Anda di halaman 1dari 30

KELOMPOK 1-2

FISIOTERAPI A 2017

METODE
+ BRUNSSTROM &
FRENKLE
 Sri Hutami 023
 Ananda Hanny 030
 Putra Desta Borin A. 031
+ BRUNNSTROM
+
Sebuah metode exercise pada pasien akibat lesi saraf pusat,
terutama kondisi hemiplegia (stroke). Dengan memakai refleks
primitif, reaksi asosiasi, dan pola sinergis, untuk menstimulasi pasien
untuk mencapai pergerakan yang diinginkan. (Eisenberg, 1995)
Konsepnya dengan reedukasi otot dengan latihan refleks, dan juga
membangkitkan pola sinergis dengan menggunakan reaksi asosiasi.

Perkembangan motorik diawali dengan kontrol spinal dan


batang otak berupa gerakan reflek, lalu berkembang menjadi gerakan
yang disadari dan bertujuan yang dikontrol oleh otak.

Proses maturasi kontrol gerakan volunter/ disadari secara


normal berlangsung secara bertahap/evolusi. Dimulai dari reflek
(spinal), kemudian menjadi gerakan semivolunter dan beberapa
gerakan volunter/sinergis (mid brain) dan terakhir gerakan volunter
(brain). Pada penderita stroke, terjadi evolusi terbalik, dimana kontrol
terhadap gerakan volunter hilang.
+
Tahap Penyembuhan Stroke

1. Terjadi setelah serangan, flaksid, tidak dapat mengerakkan anggota


badan yang lumpuh

2. Timbul spastisitas dan pola sinergis dasar, dapat menggerakkan


anggota badan yang lumpuh secara volunter meskipun baru minimal

3. Spastisitas bertambah, penderita mulai mengontrol gerak sinergis

4. Spastisitas menurun, dapat menggerakan anggota tubuhnya diluar


pola sinergis meski kesulitan

5. Spastisitas minimal, dapat melakukan gerakan kombinasi yang lebih


kompleks diluar pengaruh sinergis

6. Dapat melakukan banyak kombinasi gerakan dengan koordinasi


cukup baik, spastisitas menghilang
+
Dasar Metode Brunnstrom

Reflek dapat digunakan untuk merangsang timbulnya


gerakan yang hilang, karena gerakan reflek merupakan tahap
perkembangan normal, reflek akan menjadi sesuatu yang
‘normal’ jika ada kelainan pada pengontrol yang lebih tinggi
(otak), misalnya akibat stroke serta hemiplegia.

Refleks primitif dan sinergi yang terjadi ini dianggap


sebagai latihan normal dari proses penyembuhan stroke,
sehingga terbentuklah pola baru -> Brunnstrom
+
Dengan Brunnstrom, didapati kontrol motorik dapat
dikembalikan meskipun badan sedang mengalami masa
penyembuhan dari stroke.

Normalnya, gerakan otot adalah hasil kerja dari grup otot


bersama, atau yang disebut sinergi. Otak yang mempunyai tugas
untuk mengkoordinasikan gerakan ini, manjadi terpengaruh setelah
stroke. Setelah stroke terjadi, otot menjadi lemah karena kurangnya
koordinasi antara tubuh dan otak. Hal ini menyebabkan sinergi otot
bergerak dalam pola yang abnormal. Kebanyakan treatment
menawarkan pasien stroke akan fokus pada mencegah sinergi dan
gerakan otot atipikal. Pada Brunsstrom, di sisi lain, mengajarkan pola
sinergi yang abnormal tersebut tdapat menguntungkan.
+
Teori Brunnstrom (1)

 Sinergi

Konsep dasar pendekatan brunnstrom adalah


pendekatan sinergi, hubungan otot ke dalam unit-unit
fungsional. Pergerakan atau pola motor, terjadi pada level
spinal cord. Pola sinergi dapat dihasilkan dari stimulus refleks
atau usaha kemauan sendiri.
+
Teori Brunnstrom (2)

 Teori Sistem

Sistem saraf sebagai suatu elemen yang aktif ketika


melakukan treatment terhadap pasien hemiplegi. Dia
memfasilitasi refleks hanya untuk mempercepat penyembuhan
pasien dari kontrol gerakan secara sengaja. Pasien didorong
untuk memulai dan menentukan gerakan mereka dengan
terlebih dahulu mendapatkan kontrol terhadap pola sinergis.
Dengan membangun kemampuan ini, pasien mendapatkan
peningkatan jumlah pola gerakan.
+
Teori Brunnstrom (3)

 Asimetri Fungsional Otak

Aphasia terjadi pada hemiplegi kanan dan gangguan


persepsi spasieal yang mengikuti hemiplegi kiri.

Hemisfer otak kiri untuk mengontrol bagian kanan


tubuh dan untuk komunikasi, bila terjadi kerusakan,
mengalami gangguan membaca, menulis, kesalahan memilih
kata/pengucapan.

Hemisfer otak kanan untuk mengontrol tubuh kiri, bila


terjadi kerusakan, terjadi gangguan kognitif dan intelektual.
+
 Reaksi Asosiasi

Gerak involunter (refleks) atau menurunnya reflektif tulang


dan dapat dilihat dari pasien hemiplegi yang meliputi anggota gerak
yang sebagian tubuhnya (sisi sehat) ditahan saat bergerak. Reaksi
lebih mudah terjadi jika ada spastik, dan salah satu reaksi asosiasi
adalah pola gerak sinergi anggota gerak.

Reaksi asosiasi dapat digunakan untuk fasilitasi gerak bila


belum terdapat gerak volunter. Muncul pada saat menguap, bersin,
atau batuk.
+
 Pola

Sinergis
+
Prinsip Dasar Brunnstrom

Pada fase penyembuhan awal (1-3)

Tujuannya untuk menghasilkan sinergi. Latihannya


menguasai gerakan sinergi secara volunteer. Pasien dibimbing
dan diarahka terhadap gerakan sinergi hingga mampu melakukan
gerakan masal/sinergi tadi secara baik.

Latihan gerakan : reaksi asosiasi dan menggunakan


beberapa refleks primitif. Untuk memperkuat respon dilakukan
ATNR, STNR, stretch reflex. Juga diperkenalkan gerakan bolak-
balik antara sinergis ekstensor dan fleksor.
+
Prinsip Dasar Metode Brunnstrom

Tahap Penyembuhan Fase 4 & 5

Tujuannya untuk mendapatkan gerakan volunteer di


luar pola sinergi, dengan memecah belah gerakan sinergi,
dilakukan secara bertahap. Bisa dilakukan impuls sensoring
dengan tapping dan squesing/deep kneeding.
+
Prinsip Dasar Metode Brunnstrom

Tahap Penyembuhan Fase 6

Tujuannya untuk memperbaiki koordinasi gerakan


yang lebih halus dan terjadi ketepatan gerakan, terutama
fungsi membuka dan menutup tangan, misalnya menulis
+ Untuk mendapatkan/menambah besar respon tertentu, bisa
dengan teknik fasilitasi, seperti :
 Spinal reflek
 Stretch reflek
 Ketukan
 Vibrasi
 Visual
 Pendengaran
 Usapan
 Pengaturan posisi
 dll
+ Contoh Metode Brunnstrom untuk pengembalian gerak pada
Hand
+ FRENKEL’S
+
Suatu bentuk latihan gerak untuk perbaikan koordinasi
dengan menggunakan indra yang lain (visual, pendengaran,
reseptor) sebagai kompensasi terhadap hilangnya sensai kinetik.
Dr. H. S Frenkel melakukan studi terhadap Tabel Dorsalis
dan menemukan penanganan ataksia (gejala), dengan memakai
metode yang sistematis dan latihan secara bertahap. Sejak saat
itu, metode-metodenya digunakan untuk mengatasi
incoordination.
Program ini terdiri seri latihan yang sudah
terencana yang didesain untuk membantu mengkompensasi
ketidakmampuan dari lengan dan tungkai untuk melakukan
gerakan yang terkoordinasi, yaitu ketidakmampuan untuk
meletakkan posisi dan mengatakan dimana posisi lengan dan
tungkai jika bergerak tanpa pasien melihat gerakan.
+
Dasar Fisiologi Frenkel’s

a. Perbaikan koordinasi melalui indra yang lain

b. Belajar kembali tentang fungsi dan pola fungsional yang


hilang
+
Prinsip Fisiologi Frenkel’s

a. Tujuan latihan melatih koordinasi bukan penguatan, tidak


menggunakan resisted kecuali gravitasi

b. Lakukan latihan dengan instruksi dan aba-aba, suara yang lembut,


selama latihan harus dihitung

c. Pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga dapat dengan modah


melihat gerakan yang dilakukan.

d. Untuk menghindari kelelahan setiap gerakan dilakukan tidak boleh


lebih dari empat kali dan diselingi istirahat diantara setiap gerakan.

e. Latihan dilakukan dalam ROM yang normal untuk menghindari over-


streching dari otot.

f. Latihan dimulai dari gerakan yang sederhana kemudian ditingkatkan


pada pola gerakan yang lebih sulit.
+
Gerakan dalam Frenkel’s

a. Gross motor, gerakan kasar yang melibatkan aktivitas


tungkai atau axtremitas inferior.

b. Fine motor, Gerakan halus yang memerlukan keterampilan


dan koordinasi visual yang prima serta melibatkan
extremitas superior

Gerakan pada Frenkel’s sederhana -> sulit


+
Posisi Latihan

 Posisi tidur terlentang

 Posisi duduk

 Posisi berjalan

 Latihan untuk ekstremitas atas

Berbaring -> duduk -> berdiri -> berjalan


+
Posisi Tidur Terlentang
Tidur terlentang pada tempat tidur permukaan lembut dan kepala lebih tinggi dengan disangga bantal
supaya pasien dapat melihat dengan jelas setiap gerakan yang dilakukan. Adapun gerakan yang
dilakukan sebagai berikut :

1. Tekuk satu lutut dan panggul dan geser tumit sepanjang tempat tidur, luruskan kembali keposisi
awal. Ulangi gerakan

2. Tekuk satu tungkai pada lutut dan panggul seperti pada posisi 1, geser kesamping, kembali
ketengah kemudian luruskan tungkai kembali keposisi awal. Ulangi gerakan

3. Tekuk satu tungkai pada lutut dan panggul dengan tumit terangkat dari tempat tidur, luruskan
kembali keposisi awal dan ulangi pada tungkai yang lainnya.

4. Tekuk dan luruskan satu tungaki pada lutut dan panggul dengan tumit digeser pada tempat tidur
kemudian berhenti jika diberi aba-aba. Ulangi.

5. Tekuk satu tungkai pada lutut dan panggul dan letakkan tumit pada lutut tungkai yang lain,
kemudian geser kebawah sepanjang tulang kering kearah pergelangan kaki dan kembali keatas
kearah lutut, kembali keposisi awal. Ulangi .

6. Tekuk kedua lutut dan panggul, rapatkan kedua pergelangan kaki dan geser kedua tumit
sepanjang tempat tidur dengan kedua pergelangan kaki tetap rapat, luruskan kedua pergelangan
kaki tepat rapat, luruskan kedua tungkai dan kembali keposisi awal.

7. Tekuk satu tungkai pada lutut dan panggul bersamaan dengan satu tungkai yang lain diluruskan
seperti gerakan mengayuh sepeda.
+
Posisi Duduk
Posisi awal : Duduk tegak pada kursi dengan kedua kaki menempel
dilantai. Gerakannya :

1. Buatlah tanda, angkat sebatas tumit, kemudian tingkatkan gerakan


dengan mengangkat seluruh kaki dan letakkan kaki secara
perlahan pada gambar telapak kaki yang digambar dilantai.

2. Buat dua garis menyilang dilantai, secara bergantian geser kaki


sepanjang garis ke arah depan, belakang, kiri dan kanan.

3. Belajar untuk bangkit berdiri dan duduk kembali dengan hitingan


gerakan:
 hitungan satu : tekuk kedua lutut geser kebelakang
 Hitungan kedua : Condongkan badan kedepan
 Hitungan ketiga : Angkat badan dengan meluruskan kedua tungkai dan
luruskan punggung

4. Ulangi proses ini untuk keposisi duduk kembali.


+
Posisi Berjalan

a. Berjalan menyamping setengah langkah ke kanan

b. Berjalan maju pada 2 garis paralel dengan jarak 40 cm

c. Berjalan maju dengan menempatkan setiap kaki pada jejak yang


telah dibuat dengan jarak tertentu

d. Belok ke kanan

e. Berjalan naik turun tangga


+
Posisi Berjalan
Posisi awal : Berdiri tegak dengan jarak kedua kaki 4-6 inchi.
Gerakannya :

 Berjalan kesamping dimulai dari setengah langkah kekanan.


Lakukan gerakan ini dengan urutan hitungan.
 Hitungan pertama : Pindahkan berat badan pada kaki kiri
 Hitungan kedua : Letakkan kaki kanan 12 inchi kekanan
 Hitungan ketiga : Pindahkan berat badan kekaki kanan.
 Hitungan keempat : Angkat kaki kiri melewati kaki kanan
Ulangi pada tungkai yang lainnya.

 Berjalan kedepan diantara kedua garis sejajar dengan jarak 14


inchi, letakkan kaki kanan disamping garis kanan, letakkan kaki
kiri disamping garis kiri, dan kemudian berjalan dengan koreksi
pada langkah kaki. Istirahat setelah 10 langkah.
+
Posisi Berjalan

 Berjalan kedepan dengan meletakkan setiap kaki pada gambar kaki


yang sudah digambar dilantai. Latihan dengan quarter steps, half steps,
three quarter streps dan full streps.

 Berputar kekanan, dengan hitungan pertama : Angkat jari-jari kaki


kanan dan putar keluar, pivot pada tumit. Hitungan kedua : Angkat tumit
kiri dan pivot pada jari-jari kaki putar kedalam. Hitungan ketiga :
Berputar penuh. Ulangi gerakan untuk berputar kekiri.

 Berjalan naik dan turun tangga. Berjalan satu langkah, letakkan kaki
kanan ditangga kemudian angkat kaki kiri letakkan disamping kaki
kanan, kemudian lanjutkan ke anak tangga selanjutnya dengan pola
sama. Kemudian lanjutkan latihan dengan melangkah bergantian
dengan langkah biasa setiap anak tangga. Awal latihan gunakan
pegangan kemudian keseimbangan ditingkatkan tanpa pegangan.
+
Latihan untuk Ekstremitas Atas

 Gerakan fleksi dan ekstensi bergantian

 Gerakan abduksi dan adduksi bergantian

 Satu lengan fleksi dan abduksi, lengan lain ekstensi da


adduksi bergantian

 Latihan dipapan tulis : Merubah tanda minus menjadi plus


dan mengkopi garis lurus, silang, lingkar, dll.

 Latihan koordinasi mata tangan

 Latihan menggunakan peg bord, puzzle, balok susun dll.


+
+ TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai