TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keseimbangan
2.1.1 Definisi
dan juga sebagai faktor yang sangat penting dalam menjaga postur dan aktivitas
mengidentifikasi jarak dan arah dari gerakan, serta mampu untuk melakukan
Keseimbangan yang baik akan tercapai apabila terjadi integrasi yang baik antara
posisi tubuh dalam keadaan diam atau statis. Contoh keseimbangan statis ialah
ketika berdiri pada saat upacara bendera serta duduk ketika mengikuti pelajaran.
8
9
dalam keadaan bergerak pada landasan yang bergerak (dynamic standing) yang
otot, sendi jaringan lunak) yang keseluruhan kerjanya diatur oleh otak terhadap
respon atau pengaruh internal dan eksternal tubuh. Bagian otak yang mengatur
Keseimbangan yang baik didapat dengan adanya integrasi yang baik antara
1. Visual
muskuloskeletal yaitu otot dan tulang sehingga sistem ini akan bekerja
10
al.., 2011).
2. Vestibular
impuls sisi kiri maka impuls yang terkirim ke otak bersifat asimetris.
2016).
11
3. Somatosensori
medialis dan thalamus. Apabila input ini sudah diproses, otak akan
berikut :
bidang gerakan sehingga akan terjadi respon gerakan yang sesuai dan
efektif.
12
hidup maupun benda mati. Titik pusat ini terdapat pada titik tengah
manusia, beban tubuh ditopang oleh titik ini sehingga tubuh dapat
tubuh juga dipengaruhi oleh luas dari bidang tumpu. Semakin dekat
d. Kekuatan Otot
otot dihasilkan dari kontraksi otot secara maksimal. Otot yang kuat
sehari-hari akan berjalan baik. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta
2. Faktor Fisik ialah faktor-faktor yang terkait dengan Berat badan, umur,
strategi.
tubuh menjadi menurun. Selain itu peningkatan berat badan juga dapat
dan sebagainya. Pada usia belia hingga pubertas kebugaran pada anak
Pada BBS terdapat 14 tes yang dilakukan dalam waktu 15-20 menit.
BBS ini ialah nilai 0 – 20 memiliki arti resiko jatuh tinggi pada orang
56 memiliki arti resiko jatuh rendah pada lansia. BBS memiliki nilai
untuk dilakukan. Namun, apabila diteliti lebih jauh BBS menilai segala
Posisi awal pasien pada tes ini ialah duduk bersandar pada kursi dengan
Pasien kemudian berdiri dari kursi dan berjalan dalam jarak 3 meter
berjalan kembali menuju kursi. Waktu dihitung sejak aba – aba “mulai”
melakukan tes ini. Bila kurang dari 10 detik, maka subjek dikatakan
untuk anak anak yang diadaptasi dari BBS. Proses modifikasi BBS
muncullah PBS ini. PBS memiliki 14 tes yang dilakukan oleh anak –
anak sama seperti tes pada BBS. Namun, perbedaan PBS dan BBS
terletak pada waktu di setiap sesi tes. Pada BBS waktu tes sekitar 15
2.2.1 Anatomi
Kaki terbentuk dari bagian distal tulang fibula dan tibia, 7 buah tulang
tarsal, 5 buah metatarsal, dan 14 buah phalanges. Kaki dibagi menjadi 3 bagian
yaitu hindfoot (kaki bagian belakang yang meliputi talus dan calcaneus), mindfoot
(kaki bagian tengah yang meliputi tulang navikular, kuboid, dan 3 kuneiform),
dan forefoot (kaki bagian depan yang meliputi 5 tulang metatarsal, dan 14
phalanges (ruas jari kaki) kecuali ibu jari yang terdiri dari 2 phalanges (Lendra,
2007).
Terdapat berbagai sendi yang terbentuk pada kaki yaitu subtalar joint,
et al., 2012).
Otot – otot pada kaki dibagi menjadi dua jenis yaitu otot bagian ekstrintrik
dan otot bagian intrinsic. Otot ekstrinsik ialah otot yang berorigo di tulang tungkai
bawah dan berinsertio pada tulang – tulang kaki. Otot ekstrinsik dibagi menjadi 3
tibialis posterior), bagian lateral (fibularis longus dan fibularis brevis). Otot
intrinsik kaki merupakan otot yang berorigo dan berinsertio pada tulang – tulang
kaki. Otot intrinsik kaki terdiri dari empat lapisan yaitu lapis pertama (M.
lapis kedua (M. flexor accessories dan Mm. lumbricales), lapis ketiga (M. flexor
halluces brevis, M. adductor halluces, dan M. flexor difiti minimi brevis), dan
lapis keempat (Mm. interossei plantares dan Mm. interossei dorsales) (Moore &
Agur, 2015).
Tulang – tulang kaki tersusun tidak pada satu bidang horizontal tetapi tulang
dan mendistribusikan gaya berat yang berasal dari bagian atas tubuh dalam
keadaan berdiri tegak maupun bergerak pada permukaan yang selalu berubah.
Arkus kaki bersifat relatif lentur dimana arkus akan sedikit mendatar ketika
berdiri akibat dari beban tubuh dan akan kembali melengkung (melenting) ketika
kaki tidak mendapat beban tubuh seperti ketika berdiri (Neuman, 2010).
ketiga arkus bekerja bersama - sama untuk membagi beban tubuh ke segala arah.
20
datar jika dibandingkan dengan arkus longitudinal medial. Arkus ini akan
menumpu pada lantai ketika mendapat beban dari atas tubuh (Moore & Agur,
2015).
tinggi jika dibandingkan dengan kedua arkus lainnya. Arkus longitudinal medial
elastisitas pada arkus pada saat mendapat beban tubuh (Bachtiar, 2012).
melintang pada bagian coronal telapak kaki (Drake et al., 2012). Gambar dibawah
Apabila salah satu arkus kaki mengalami derajat penurunan, maka arkus lain
akan ikut mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh saling terikatnya satu
tulang dengan tulang lainnya sehingga tulang – tulang tersebut bekerja bersama –
sama. Apabila dilakukan pengamatan pada kaki seseorang yang basah dan
menimbulkan jejak, maka terlihat jelas bahwa calcaneus dan tepi lateral kaki
menapak pada tanah, namun bagian medial kaki tidak terdapat jejak apapun. Hal
ini membuktikan bahwa arkus longitudinal medial lebih tinggi jika dibandingkan
Derajat 3 : kaki tidak mempunyai arkus dan terbentuk sudut di kaki bagian medial
N 1 2 3
fungsi tubuh. Apabila terjadi penurunan arkus kaki maka kaki bagian belakang
pada otot ekstrinsik dan intrinsic kaki. Kelamahan pada otot fleksor kaki
dinamis.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk melihat penurunan arkus kaki ialah
( Pohl&Farr,2010.)
maupun air biasa. Pada pemeriksaan ini kaki dicelupkan atau dibasahi
Gambar 2.4 Jejak kaki cavus foot, normal foot, derajat 1 , derajat 2,
dan derajat 3 (Sumber : Idris, 2010)
Pada gambar 2.4 , dapat dilihat gambar jejak kaki dari kiri ke
kanan. Pada gambar paling kiri terlihat cavus foot dengan gambaran
jejaknya terputus pada sisi lateral. Bentuk kaki yang lebih lengkung
arkus kaki normal gambaran jejak kaki dengan arkus medial konkav
24
diem secara statis. Derajat 1 terlihat arkus bagian medial konkav tapi
hilang atau terdapat garis lurus pada bagian medial kaki. Derajat 3
terlihat apabila batas medial konvek. Penurunan arkus kaki dari normal
(Dabholkar, 2012).
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah sebuah indeks sederhana yang biasanya
berdasarkan tinggi dan berat badannya. IMT merupakan cara pengukuran yang
paling berguna untuk mengukur status gizi pada populasi. Pada orang dewasa
pengukuran IMT dapat menjadi acuan untuk melihat status gizi pada laiki-laki
diperlukan penyesuaian IMT dengan umur apabila ingin melihat status gizi.
Kategori IMT menurut WHO (2007) ialah sangat kurus < -3 SD, kurus < -2 SD,
Indeks massa tubuh ditunjukkan dengan perhitungan berat badan (kg) dibagi
dengan kuadrat tinggi badan (m). Berat badan diukur dengan timbangan serta
tinggi badan diukur dengan microtoise stature meter. Rumus untuk mengetahui
memasukkan data dari rumus diatas kedalam grafik tumbuh kembang menurut
Gambar 2.5 Grafik penentuan kategori IMT berdasarkan usia WHO 2007 untuk
anak perempuan usia 5 – 19 tahun (Sumber :WHO, 2007)
26
Gambar 2.6 Grafik penentuan kategori IMT berdasarkan usia WHO 2007 untuk
anak laki – laki usia 5 – 19 tahun (Sumber : WHO, 2007)
mengukur keseimbangan seseorang. Tes ini khsusus digunakan untuk anak anak
yang diadaptasi dari BBS. Proses modifikasi BBS yang dapat digunakan untuk
anak – anak sudah dilakukan dan muncullah PBS ini. PBS memiliki 14 tes yang
dilakukan oleh anak –anak sama seperti tes pada BBS. Namun, perbedaan PBS
dan BBS terletak pada waktu di setiap sesi tes. Pada BBS waktu tes sekitar 15
hingga 20 menit sedangkan pada PBS waktu yang digunakan lebih singkat sekitar
5 – 10 menit. Setiap tes juga memiliki nilai nilai tertinggi 4 dan terendah 0.
Interpretasi dari PBS sama dengan BBS yaitu 0 – 20 berarti keseimbangan sangat
PBS memiliki nilai test-retest yang sangat baik yaitu 0,923, nilai interrater
reliability 0,972, serta nilai intrarater reliability 0,895 – 0,998 (Franjoile et al.,
2010).
melakukan 14 tes yang diberikan dengan memberikan masing – masing tes skor
3. Berpindah (transfers)
8. Berdiri dengan satu kaki didepan (standing with one foot in front)
Nilai maksimal yang dapat dicapai dari seluruh tes diatas ialah 56 dimana
setiap tes memiliki nilai tertinggi 4 dan nilai terendah 0. Seluruh prosedur tes serta
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu cara untuk melihat status
gizi dan angka lemak didalam tubuh. IMT yang terdiri empat kategori yaitu sangat
kurus, kurus, normal, overweight, dan obesitas dapat mempengaruhi kerja tubuh
dalam kehidupan sehari – hari. Peningkatan IMT dari kategori normal menjadi
kolesterol yang akan memicu timbulnya resiko penyakit jantung, selain itu akan
kekuatan otot serta penurunan keseimbangan (CDC, 2000). Anak – anak usia 7 –
tahun ini mengalami peningkatan IMT maka akan terjadi beberapa gangguan
muskuloskeletal.
mengalami penurunan arkus kaki. Arkus kaki berguna sebagai shock absorber
selama fase berdiri maupun berjalan. Apabila terjadi penurunan arkus kaki, maka
akan terjadi perubahan pusat tekanan (center of pressure) yang berakibat pada
overweight atau obesitas. Hal ini terjadi karena adanya proses penurunan
kapasitas aktivasi neural yang akan menyebabkan penurunan pada derajat ataupun
pola dari perekrutan serabut otot. Penurunan kekuatan otot dapat pula terjadi
akibat dari terjadinya penumpukan lemak lebih banyak yang akan menurunkan
aktivitas otot (Tomlinson et al., 2015). Kekuatan otot trunk untuk melawan
tekanan dari luar serta kekuatan otot tungkai untuk melawan gravitasi sangat
Indeks Massa Tubuh (IMT) maka akan terjadi penurunan keseimbangan yang
tubuh pada anak – anak yaitu apabila terjadi peningkatan kategori IMT akan
terjadi penurunan arkus kaki yang berdampak terhadap terjadinya perubahan pusat
pola rekrutmen serabut otot sehingga terjadi penurunan kekuatan otot serta
gangguan keseimbangan pada tubuh. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian
Lucky Prasetiowati et al., (2017) yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara
Indeks massa Tubuh (IMT) dengan keseimbangan postural dan kekuatan otot pada
yang sering terjadi pada anak – anak. Sebanyak 75,3% anak yang mengalami
penurunan arkus kaki tidak mampu menjaga posisi tubuh dalam keadaan berdiri
satu kaki dalam waktu yang lama. Hal ini terjadi dikarenakan terjadinya
ketidakstabilan subtalar joint dan perubahan posisi sendi ini menjadi eversi.
posisi statis seperti berdiri dengan satu kaki (Benedetti et al., 2011).
berperan penting untuk menjaga posisi tubuh dalam keadaan statis maupun
dinamis. Apabila terjadi penurunan arkus kaki, otot – otot ekstrinsik dan intrinsic
kaki mengalami kelelahan dan terjadi peregangan pada ligamen yang menjaga
sendi pada kaki. Hal ini menyebabkan terjadinya collaps pada arkus kaki yang