Anda di halaman 1dari 8

POSTURAL CONTROL (KONTROL POSTUR)

A. PENDAHULUAN
Postural control (kontrol postur) adalah gerakan korektif yang diperlukan
untuk menjaga pusat gravitasi dalam basis dukungan. Yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan ini adalah, koordinasi dari rangka, otot sensorik dan uscul saraf
pusat.

Kontrol postur meliputi control terhadap posisi tubuh dan berfungsi ganda
yaitu untuk stabilitas (keseimbangan) dan orientasi (memelihara hubungan yang
tepat antar segmen tubuh dan antara tubuh dan lingkungan). Fungsi ganda usculo
postural didasarkan pada empat komponen yaitu:
Nilai acuan, seperti orientasi segmen tubuh dan posisi pusat gravitasi
(representasi internal dari tubuh atau skema tubuh postural);
Masukan multiindrawi mengatur orientasi
Stabilisasi segmen tubuh
Reaksi postural fleksibel atau antisipasi untuk pemulihan keseimbangan
setelah gangguan, atau stabilisasi postural selama gerakan sukarela.

System control postur terdiri dari proses kompleks yang meliputi komponen sensoris
dan motoris dan menghasilkan kombinasi yang terintegrasi antara visual, vestibular
dan input afferent proprioseptif. Gabungan dari usaha alat-alat sensoris ini
merupakan dasar untuk keseimbangan dinamis (stabilitas). Apabila salah satu dari
alat ini mengalami kerusakan, maka stabilitas dari postur akan mengalami
gangguan.

Adapun prinsip dasar dari postural control antara lain:

B.

Sistem sensoris
Kemampuan melihat
Sistem vestibular
Sistem somatosensoris
Sistem Musculoskeletal

KOMPONEN KONTROL POSTUR DAN GERAK

Pengontrol keseimbangan postur dan gerak pada tubuh manusia terdiri dari tiga
komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan
somatosensoris), central processing dan efektor (Sistem Musculoskeletal).
1.

System Informasi Sensoris

Sebagian terbesar kegiatan system saraf berasal dari pengalaman sensoris dari
reseptor sensoris, baik berupa reseptor visual, auditorius, reseptor raba di
permukaan tubuh, atau jenis reseptor lain. Sistem sensorik merupakan hal yang
penting dalam prinsip dasar kontrol postur anak. Sistem sensorik yang dimaksud
terdiri atas:

a.

Kemampuan visual

Kemampuan visual (penglihatan) memegang peran penting dalam sistem


sensoris.Perannya yaitu:
I.
II.
III.
IV.

Mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk
mempertahankan keseimbangan.
Mata juga berfungsi sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik
atau dinamik.
Merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita
berada.
Berperan dalam mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai
lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima
sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap
perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang
sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.

b.

System vestibular

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam


keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular
berada di dalam telinga.
Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta
sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine.
Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan
sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama
ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf
kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus
tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus
dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular
formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor
neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otototot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot
postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu
mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.

c.

System somatosensoris

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsikognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula
spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi
ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung
pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut
adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum.
Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di
proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.

2.

Central Processing

Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon
sikap, serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor.

3.

Efektor

Efektor berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk merealisasikan renspon yang


telah terprogram si pusat, yang terdiri dari unsur lingkup gerak sendi, kekuatan
otot, dan respon otot-otot postural yang sinergis.
a.

Lingkup Gerak Sendi (LGS)

Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan


terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.
b.

Kekuatan Otot (Muscle strength)

Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan


yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai
respon motorik.
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik
berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force).
Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa
besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi.
Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula
kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut
berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi
serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi
tubuh
c.

Respon otot-otot postural yang sinergis

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari
aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan
kontrol postur. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah
berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan
tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi
hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi
sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment
tubuh.
Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan
dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak
tertentu.

C. MEKANISME KONTROL POSTUR DAN GERAK

Sinaps neuromuscular adalah tempat di dalam tubuh dimana axons motor


yang memenuhi urat otot, sehingga transmisi pesan dari otak yang menyebabkan
otot untuk kontrak dan bersantai. Every organism has thousands of neuromuscular
junctions which control the movements of the body and cause the heart to beat.
Setiap organisme memiliki ribuan sinaps neuromuscular yang mengontrol
pergerakan tubuh.. Sinaps neuromuscular yang hanya merupakan salah satu contoh
dari banyak sambungan dibuat antara saraf dan bagian tubuh yang mengakibatkan
berhasil berfungsi organisme.
Sinaps terdiri dari presinaps dan postsinaps. Ketika terjadi perambatan potensial
aksi ke terminal, kanal Ca pada presinaps akan membuka. Proses ini akan diikuti
dengan
menempelnya
neurotransmitter
pada
membran
neuron,
lalu
neurotransmitter tersebut dilepaskan ke celah sinaps. Neurotransmitter ada dua
macam, yaitu neurotransmitter eksitasi dan inhibisi. Bila neurotransmitter eksitasi
yang keluar, akan ditangkap oleh reseptor yang cocok pada postsinaps. Ikatan
reseptor dengan neurotransmitter akan mengubah permeabilitas membrane otot
sehingga ion Na akan masuk.
Terjadilah potensial aksi, yang akan menyebabkan terjadinya depolarisasi. Kejadian
selanjutnya adalah akan terbentuk ikatan aksin myosin sehingga otot akan
berkontraksi. Sedangkan bila neurotransmitter inhibisi yang keluar, setelah
berikatan dengan reseptor, perubahan permeabilitas akan memudahkan ion Cl
masuk. Ion Cl mengakibatkan muatan sel menjadi negative, maka terjadilah
hiperpolarisasi dan inhibisi (Guyton dan Hall, 1997).
Aktivitas motorik somatik sangat bergantung pada pola dan kecepatan lepas
muatan saraf motorik spinalis dan saraf homolog yang terdapat di nukleus motorik
saraf kranialis. Saraf ini, yang merupakan jalur terakhir ke otot rangka, yang dibawa
oleh impuls dari berbagai jalur. Banyak masukan menuju ke setiap neuron motorik
spinalis berasal dari segmen spinal yang sama. Berbagai masukan supra segmental
juga bertemu di sel saraf ini, yaitu dari segmen spinal lain, batang otak, dan korteks
serebrum. Sebagian masukan ini berakhir langsung ke saraf motorik, tetapi banyak
yang efeknya dilanjutkan melalui neuron antara ( interneuron ) atau melalui system
saraf efferen ke kumparan otot dan kembali melalui serat afferent Ia ke medulla
spinalis. Aktifitas terintegrasi dari tingkat spinal, medulla oblongata, otak tengah
dan korteks inilah yang mengatur postur tubuh dan memungkinkan terjadinya
gerakan terkoordinasi.
Masukan-masukan yang bertemu di neuron motorik mengatur tiga fungsi yang
berbeda : menimbulkan aktivitas volunter, menyesuaikan postur tubuh untuk
menghasilkan landasan yang kuat bagi gerakan, dan mengkoordinasikan kerja
berbagai otot agar gerakan yang timbul mulus dan tepat. Pola aktivitas volunter
direncanakan di otak, lalu perintahnya dikirim ke otot terutama melalui sistem
kortikospinalis dan kortikobulbaris. Postur tubuh secara terus menerus disesuaikan,
tidak saja sebelum tetapi juga sewaktu melakukan gerakan oleh sistem pengatur

postur. Gerakan diperhalus dan dikoordinasikan oleh serebellum bagian medial dan
intermedial (spinoserebellum) dan hubungan-hubungannya. Ganglia basal dan
serebelum bagian lateral (neoserebelum) merupakan bagian dari sirkuit umpan
balik ke korteks pramotorik dan motorik yang berkaitan dengan peencanaan dan
pengaturan gerakan volunter.
Keluaran motorik terdiri atas dua jenis, yaitu refleksif , dan volunter (dikendalikan
oleh kemauan). Beberapa pakar membagi lagi respons refleksif dengan respon
ritmik seperti menelan, mengunyah, menggaruk dan berjalan, terutama yang
bersifat involunter.
Masih banyak yang belum diketahui tentang kontrol gerakan volunter. Untuk
menggerakkan sebuah anggota badan, otak harus merencanakan gerakan,
menyusun gerakan yang sesuai di berbagai sendi pada saat yang sama, dan
menyesuaikan gerakan dengan membandingkan rencana dengan kinerja. Sistem
motorik akan bekerja secara maksimal apabila gerakan di ulang-ulang (learning by
doing), hal ini melibatkan plastisitas sinaps.
Perintah untuk gerakan volunter berasal dari daerah assosiasi korteks. Gerakan
direncanakan di korteks. Gerakan direncanakan di korteks serta di ganglia basal dan
bagian lateral dari hemisfer serebelum, yang ditandai oleh peningkatan aktivitas
listrik sebelum gerakan. Ganglia basal serta serebelum menyalurkan informasi ke
korteks pramotorik dan motorik melalui talamus. Perintah motorik dari korteks
motorik sebagian besar dipancarkan melalui traktus kortikospinalis ke medula
spinalis dan sebagian lagi melalui traktus kortikobulbaris yang sesuai ke neuron
motorik di batang otak. Namun jalur ini dan beberapa hubungan langsung dari
korteks motorik berakhir di nukleus-nukleus batang otak dan medula spinalis, dan
jalur ini dapat juga memperantarai gerakan volunter. Gerakan menimbulkan
perubahan input sensorik dari indra dan otot,tendon,sendi serta kulit. Informasi
umpan balik ini, yang menyesuaikan dan mengatur gerakan, dipancarkan secara
langsung ke korteks motorik dan ke spinoserebelum. Spinoserebelum akhirnya
berproyeksi ke batang otak. Jalur batang otak utama yang berperan dalam postur
dan koordinasi adalah traktur rubrospinalis, retikulospinalis, tektospinalis, dan
vestibulospinalis serta neuron-neuron di batang otak.
Serat jalur kortikospinalis lateral membentuk piramid di medula oblongata, jalur
kortikospinalis itu disebut sebagai aistem piramidalis. Batang otak desendens dan
jalur spinal lainnya yang tidak melewati piramida, tapi berperan dalam kontrol
postur disebut sistem ekstrapiramidalis.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi Revisi. Jakarta: EGC,1990.
Donatelli, Robert & Wooden, Michael. Orthopaedic Physical Therapy 4th edition. US :Elsevier, 2001.
http://physio.esaunggul.ac.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=115:keseimbangan&catid=93:fisioterapi-neuromuskular&Itemid=80
Vestibular system and postural control. http://www.efdeportes.com
Mekanisme Gerak pada Manusia. Artikel: Diposkan oleh Mitcha The Pingkers. Rabu, 28 Oktober 2009
Mekanisme Impuls Saraf. Diposkan oleh Lyriestrata Anisa on 05 30, 2010. Dokter-kita.com
Mekanisme Kontrol Postur Tubuh. Artikel: Diposkan oleh nEmaLz88_Blogg. Kamis,25 Juni 2009. aSwiN Indra VetBlog.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai