dari periferlingkungan

menjadi egosentris, sistem koordinat egosentris yang berpusat pada

tubuh (Brandt el al., 1999).

Pada gangguanpenyakit yang menyebabkan gangguan

perifer dan sentral dari input vestibular baik perifer maupun sentral,

dapat terjadi ketidakcocokan , ketidaksesuaian antara koordinat 3

dimensi visual dan vestibular yang menimbulkan adanya

nystagmustiga dimensi dapat terjadi, menyebabkan nistagmus

karena kemiringan bidangplanar dan arah dari orientasi spasial


sehingga menimbulkan tonus, yang mengakibatkan

asimetri.Tegangan vestibular asimetrik pada brainstem yangdi batang

otak mencapai korteks lewat proyeksi ascendingmelalui proses

asenden (Brandt et al., 1999).

Informasi aferen yang memperkirakan uprightness adalah

sinyal somatosensoris dan otolithic graviceptive. Menurut Bisdorff et

al., pada tahun 1996, propiosepsi cukup untuk untuk memperkirakan

uprightness tetapi input vestibular yang dapat dipercaya

meningkatkan sensitivitas uprightness. Pada kondisi tubuh yang

miring, Meskipun informasi otolith tidak dapat sepenuhnya menekan

efek adaptasi yang dilakukan propioseptif secara menyeluruh, namun

input vestibular yang baik dan stabil dibutuhkan untuk adaptif

proprioseptif dalam keadaan tubuh miring, sensitivitas normal dari

persepsiuntuk merasakan vertikalitas tubuh. membutuhkan input

vestibular yang baik dan stabil. Adaptasi terhadap kemiringan

utamanyaterutama bergantung pada kontak

propioseptif.proprioseptif. Mekanisme adaptasi terhadappenyesuaian

kemiringan terjadi pada saat gerakan aktif (Bisdorff et al., 1996).

Orientasi terhadap ruang dapatspasial dimediasi secara

independen oleh sistem visual, vestibular, dan propioseptif. Jika

terdapatproprioseptif. Untuk persepsi yang kontradiktif, maka

proprioseptif akan mendominasi, namun jika terdapatpropriosepsi

dominan, dan untuk gangguan somatosensoris, makasomatosensori,

input akan didominasi oleh vestibular dominan. Organ otolith

padaotolit labirin berperan dalam deteksi akselerasi

linear,bertanggung jawab untuk merasakan percepatan linier, dan


organ ini berperanmemainkan peran penting dalam

mendeteksimerasakan input gravitasionalgravitasi, khususnya

persepsi uprightness. Konsep uprightness atau vertikalitas

melibatkan deteksi vertikalitas diri sendiri (subjective postural vertical

atau SPV) dan vertikalitas diinspeksi dari penglihatan (subjective

visual vertical atau SVV) atau sentuhan (haptic vertical), dan menjaga

ortogonalitas (hubungan antara vertikalitas dan horizontalitas)

(Gresty et al., 1992).

OrganAparatus otolith mendeteksimerasakan gaya

gravitoinertial padainersia gravitasi di kepala utuk memberikandan

mengirimkan sinyal padake kepala yang penting untuk orientasi

spasial, mendeteksi pergerakan, dan mengorganisasi tingkah

lakupersepsi motorik, dan pengaturan perilaku motorik (Gresty et al.,

1992).
DAFTAR PUSTAKA

Akin, F. W., & Murnane, O. D. (2009). Subjective visual vertical test.


Seminars in Hearing, 30(4), 281–286.

Alrwaily, M., Sparto, P. J., & Whitney, S. L. (2019). Perception of


verticality is altered in people with severe chronic low back pain
compared to healthy controls: A cross-sectional study.
Musculoskeletal Science and Practice, 45, 102074.

Avanzino, L., Gueugneau, N., Bisio, A., Ruggeri, P., Papaxanthis, C.,
& Bove, M. (2015). Motor cortical plasticity induced by motor
learning through mental practice. Frontiers in Behavioral
Neuroscience, 9(APR), 1–10.

Baehr, M. and Frotscher, M. 2012. Duus’ Topical Diagnosis in


Neurology: 5th Edition. Germany: Thieme Publishing Group.

Bisdorff, A. R., Wolsley, C. J., Anastasopoulos, D., Bronstein, A. M., &


Gresty, M.
A. (1996). The perception of body verticality (subjective postural
vertical) in peripheral and central vestibular disorders. Brain, 119(5),
1523–1534.

Brandt, T., dan M. Dieterich. (1999). The Vestibular Cortex Its


Locations, Functions, Disorders. Annals New York Academy of
Sciences, 293 – 312.

Brandt, T., Dieterich, M., & Danek, A. (1994). Vestibular cortex


lesions affect the perception of verticality. Annals of Neurology,
35(4), 403–412.

Bronstein, A. M. (1999). The interaction of otolith and proprioceptive


information in the perception of verticality: The effects of
labyrinthine and CNS disease. Annals of the New York
Academy of Sciences, Vol. 871, pp. 324–333.

Caminero, F., & Cascella, M. (2020). Neuroanatomy, Mesencephalon


Midbrain.
StatPearls. 20(1), 2-8.

Chiba, R., Takakusaki, K., Ota, J., Yozu, A., & Haga, N. (2016).
Human upright posture control models based on multisensory
inputs; in fast and slow dynamics. Neuroscience Research, 104,
96–104.

Cian, L. (2017). Verticality and Conceptual Metaphors: A Systematic


Review.
Journal of the Association for Consumer Research, 2(4), 444–459.
Cuturi, L. F., & Gori, M. (2017). The effect of visual experience on
perceived haptic verticality when tilted in the roll plane. Frontiers
in Neuroscience, 11(DEC), 1–9.

Di Fabio, R. P., & Emasithi, A. (1997). Aging and the mechanisms


underlying head and postural control during voluntary motion.
Physical Therapy, 77(5), 458– 475.

Gresty, M. A., Bronstein, A. M., Brandt, T., & Dieterich, M. (1992).


Neurology of otolith function. Brain, 115, 647–673.

Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology.


11th ed.Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders.

Hirabayashi, S. ichi, & Iwasaki, Y. (1995). Developmental perspective


of sensory organization on postural control. Brain and
Development, 17(2), 111–113.

Jordan, M. I., & Wolpert, D. M. (1999). Computational motor control.


Dalam The Cognitive Neuroscience (pp. 1-28). Cambridge: MIT
Press.

Kahle, W. dan M. Frotscher. 2003. Color atlas of human anatomy.


Vol 3. Nerveus system and sensory organ . thieme. New York.
Halaman 18.

Kolar, P., dan A. Kobesova. 2013. Developmental Kinesiology: Three


Levels of Motor Control in The Assessment and Treatment of
The Motor System. Journal of Bodywork & Movement
Therapies. Vol. 20.

Martin, J.H. dan M.B. Carpenter. (2001). Descending Motor


Pathways and the Lower Motor Neuron. Dalam Downey &
Darling’s Physiological Basis of Rehabilitation Medicine.
Woburn: Butterworth – Heinemann.

Massion, J. (1994). Postural control system. Current Opinion in


Neurobiology, 4(6), 877–887.

Massion, J., dan M.J. Woollacott. (2004). Posture and Equilibrium.


Dalam Clinical Disorders of Balance, Posture, and Gait (2nd
Edition) (pp. 1-19). New York: Oxford University Press.

Massion, Jean. 1992. Movement, Posture, and Equilibrium:


Interaction and Coordination. Progress in Neurobiology, 38, 35-
56.

Mazibrada, G., Tariq, S., Pérennou, D., Gresty, M., Greenwood, R., &
Bronstein,
A. M. (2008). The peripheral nervous system and the perception of
verticality.
Gait and Posture, 27(2), 202–208.
Merel, J., Botvinick, M., & Wayne, G. (2019). Hierarchical motor
control in mammals and machines. Nature Communications,
10(1), 1–12.

Myer, G.D., Ford, K.R, Palumbo, J.P., dan T. Hewett. 2005.


Neuromuscular Training Improves Performance and Lower
Extremity Biomechanics in Female Athletes. Journal of Strength
and Conditioning Research. 19(1): 51- 60.
Nashner, L. M. (2009). Balance and Posture Control. Encyclopedia of
Neuroscience, 21–29.

Peterka, R. J. (2002). Sensorimotor integration in human postural


control. Journal of Neurophysiology, 88(3), 1097–1118.

Piscitelli, D., Falaki, A., Solnik, S., & Latash, M. L. (2017).


Anticipatory postural adjustments and anticipatory synergy
adjustments: preparing to a postural perturbation with
predictable and unpredictable direction. Experimental Brain
Research, 235(3), 713–730.

Silbernagi, S., & Despopulos, A. 2009. Sensory Nervous System. In


S. Silbernagi, & A. Despopulos, Color Atlas of Physiology (pp.
348 – 349). New York: Thieme.

Wang, T. N., Howe, T. H., Hinojosa, J., & Weinberg, S. L. (2011).


Relationship between postural control and fine motor skills in
preterm infants at 6 and 12 months adjusted age. American
Journal of Occupational Therapy, 65(6), 695– 701.

Watson M A, and Black F A, 2016. “The Human Balance System” A


Complex Coordination Of Central And Peripheral Systems By
The Vestibular Disorders Association.

Willis, W. D. (2007). The somatosensory system, with emphasis on


structures important for pain. Brain Research Reviews, 55(2
SPEC. ISS.), 297–313.

Anda mungkin juga menyukai