Anda di halaman 1dari 68

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori
1. Postur Tubuh
a. Pengertian postur tubuh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), postur adalah bentuk
atau keadaan tubuh; perawakan. Tubuh adalah keseluruhan jasad manusia atau
binatang yang kelihatan dari bagian ujung kaki sampai ujung rambut. Jadi
berdasarkan KBBI, postur tubuh adalah bentuk atau keadaan tubuh, perawakan
keseluruhan jasad manusia yang kelihatan dari bagian ujung kaki sampai ujung
rambut.
Sedangkan menurut Sugiyanto (2001: 109) bahwa postur tubuh
merupakan perpaduan antara tinggi badan, berat badan, serta berbagai ukuran
anthropometrik lainnya yang ada pada tubuh. Postur tubuh adalah posisi di mana
kita dapat menahan tubuh kita tegak melawan gravitasi saat berdiri, duduk atau
berbaring (Zaharieva, 2016: 206). Roaf (1978) dalam Solberg (2008: 17)
mendefinisikan postur sebagai “posisi sementara” yang diasumsikan oleh tubuh
dalam persiapan untuk posisi berikutnya. Oleh karena itu, berdiri statis bukanlah
postur “nyata”, karena kita jarang mempertahankan posisi seperti itu.
Postur adalah suatu istilah keseluruhan meliputi disposisi relatif dari
semua banyak bagian tubuh, terutama bentuk dan posisi tulang belakang
(Paterson, 2009: 1). Ini tidak dapat dianggap dalam isolasi, tapi hanya dalam
hubungan dengan situasi atau lingkungan yang berlaku pada seseorang, yang
mungkin statis atau dinamis. Dalam postur statis, meskipun seseorang mungkin
berdiri, duduk atau berbaring diam, ini harus benar dianggap sebagai gerakan
yang ditangguhkan sementara atau postur dinamis, bahkan yang kita sebut ini
sebagai postur statis, selalu ada kecenderungan untuk berubah. Pada postur
dinamis ada perubahan konstan dalam posisi relatif dan garis arah semua bagian
tubuh, terutama terhadap struktur integral tulang belakang, yang sering terjadi
selama aktivitas seperti berjalan, berlari, menari, penanganan manual, dll.
commit to user

10
library.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

Faktanya, postur dinamis secara sederhana menggambarkan hubungan yang


berubah secara konstan antara semua bagian tubuh yang terjadi selama gerakan.
Postur yang baik, baik statis atau dinamis, sulit didefinisikan, tetapi
karena semua komponen muskuloskeletal tubuh-dan tidak hanya kolom
vertebral-berkontribusi dan mempertahankan postur, istilah postur yang baik
mungkin paling baik mengacu pada sesuatu yang ditempatkan, dengan sedikit
ketegangan pada tulang-tulang, persendian dan struktur pendukungnya. Dalam
praktiknya, postur tubuh yang baik harus sama pada saat berdiri, duduk,
berbaring, atau bergerak dengan nyaman. Postur yang buruk, sebaliknya,
menyiratkan penggunaan yang tidak efisien atau penyalahgunaan yang jelas dari
persendian dan otot-otot dan ligamen-ligamen terkait, dengan progresif dan,
akhirnya, efek merugikan yang tidak dapat berubah, berkaitan dengan fisik dan
kemungkinan kecacatan yang menyakitkan.
Dalam beberapa literatur, ditemukan ada beberapa penggunaan istilah
yang digunakan untuk mengacu pada postur tanpa gangguan dan postur dengan
gangguan. Beberapa istilah yang digunakan untuk mengacu pada postur tanpa
gangguan atau masalah yaitu “good”, “ideal”, “normal”, “eficient”, dll. Dan
beberapa istilah yang digunakan untuk mengacu pada postur dengan adanya
gangguan atau masalah yaitu “bad”, “abnormal”, “deficient”, “malalignment”,
dll.

b. Postur tegak yang baik


Postur tegak yang baik (Gambar 2.1) memerlukan suatu pemahaman
tentang struktur dan fungsi kolom vertebral serta prinsip-prinsip dasar
mempertahankan sikap tegak. Ini juga memerlukan kemampuan untuk
mengamati dan menilai postur sehingga dapat mengenali kebiasaan-kebiasaan
postural, pola-pola kesalahan dan gerakan yang umum.

commit to user
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.1. Postur tegak yang baik. Reproduksi dengan izin dari Sahrmann
(2002) dalam Paterson (2009: 3).

Adapun prinsip-prinsip dasar mempertahankan sikap tegak yaitu, struktur


anatomi spinal, massa tubuh dan pusat gravitasi, basis tumpuan (Base of
Support), garis gravitasi, pusat tekanan (Center of Pressure) dan keseimbangan
dan stabilitas (Paterson, 2009: 3). Masing-masing akan dijelaskan sebagai
berikut:
(1) Struktur anatomi spinal
Punggung atau struktur tulang belakang terdiri dari kolom vertebral
dan ligamen-ligamen dan otot-otot terkait, bersama dengan discus
intervertebral dan isi kanal vertebral (Gambar 2.2-2.4). Kolom vertebral
terbentuk dari ruas-ruas tulang belakang dan tulang pelvic. Total jumlah ruas
tulang belakang ada 33. Ini terdiri dari 7 ruas tulang cervical, 12 ruas tulang
thoracic, 5 ruas tulang lumbar, 5 ruas tulang sacrum, dan 4 ruas tulang
coccyx.

commit to user
library.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.2. Tulang belakang tampak samping (kiri) dan belakang (kanan)
(Paterson, 2009: 3-4).

Otot-otot yang mempertahankan struktur tulang belakang ini seperti,


otot iliocostalis lumborum, otot longissimus thoracis, otot spinalis thoracis,
otot longissimus capitis, otot iliocostalis cervicis, dan masih banyak otot-otot
lainnya. Ligamen adalah jaringan berbentuk pita yang tersusun dari serabut-
serabut yang berperan dalam menghubungkan antara tulang yang satu
dengan tulang yang lain pada sendi. Ligamen mengikat luar ujung tulang
yang saling membentuk persendian, membantu mengontrol rentang gerak,
dan menstabilkan mereka sehingga tulang dapat bergerak dengan baik.
Tanpa adanya ligamen, antara tulang yang satu dengan tulang yang lain tidak
akan menyatu dan juga tidak dapat melakukan pergerakan saat otot-otot
berkontraksi. Walaupun bisa, gerakan yang ditimbulkan tidak akan sempurna
(http://www.ilmudasar.com). Ligamen-ligamen pada struktur tulang
belakang seperti ligamentum flavum, facet capsulary ligament, interspinous
ligament, supraspinous ligament, anterior longitudinal ligament, posterior
longitudinal ligament, dan intertransverse ligament. Isi dari kanal vertebral
adalah medula spinalis. Medula spinalis (spinal cord) adalah jaringan saraf
berbentuk seperti kabel putih yang memanjang dari medula oblongata turun
melalui tulang belakang dan bercabang ke berbagai bagian tubuh.
Medula spinalis merupakan bagian utama dari sistem saraf pusat yang
commit to user
melakukan impuls saraf sensorik dan motorik dari dan ke otak. Disebut juga
library.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

saraf tulang belakang atau sumsum tulang belakang


(http://www.kamuskesehatan.com).

Gambar 2.3. Atas: discus yang tidak dibebani; tampak samping. Bawah:
discus yang dibebani; tampak samping. (Paterson, 2009: 4).

Gambar 2.4. Bagian-bagian penyusun otot erector spinae. Reproduksi


dengan izin dari Palastanga et al. (2006) dalam Paterson (2009: 7).

(2) Massa tubuh dan pusat gravitasi


Pusat massa suatu benda didefinisikan sebagai titik dimana massa
terdistribusi secara merata dan definisi ini tidak dapat dengan mudah
diterapkan pada tubuh manusia yang berbentuk tidak beraturan. Namun,
commit to user massa keseluruhan tubuh dan
dengan terlebih dahulu mempertimbangkan
library.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

kemudian menilai persentase kepala, leher, batang tubuh, anggota tubuh


bagian atas dan bawah berkontribusi secara individual, memungkinkan
perkiraan di mana pusat gravitasi akan berada ketika tubuh berdiri tegak.

Tabel 2.1. Massa pada Setiap Segmen Tubuh dalam Persentase dari Total
Massa Tubuh
Segmen % dari massa tubuh
Batang tubuh 49.7
Kepala dan leher 8.1
Lengan atas 2.8 satu sisi
Lengan bawah 1.6 satu sisi
Tangan 0.6 satu sisi
Total lengan 5.0 satu sisi
Tungkai kaki atas 10.0 satu sisi
Tungkai kaki bawah 4.7 satu sisi
Kaki 1.4 satu sisi
Total tungkai kaki 16.1 satu sisi
Sumber: Reproduksi dengan izin dari Palastanga et al.
(2002) dalam Paterson (2009: 8).

(3) Basis tumpuan


Setiap bagian dari suatu benda yang bersentuhan dengan permukaan
merupakan bagian yang menumpu benda tersebut, oleh karena itu,
menumpunya ini digambarkan sebagai basis tumpuan. Hal ini dapat berubah
dan tergantung pada apakah objek statis atau bergerak dan, di mana tubuh
manusia terpusat, akan bergantung pada postur spesifik yang disesuaikan
pada setiap waktu tertentu.
(4) Garis gravitasi
Dalam postur tegak ideal statis, garis gravitasi digambarkan sebagai
garis tegak lurus yang jatuh melewati tengah pusat gravitasi tubuh.
(5) Pusat tekanan
Ada gaya yang direfleksikan dari tanah sebagai hasil dari aksi berat
tubuh ke tanah. Pusat dari gaya yang direfleksikan ini digambarkan sebagai
pusat tekanan dan, dalam sikap tegak lurus, ini berada di dalam basis
tumpuan tubuh.
commit to user
library.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

(6) Keseimbangan dan stabilitas


Bentuk tubuh, massa dan orientasi dalam kaitannya dengan area
permukaan, bentuk dan posisi dari basis tumpuan menentukan di mana pusat
dan garis gravitasi akan berada. Semua faktor ini berkontribusi pada
stabilitas dan keseimbangan keseluruhan.

Gambar 2.5. BOS, COP, dan batas stabilitas. Saat berdiri tegak diam, area
kontak dengan lantai pada bagian bawah kaki dan area di antara kaki
merupakan basis tumpuan (Base of Support). Karena individu tidak dapat
dengan mudah memindahkan garis gravitasi ke bagian luar BOS, batas
stabilitas telah didefinisikan sebagai area di mana individu dapat
memindahkan garis gravitasi tanpa kehilangan keseimbangan. Pusat tekanan
(Center of Pressure) dari gaya reaksi tanah terletak di dalam dua area
tersebut. Karena individu akan selalu sedikit bergoyang, COP berisolasi
dengan amplitudo tertentu. Direproduksi dengan izin dari Trew & Everett
(2005) dalam Paterson (2009: 8).

c. Faktor-faktor pengaruh
Karena semua individu memiliki profil-profil anatomis yang unik, sulit
mengidentifikasi atribut definitif untuk menggambarkan postur yang normal.
Bagaimanapun, ini mungkin, untuk mengidentifikasi komponen-komponen dari
keselarasan dan postur ideal dan ini adalah standar yang digunakan untuk
mengamati dan menilai banyak variasi postural yang mungkin ditemui.
Sebelum menilai postur tubuh, informasi pribadi seperti usia, jenis
kelamin, riwayat kesehatan, status psikologis dan pengaruh adaptif seperti,
pekerjaan, gaya hidup dan lain-lain, harus diperhatikan (Paterson, 2009: 9).
Menurut Solberg (2008: 18-19), kinesiologis dan faktor-faktor lain yang
commit to user
mempengaruhi postur manusia adalah sebagai berikut:
library.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

(1) Keturunan; Bawaan genetika seseorang terlahir dan akan mempengaruhi


perkembangan fisik dan pola postur. Rincian seperti perawakan (ectomorf,
mesomorf, endomorf) dan panjang dan berat tulang adalah pemberian saat
lahir dan bersama-sama merupakan faktor dominan dalam perkembangan
postural.
(2) Usia; Pola postural berubah selama siklus hidup, dari saat lahir, melalui
semua tahap perkembangan hingga usia tua. Contoh yang tepat dari
perubahan ini dapat dilihat terutama pada:
(a) Perkembangan bertahap dari struktur lengkungan telapak kaki;
(b) Posisi sendi ekstremitas bawah;
(c) Perubahan pada sudut yang berkaitan dengan struktur anatomi femur;
(d) Posisi dan stabilitas panggul;
(e) Perkembangan kurva spinal; dan
(f) Stabilitas shoulder girdle.
(3) Jenis kelamin; Beberapa ketidaksamaan terbukti antara postur pria dan
wanita dan secara umum disebabkan oleh perbedaan anatomis dan fisiologis.
(a) Sudut lumbar pelvic yang lebih besar di antara wanita (yang
mempengaruhi posisi panggul dan kolom spinal lumbal); dan
(b) Persentase jaringan lemak yang lebih tinggi pada wanita (yang mana
memiliki efek keseluruhan pada struktur tubuh dan pola postural).
(4) Kondisi lingkungan; Kondisi lingkungan mempengaruhi semua area di mana
manusia melakukan kehidupannya, di antaranya:
(a) Lingkungan kerja-pekerjaan yang dilakukan seseorang, aktivitas yang
dilakukan sepanjang hari, bahkan kebiasaan berpakaian yang berlaku
(setelan jas, sepatu hak tinggi atau pakaian santai?) memiliki efek
kumulatif pada pola postural dan gerakan (Hales & Bernard, 1996 dalam
Solberg, 2008: 19); dan
(b) Faktor-faktor sosial-termasuk norma sosial mempengaruhi postur tubuh
seperti cara orang berjalan dan berpakaian, dan sebagainya. Contohnya
kemungkinan postur “santai” yang disukai oleh remaja, jalan
membungkuk yang dipengaruhi oleh model busana atau ketegangan
memegang senapan oleh commit
petugastomiliter.
user
library.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

(5) Keadaan emosional; Pola postural adalah petunjuk visual untuk keadaan
emosional. Dari tahap perkembangan awal, pola gerakan menjadi begitu
saling terkait dengan kesan emosional dan kognitif sehingga stres otot
kumulatif di tubuh dapat dilihat sebagai cermin ekspresi tubuh. Orang yang
mengalami stres emosional, kegelisahan, kesedihan atau kurangnya
kepercayaan diri, menanggung tubuh mereka dalam suatu sikap yang secara
eksternal merefleksikan perasaan ini.
(6) Aktivitas fisik; Aktivitas fisik yang disesuaikan dapat berkontribusi pada
perkembangan normal dan untuk peningkatan pola gerakan dan postural,
tetapi dalam beberapa kasus dimana aktivitas tidak menjaga keseimbangan
tubuh, hasilnya mungkin keterbatasan fungsional dan penurunan pola
gerakan optimal. Menurut WHO, aktivitas fisik dapat dikategorikan menjadi:
(a) Aktivitas saat belajar/bekerja (aktivitas termasuk kegiatan belajar,
latihan, aktivitas rumah tangga, dll.);
(b) Perjalanan ke dan dari tempat aktivitas (perjalanan ke tempat kerja,
belanja, ke supermarket, dll.);
(c) Aktivitas rekreasi (olahraga, fitness, dan rekreasi lainnya);
(d) Aktivitas menetap (aktivitas yang tidak memerlukan banyak gerak
seperti duduk saat bekerja, duduk saat di kendaraan, menonton televisi,
atau berbaring, kecuali tidur).
Menurut artikel yang ditulis oleh Zaharieva (2016: 207) menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi postur tubuh adalah sebagai berikut:
(1) Penuaan–tubuh berangsur-angsur kehilangan kapasitasnya untuk menyerap
dan mentransfer gaya.
(2) Inaktif/gaya hidup bermalas-malasan/keengganan untuk latihan–
menyebabkan hilangnya aliran gerakan alami.
(3) Kebiasaan postural yang buruk–akhirnya menjadi struktural.
(4) Kompensasi biomekanika–ketidakseimbangan otot, pemendekan adaptif,
ketidakstabilan dan kelemahan otot.
(5) Komposisi tubuh–peningkatan beban, penekanan pada struktur tulang
belakang, menyebabkan deviasi tulang belakang.
(6) Ruang kerja–ergonomi. commit to user
library.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

(7) Teknik gerakan/eksekusi/latihan yang buruk.


(8) Cidera–menyebabkan penurunan kapasitas dan elastisitas pembebanan.
(9) Dan lain-lain (McGill, 2007 dalam Zaharieva, 2016: 207).
Dan, dalam sumber majalah International Therapist (2012) menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi postur tubuh seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Postur Tubuh Menurut


International Therapist
Faktor-faktor Masalah-masalah yang Mungkin Ditemui
 skoliosis di semua atau sebagian tulang belakang.
 perbedaan panjang pada tulang panjang anggota tubuh atas
dan bawah.
Struktural
 tulang rusuk ekstra.
atau Anatomi
 tulang belakang ekstra.
 peningkatan elastin dalam jaringan (penurunan kekakuan
ligamen).
 postur berubah secara besar saat kita tumbuh menjadi
Usia bentuk dewasa, dengan postur pada anak-anak menjadi
sangat berbeda pada usia yang berbeda.
 postur berubah secara sementara dalam suatu cara kecil
ketika kita merasa waspada dan bersemangat
dibandingkan ketika kita merasa tenang dan lelah.
 nyeri atau ketidaknyamanan dapat mempengaruhi postur
saat kita mengadopsi posisi untuk meminimalkan
ketidaknyamanan. ini mungkin sementara atau bisa
Fisiologis
menghasilkan perubahan postural jangka panjang jika
posisi dipertahankan.
 perubahan fisiologis yang menyertai kehamilan adalah
sementara (misalnya, sakit punggung bawah sebelum atau
setelah melahirkan), tetapi kadang-kadang menghasilkan
yang lebih permanen, perubahan postural kompensasi.
 sakit atau penyakit mempengaruhi postur kita, terutama
ketika tulang dan sendi terlibat. osteomalasia dapat
muncul sebagai genu varum; perubahan artritis sering
terungkap ketika persendian pada anggota tubuh diamati.
 nyeri dapat menyebabkan postur yang berubah saat kita
mencoba untuk meminimalkan ketidaknyamanan
Patologis
(misalnya, setelah cidera whiplash, klien dapat
membungkukkan bahu secara protektif; nyeri perut dapat
menyebabkan fleksi tulang belakang).
 malalignment dalam penyembuhan patah tulang terkadang
diamati perubahan kontur tulang.
 commit
kondisi tertentu to user
dapat menyebabkan peningkatan atau
library.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

penurunan tonus otot. misalnya, seseorang yang menderita


stroke mungkin memiliki tonus yang meningkat pada
beberapa anggota tubuh tetapi penurunan tonus pada yang
lainnya.
 sebagai dewasa lanjut, kita cenderung kehilangan tinggi
sebagai hasil perubahan osteoporosis sehingga
mengembangkan postur membungkuk; wanita
pascamenopause dapat mengembangkan suatu “punuk
dowager’s”.
 pertimbangkan perbedaan postural antara pekerja manual
Pekerjaan dan pekerja kantor, dan antara seseorang yang aktif dan
seseorang yang tidak aktif.
 pertimbangkan perbedaan postural antara seseorang yang
Rekreasi memainkan olahraga raket teratur dan seseorang yang
berkomitmen bersepeda.
 ketika seseorang merasa dingin mereka mengadopsi postur
Lingkungan
yang berbeda ketika mereka merasa hangat.
 orang yang terbiasa duduk bersila atau jongkok
Sosial dan
mengembangkan postur yang berbeda dari orang-orang
Budaya
yang terbiasa duduk di kursi.
 biasanya, postur yang secara tidak sadar kita adopsi untuk
menyesuaikan suasana hati adalah sementara, tapi dalam
beberapa kasus itu bertahan jika tingkat emosional
Emosional tersebut adalah kebiasaan. pertimbangkan postur
seseroang yang berduka, atau tonus otot pada seseorang
yang marah.
 klien yang takut nyeri dapat mengadopsi postur protektif.
Sumber: International Therapist (2012: 38).

d. Pertumbuhan dan perkembangan anak-anak dan remaja


(1) Masa anak-anak
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 Ayat 1, anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak adalah
sejak anak di dalam kandungan sampai usia 19 tahun. Berdasarkan Konvensi
Hak-Hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-
Bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 dan diratifikasi Indonesia pada
tahun 1990, Bagian 1 pasal 1, yang dimaksud anak adalah setiap orang yang
berusia di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku
commit to user
bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.
library.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu


peningkatan ukuran dan struktur. Anak tidak saja menjadi besar secara fisik,
tapi ukuran dan struktur organ dalam tubuh dan otak meningkat. Akibatnya
ada pertumbuhan otak, anak tersebut memiliki kemampuan yang lebih besar
untuk belajar, mengingat dan berpikir. (Hurlock).
Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif,
yaitu perubahan–perubahan psikofisis yang merupakan hasil dari proses
pematangan fungsi–fungsi yang bersifat psikis dan fisik pada diri anak
secara berkelanjutan, yang ditunjang oleh faktor keturunan dan faktor
lingkungan melalui proses maturation dan proses learning. Maturation
berarti suatu proses penyempurnakan, pematangan dari unsur-unsur atau
alat-alat tubuh yang terjadi secara alami. Proses learning merupakan proses
belajar, melalui pengalaman pada jangka waktu tertentu untuk menuju
kedewasaan. (Achir, 1979).
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang teori-teori
pertumbuhan dan perkembangan anak (Kartono, 1979: 37):
(a) Kartini Kartono membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak
menjadi 5, yaitu:
i. 0 – 2 tahun adalah masa bayi.
ii. 1 – 5 tahun adalah masa kanak-kanak.
iii. 6 – 12 tahun adalah masa anak-anak sekolah dasar.
iv. 12 – 14 adalah masa remaja
v. 14 – 17 tahun adalah masa pubertas awal.
(b) Aristoteles membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak
menjadi 3, yaitu:
i. 0 – 7 tahun adalah tahap masa anak kecil.
ii. 7 – 14 tahun adalah masa anak-anak, masa belajar, atau masa
sekolah rendah.
iii. 14 – 21 tahun adalah masa remaja atau pubertas, masa peralihan
dari anak menjadi dewasa.
Menurut Hurlock dalam bukunya yang berjudul Child Development,
commit 5toperiode
perkembangan anak dibagi menjadi user (Hurlock, 1993: 37), yaitu:
library.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

(a) Periode pra lahir yang dimulai dari saat pembuahan sampai lahir. Pada
periode ini terjadi perkembangan fisiologis yang sangat cepat yaitu
pertumbuhan seluruh tubuh secara utuh.
(b) Periode neonatus adalah masa bayi yang baru lahir. Masa ini terhitung
mulai 0 sampai dengan 14 hari. Pada periode ini bayi mengadakan
adaptasi terhadap lingkungan yang sama sekali baru untuk bayi tersebut
yaitu lingkungan di luar rahim ibu.
(c) Masa bayi adalah masa bayi berumur 2 minggu sampai 2 tahun. Pada
masa ini bayi belajar mengendalikan ototnya sendiri sampai bayi tersebut
mempunyai keinginan untuk mandiri.
(d) Masa kanak-kanak terdiri dari 2 bagian yaitu masa kanak-kanak dini dan
akhir masa kanak-kanak. Masa kanak-kanak dini adalah masa anak
berusia 2 sampai 6 tahun, masa ini disebut juga masa pra sekolah yaitu
masa anak menyesuaikan diri secara sosial. Akhir masa kanak-kanak
adalah anak usia 6 sampai 13 tahun, biasa disebut sebagai usia sekolah.
(e) Masa puber adalah masa anak berusia 11 sampai 16 tahun. Masa ini
termasuk periode yang tumpang tindih karena merupakan 2 tahun masa
kanak-kanak akhir dan 2 tahun masa awal remaja. Secara fisik tubuh
anak pada periode ini berubah menjadi tubuh orang dewasa.
(2) Masa remaja
Pengertian remaja (adolesence) berasal dari kata “adolescere” yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1994 dalam Jafar
2005: 1). Masa remaja dimulai pada saat anak perempuan mengalami
menstruasi yang pertama atau menarche, sedangkan pada anak laki-laki yaitu
pada saat keluarnya cairan semen. Waktu terjadi proses kematangan seksual
pada laki-laki dan perempuan berbeda.
Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai
dengan perubahan dalam bentuk ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan
aspek fungsional. WHO (World Health Organization) memberikan definisi
masa remaja di usia 10-24 tahun. UNICEF membagi usia remaja dalam 2
kategori yaitu remaja dini (early adolescence) pada usia 10-14 tahun dan
commit
remaja akhir (late adolescence) to user
pada usia 15-19 tahun. Berbagai pendapat
library.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

mengenai batasan usia remaja, disimpulkan bahwa secara teoritis dan


empiris, rentang usia remaja berada dalam usia 12-21 tahun bagi wanita dan
13-22 tahun bagi pria. Jika dibedakan atas remaja awal dan akhir, maka
remaja awal berada pada usia 12 tahun atau 13 tahun sampai 17 tahun atau
18 tahun dan remaja akhir pada rentang usia 17 tahun atau 18 tahun hingga
usia 21 tahun atau 22 tahun (Panuju & Umami, 1999 dalam Jafar 2005: 2).
Pertumbuhan fisik remaja merupakan pertumbuhan yang paling
pesat. Remaja tidak hanya tumbuh dari segi ukuran (semakin tinggi atau
semakin besar), tetapi juga mengalami kemajuan secara fungsional, terutama
organ seksual atau pubertas. Hal ini ditandai dengan datangnya menstruasi
pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki.
Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat
progresif dan kontinyu dan berlangsung dalam periode tertentu. Perubahan
ini berkisar hanya pada aspek-aspek fisik individu. Pertumbuhan ini meliputi
perubahan yang bersifat internal maupun eksternal. Pertumbuhan internal
meliputi perubahan ukuran alat pencernaan makanan, bertambahnya ukuran
besar dan berat jantung dan paru-paru, bertambah sempurna sistem kelenjar
kelamin, dan berbagai jaringan tubuh. Adapun perubahan eksternal meliputi
bertambahnya tinggi badan, bertambahnya lingkar tubuh, perbandingan
ukuran panjang dan lebar tubuh, ukuran besarnya organ seks, dan munculnya
atau tumbuhnya tanda-tanda kelamin sekunder.
Pada masa remaja terjadi keunikan pertumbuhan dan perkembangan
karakteristiknya yaitu sebagai berikut (Husaini & Husaini, 1989 dalam Jafar,
2005: 2):
(a) Pertumbuhan fisik yang sangat cepat.
(b) Pertumbuhan remaja putra dan putri berbeda dalam besar dan susunan
tubuh sehingga kebutuhan gizinya pun berbeda.
(c) Pertumbuhan dan perkembangan pada remaja putri terjadi lebih awal,
yaitu pada usia 11-13 tahun sehingga pada usia 13-14 tahun remaja putri
terlihat lebih tinggi dan besar.
(d) Pertumbuhan fisik dan pematangan fungsi-fungsi tubuh adalah proses
akhir dari masa remaja.commit to user
Keadaan ini menentukan pada waktu dewasa
library.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

seperti bertambah pendek atau tinggi, lamban atau energik, ulet atau
pasrah.
(e) Terjadi perubahan hormon seks.

e. Posturogenesis
Dimulai saat lahir, dan sampai saat kematian, perubahan bentuk tulang
belakang seseorang dikondisikan oleh proses posturogenesis. Posturogenesis
(perkembangan postural) adalah proses membentuk postur tubuh selama
perkembangan ini. Ini adalah proses yang sangat intensif, khususnya selama
masa anak-anak (Wolanski, 2005; Angelakopoulos et al., 2008 dalam Olszewska
& Trzcińska, 2012: 193). Spesifisitas konstruksi tulang belakang, yang mana
memiliki lengkungan spinal anterior-posterior, terhubung dengan fungsinya,
serta dengan fakta bahwa manusia mengadopsi posisi tegak (Iwanowski, 1982;
Kiwerski, 2009; Lewandowski, 2006 dalam Olszewska & Trzcińska, 2012: 193).
Posturogenesis – perjalanan perkembangan postur – proses yang melalui seluruh
waktu ontogenesis, dengan periode kritikal usia sekolah dan pubertas (Czakwari
et al., 2008: 107). Posturogenesis meliputi pertumbuhan dari dada, pembentukan
lengkungan sagital kolom vertebral, perkembangan panggul dan tungkai
(Czakwari et al., 2008: 107). Elemen yang paling penting untuk menilai jalannya
posturogenesis adalah mendiagnosis anak-anak dan remaja, dengan perhatian
khusus yang diberikan untuk mendeteksi cacat postural (Olszewska &
Trzcińska, 2012: 193).
Selama periode awal sekolah (7 sampai 10 tahun), pertumbuhan tubuh
relatif stabil (Kellis & Emmanouilidou, 2010 dalam Walicka-Cupryś, 2015: 1).
Kyphotic dan keseimbangan postur tubuh mendominasi selama periode usia
tujuh hingga delapan tahun (Barczyk et al., 2005 dalam Walicka-Cupryś, 2015:
1). Namun, ketika anak mulai bersekolah, waktu mereka dihabiskan dalam
posisi duduk berkepanjangan, yang dapat menghasilkan gangguan
posturogenesis. Oleh karena itu, periode ini disebut “periode kritis pertama
posturogenesis”.

commit to user
library.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

f. Evaluasi postur tubuh


Evaluasi postur dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu, statis dan
dinamis. Evaluasi statis dilakukan terhadap postur seseorang pada saat dalam
posisi diam, sedangkan evaluasi yang bersifat dinamis dilakukan saat seseorang
sedang bergerak, meliputi gerakan pada saat berjalan, memanjat, turun tangga,
berdiri, dan aktivitas-aktivitas lainnya.
Adapun contoh pengamatan postural normal statis dari beberapa arah sisi
tubuh sebagai berikut:
(1) Postural normal statis dari samping
Dalam posisi ini garis tegak lurus imajiner mewakili garis gravitasi
postural dan memudahkan pengamatan simetri relatif pada bidang sagital.
Dimulai dengan tulang belakang, amati hubungannya dengan garis tegak
lurus posisi kepala, ujung bahu, sendi pangkal paha dan lutut, dan catat
ketegangan yang tidak perlu pada otot-otot dan jaringan lunak terkait
(Gambar 2.6-2.7).

Gambar 2.6. Garis yang diproyeksikan melalui pusat gravitasi ke lantai yang
disebut garis gravitasi. Pada gambar, garis ini menunjukkan seseorang
berdiri tegak yang ideal. Beberapa penanda anatomi memberi indikasi yang
lebih baik dimana garis berada. Reproduksi dengan izin dari Trew & Everett
(2005) dalam Paterson (2009: 13).

commit to user
library.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.7. Garis arah ideal tampak samping. Subjek berdiri tegak dengan
kaki telanjang (tanpa alas), ditempatkan sedikit terpisah agar berada tepat di
bawah sendi pangkal paha. Kaki menghadap ke depan dan sejajar satu sama
lain. Lutut lurus tapi rileks, lengan menggantung bebas sehingga tangan
berada tepat di depan pangkal paha. Mata melihat lurus ke depan dan kedua
pangkal paha dan bahu tidak berputar. Reproduksi dengan izin dari Trew &
Everett (2005) dalam Paterson (2009: 14).

(2) Postural normal statis dari belakang

Gambar 2.8. Garis arah ideal tampak belakang. Subjek berdiri tegak dengan
kaki telanjang (tanpa alas), ditempatkan sedikit terpisah agar berada tepat di
bawah sendi pangkal paha. Kaki menghadap ke depan dan sejajar satu sama
lain. Lutut lurus tapi rileks, lengan menggantung bebas sehingga tangan
berada tepat di depan pangkal paha. Mata melihat lurus ke depan dan kedua
pangkal paha dan bahu tidak berputar. Reproduksi dengan izin dari Trew &
commit
Everett (2005) to user
dalam Paterson (2009: 15).
library.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

2. Kelainan Postural pada Tulang Belakang


Posisi tulang belakang yang normal akan terlihat lurus jika dilihat dari depan
atau belakang. Jika dilihat dari samping, segmen servikal akan sedikit melengkung
ke depan (lordosis) sehingga kepala cenderung berposisi agak menengadah. Segmen
thorakal akan sedikit melengkung ke belakang (kifosis) dan segmen lumbal akan
melengkung kembali ke depan (lordosis). Namun, kelengkungan yang tidak biasa
pada tulang belakang dapat menyebabkan kelainan tulang belakang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata kelainan; (1)
Perbedaan; (2) Perihal (keadaan) yang menyalahi (atau menyimpang dari
kebiasaan); penyimpangan. Kelainan postural pada tulang belakang adalah suatu
kondisi yang berbeda atau keadaan yang menyimpang dari postur tubuh yang
normal khususnya pada bentuk tulang belakang. Dalam buku yang berjudul
“Teaching Pilates for Postural Faults, Illness & Injury: A Practical Guide” ditulis
oleh Paterson (2009: 16-28), ada 6 macam postur dengan kelainan yang mudah
dikenali pada tulang belakang yaitu sway back, flat back, kyphosis, lordosis,
kypholordosis, dan scoliosis. Dalam artikel yang ditulis oleh Zaharieva (2016: 207),
deviasi postural yang paling biasa terjadi adalah cervical dan lumbal hyperlordosis,
kyphosis, dan flat back dalam bidang sagital dan scoliosis dalam bidang frontal.
Berikut penjelasan dari beberapa kelainan tulang belakang yang telah disebutkan.
a. Kyphosis (Kendall et al., 1993 dalam Paterson, 2009: 18)
Kyphosis (dalam bahasa inggris) atau kifosis adalah istilah anatomis
yang mengacu pada lengkungan spinal thorakal dan sakrum posterior primer,
namun sebagai istilah klinis, ini menggambarkan kurval torakal posterior yang
berlebihan ketika dilihat dari samping (Gambar 2.9). Kifosis juga disebut
bungkuk, adalah kondisi umum dari lengkungan punggung atas. Namun, dapat
berupa hasil dari penyakit degeneratif (penyakit yang mengiringi penuaan), bisa
dari masalah perkembangan sejak lahir, osteoporosis dengan fraktur kompresi
tulang belakang dan trauma. Kifosis terkait usia sering terjadi akibat penyakit
osteoporosis yang dapat melemahkan tulang belakang dan membuat retak dan
terkompresi. Jenis lain dari kifosis adalah pada bayi atau remaja karena
malformasi tulang belakang. Kifosis ringan menyebabkan sedikit masalah, tetapi
commit to user
pada kasus yang parah dapat menyebabkan rasa sakit.
library.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.9. Postur kifosis. Reproduksi dengan izin dari Trew & Everett (2005)
dalam Paterson (2009: 19).

Ciri-ciri postur kifosis sebagai berikut (Paterson, 2009: 18):


(a) Head: forward head position;
(b) Thoracic spine: exaggerated posterior curve;
(c) Ribs: exaggerated curvature; dan
(d) Scapulae: more lateral position with the scapulae abducted, upwardly
rotated and possibly winging or tilting.

Kifosis mengacu pada kondisi ketika kurva thorakal tulang belakang


adalah di luar kisaran normal. Sudut kurva dada dapat diukur dengan Cobb
angle. Scoliosis Research Society melaporkan nilai berkisar antara 10 sampai 40
derajat dalam pengukuran sudut antara bagian atas T5 dan batas akhir bawah
T12. Keselarasan sagital tulang belakang selalu berubah dari lahir sampai usia
tua. Seluruh tulang tetap dalam postur kyphotic memanjang dari tengkuk ke
sakrum saat lahir; sedangkan bila seseorang mulai berdiri di postur tegak,
lordosis pertama terjadi di wilayah lumbar dan kemudian kifosis terjadi di
daerah dada.
Adapun klasifikasi kifosis akan dijelaskan sebagai berikut:
(1) Kifosis kongenital; kondisi bungkuk yang terjadi akibat kurang sempurnanya
pembentukan tulang punggung. Biasanya terjadi pada bayi dan juga anak-
anak. Kifosis conginetal adalah kifosis bawaan, yakni perkembangan tulang
belakang abnormal sejak dalam kandungan
commit to user (rahim).
library.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

(2) Kifosis idiopatik; kifosis jenis ini belum ada kepastian apa yang
menyebabkannya. Akan tetapi beberapa diketahui faktor keturunan yang
mungkin menjadi penyebabnya.
(3) Kifosis postural; kifosis yang penyebabnya adalah dikarenakan posisi tubuh
yang buruk atau salah baik saat tidur, tengkurap atau juga duduk. Jenis
ketiga ini seringkali dialami oleh orang yang sudah tua. Akan tetapi jika
dirunut, bahwa kebiasaan saat muda lah yang mengakibatkan kifosis jenis
ketiga ini menjangkit ketika sudah tua. Jadi akan lebih baik ketika masih
muda untuk memperhatikan posisi tubuh secara benar.
(4) Kifosis remaja (Penyakit Scheuermann); adalah penyakit pertumbuhan
tulang belakang dengan vertebra menjadi sedikit berbentuk mirip baji. Jika
terjadi pada vertebra thorakal, terutama jika beberapa vertebra terlibat,
kifosis yang normal menjadi berlebihan. Penyebabnya tidak diketahui.
Scheuermann menggunakan istilah osteokondritis karena lempeng akhir
epifisis vertebra mengalami osifikasi secara tak beraturan. Schmorl menaruh
perhatian terhadap fungsi lempeng tulang rawan dalam memindahkan
tekanan secara merata dan kemudian menyatakan suatu cacat pada lempeng-
lempeng tulang rawan itu akan mengakibatkan ketegangan pada bagian
anterior dari korpus vertebra. Akhir-akhir ini diduga bahwa pergeseran
traumatic dari lempeng epifisis terjadi pada anak-anak karena bertambahnya
kekuatan tulangnya selama pertumbuhan pada masa pubertas; mungkin
terdapat juga osteoporosis vertebra dan diskus dapat mengalami herniasi ke
dalam tulang yang rapuh.
(5) Kifosis pada orang tua; degenerasi diskus intervertebralis mungkin
menyebabkan bungkuk yang meningkat secara berangsur-angsur yang khas
untuk orang berumur lanjut. Ruang diskus menyempit dan vertebra sedikit
tertekan. Tidak banyak rasa nyeri kecuali kalau terdapat osteoartritis dari
sendi-sendi permukaan.
(6) Kifosis osteoporosis; osteoporosis pasca menopause mungkin
mengakibatkan satu atau lebih fraktur kompresi terhadap vertebra torakal.
Pasien biasanya berumur 60-an atau 70-an dan keluhannya adalah nyeri.
Kifosis jarang tampak nyata.commit to utama
Keluhan user adalah nyeri lumbosakral, yang
library.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

merupakan akibat kompensasi lordosis lumbal pada tulang belakang yang


menua dan menderita osteoartritis. Terapi ditujukan pada keadaan yang
mendasari dan mungkin mencakup terapi penggantian hormon. Osteoporosis
senilis menyerang pria maupun wanita. Pasien biasanya diatas 75 tahun,
yang sering lemah karena beberapa penyakit lain, dan kurang olahraga.
Mereka mengeluh nyeri punggung, dan mungkin terlihat deformitas spinal.
Sinar-x mengungkapkan fraktur vertebra ganda. Keadaan yang lain misalnya
penyakit metastatik atau multiple mieloma perlu disingkirkan. Terapinya
adalah simptomatik. Istirahat di tempat tidur dan penggunaan penyangga
tulang belakang akan membuat osteoporosis lebih parah.
(7) Kifosis akibat tuberkulosis tulang belakang; tulang belakang paling sering
diserang tuberkulosis rangka, dan yang paling berbahaya. Infeksi ditularkan
melalui darah, biasanya dari dalam corpus vertebra yang berdekatan dengan
diskus intervertebra. Perusakan tulang dan perkijuan timbul,
dengan penjalaran infeksi ke ruang diskus dan ke vertebra yang berdekatan.
Ketika corpus vertebra runtuh satu sama lain, suatu sudut yang tajam
(kifosis) timbul. Nekrosis dan pembentukan abses dingin dapat meluas ke
vertebra yang berdekatan atau menjalar ke jaringan lunak paravertebra.
Terdapat risiko besar kerusakan korda akibat tekanan oleh abses atau tulang
yang tergeser, atau iskemia akibat trombosis arteri tulang belakang. Pada
saat penyembuhan, vertebra mengalami kalsifikasi kembali dan fusi tulang
mungkin terjadi antara vertebra. Namun, jika telah terjadi angulasi ke depan
yang cukup jauh, tulang belakang biasanya tak sehat, dan penjalaran sering
timbul, dengan kondisi yang lebih buruk. Pada kifosis progresif, terdapat
risiko kompresi korda.
Diagnosa yang dapat dilakukan untuk menilai kifosis, antara lain:
(1) Foto rontgen; x-ray proyeksi foto polos harus diambil dari posterior dan
lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak,
untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas
skeletal dengan metode Risser.
(2) MRI (Magnetic Resonance Imaging), jika ditemukan kelainan saraf atau
kelainan pada rontgen. commit to user
library.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

(3) Dan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya.

b. Lordosis
Pada posisi santai, sudut sakrum sekitar 30 derajat dan tulang belakang
lumbal melengkung dengan lembut ke dalam memungkinkan panggul
menyeimbangkan secara langsung pada sendi pangkal paha. Ini selanjutnya
memungkinkan otot-otot perut, spinal, pangkal paha posterior, dan hamstring
mencapai panjang optimal untuk mengendalikan kemiringan panggul dan
keseimbangan seluruh tubuh pada anggota badan bawah dan kaki. (Paterson,
2009: 18)
Dengan postur lordosis, sudut sakrum adalah lebih dari 30 derajat, kurva
lumbal anterior dan kemiringan tulang panggul meningkat tajam dan sendi
pangkal paha sedikit tertekuk (Paterson, 2009: 18) (Gambar 2.10).

Gambar 2.10. Postur lordosis. Reproduksi dengan izin dari Trew & Everett
(2005) dalam Paterson (2009: 20).

Ciri-ciri postur lordosis sebagai berikut (Paterson, 2009: 18):


(a) Lumbar spine: exaggerated anterior lumbar curve;
(b) Sacral angle: more than 30 degrees;
(c) Pelvis: increased anterior pelvic tilt;
(d) Hip joints: in flexion; dan
(e) Knee joints: possibly in flexion.

commit to user
library.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

Lordosis adalah kelainan pada tulang belakang yang menyebabkan


punggung penderita terlalu melengkung masuk pada daerah pinggang. Tulang
belakang yang normal jika dilihat dari belakang akan tampak lurus. Lain halnya
pada tulang belakang penderita lordosis, akan tampak bengkok terutama di
punggung bagian bawah. Lordosis adalah penekanan ke arah dalam kuvatura
servikal lumbal melebihi batas fisiologis. Biasanya terlihat cekung pada
daerah pinggang. Lordosis adalah salah satu bentuk kelainan tulang belakang
dimana tulang servikal dan thoraks melengkung ke arah depan sehingga
penderita tampak seperti sedang membusungkan dada.
Adapun 5 tipe utama lordosis akan dijelaskan sebagai berikut:
(1) Postural lordosis; kondisi ini terjadi karena berat yang berlebih di abdomen
dan kurangnya kondisi otot abdomen dan tulang belakang. Ketika seseorang
membawa beban yang berlebih di bagian depan (area abdomen) hal ini akan
menarik tubuh bagian belakang ke depan. Ketika otot abdomen dan otot
tulang belakang melemah, maka tidak dapat mempertahankan tulang
belakang dan menarik tulang belakang kedepan, sehingga membentuk
kurvatura (kurva dengan arah melengkung kedepan).
(2) Kongenital/traumatik lordosis; trauma yang terjadi pada tulang belakang
menyebabkan rasa nyeri pada tulang belakang. Hal ini dapat menyebabkan
penderita cenderung untuk mengistirahatkan daerah yang mengalami trauma
(fraktur) dan membatasi pergerakan, agar rasa sakit pada tulang belakang
rendah. Hal tersebut dapat mengakibatkan otot penyangga tulang belakang
menjadi lemah dan terjadi perubahan pada tulang belakang. Pada anak-anak
ini sering terjadi akibat cedera olahraga, atau jatuh dari daerah tinggi.
(3) Post surgical laminectomy hyperlordosis; laminektomi adalah prosedur
pembedahan di mana bagian dari vertebra (tulang belakang) dikeluarkan
untuk memberikan akses ke sumsum tulang belakang atau saraf akar. Bila ini
dilakukan selama beberapa tingkat di tulang belakang, dapat menyebabkan
tulang belakang menjadi tidak stabil dan meningkatkan kurva normal ke
posisi hyperlordotic (terlalu melengkung). Pada orang dewasa hal ini jarang
terjadi, namun bisa terjadi pada anak-anak dengan tumor sumsum tulang
commit
belakang setelah operasi untuk to user tumor.
mengangkat
library.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

(4) Neuromuscular lordosis; mencakup berbagai macam kondisi/gangguan yang


dapat menyebabkan berbagai jenis masalah kelengkungan tulang belakang.
(5) Lordosis secondary to hip flexion contracture; terjadi akibat kontraktur dari
sendi pinggul yang menyebabkan tulang belakang ditarik keluar dari garis
tengah tubuh. Kontraktur dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain;
infeksi, cedera, atau masalah ketidakseimbangan otot dari beberapa
gangguan yang berbeda.
Diagnosa yang dapat dilakukan untuk menilai lordosis, antara lain:
(1) Foto rontgen; x-ray proyeksi foto polos harus diambil dari posterior dan
lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak,
untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas
skeletal dengan metode Risser.
(2) MRI (Magnetic Resonance Imaging), jika ditemukan kelainan saraf atau
kelainan pada rontgen.
(3) Dan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya.

c. Scoliosis
Scoliosis (dalam bahasa inggris) atau skoliosis mengacu pada deviasi
lateral yang cukup besar dari garis lurus vertikal yang normal pada tulang
belakang (White & Panjabi, 1978 dalam Paterson, 2009: 21). Tulang belakang
yang melengkung ke samping dapat terbentuk seperti huruf “C” atau “S”.
Fenomena skoliosis ini pun sebenarnya tidak hanya dipandang dari satu sisi saja,
sehingga seolah kelainan ini bersifat 2 dimensi, namun juga dapat terjadi dalam
ruang lingkup 3 dimensi. Jadi, tulang belakang selain dapat melengkung dalam
sumbu Y juga dapat melengkung (terputar) dalam sumbu X dan Z.
Adapun ciri-ciri postur skoliosis sebagai berikut (Paterson, 2009: 22):
(a) Thoracic spine: exaggerated lateral curvature in the frontal plane (should a
very slight right thoracic curvature occur in an otherwise wellaligned spine,
it may be associated with right handedness or the position of the aorta);
reduced thoracic kyphosis;
(b) Sternum: drawn in towards the convexity;
(c) Ribs: bulging both laterally and posteriorly on the side of the convexity,
depressed on the side of the concavity;
(d) Shoulder girdle: orientated to adapt to the ribcage deformity with the
scapulae possibly abducted, commit
upwardlyto rotated,
user winging or tilting;
library.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

(e) Lumbar spine: lateral curvature contralateral to the thoracic lateral curve;
(f) Pelvis: rotated and/or tilted; dan
(g) Lower limbs: length discrepancy with weight bearing more on one leg.

Gambar 2.11. Postur skoliosis. Reproduksi dengan izin dari Trew & Everett
(2005) dalam Paterson (2009: 22).

Tingkat kelengkungan tulang belakang atau derajat skoliosis ditentukan


oleh sudut kelengkungan skoliosis. Untuk mengetahui derajat skoliosis dapat
dilakukan dengan menggunakan scoliometer atau yang lebih akurat dapat
dilakukan dengan melakukan observasi terhadap hasil foto rontgen tulang
belakang. Sudut kelengkungan skoliosis pada hasil foto rontgen dapat diukur
dengan metode cobb angle.
Skoliosis didefinisikan sebagai kelengkungan lateral tulang belakang
yang lebih besar dari 10 derajat pada radiografi yang biasanya terkait dengan
rotasi batang. Tiga jenis utama skoliosis adalah kongenital, idiopatik, dan
neuromuskular. Skoliosis idiopatik dibagi menjadi tiga subkategori berdasarkan
usia onset (serangan). Skoliosis idiopatik infantil mempengaruhi pasien yang
lebih muda dari 3 tahun, skoliosis idiopatik juvenil muncul pada anak-anak
antara 3 sampai 10 tahun dan skoliosis idiopatik remaja terjadi pada pasien
dengan skeletal yang belum matang yang berusia lebih dari 10 tahun. Skoliosis
idiopatik remaja adalah bentuk skoliosis idiopatik yang paling umum. (Burton,
2013) commit to user
library.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

Gambar 2.12. Cobb angle yang diukur dari hasil foto rontgen
(https://radiopaedia.org).

Adapun klasifikasi skoliosis akan dijelaskan sebagai berikut:


(1) Skoliosis kongenital; kelainan yang sudah ada sejak lahir. Skoliosis
kongenital ini dapat menyebabkan malformasi satu atau lebih badan
vertebra.
(2) Skoliosis didapat; sejak lahir kelainan ini belum ada, namun akan
berkembang pada masa selanjutnya.
(3) Skoliosis idiopatik; kelainan ini berkembang pada masa remaja.
(4) Skoliosis fungsional; kelainan ini berkaitan dengan postural atau
nonstruktural. Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau
sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan di luar tulang belakang,
misalnya kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontaktur pinggul;
bila pasien duduk (sehingga menghilangkan asimetri kaki) kurva itu
menghilang. Spasme otot lokal yang berhubungan dengan prolaps diskus
lumbalis dapat menyebabkan punggung miring.
(5) Skoliosis struktural; perubahan pada struktur tulang belakang karena sebab
yang bervariasi. Pada skoliosis struktural terdapat deformitas yang tak dapat
diperbaiki pada segmen tulang belakang yang terkena. Komponen penting
dari deformitas itu adalah rotasi vertebra; prosesus spinosus memutar kearah
konkavitas kurva. Dickson et al. (1984) menyatakan bahwa defomitas itu
sungguh-sungguh lordoskoliosis yang berhubungan dengan pelipatan
rotasional dari tulang belakang. Deformitas awal mungkin dapat diperbaiki,
commit to user
tetapi sekali melebihi titik stabilitas mekanis tertentu, tulang belakang
library.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

melipat dan beputar menjadi deformitas tetap yang tidak menghilang dengan
perubahan postur.
(6) Skoliosis paralitik; kelainan dengan jenis ini akan berkembang menyertai
penyakit neurologis seperti poliomielitis. Penyimpangan kurvatura vertebra
pada skoliosis. Skoliosis juga dibedakan berdasarkan derajat
kelengkungannya.
Adapun tipe-tipe skoliosis akan dijelaskan sebagai berikut:
(1) Fungsional; pada tipe skoliosis ini, tulang belakang adalah normal, namun
suatu lekukan abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain
didalam tubuh. Ini dapat disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek
daripada yang lainnya atau oleh ketegangan-ketegangan di punggung.
(2) Neuromuskular; pada tipe skoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-
tulang dari tulang belakang terbentuk. Baik tulang-tulang dari tulang
belakang gagal untuk membentuk sepenuhnya, atau mereka gagal
untuk berpisah satu dari lainnya. Tipe skoliosis ini berkembang pada orang-
orang dengan kelainan-kelainan lain termasuk kerusakan-kerusakan
kelahiran, penyakit otot (muscular dystrophy), cerebral palsy, atau penyakit
Marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia disebut kongenital. Tipe
skoliosis ini seringkali jauh lebih parah dan memerlukan perawatan yang
lebih agresif daripada bentuk-bentuk lain dari skoliosis.
(3) Degeneratif; tidak seperti bentuk-bentuk lain dari skoliosis yang
ditemukan pada anak-anak dan remaja-remaja, skoliosis degeneratif terjadi
pada dewasa-dewasa yang lebih tua. Ini disebabkan oleh perubahan-
perubahan pada tulang belakang yang disebabkan oleh arthritis. Pelemahan
dari ligamen-ligamen dan jaringan- jaringan lunak lain yang normal dari
tulang belakang digabungkan dengan spur-spur tulang yang abnormal dapat
menjurus pada suatu lekukan dari tulang belakang yang abnormal.
(4) Lain-lain; ada penyebab-penyebab potensial lain dari skoliosis, termasuk
tumor-tumor spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang
dapat terjadi pada spine dan menyebabkan nyeri. Nyeri menyebabkan orang-
orang untuk bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah
commit to user
library.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

dari tekanan yang diterapkan pada tumor. Ini dapat menjurus pada suatu
kelainan bentuk tulang belakang.
Diagnosis skoliosis dapat menggunakan cara-cara sebagai berikut, antara
lain:
(1) Foto rontgen; x-ray proyeksi foto polos harus diambil dari posterior dan
lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista illiaca dengan posisi tegak,
untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb angle dan menilai
maturitas skeletal dengan metode Risser. Cobb Angle diukur dengan
menggambar garis tegak lurus dari batas superior dari vertebra paling atas
pada lengkungan dan garis tegak lurus dari akhir inferior vertebra paling
bawah. Perpotongan kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur.
(2) MRI (Magnetic Resonance Imaging), jika ditemukan kelainan saraf atau
kelainan pada hasil rontgen.
(3) Pengukuran dengan skoliometer; skoliometer adalah sebuah alat untuk
mengukur sudut kurvatura.
(4) Dan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya.

3. Aktivitas Olahraga
a. Pengertian aktivitas olahraga
Aktivitas olahraga merupakan salah satu bagian dari aktivitas fisik.
Dalam bahasa Inggris, kata olahraga dikenal dengan kata “sport”. Istilah
olahraga sendiri terdapat dalam bahasa Jawa yaitu olahrogo. “Olah” artinya
melatih diri menjadi seorang yang terampil dan “rogo” artinya badan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional, olahraga adalah segala kegiatan yang
sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani,
dan sosial. Olahraga adalah aktivitas gerak manusia menurut teknik tertentu,
dalam pelaksanaannya terdapat unsur bermain, ada rasa senang, dilakukan pada
waktu luang, dan kepuasan tersendiri. Manusia sendiri adalah makhluk hidup
yang aktivitasnya sangat tinggi. Rutinitas yang sangat tinggi tersebut harus
ditunjang dengan kondisi psikologis dan fisik tubuh yang seimbang.
Keseimbangan kondisi fisik dancommit to user
psikologis tersebut dapat dicapai dengan usaha
library.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

manusia melalui aktivitas olahraga dan rekreasi yang bertujuan mengurangi


tegangan-tegangan pada pikiran.
Olahraga pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu,
baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Olahraga memperlakukan
seseorang sebagai suatu kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya
menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pada kenyataannya, olahraga merupakan suatu bidang kajian yang luas
sekali. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi,
olahraga berkaitan dengan hubungan antar gerak manusia, yang tehubung
dengan perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada
pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan
aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang
tunggal lainnya seperti olahraga yang berkepentingan dengan perkembangan
total manusia.
Olahraga adalah pendidikan jasmani yang terdapat dalam permainan
dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan dan prestasi yang tinggi.
Bahwa olahraga memanfaatkan alat fisik untuk mengembangkan keutuhan
manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan
emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup
dalam.
Olahraga di sisi lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir, kita
mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan
hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang
terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tidak tertulis, digunakan atau
dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat
diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang
terlibat.
Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita
tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa
kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi.
commit
Bermain, karenanya pada satu saat to user
menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga
library.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

tidak pernah hanya semata-mata bermain, karena aspek kompetitif teramat


penting dalam hakikatnya.
Bermain, olahraga, dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk
gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika
digunakan untuk tujuan-tujuan pendidikan. Misalnya, olahraga profesional (di
negara Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi
kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan
bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan kesenangan,
untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya.
Di Indonesia sendiri, olahraga telah di atur dalam undang-undang.
Adapun Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Sistem Keolahragaan Nasional, Bab VI tentang Ruang Lingkup Olahraga:
Pasal 17 yang berbunyi:
Ruang lingkup olahraga meliputi kegiatan:
a. Olahraga pendidikan
b. Olahraga rekreasi; dan
c. Olahraga prestasi.

Pasal 18 yang berbunyi:


(1) Olahraga pendidikan diselenggarakan sebagai bagian proses
pendidikan.
(2) Olahraga pendidikan dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal
maupun nonformal melalui kegiatan intrakurikuler dan/atau
ekstrakurikuler.
(3) Olahraga pendidikan dimulai pada usia dini.
(4) Olahraga pendidikan pada jalur pendidikan formal dilaksanakan pada
setiap jenjang pendidikan.
(5) Olahraga pendidikan pada jalur pendidikan nonformal dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
(6) Olahraga pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat
(5) dibimbing oleh guru/dosen olahraga dan dapat dibantu oleh
tenaga keolahragaan yang disiapkan oleh setiap satuan pendidikan.
(7) Setiap satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
berkewajiban menyiapkan prasarana dan sarana olahraga pendidikan
sesuai dengan tingkat kebutuhan.
(8) Setiap satuan pendidikan dapat melakukan kejuaraan olahraga sesuai
dengan taraf pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara
berkala antarsatuan pendidikan yang setingkat.
(9) Kejuaraan olahraga antarsatuan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (8) dapat dilanjutkan pada tingkat daerah, wilayah,
commit to user
nasional, dan internasional.
library.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

Pasal 19 yang berbunyi:


(1) Olahraga rekreasi dilakukan sebagai bagian proses pemulihan
kembali kesehatan dan kebugaran.
(2) Olahraga rekreasi dapat dilaksanakan oleh setiap orang, satuan
pendidikan, lembaga, perkumpulan, atau organisasi olahraga.
(3) Olahraga rekreasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan:
(a) memperoleh kesehatan, kebugaran jasmani, dan kegembiraan;
(b) membangun hubungan sosial; dan/atau
(c) melestarikan dan meningkatkan kekayaan budaya daerah dan
nasional.
(4) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat berkewajiban
menggali, mengembangkan, dan memajukan olahraga rekreasi.
(5) Setiap orang yang menyelenggarakan olahraga rekreasi tertentu yang
mengandung risiko terhadap kelestarian lingkungan, keterpeliharaan
sarana, serta keselamatan dan kesehatan wajib:
(6) menaati ketentuan dan prosedur yang ditetapkan sesuai dengan jenis
olahraga; dan
(7) menyediakan instruktur atau pemandu yang mempunyai pengetahuan
dan keterampilan sesuai dengan jenis olahraga.
(8) Olahraga rekreasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh perkumpulan atau
organisasi olahraga.

Pasal 20 yang berbunyi:


(1) Olahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan
harkat dan martabat bangsa.
(2) Olahraga prestasi dilakukan oleh setiap orang yang memiliki bakat,
kemampuan, dan potensi untuk mencapai prestasi.
(3) Olahraga prestasi dilaksanakan melalui proses pembinaan dan
pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan
dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.
(4) Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat berkewajiban
menyelenggarakan, mengawasi, dan mengendalikan kegiatan
olahraga prestasi.
(5) Untuk memajukan olahraga prestasi, Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat dapat mengembangkan:
(a) perkumpulan olahraga;
(b) pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi keolahragaan;
(c) sentra pembinaan olahraga prestasi;
(d) pendidikan dan pelatihan tenaga keolahragaan;
(e) prasarana dan sarana olahraga prestasi;
(f) sistem pemanduan dan pengembangan bakat olahraga;
(g) sistem informasi keolahragaan; dan
(h) melakukan uji coba kemampuan prestasi olahragawan pada
tingkat daerah, commit to user
nasional, dan internasional sesuai dengan
kebutuhan.
library.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

(i) Untuk keselamatan dan kesehatan olahragawan pada tiap


penyelenggaraan, penyelenggara wajib menyediakan tenaga
medis dan/atau paramedis sesuai dengan teknis penyelenggaraan
olahraga prestasi.

b. Latihan Olahraga
Menurut WHO, latihan adalah subkategori aktivitas fisik yang
direncanakan, terstruktur, berulang dan terarah dalam arti bahwa meningkatkan
atau memelihara satu atau lebih komponen kebugaran fisik sebagai tujuan.
Latihan adalah bagian dari aktivitas fisik yang direncanakan, terstruktur, dan
berulang-ulang dan memiliki tujuan akhir atau menengah untuk meningkatkan
atau memelihara kebugaran fisik (Caspersen et al., 1985: 126). Sedangkan
menurut KBBI, la·tih, ber·la·tih (1) belajar dan membiasakan diri agar mampu
(dapat) melakukan sesuatu; (2) berbuat agar menjadi biasa. La·tih·an (1) hasil
berlatih; (2) pelatihan; (3) pendidikan untuk memperoleh kemahiran atau
kecakapan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses
kegiatan olahraga yang dilakukan secara sadar, sistematis, bertahap dan
berulang-ulang, dengan waktu yang relatif lama untuk mencapai tujuan akhir
dari suatu penampilan dapat berupa peningkatan prestasi yang optimal. Agar
latihan mencapai hasil prestasi yang optimal, maka program atau bentuk latihan
disusun hendaknya mempertimbangkan kemampuan dasar individu, dengan
memperhatikan dan mengikuti prinsip-prinsip atau azas-azas pelatihan.
Sistematis berarti, menurut jadwal dan menurut pola sistem tertentu, metodis
dari yang mudah ke yang sukar, latihan yang teratur dari sederhana ke yang
kompleks. Berulang-ulang maksudnya adalah gerakan-gerakan yang sukar
dilakukan menjadi semakin mudah dan reflektif pelaksanaannya. Beban makin
bertambah maksudnya adalah setiap kali, secara periodik setelah tiba saatnya
maka beban ditambah demi meningkatkan perubahan-perubahan dan tercapainya
prestasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, atlet adalah olahragawan,
terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan,
dan kecepatan). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
commit to user
2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, olahragawan adalah pengolahraga
library.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

yang mengikuti pelatihan secara teratur dan kejuaraan dengan penuh dedikasi
untuk mencapai prestasi. Atlet merupakan seseorang yang bersungguh-sungguh
gemar berolahraga terutama mengenai kekuatan badan, ketangkasan dan
kecepatan berlari, berenang, melompat dan lain-lain. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa, atlet merupakan individu yang berperan dalam suatu
aktivitas di bidang keolahragaan dan bakat, keterampilan, maupun motivasi
sangat dibutuhkan pada cabang olahraga tersebut untuk mencapai suatu prestasi
yang setinggi-tingginya dan dikumpulkan dalam satu program pelatihan yang
lebih khusus dan intensif sesuai dengan cabang olahraga masing-masing.

c. Cabang-cabang olahraga
Aktivitas olahraga sendiri terdiri dari berbagai macam cabang olahraga.
Pada Olympic Games (http://www.olympic.org), cabang-cabang olahraga dibagi
ke dalam 2 kategori yaitu summer sports (olahraga musim panas) dan winter
sports (olahraga musim dingin). Di Indonesia berlaku 2 jenis olahraga yang
dimainkan yaitu olahraga modern dan olahraga tradisional. Indonesia memiliki
beberapa olahraga tradisional baik yang sudah diketahui secara umum maupun
yang belum. Beberapa olahraga tradisional yang sudah diketahui secara umum
seperti pencak silat, egrang, bakiak/terompah, tarik tambang, balap karung,
karapan sapi, kelereng, gasing, dan sumpit. Sementara yang lain, seperti
benteng, galah asin, benjang, langga, dan lain-lain, hanya dikenal oleh kalangan
terbatas, terutama di daerah tempat olahraga itu berasal.

commit to user
library.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

Beach
Archery Athletics Badminton Basketball
Volleyball

Cycling
Canoe Cycling
Boxing Canoe Slalom Mountain
Sprint BMX
Bike

Cycling Equestrian/ Equestrian


Cycling Track Diving
Road Dressage Eventing

Equestrian Gymnastics
Fencing Football Golf
Jumping Artistic

Gymnastic Marathon
Handball Hockey Judo
Rhytmic Swimming

Modern
Rowing Rugby Sailing Shooting
Pentathlon

Synchronized Table
Swimming Taekwondo Tennis
Swimming Tennis

Trampoline Triathlon Volleyball Water Polo Weightlifting

Wrestling Wrestling
Freestyle Greco-Roman
Gambar 2.13. Item cabang olahraga
commitmusim
to userpanas (http://www.olympic.org).
library.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

Cross
Alpine Skiing Biathlon Bobsleigh Country Curling
Skiing

Figure Freestyle Nordic


Ice Hockey Luge
Skating Skiing Combined

Short Track Speed


Skeleton Ski Jumping Snowboard
Speed Skating Skating
Gambar 2.14. Item cabang olahraga musim dingin (http://www.olympic.org).

Ada sekitar 750 cabang olahraga yang dimainkan di seluruh dunia


(http://www.topendsports.com). Kemungkinan ada lebih banyak cabang olahraga
dari yang telah tercantum pada situs ini. Dari sekian banyak cabang olahraga
yang ada di dunia, namun hanya olahraga tertentu yang dipertandingkan dalam
suatu acara olahraga. Biasanya olahraga yang dipertandingkan diatur
berdasarkan faktor dan syarat tertentu. Contohnya, cabang-cabang olahraga yang
akan dipertandingkan pada Tokyo Olympic Games 2020, ada 33 cabang olahraga
termasuk 5 cabang olahraga baru yang ditambahkan dalam program ini.

Tabel 2.3. Cabang Olahraga yang Akan Dipertandingkan di Tokyo Olympic


Games 2020
No. Cabang Olahraga
Aquatics (including swimming, diving and synchronized
1
swimming, water polo)
2 Archery
3 Badminton
4 Baseball and Softball
5 Basketball
6 Boxing
7 Canoe / Kayak
8 Cycling - including Track, Road, Mountain Bike and BMX
9 Equestrian
commit to user
10 Fencing
library.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

11 Football (soccer)
12 Golf
13 Gymnastics (Artistic, Rhythmic and Trampolining)
14 Handball
15 Hockey
16 Judo
Karate - six kumite sparring and two kata demonstration
17
categories.
18 Modern Pentathlon
19 Rowing
20 Rugby 7s
21 Sailing
22 Shooting
Skateboarding - men and women's street and park skateboarding
23
events
Sport Climbing - bouldering and lead and speed combined
24
climbing
25 Surfing - men's and women's shortboard surfing.
26 Table Tennis
27 Taekwondo
28 Tennis
29 Track & Field
30 Triathlon
31 Volleyball - indoor and beach volleyball
32 Weightlifting
33 Wrestling (Greco-Roman and Freestyle)
Sumber: http://www.topendsports.com.

Cabang-cabang olahraga biasanya dikelompokkan berdasarkan kategori-


kategori tertentu. Contohnya, pengelompokan cabang-cabang olahraga
berdasarkan tempat dilakukannya kegiatan olahraga tersebut, dibagi menjadi
olahraga air, olahraga darat, dan olahraga udara. Berdasarkan tempat ruang yang
dibutuhkan untuk melakukan olahraga tersebut, dapat dikelompokkan menjadi
olahraga indoor dan olahraga outdoor. Masih ada banyak pengelompokkan dari
semua cabang olahraga.
Cabang olahraga yang menggunakan raket untuk memukul bola atau
objek lain disebut sebagai olahraga raket. Raket adalah alat untuk memukul bola
dalam permainan tenis, bulu tangkis, squash, contohnya; ujungnya dan
berbentuk bidang oval (bulat telur) berjaring (dari bahan nilon), bergagang, dan
dilengkapi dengan pegangan (https://id.wikipedia.org). Adapun olahraga yang
commit to user
library.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

temasuk ke dalam cabang olahraga raket antara lain; tenis lapangan, tenis meja,
softtennis, squash, bulutangkis, racqueball, dll.

d. Tenis Meja
Tenis meja adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang
(untuk tunggal) atau dua berpasangan (untuk ganda) yang saling berlawanan.
Tujuan permainan adalah memainkan bola dengan cara tertentu sehingga pemain
lawan tidak dapat mengembalikan bola tersebut. Di Republik Rakyat China,
nama resmi olahraga ini adalah “ping pong”. Permainan ini menggunakan raket
yang terbuat dari papan kayu yang dilapisi karet yang biasa disebut bet, sebuah
bola pingpong dan lapangan permainan yang berbentuk meja.
(https://id.wikipedia.org).

Gambar 2.15. Lapangan tenis meja (https://en.wikipedia.org).

Ukuran, berat dan bentuk raket tidak ditentukan, tetapi daun raket harus
datar dan kaku. Daun raket minimal 85 % terbuat dari kayu diukur dari
ketebalannya; lapisan perekat di dalam kayu dapat diperkuat dengan bahan yang
berserat seperti serat karbon (carbon fibre) atau serat kaca (glass fibre) atau
bahan kertas yang dipadatkan, namun bahan tersebut tidak boleh lebih dari
7,5 % dari total ketebalan atau berukuran 0,35 mm, yang lebih tipis yang dipakai
sebagai acuan. Sisi daun raket yang digunakan untuk memukul bola harus
ditutupi oleh karet licin/halus maupun bintik, bila menggunakan karet bintik
yang menonjol ke luar (tanpa spons) maka ketebalan karet termasuk lapisan lem
perekat tidak boleh lebih dari 2,0 mm, atau jika menggunakan karet lapis (karet
commitmenghadap
+ spons) dengan bintik di dalamnya to user keluar atau ke dalam maka
library.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

ketebalannya tidak boleh lebih dari 4,0 mm sudah termasuk dengan lem perekat.
Pada permulaan permainan dan kapan saja pemain menukar raketnya selama
permainan berlangsung, seorang pemain harus menunjukkan raketnya pada
lawannya dan pada wasit dan harus mengijinkan wasit dan lawannya untuk
memeriksa/mencobanya. (https://id.wikipedia.org).

Gambar 2.16. Bat dan bola pingpong (https://id.wikipedia.org).

Bola tenis meja berdiameter 40 mm berat 2,7 gram. Biasanya berwarana


putih atau oranye dan terbuat dari bahan selulosa yang ringan. Pantulan bola
yang baik apabila dijatuhkan dari ketinggian 30,5 cm akan menghasilkan
ketinggian pantulan pertama antara 23–26 cm. Pada bola tenis meja biasanya ada
tanda bintang dari bintang 1 hingga bintang 3, dan tanda bintang 3 inilah yang
menunjukan kualitas tertinggi dari bola tersebut dan biasanya digunakan dalam
turnamen-turnamen resmi. (https://id.wikipedia.org).

Gambar 2.17. Bola pingpong (https://id.wikipedia.org).

Teknik dasar bermain tenis meja antara lain; teknik memegang bet,
teknik pukulan forehand, dan teknik pukulan backhand. Dari beberapa teknik
dasar tersebut, teknik memegang bet dan teknik pukulan forehand akan
dijelaskan sebagai berikut:
commit to user
library.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

(1) Tenik memegang bet (grip)


Teknik memegang bet dalam permainan tenis meja antara lain:
(a) Shakehand grip; Pada teknik ini biasanya digunakan para pemain tenis
meja profesional dari benua eropa, teknik ini memegang bet seperti
ketika kita berjabat tangan. Dalam permainan kedua sisi bet digunakan,
sehingga memudahkan kita untuk menerima atau melakukan smash;
(b) Penhold grip; Teknik yang lebih sering disebut dengan teknik Asia, hal
ini dikarenakan banyak pemain Asia yang menggunakan teknik ini.
Caranya sama seperti kita memegang pena, dalam pelaksanaannya sisi
bet yang digunakan hanya satu sisi saja. Dipilih sisi paling nyaman yang
digunakan.
(c) Seemiller Grip; Teknik ini hampir sama dengan shakehand grip, namun
mempunyai perbedaan pada jari telunjuk. Pada teknik ini jari telunjuk
memegang seluruh bagian bet dan bet diputar ke arah badan dengan
derajat sekitar 20 hingga 90 derajat.

Gambar 2.18. Teknik pegangan Seemiller (https://alidzakyalarief.com).

(2) Teknik pukulan forehand (forehand stroke)


Pukulan forehand dilakukan jika bola berada disebelah kanan tubuh.
Cara melakukan pukulan ini adalah dengan merendahkan posisi tubuh, lalu
gerakkan tangan yang memegang bet ke arah pinggang. Jika tidak kidal
gerakan ke arah kanan. Siku membentuk sudut kira-kira 90 derajat. Sekarang
tinggal menggerakkan tangan kedepan tanpa merubah siku.
(a) Forehand drive; drive merupakan pukulan dengan ayunan panjang
commit toyang
sehingga menghasilkan pukulan userdatar dan keras. Tipe pukulan ini
library.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

keras dan cepat. Cara melakukan forehand drive, pertama gerakkan bet
ke arah depan. Gerakan ini diikuti dengan perputaran badan kearah
depan kira-kira badan berputar tiga puluh derajat.

Gambar 2.19. Teknik pukulan forehand drive (https://genesia.net).

(b) Forehand push; push adalah pukulan backspin pasif yang dilakukan
untuk menghadapi backspin. Pukulan ini dapat menjaga agar bola tidak
melambung terlalu tinggi dari net. Perhatikan agar posisi bet sedikit
terbuka. Gerakan bet kedepan dan sedikit kebawah. Usahakan bola
mengenai bet bagian tengah.
(c) Forehand chop; chop merupakan pukulan backspin yang bersifat
bertahan. Ada dua jenis chop, yaitu forehand chop dan backhand chop.
Persiapan dalam melakukan pukulan forehand chop sama untuk
melakukan pukulan forehand, tapi posisi bet agak terbuka. Gerakkan bet
ke depan condong ke bawah. Usahkan kontak dengan bola terjadi di
depan kanan badan. Perkenaan bola pada sisi bet depan agak bawah dan
perkenaan pada bola pada sisi bawah bola.
(d) Forehand block; block adalah cara paling sederhana untuk
mengembalikan pukulan yang keras. Block dilakukan setelah bola
memantul dari meja. Hal ini dilakukan untuk membuat lawan tidak dapat
melancarkan serangan dengan cepat, karena bola yang di block akan
kembali dengan cepat. Ada dua jenis block, yaitu forehand block dan
backhand block. Cara melakukan forehand block yang pertama gerakkan
bet ke depan, posisi bet commit
tertutupto(sisi
userdepan bet menghadap ke bawah).
library.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

Perhatikan arah datangnya bola, segera lakukan block setelah bola


memantul dari meja, perkenaan bola dengan bet tepat pada tengah bet.
(e) Forehand topspin; topspin mempunyai arti pukulan yang menghasilkan
putaran bola ke depan dengan laju bola bersifat parabolik. Topspin
dihasilkan dengan memukul dari bawahnya belakang bola dan menepis
bola dalam gerakan ke atas dan ke depan. Variasi kecepatan dan putaran
bola sangat bergantung pada kekuatan memukul dan sudut raket saat
melakukan pukulan. Kejelian pemain sangat dibutuhkan untuk
melakukan pukulan ini. Pemain harus cerdik saat melakukan pukulan
topspin untuk menghasilkan nilai. Bila tidak, bisa jadi pukulan topspin
yang dilakukan akan menjadi bumerang bagi pemain itu sendiri, terlebih
jika melawan pemain yang menggunakan karet bintik karena dengan
mereka lebih mudah dalam mengontrol bola untuk mengantisipasi spin.

Gambar 2.20. Rangkaian gerakan pukulan forehand topspin


(https://genesia.net).

(f) Forehand backspin; backspin dihasilkan dengan memukul dari atasnya


belakang bola dan menepis bola dalam gerakan ke bawah dan ke depan.
Dengan pukulan backspin, bagian bawah bola akan bergerak searah
dengan larinya bola. Bola umumnya memutar keatas (menunjukkan
bahwa bola habis digesek hampir secara horizontal dari bawah bola).
Bola yang dihasilkan akan jatuh melamban dan berputar balik. Semakin
kuat dan kecil sudut raket saat menggesek bola maka putaran yang
commit
dihasilkan semakin kuat. to user
Untuk mengembalikan pukulan ini, lawan
library.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

memerlukan power yang sangat besar untuk bisa menyerang dengan


topspinnya. Namun begitu, bila bola terlalu tinggi pantulannya maka
lawan akan lebih mudah mengembalikan bola dengan serangan smash
ataupun topspin.

Gambar 2.21. Teknik pukulan forehand backspin


(https://www.allabouttabletennis.com).

(g) Forehand sidespin; sidespin ialah menyapu bola dalam gerakan


menyamping. Tergantung pada apakah Anda raket bergerak ke kanan
atau ke kiri, Anda akan melakukan sidespin berbeda. Pukulan sidespin
bisa dikombinasikan dengan topspin atau backspin. Jika dikombinasikan
dengan topspin dan sidespin maka bola pantul akan lebih cepat dan
melengkung ke kiri atau ke kanan. Jika dikombinasi dengan backspin
dan sidespin maka bola akan memantul.
(h) Forehand flip; flip adalah pengembalian yang agresif atau serangan pada
bola yang datang dan memantul dua kali jika dibiarkan atau tidak keluar
dari meja (bola pendek). Teknik ini paling sering digunakan dalam
menghadapi serve pendek dan push pendek. Pada sisi backhand, flip
pada dasarnya adalah sama sebagai backhand drive, tetapi untuk sisi
forehand berbeda. Flip dapat dilakukan ke berbagai arah baik menyilang,
searah garis, atau ke tengah. Lakukan flip kesisi paling lemah lawan kita
yang bisa kita dapati dari menganalisa pada saat permainan sedang
berlangsung, (biasanya pada sisi perut dari lawan) tetapi biasanya arah
menyilang sangat berguna untuk flip yang aggresive (jadi anda akan
commit to user
memiliki margin untuk kesalahan.), agresif flip ke arah elbow (siku) dari
library.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

lawan kita juga sangat efektif, karena lawan anda mungkin tidak akan
sempat untuk memutuskan untuk return flip anda dengan menggunakan
forehand atau backhand alias bingung duluan. Jika bola pendek datang
pada sisi forehand, harus lebih responsive untuk melakukan flip tersebut.

e. Tenis lapangan
Tenis lapangan adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua
orang (untuk tunggal) atau dua berpasangan (untuk ganda) yang saling
berlawanan. Setiap pemain menggunakan raket untuk memukul bola karet.
Tujuan permainan adalah memainkan bola dengan cara tertentu sehingga pemain
lawan tidak dapat mengembalikan bola tersebut. (https://id.wikipedia.org).
Terdapat kriteria tertentu pada raket tenis lapangan. Panjangnya tidak
boleh lebih dari 29 inchi (73,66 cm) dan lebar tidak boleh lebih dari 12,5 inchi
(31,75 cm). Bola Tenis lapangan terbuat dari karet yang dilapisi bulu optik
berwarna kuning. Diameter berkisar antara 6,541 cm sampai 6,858 cm.
Sedangkan beratnya harus diantara 56,0 gram sampai 59,4 gram.

Gambar 2.22. Raket tenis lapangan (https://www.asports.id).

commit
Gambar 2.23. Bola tenis to user
lapangan (https://id.wikipedia.org).
library.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

Permainan tenis modern berasal dari Birmingham, Inggris pada akhir


abad ke-19 sebagai “tenis lapangan rumput”. Peraturan tenis berubah sedikit
sejak 1890-an. Dua perubahan kecil adalah sejak 1908 hingga 1961 pemain yang
melakukan service (pukulan pertama) harus menjaga salah satu kakinya tetap di
tanah hingga service berpindah dan adopsi sistem tie-break pada 1970-an.
Tambahan terakhir yang diterapkan pada tenis profesional adalah teknologi
tinjauan ulang elektronik. (https://id.wikipedia.org).
Lapangan tenis dibagi dua oleh sebuah jaring yang di tengah-tengahnya
tingginya persis 91.4 cm dan di pinggirnya 107 cm. Setiap paruh lapangan
permainan dibagi menjadi tiga segi: sebuah segi belakang dan dua segi depan
(untuk service). Lapangan dan beberapa seginya dipisahkan dengan garis-garis
putih yang merupakan bagian dari lapangan tempat bermain tenis. Lapangan
Tenis lapangan berbentuk persegi panjang dengan permukaan rata. Memiliki
panjang 23,78 meter yang membagi dua area sama panjang, dan lebar permainan
tunggal 8,23 m, sedangkan permainan ganda menambah alley 1,37 m di kedua
sisi. Sebuah bola yang dipukul di luar lapangan (meski tidak menyentuh garis)
dikatakan telah keluar dan memberi lawan sebuah nilai.
(https://id.wikipedia.org).

Gambar 2.24. Lapangan tenis (https://id.wikipedia.org).


commit to user
library.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

Ide dasar dari permainan tenis adalah memukul bola sebelum atau
sesudah mantul di lapangan dengan menggunakan raket, melewati di atas net
dan masuk ke dalam lapangan permainan lawan. Cara-cara yang dilakukan
dalam mernukul bola agar dapat menuju ke lapangan lawan dinamakan dengan
istilah teknik-teknik dasar pukulan bermain tenis. Adapun teknik-teknik dasar
pukulan dalam bermain tenis di antaranya adalah forehand, backhand, volley,
serve, lob, drop shot dan smash.
Dalam buku yang ditulis oleh Cholid (2012) berjudul “Petunjuk Praktis
Bermain Tenis”, ada empat grip forehand (pegangan) untuk melakukan pukulan
(groundstroke) yaitu, barat (western), semi-barat (semi-western), timur
(eastern), dan kontinental (continental). Masing-masing penjelasan sebagai
berikut:
(1) Continental; pegang raket dalam keadaan mengarah menjauh dari Anda di
tangan kiri. Posisikan area senar agar tegak lurus dengan tanah. Ulurkan
tangan kanan Anda seolah-olah ingin menyalami pegangan raket, dan
tempatkan sendi dasar jari telunjuk Anda di bagian pegangan yang berlekuk
dan kecil, pada sisi kanan bagian rata di atas raket. Tutup genggaman tangan
Anda agar posisinya menjadi diagonal di sepanjang telapak tangan hingga ke
titik tempat tumit telapak tangan Anda berada, yaitu di bawah jari
kelingking.
(2) Eastern; mulailah dengan memegang raket dalam posisi mengarah menjauhi
Anda di tangan kiri. Arahkan bagian senar agar tegak lurus dengan tanah.
Ulurkan tangan kanan seolah-olah Anda ingin bersalaman dengan pegangan
raket, dan tempatkan kepalan dasar dari jari telunjuk Anda pada sisi
pegangan raket yang rata memanjang, dalam posisi lurus di kanan Anda.
Tutup kepalan tangan Anda di sekitar pegangan raket agar posisinya menjadi
diagonal di sepanjang telapak tangan hingga ke titik lokasi tumit telapak
tangan Anda, yang terletak di bawah jari kelingking.
(3) Semi-western; pegang raket menjauh dari diri Anda dengan tangan kiri. Atur
posisi area senar agar tegak lurus terhadap tanah. Ulurkan tangan kanan
Anda seolah-olah hendak menyalami pegangan raket, dan tempatkan kepalan
commitpegangan
dasar jari telunjuk Anda di bagian to user raket yang kecil dan berlekuk,
library.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

dalam posisi menghadap ke bawah dan sebelah kanan Anda. Tutup kepalan
tangan Anda di seputar pegangan raket agar posisinya menjadi diagonal
melewati telapak tangan hingga ke titik lokasi tumit telapak tangan Anda,
yang berada di bawah jari kelingking Anda.
(4) Western; mulailah dengan memegang raket dalam posisi menjauhi Anda di
tangan kiri. Arahkan area senar agar tegak lurus terhadap tanah. Ulurkan
tangan kanan Anda seolah-olah hendak bersalaman dengan pegangan raket,
dan tempatkan kepalan dasar jari telunjuk Anda di bagian pegangan raket
yang rata agar posisinya menjadi diagonal dengan telapak tangan Anda
hingga ke titik tumit telapaknya, di bawah jari kelingking Anda.

Gambar 2.25. Tipe pegangan raket forehand (Cholid, 2012: 5).

Dan ada tiga grip backhand (pegangan) untuk melakukan pukulan


(groundstroke) yaitu, eastern backhand, semi-western, two-handed backhand.
Masing-masing penjelasan sebagai berikut:
(1) Eastern Backhand; untuk melakukannya, gunakan tangan kiri untuk
memegang raket di depan Anda. Arahkan pegangannya ke kanan dan bagian
senar agar tegak lurus dengan tanah, menghadap ke Anda. Pertahankan
tangan kanan Anda dalam posisi lurus tepat di atas pegangan raket. Arahkan
dengan segera ke bawah agar kepalan jari telunjuk Anda beristirahat secara
menyeluruh di atas bagian puncak pegangan raket, dan kepalkan tangan
Anda dengan merata.
(2) Extreme Eastern atau Semi-Western; untuk melakukannya, gunakan tangan
kiri untuk memegang raket dalam posisi menjauhi Anda. Arahkan bagian
senar agar tegak lurus dengan tanah. Ulurkan tangan kanan Anda seolah-olah
commit to user
hendak bersalaman dengan pegangan raket, dan tempatkan kepalan dasar jari
library.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

telunjuk Anda pada bagian pegangan raket yang kecil dan berlekuk, di sisi
kiri puncaknya yang rata. Tutup kepalan tangan Anda di sekitar pegangan
raket agar mengarah diagonal di sepanjang telapak tangan Anda, hingga ke
titik tumit telapak, yaitu di bawah jari kelingking Anda.
(3) Two-Handed Backhand; cara paling umum untuk melakukan pegangan ini
adalah dengan menempatkan tangan dominan Anda pada posisi pegangan
Continental (bagian dasar kepalan jari telunjuk di atas bagian raket yang
berlekuk), lalu menempatkan tangan lainnya di atas tangan dominan Anda,
dalam posisi pegangan Semi-Western (Forehand) - bagian dasar kepalan
telunjuk di bagian kiri bawah raket yang berlekuk).

Gambar 2.26. Tipe pegangan raket backhand (Cholid, 2012: 6).

Teknik-teknik dasar pukulan bermain tenis lapangan, akan dijelaskan


sebagai berikut:
(1) Forehand
Forehand sendiri adalah pukulan yang ayunannya dari belakang
badan menuju depan dan bagian depan raket atau telapak tangan kita
berhadapan dengan bola. Pukulan ini biasanya selalu digunakan sebagai
senjata utama pemain karena pukulan forehand biasanya lebih keras dari
pukulan backhand. Ada dua grip (pegangan) forehand di tenis yang paling
umum yaitu: Eastern dan Semi-Western. Penggunaan dari permukaan raket
dan grip yang tepat akan menghasilkan pukulan (groundstroke) yang kuat.
Hal paling utama untuk dapat memukul forehand dengan baik adalah kita
sudah harus menunggu bola jatuh, sehingga mempermudah kita untuk
commit to user
library.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

melakukan pukulan. Setelah kita ada pada posisi siap pukul, yang pertama
perlu diperhatikan adalah gerakan backswing.

Gambar 2.27. Rangkaian gerakan melakukan pukulan forehand (Cholid,


2012: 7).

(2) Forehand top spin


Pukulan topspin banyak dipakai pemain tipe baseliner, demikian juga
dengan petenis yang bermain di lapangan gravel (clay court). Pemilihan
jenis pukulan topspin disebabkan lapangan gravel merupakan lapangan jenis
lambat. Orang yang bermain dengan topspin, biasanya lebih mengutamakan
kontrol dibanding penggunaan kecepatan pukulan (speed) dan tenaga pukul
(power). Bermain topspin berarti bermain dengan konsistensi dan akurasi
pukulan sebagai senjata utama, selain itu permainan ini menguji tingkat
ketelatenan dan kesabaran.

Gambar 2.28. Tahapan pergerakan forehand top spin (Cholid, 2012: 9).

(3) Forehand drive/flat


Perbedaan utama pukulan ini dengan topspin terlihat dari cara
backswing dan ayunan ke depan (forward swing). Kalau dalam topspin
commit to user
gerakan backswing diawali dari bawah, maka drive maupun flat dilakukan
library.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

hampir mendatar. Backswing disini cenderung lebih tinggi posisi dibanding


topspin, yaitu setinggi pinggang atau setinggi bahu. Ayunan depan hampir
mendatar dengan posisi raket menutup. Follow through sama seperti topspin,
berakhir dengan posisi seperti menyikut muka lawan. Jenis pukulan ini yang
sekarang berkembang dan dipakai oleh banyak pemain, karena dengan jenis
pukulan ini tipe speed and power game dimainkan.
(4) Backhand
Sama halnya dengan forehand, setiap pemain harus memiliki
backhand yang baik dan solid. Perbedaan utamanya terletak pada posisi
pukulnya saja, tetapi caranya sama. Kalau dalam forehand kita memukul
dengan bagian depan tangan (fore of the hand), sedangkan dalam backhand
kita memukul dengan bagian belakang tangan (back of the hand). Cara
backswing dan impact point-nya sama, kecuali follow through, karena tidak
mungkin tangan ditekuk seperti forehand, jadi otomatis berakhir dengan
posisi tangan lurus (kecuali pukulan backhand dengan dua tangan).

Gambar 2.29. Rangkaian gerakan melakukan pukulan backhand (Cholid,


2012: 10).

(5) Backhand topspin


Pada prinsipnya, gerakan backhand topspin tidak berbeda dengan
forehand. Diawali dengan backswing dari bawah, posisi permukaan raket
sedikit ditutup dan diakhiri dengan follow through lurus di atas bahu. Dalam
backswing pun sama, jangan melewati sudut 90 derajat dari posisi pukul.
Lakukan perkenaan (impact point) di depan badan dan ayunan lanjutan
commit to user
(follow through) berakhir dengan posisi pegangan raket di atas bahu.
library.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

Untuk dapat menimbulkan tenaga pukul, gunakan juga putaran bahu


dan pinggang, selain menggunakan ayunan tangan, pegangan harus kokoh
pada waktu impact point. Yang paling penting adalah lakukan pemukulan
dengan target kurang lebih satu meter di atas net, karena dengan adanya
putaran bola maka bola tidak akan keluar, justru bagus jatuhnya di daerah
belakang lapangan lawan. Banyak tidaknya putaran bola tergantung dari
sudut pukulan. Semakin tinggi sudutnya (semakin vertikal), semakin banyak
spin yang didapat. Tetapi jika sudut horisontalnya lebih lebar, maka spin
menjadi semakin sedikit. Untuk melakukan backhand top spin, pegangan
dirubah menuju grip backhand, khususnya untuk yang memakai satu tangan.
Sedang yang memakai dua tangan (double-handed backhand) grip forehand
tinggal ditambah pegangan dengan tangan kiri, kemudian merapatkan posisi
tangan kanan dan kiri.
(6) Backhand drive
Setelah kita melakukan split step dan mengadakan penyesuaian
langkah ke posisi pukul backhand, lakukan backswing sebatas pinggang atau
lebih sedikit, tetapi jangan melebihi bahu. Lakukan ayunan ke depan, tidak
terlalu datar, tetapi sedikit condong ke atas. Lakukan perkenaan di depan
badan dengan posisi permukaan raket sedikit tertutup, dan akhiri dengan
gerakan follow through di atas bahu.
Drive dilakukan sebatas pinggang atau lebih tinggi sedikit, tetapi
topspin dilakukan pada posisi lebih ke bawah. Pada drive ini lebih baik kalau
kita menjemput bola. Artinya bola dipukul pada waktu memantul ke atas (on
the rise) atau memukul bola pada saat mencapai puncak pantulan (on the
top).
(7) Backhand slice
Slice dilakukan pada semua kecepatan bola, artinya dapat dilakukan
pada kecepatan bola lambat (after the top), saat di puncak pantulan (on the
top) atau memantul ke atas (on the rise). Tentu saja jenis pukulan slice pada
kecepatan bola on the rise yang paling bagus, seperti dilakukan ole Steffi
Graf. Lakukan backswing dari atas bahu, posisi raket terbuka, tekan ke depan
dengan susut kemiringan + commit to user
45 derajat. Lakukan perkenaan di depan badan,
library.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

akhiri dengan follow through setinggi bahu (sudut pukulan dapat berubah
sesuai dengan tinggi rendahnya bola).
(8) Volley
Volley dalam tenis adalah pukulan yang dilakukan sebelum bola
memantul di tanah. Umumnya seorang pemain memukul volley sambil
berdiri di dekat net, walaupun kadang dilakukan lebih jauh ke belakang, di
tengah lapangan tenis atau bahkan di dekat baseline. Tujuan utama dari
volley adalah menuju ke posisi ofensif, memotong waktu reaksi lawan.
Lawan akan memiliki lebih sedikit waktu untuk memburu bola dari volley.
Melalui pukulan volley seorang pemain menghilangkan kemungkinan
pantulan yang buruk dari permukaan yang tidak rata seperti yang terdapat di
beberapa lapangan rumput dan tanah liat.
Untuk mempercepat permainan para pemain biasanya maju ke depan
mendekati net melakukan volley. Ketika sedang dekat net, pemain yang
melakukan pukulan volley memiliki pilihan yang lebih luas sudut untuk
memukul ke lapangan lawan. Pemain yang melakukan pukulan volley harus
memiliki reflek yang cepat untuk membuat pukulan, dan membutuhkan
koordinasi mata-tangan yang baik. Pemain yang melakukan pukulan volley
juga harus siap menerima pukulan lob dari lawan. Melatih volley yang baik
sama pentingnya dengan melatih groundstroke, serve, return serve dan
pukulan lainnya. Setiap pukulan dapat sangat berarti bagi pemain jika
mereka menggunakan pukulan-pukulan itu dengan tepat dan benar untuk
mendapatkan poin dalam suatu pertandingan.
Pukulan setengah volley (half volley) dalam tenis adalah pukulan
yang dilakukan segera setelah bola memantul. Pemain yang memukul
setengah volley seharusnya tidak mengambil backswing penuh, tapi harus
tetap follow through. Grip untuk memukul adalah standar continental.
Setengah pukulan adalah pukulan yang sulit untuk dilakukan, sering pemain
memukul setengah volley hanya ketika dipaksa oleh lawan atau posisi
terdesak.

commit to user
library.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

(9) Serve
Bagi para pemula, serve adalah awal dari permainan, tetapi bagi
pemain professional, serve bisa menjadi senjata yang mematikan. Saat ini
para pemain berusaha untuk melakukan serve sekeras-kerasnya, karena bagi
mereka serve bisa langsung mendapatkan poin, melalui “ace serve”. Seorang
pemain memulai serve dengan melemparkan bola ke udara dan memukul
(biasanya di dekat titik tertinggi lemparan) ke dalam kotak serve lawan
secara diagonal tanpa menyentuh jaring. Biasanya serve para pemain di atas
kepala, tapi serve dengan tangan dibawah bahu, meskipun tidak umum,
diperbolehkan. Setelah melakukan pukulan serve seorang pemain harus
dapat memanfaatkan waktu untuk bereaksi terhadap pukulan lawan (return
serve).

Gambar 2.30. Tahapan pergerakan serve (Cholid, 2012: 15).

(10) Lob
Lob dalam tenis adalah memukul bola tinggi dan jauh ke lapangan
lawan. Dapat digunakan sebagai senjata ofensif atau defensif, tergantung
pada situasi. Lob dilakukan ketika lawan berdiri di dekat net, menunggu
untuk voli. Bola harus melambung di atas lawan dan masuk ke lapangan
yang terbuka di belakangnya. Jika kita melihat lawan di depan net, ada dua
cara untuk mengatasinya yaitu dengan melakukan passing-shot atau lob.
Cara yang biasa dilakukan oleh pemain untuk melakukan lob yaitu dengan
membuka permukaan raket dan mengangkat bola dari bawah dengan lembut.
(11) Drop shot
Salah satu senjata yang paling berguna setelah melakukan rally-rally
panjang dalam permainan tenis adalah dropshot. Sebuah drop shot dalam
tenis adalah mengiris (slicing), menempatkan backspin pada bola hanya
commit to user
melewati net. Drop shot yang baik berjalan sedemikian rupa sehingga lawan
library.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

tidak dapat berlari cukup cepat untuk mengambilnya. Drop shot yang baik
memerlukan sentuhan (touch) besar. Bola harus memantul rendah dan dekat
net, kadang-kadang menggunakan underspin (atau backspin). Seringkali jika
backspin cukup besar, yang memantul dari bola akan lebih singkat, dan
dalam beberapa kasus yang ekstrim bahkan akan menyebabkan bola
memantul kembali ke arah net. Meskipun jenis pukulan ini baik, tetapi
jangan terlalu banyak dilakukan., karena jika pelaksanaannya tidak sempurna
dapat berakibat fatal, yaitu kehilangan poin gara-gara dropshot yang terlalu
tinggi. Dalam prakteknya, dropshot dilakukan dengan pukulan slice yang
ditahan follow through-nya dan touch menjadi kunci utamanya.
(12) Smash
Smash dalam tenis adalah pukulan di atas kepala dengan gerak
seperti serve. Smash biasanya memukul dengan kekuatan besar dan sering
kali berakhir dengan poin. Kebanyakan smash dilakukan cukup dekat net
atau pada pertengahan lapangan sebelum bola memantul. Umumnya smash
dilakukan sebagai respon terhadap lobs yang dilakukan lawan belum cukup
tinggi atau dalam. Seorang pemain juga dapat melakukan smash pada bola
yang sangat tinggi dari baseline, pada saat setelah memantul, meskipun
sering kali smash-nya kurang kuat.

Gambar 2.31. Tahapan pergerakan smash (Cholid, 2012: 19).

Jimmy Connors menciptakan dan mempopulerkan “skyhook”, sebuah


versi smash overhead menggunakan grip eastern untuk memukul bola jauh di
belakang tubuh daripada yang dapat dilakukan dengan sebuah smash
overhead tradisional. Pete Sampras mempopulerkan smash melompat, di
mana ia melompat dan kemudian
commitmenabrak
to user bola pada saat melambung di
library.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

udara. Smashing biasa dipukul bersama dengan gaya gravitasi ke bawah,


membuat jenis pukulan ini hampir tidak dapat dipatahkan. Pukulan gaya
sperti ini sering juga disebut “slam dunk”, seperti dalam basket.

4. Hubungan Aktivitas Olahraga dan Distorsi Postural Tulang Belakang


Fisiologis lengkungan tulang belakang secara bertahap terbentuk di tahapan
paling awal posturogenesis. Derajat lengkungan tulang belakang tergantung pada
banyak faktor seperti jenis kelamin, gaya hidup, aktivitas fisik, dan lain-lain.
Aktivitas fisik mempengaruhi proses osifikasi dan kekuatan otot dan satu faktor
yang paling penting yaitu mempengaruhi postur. (Kutzner-Kozin-ska, 2001 dalam
Lichota et al., 2001).
Kejadian tinggi gangguan postural pada cabang olahraga tertentu, khususnya
saat remaja telah mempertanyakan pengaruh aktivitas olahraga pada postur atlet.
Penyimpangan dari postur yang benar, sebagai hasil dari olahraga tertentu atau
beban latihan berlebihan telah ditemukan oleh banyak peneliti (Grabara & Hadzik
2009; Grabara & Hadzik 2009a; Slawinska et al., 2006 dalam Stošić et al., 2011:
375). Beberapa gangguan postural lebih umum pada bidang olahraga tertentu,
sehingga dapat diasumsikan persyaratan spesifik olahraga dan beban latihan yang
terjadi selama pelaksanaan unsur teknis dan pengulangan yang berkepanjangan dari
unsur ini mempengaruhi perkembangan pada gangguan postural. Beberapa wanita
mendominasi olahraga seperti senam ritmik, figure skating dan menari dicirikan
dengan rentang gerak yang ekstrim dari kolom spinal (Cirillo & Jackson 1985;
Micheli 1983; Sward et al., 1990 dalam Stošić et al., 2011: 376). Atlet yang
melakukan olahraga tipe ini memiliki resiko cidera lebih tinggi pada kolom
vertebral dan perkembangan abnormal pada kolom spinal. Tidak ada satupun
olahraga saat ini dimana atletnya tidak memiliki gangguan pada kolom spinal
sedangkan tipe dan tingkat gangguan bergantung pada sifat olahraga (Stošić et al.,
2011: 376).
Latihan olahraga elit didasarkan pada pengulangan beberapa gerakan yang
konstan, dapat menyebabkan ketidakseimbangan osteomyoarticular, menyebabkan
perubahan pada kekuatan, fleksibilitas, keseimbangan dan koordinasi gerak yang
commit
dapat mempengaruhi postur di antara to user
anak-anak dan remaja yang berlatih olahraga-
library.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

olahraga profesional. Penguasaan olahraga yang tinggi dicapai dengan banyak


pengulangan pada setiap elemen dan sangat banyak jam latihan. Selain kontinuitas
dan spesifisitas latihan, fitur lain dari beberapa olahraga dimulai di awal usia. Usia
dini adalah periode di mana semua organ dan sistem dalam perkembangan
berkelanjutan dan masing-masing membawa resiko kelainan pada ciri anatomis dan
fisiologisnya (sebagian besar berlaku untuk sistem muskuloskeletal dan sistem
pencernaan). Karakteristik yang tercantum adalah prasyarat untuk perkembangan
postur tubuh dan penyimpangan tulang belakang di antara para atlet. (Zaharieva,
2016: 206).
Abnormalitas postural yang paling biasa terjadi pada banyak olahraga adalah
skoliosis dan kifosis, sementara lordosis terjadi pada tingkat yang sedikit lebih kecil
(Asghari & Imanzadeh, 2009 dalam Stošić et al., 2011: 376). Munculnya gangguan
postural semacam ini dalam olahraga biasanya berhubungan dengan pengulangan
sifat alami olahraga yang tinggi, amenorea, latihan spesifik tertentu yang
menyebabkan stres besar pada tulang belakang yang masih berkembang dari atlet
remaja profesional atau non-profesional, kelemahan sendi otot dapat terjadi selama
periode adolesensi, dan lain-lain. Semua faktor ini mungkin mempengaruhi insiden
yang lebih tinggi pada gangguan postural dan perkembangan mereka lebih jauh
(Warren et al. 1986; Becker 1986; Tanchev et al., 2000 dalam Stošić et al., 2011:
376).
Juga, seleksi awal dari olahraga tertentu berarti melibatkan anak-anak dalam
proses latihan pada periode yang sangat dini di masa kecil mereka. Dalam periode
perkembangan ini, kolom spinal anak-anak terpengaruh oleh pengaruh beban besar
yang terjadi selama proses latihan, yang mana dapat menyebabkan perubahan
adaptasi pada sistem skeletal dan otot dan menganggu posturogenesis normal.
Eksposur jangka panjang seperti pembebanan, mempengaruhi morfologi tulang
yang masih dalam tahap perkembangan dan integritas mekanik tulang dapat
menyebabkan perkembangan kolom spinal yang tidak benar. (Wojtys et al., 2000
dalam Stošić et al., 2011: 376).
Postural tulang belakang dapat dipengaruhi oleh aktivitas olahraga itu
sendiri, seperti karakteristik cabang olahraga dan pembebanannya saat latihan,
commit to
frekuensi dan lama waktu latihan olahraga user
dan cidera olahraga. Selain itu, kondisi
library.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut juga dapat diperparah oleh faktor-faktor
tertentu, seperti amenorea, kelainan bawaan, kelemahan sendi, dan lain-lain. (Stošić
et al., 2011: 375). Berikut paparan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
banyak peneliti.
Penelitian menunjukkan hasil berbeda yang mana mengacu pada korelasi
antara kifosis dan lordosis dengan lama latihan. Bagherian et al. (2011) dalam Stošić
et al. (2011: 377) yang meneliti apakah posisi bersepeda mempengaruhi penampilan
kifosis pada pesepeda dan non-pesepeda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pesepeda profesional memiliki derajat kifosis tertinggi, lalu pesepeda amatir dan
non-pesepeda, dan derajat kifosis telah dipengaruhi oleh bertahun-tahun pelatihan.
Forster et al. (2009) dalam Stošić et al. (2011: 377) menemukan, pada sampel dari
80 pemanjat rekreasi pria, bahwa derajat kifosis dalam posisi tegak dengan pendaki
olahragawan lebih tinggi dibandingkan pendaki rekreasi. Juga derajat lordosis lebih
tinggi pada pendaki olahragawan dibandingkan dengan pendaki rekreasi, namun
tidak signifikan secara statistik. Mereka juga menemukan bahwa derajat kifosis
lebih tinggi pada pendaki olahragawan elit berhubungan dengan rata-rata pendaki
olahragawan, dan bahwa derajat kifosis dan adaptasi postural bergantung pada
tingkat pelatihan. Wojtys et al. (2000) dalam Stošić et al. (2011: 377) telah
menemukan bahwa ada korelasi antara peningkatan derajat kelengkungan tulang
belakang dan peningkatan volume latihan pada anak. Di sisi lain, Sainz de Baranda
et al. (2010) dalam Stošić et al. (2011: 377) menemukan tidak berkorelasi antara
volume pelatihan dan derajat kifosis thorasik, dan mencatat bahwa tingkat kifosis
thorasik tidak berhubungan dengan bertahun-tahun pelatihan dan usia sebenarnya
mereka memulai pelatihan tersebut (Rajabi et al., 2008 dalam Stošić et al., 2011:
377).
Banyak penulis melaporkan insiden yang lebih tinggi pada skoliosis dalam
olahraga tari, balet, lempar lembing, tenis meja, tenis lapangan, lempar, senam dan
senam berirama. Namun, belum terbukti bahwa cabang olahraga tertentu
menyebabkan dan berkontribusi pada perkembangan dan terjadinya skoliosis (Green
et al., 2009; Gielen & Van den Eede, 2008 dalam Stošić et al., 2011: 378). Telah
diketahui bahwa sebagian besar atlet yang didiagnosis skoliosis memiliki skoliosis
dalam Stošić
idiopatik (Schiller & Eberson, 2008 commit to useret al., 2011: 378).
library.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

Becker (1986) dalam Stošić et al. (2011: 378) mengadakan penelitian


pendahuluan yang memeriksa terjadinya skoliosis pada kelompok remaja yang
berpartisipasi dalam program kompetisi berenang. Penulis melaporkan bahwa 6,9%
subjek memiliki tanda-tanda struktural idiopatik pada tiap kelompok. Juga, pada tiap
grup dilaporkan insiden skoliosis fungsional ringan sekitar 16%. Becker juga
menemukan bahwa 16% peserta yang memiliki skoliosis fungsional ringan,
lengkungan lateral skoliosis ke arah tangan yang lebih dominan terjadi pada 100%
kasus. Insiden skoliosis yang tinggi ini dengan kurva ke arah tangan dominan
dikaitkan dengan ketidakseimbangan otot dan peningkatan kekuatan tangan
dominan, yang sering dianggap sebagai faktor penyebab perkembangan skoliosis,
dengan mempertimbangkan pengulangan aktivitas berenang yang tinggi dan
adaptasi vertebra berikutnya.
Tingkat insiden skoliosis yang tinggi terlihat pada para penari. Dalam
penelitian oleh Warren et al. (1986) dalam Stošić et al. (2011: 379), yang didasarkan
pada sampel 75 penari balet klasik, skoliosis tercatat dalam 24% kasus, dengan 15
dari 18 (83%) penari, yang tercatat skoliosis, memiliki penundaan menarche,
dibandingkan dengan 31 dari 57 penari (54%) yang tidak ada skoliosis. Selain itu,
para penari yang memiliki skoliosis memiliki persentase amenorea sekunder yang
lebih tinggi (44% dibandingkan dengan 31%) yang berlangsung lebih lama dari
pada kelompok tanpa skoliosis. Insiden skoliosis pada keluarga penari dengan
skoliosis adalah 28% dibandingkan dengan 4% pada keluarga penari tanpa skoliosis.
Menurut pendapat penulis, penari dengan menarche yang tertunda berisiko terkena
skoliosis dan perkembangan fraktur, dan risiko ini meningkat seiring bertambahnya
usia. Menarche tertunda dan amenorea sekunder berhubungan dengan
hypoestrogenism dan memperlambat pertumbuhan tulang. Mempertimbangkan fakta
bahwa pelatihan balet dimulai sejak awal serta penerapan diet untuk
mempertahankan berat badan yang tepat, penari balet sebagai suatu kelompok yang
dapat menjadi subjek efek residual pematangan seksual dari pertumbuhan tulang.
Pengaruh faktor keturunan dan lingkungan, dan juga kekhususan olahraga, yang
melibatkan penggunaan latihan yang tepat dan posisi postural yang mempengaruhi
kolom tulang belakang yang dalam proses perkembangan, mungkin memiliki efek
commit
pada mereka dengan kecenderungan to user
untuk perkembangan skoliosis. Menurut
library.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

penulis, pengaruh faktor hormonal dan nutrisi pada perkembangan kerangka


(terutama pada masa remaja) patut diteliti lebih lanjut.
Penelitian yang dilakukan oleh Tanchev et al., (2000) dalam Stošić et al.
(2011: 379), ditujukan pada penentuan frekuensi skoliosis pada senam ritmik,
menganalisis karakteristik spesifik, dan mencoba menyajikan beberapa penjelasan
etiologis untuk bentuk spesifik skoliosis ini. Dari keseluruhan peserta sampel, kurva
skoliotik di atas 10 derajat (rentang 10 – 30 derajat) terjadi di 12% senam, yang
mewakili sebagian besar dibandingkan dengan 1.1% skoliosis yang terjadi pada
anak normal di usia yang sama, ditentukan dalam pemeriksaan 4800 anak-anak di
Sofia oleh tim medis yang sama. Dalam penelitian mereka penulis menyarankan tiga
faktor utama yang membedakan senam ritmik dari teman sebayanya yang tidak
berpartisipasi dalam olahraga dan kemungkinan besar berkontribusi pada
meningkatnya kejadian skoliosis di antara mereka; (1) umumnya kelemahan sendi
sebagai suatu faktor keturunan; (2) pertumbuhan dan pematangan yang lambat hasil
dari stres fisik, diet dan fisiologis; (3) pembebanan asimetris berkelanjutan dari
tulang belakang.
Studi dilakukan oleh Meyer et al., (2006) dalam Stošić et al. (2011: 379)
bertujuan untuk menentukan apakah aktivitas fisik dan olahraga memiliki pengaruh
pada perkembangan skoliosis idiopatik. Kelompok eksperimen (201 remaja dengan
skoliosis idiopatik), dan kelompok kontrol (192 remaja tanpa skoliosis) melengkapi
kuisioner epidemiologi. Para remaja yang dilatih senam terutama dalam kelompok
eksperimen. Pada remaja ini, skoliosis idiopatik didiagnosis ketika mereka baru
memulai pelatihan senam. Karena kelemahan sendi dianggap sebagai salah satu
faktor yang mempengaruhi perkembangan skoliosis, itu telah diuji pada 42 anak
perempuan dengan skoliosis idiopatik dan pada 21 anak perempuan dalam
kelompok kontrol. Remaja dengan skoliosis, apakah mereka terlibat dalam senam
atau tidak, menunjukkan tingkat kelemahan sendi yang lebih besar dibandingkan
dengan remaja dari kelompok kontrol yang berlatih senam atau tidak. Kelompok-
kelompok yang terlibat dalam senam tidak menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari
kelemahan sendi dibandingkan dengan kelompok lain. Anak-anak dengan
kelemahan sendi yang lebih tinggi mungkin tertarik oleh seleksi karena kemampuan
commit spesifik
mereka untuk beradaptasi dengan tuntutan to user dari olahraga ini. Seorang gadis
library.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

dengan kelemahan sendi yang lebih tinggi mungkin lebih rentan terhadap skoliosis
idiopatik.
Untuk menentukan kejadian skoliosis pada pemain bola voli, Yoo et al.
(2001) dalam Stošić et al. (2011: 380) melakukan penelitian pada 116 sampel
pemain boli voli yang telah terlibat dalam bola voli selama lebih dari satu tahun.
Dari jumlah total peserta, 60 peserta (51,7%) memiliki sudut rotasi batang lebih
besar dari 5 derajat, sementara kelompok kontrol tercatat 2,5%. Jumlah atlet dengan
sudut yang lebih besar dari 10 derajat (Cobb) adalah 6 orang (5,17%), sementara
nilai pada kelompok kontrol adalah 465 (1%). Menurut pendapat penulis, tim bola
voli memiliki insidensi skoliosis dan asimetri batang yang lebih tinggi dari pada
kelompok kontrol. Para penulis juga menyimpulkan bahwa perkembangan asimetris
otot dapat menyebabkan skoliosis ringan, tetapi juga memiliki potensi kemajuan
signifikan yang dapat ditemukan pada beberapa kasus skoliosis idiopatik.
a. Pengaruh spesifik cabang olahraga
Setiap olahraga yang didominasi penggunaan suatu otot atau kelompok
otot yang ditemukan memendek pada postur tertentu, cenderung mengekalkan
ataupun memperburuk postur tersebut (Johnson, 2016: 5). Contohnya, kifosis
thorasik yang berlebihan mungkin dikekalkan dengan partisipasi mendayung.
Rotasi thoraks atau torsi tibial mungkin dikekalkan dengan golf. Genu varum
atau valgum mungkin dikekalkan dengan olahraga yang melibatkan aktivitas-
aktivitas impak seperti berlari atau pembebanan berat pada tungkai bawah
seperti pada angkat besi. Protraksi unilateral skapula dapat dikekalkan oleh
memanah atau menembak. Tampaknya jelas bahwa olahraga yang menggunakan
satu sisi tubuh lebih menyebabkan ketidakseimbangan postural dari olahraga
yang lain. Lempar, tenis dan dayung contohnya, ada hubungan dengan tingginya
insiden skoliosis, bahu asimetris dan punggung asimetris (Watson, 1997 dalam
Johnson, 2016: 6). Pendayung perahu naga wanita memiliki tingkat lebih tinggi
pada lordosis, skoliosis lumbar dan bahu yang tidak rata dibandingkan kontrol
(Pourbehzadi et al., 2012 dalam Johnson, 2016: 6). Meskipun pengukuran
antropometri biasanya dilakukan untuk membandingkan individual berolahraga
dan individual tidak berolahraga, ini cenderung mencakup item seperti
proporsionalitas dan pentingnya commit
tungkaitodan
user
panjang tuas tubuh dari pada postur
library.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

yang dijelaskan. Penelitian pada atlet berfokus pada profil fisiologis dari pada
anatomis, karena jelas ada minat yang besar dalam menentukan komponen apa
yang dibutuhkan untuk seorang atlet hebat dan apakah komponen tersebut dapat
ditingkatkan. Contoh khusus adalah penelitian oleh Chin et al. (1995) dalam
Johnson (2016: 6), yang meneliti pemain squash elit Asia. Data dikumpulkan
untuk fungsi paru, kebugaran kardiorespirasi, kebugaran spesifik olahraga,
kekuatan aerobik, fleksibilitas dan kekuatan otot. Data antropometri diperoleh
untuk tinggi, berat dan persentase lemak tubuh. Tidak ada penilaian postur
tubuh.
Sebaliknya, penelitian yang memeriksa atlet muda sering memasukkan
analisis postur. Laporan oleh Grabara (2012) dalam Johnson (2016: 6)
menemukan bahwa anak laki-laki usia 11-14 tahun yang berlatih sepakbola tiga
hingga lima kali seminggu memiliki lordosis lumbar yang lebih datar dari teman
sebayanya yang tidak terlatih, sedangkan Hennessy dan Watson (1993) dalam
Johnson (2016: 6) menemukan pemain dewasa (termasuk peserta dari olahraga
rugby, lempar dan Gaelic football) memiliki derajat lordosis lumbar yang lebih
besar. Hennessy dan Watson memeriksa atlet yang mengalami cidera hamstring,
dan ini dapat menjelaskan perbedaan temuan. Penulis menyimpulkan bahwa
olahraga dan metode latihan tertentu bisa memperburuk cacat postural yang
sudah ada sebelumnya dan mempengaruhi pemain untuk cidera. Mereka
mengemukakan bahwa menendang, straight-leg raising atau straight-leg sit-ups
menggunakan otot iliopsoas; gerakan ini menarik tulang belakang lumbar ke
anterior ke dalam lordosis yang lebih besar, postur yang mereka amati pada
pemain. Meskipun tulang belakang lebih lentur, penggunaan yang berulang pada
iliopsoas (biasanya pada sepakbola) tidak menghasilkan peningkatan lordosis
pada peserta muda penelitian Grabara. Mungkin ada lebih banyak data tersedia
mengenai postur atlet muda, tapi untuk alasan yang jelas, ini tidak dapat
mengasumsikan juga menjelaskan postur pada atlet dewasa yang melakukan
olahraga yang sama.
Ada banyak hal menarik pada postur bahu atlet, mungkin karena tingkat
cidera yang tinggi pada bagian tubuh ini. Bahu atlet yang sehat memiliki
commit
peningkatan rotasi ke atas yang to user dikombinasikan dengan retraksi
signifikan
library.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

skapula selama elevasi humeral dibandingkan dengan bahu atlet bukan lempar
(Forthomme et al., 2008 dalam Johnson, 2016: 6). Ini berhubungan dengan
postur skapular yang diamati saat istirahat: biasanya pada atlet dominan bahu
sering diposisikan lebih rendah dari atlet yang tidak dominan bahu, mungkin
karena peregangan ligamen dan kapsul sendi secara berulang-ulang dengan cara
yang kuat (Oyama et al., 2008 dalam Johnson, 2016: 7); batas medial mungkin
lebih menonjol, mungkin karena ketegangan pectoralis minor.
Bloomfield et al. (1994) dalam Johnson (2016: 7) telah mengidentifikasi
postur yang tampak sebagai karakteristik pada atlet kinerja tinggi, berdasarkan
pengamatan oleh pelatih (Tabel 2.4). Tidak jelas apakah postur ini berkembang
hasil partisipasi dalam olahraga tersebut atau apakah atlet tersebut telah
memiliki karakteristik postural tertentu. Bloomfield et al. menyarankan bahwa
postur yang diamati pada atlet kinerja tinggi mungkin menguntungkan bagi
olahraga tersebut dan tidak harus dimodifikasi tetapi ditekankan.

Tabel 2.4. Pengamatan dan Rekomendasi Postur Terkait untuk Atlet Kinerja
Tinggi
Sport Posture-related observations and recommendations
Contact field sports:  Moderate lumbar and thoracic spinal curves are
Rugby codes preferable to a non-rigid, non-upright spine.
Australian football  Anterior pelvic tilt and protruding buttocks may
American football be advantageous.
Court sports:
 Anterior pelvic tilt and protruding buttocks and
Basketball
reasonable thoracic and lumbar curves are
Netball
needed rather than flattened curves.
Volleyball
 A slightly more rounded back is common to this
Cycling group of athletes, probably due more to training
than to self-selection for success in this sport.
 Female gymnasts with increased lumbar lordosis
and anterior pelvic tilt are able to hyperextend
Gymnastics
the spine more easily than flatter-backed
gymnasts.
 A successful hurdler may be tall with anterior
Hurdling
pelvic tilt and protruding buttocks.
 Posture of jumping athletes is characterized by
Jumping
an anterior pelvic tilt and protruding buttocks.
Martial arts:  Accentuated spinal curves may be advantageous
commit to user
Judo because of enhanced trunk mobility.
library.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

Wrestling
 These athletes vary posturally, and no one
posture identified as being advantageous.
 Anterior pelvic tilt and protruding buttocks may
Mobile field sports:
be advantageous where the field position requires
Field hockey
high speed over a considerable distance.
Soccer
Lacrose  Moderate lumbar and thoracic spinal curves are
preferable to a non-rigid, non-upright spine
because players may spend some time in slight
spinal flexion during a game.
Racquet sports:
 Compensatory training is required for retaining
Badminton
muscle balance, without which unilateral
Racqueball
imbalance and possibly scoliosis would develop
Squash
due to predominance of one side of the body.
Tennis
These athletes have more rounded backs plus a
tendency for round shoulders, probably due more to
training than to self-selection for success in the sport.
Rowing, Canoeing
(It is not clear whether the authors use the term
round shoulders to mean protracted [abducted]
scapulae or internally rotated humeri, or both.)
The shapes of the lumbar spine and buttocks fall
Running: middle between those found in long-distance running and
distance sprinting: ‘As the races get longer, the protruding
buttock characteristic disappears’ (p. 105).
Running: long These athletes have relatively flat buttocks and
distance lumbar spines compared with sprinters.
Anterior pelvic tilt and protruding buttocks enhance
Running: sprinting
sprinting.
This group varies posturally, and no one posture is
Throwing
identified as being advantageous.
This group varies posturally, and no one posture is
Weightlifting
identified as being advantageous.
Set field sports:
Baseball This group of varies posturally, and no one posture is
Cricket identified as being advantageous.
Golf
Data dilaporkan oleh Bloomfield et al. (1994) dalam Johnson (2016: 7-8).

b. Pengaruh frekuensi latihan dan lama waktu berlatih


Hasan et al. (2002) dalam Stošić et al. (2011: 378) menemukan bahwa
58,04% atlet pada sampel memiliki postur normal, berlawanan dengan 43,43%
dari mantan atlet yang memiliki postur normal. Mereka juga menemukan bahwa
latihan 1-3 kali/minggu lebih baik dari pada latihan 4-6 kali/minggu untuk atlet.
commit to user
Ini menekankan pentingnya mengaplikasikan latihan yang benar selama hidup
library.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

seseorang dan bahwa latihan ini perlu olahraga khusus untuk menjaga
perkembangan normal tulang belakang.
Kifosis dan lordosis hadir di sejumlah atlet olahraga dari berbagai cabang
yang berbeda. Biasanya diamati pada pesenam, pegulat, dan pemain ski air yang
memulai proses pelatihan sejak dini. Wojtys et al. (2000) dalam Stošić et al.
(2011: 376) telah mencatat dalam penelitian mereka suatu peningkatan
lengkungan pada bidang sagital yaitu hiperkifosis thorasik dan hiperlordosis
lumbar pada remaja yang berpartisipasi dalam olahraga kuat, yang melebihi 400
jam latihan per tahun. Latihan fisik intensif dikombinasikan dengan kolom
spinal yang belum matang, dimana beban dipindahkan dari ekstremitas atas ke
ekstremitas bawah, menyebabkan formasi gaya yang mempengaruhi deformasi
kolom spinal. Atlet yang paling terpengaruh adalah pesenam, pesepakbola,
pemain hoki, perenang, dan pegulat (Wojtys et al., 2000 dalam Stošić et al.,
2011: 377).

c. Pengaruh cidera olahraga


Kelainan fisik berhubungan erat dengan cidera-cidera lain (Watson, 1995
dalam Stošić et al., 2011: 381). Cidera lutut pada sepakbola berhubungan dengan
lordosis lumbar. Peserta yang memiliki otot tertarik memiliki insidensi lordosis
dan hiperlordosis lumbar yang lebih tinggi. Cidera punggung juga berhubungan
dengan kifosis, lordosis, dan skoliosis. Hanya 26.5% pemain sepakbola, pemain
rugby, dan atlet American football memiliki lumbar yang terpelihara bagian dari
tulang belakang, sementara 51,9% pemain memiliki lordosis lumbar. Juga, 67%
dari pemain ini menderita cidera otot, sedangkan pada kelompok tanpa kelainan
postural ini hanya 36% memiliki cidera yang sama. Hasil serupa diperoleh oleh
Ribeiro et al. (2003) dalam Stošić et al. (2011: 381) yang mencatat adanya
hiperlordosis (63%) dan hiperlordosis thorako-lumbar (22,2%) pada pemain
yang bermain futsal, yang memiliki beberapa cidera, sementara pemain yang
tidak memiliki cidera seperti itu memiliki 60,9% hiperlordosis dan 17,4%
thorakohiperlordosis.

commit to user
library.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

B. Kerangka Pemikiran
Pada cabang olahraga tenis meja, dalam permainannya didominasi oleh
penggunaan satu sisi lengan. Otot-otot pada satu sisi berkontraksi maksimal saat
melakukan pukulan, sedangkan pada sisi lain otot-otot tidak berkontraksi semaksimal
sisi pukulan. Kondisi ketidakseimbangan kontraksi ini akan terus berlangsung sepanjang
permainan. Hal ini akan menyebabkan ketidakseimbangan unilateral dan kemungkinan
skoliosis yang berkembang karena dominasi satu sisi tubuh. Oleh karena itu, postural
tulang belakang atlet cabang olahraga tenis meja memiliki kecenderungan postur
skoliosis.
Pada cabang olahraga tenis lapangan, dalam permainannya didominasi oleh
penggunaan satu sisi lengan. Otot-otot pada satu sisi berkontraksi maksimal saat
melakukan pukulan, sedangkan pada sisi lain otot-otot tidak berkontraksi semaksimal
sisi pukulan. Kondisi ketidakseimbangan kontraksi ini akan terus berlangsung sepanjang
permainan. Hal ini akan menyebabkan ketidakseimbangan unilateral dan kemungkinan
skoliosis yang berkembang karena dominasi satu sisi tubuh. Oleh karena itu, postural
tulang belakang atlet cabang olahraga tenis lapangan memiliki kecenderungan postur
skoliosis.
Penggunaan satu sisi lengan menyebabkan ketidakseimbangan unilateral dan
kemungkinan skoliosis yang berkembang karena dominasi satu sisi tubuh. Pada cabang
olahraga tenis meja dan tenis lapangan, penggunaan satu sisi lengan ini dibebani oleh
raket, berat bola dan bentuk spesifik gerakan-gerakan pukulan. Sehingga, cabang
olahraga tenis meja dan tenis lapangan memiliki kemungkinan yang besar untuk
membentuk postur skoliosis.
Tenis meja adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang (untuk
tunggal) atau dua berpasangan (untuk ganda) yang saling berlawanan. Permainan ini
menggunakan raket yang terbuat dari papan kayu dilapisi karet yang biasa disebut bet,
sebuah bola pingpong dan lapangan permainan yang berbentuk meja. Tujuan permainan
adalah memainkan bola dengan cara tertentu sehingga pemain lawan tidak dapat
mengembalikan bola tersebut. Adapun teknik-teknik dasar pukulan dalam bermain tenis
meja yaitu teknik pukulan forehand dan teknik pukulan backhand. Teknik pukulan
forehand sendiri terdiri dari, forehand drive, forehand push, forehand chop, forehand
commit toforehand
block, forehand topspin, forehand backspin, user sidespin, dan forehand flip.
library.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

Pembebanan bet, berat bola yang ringan dan bentuk-bentuk pukulan saat bermain tenis
meja mengarahkan ke suatu pembentukan postur skoliosis yang ringan.
Tenis lapangan adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang
(untuk tunggal) atau dua berpasangan (untuk ganda) yang saling berlawanan. Permainan
ini menggunakan raket tenis lapangan, sebuah bola karet dan lapangan permainan tenis
lapangan. Tujuan permainan adalah memainkan bola dengan cara tertentu sehingga
pemain lawan tidak dapat mengembalikan bola tersebut. Adapun teknik-teknik dasar
pukulan dalam bermain tenis lapangan antara lain; forehand, backhand, volley, serve,
lob, drop shot, dan smash. Pembebanan raket, berat bola dan bentuk-bentuk pukulan
saat bermain tenis lapangan mengarahkan ke suatu pembentukan postur skoliosis yang
berat.

commit to user
library.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

Atlet Laki-laki Atlet Laki-laki


Usia 9-14 Tahun Usia 9-14 Tahun

Tenis Meja Tenis Lapangan

Penggunaan Satu Penggunaan Satu


Sisi Tubuh Dominan Sisi Tubuh Dominan

Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan
Unilateral Unilateral

Kebutuhan Kebutuhan
Spesifik Cabor Spesifik Cabor

Postur Skoliosis Postur Skoliosis

Gambar 2.32. Bagan kerangka pemikiran.

commit to user
library.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

C. Penelitian Yang Relevan


Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Drza-
Grabiec et al. (2015) yang berjudul “Effects of the sitting position on the body posture of
children aged 11 to 13 years”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan
parameter yang dipilih yang menggambarkan postur tubuh dan skoliosis di antara anak-
anak dalam posisi duduk dan berdiri. Studi cross-sectional yang melibatkan 91 anak
sekolah dasar berusia 11-13 tahun. Punggung anak-anak difoto dalam posisi berdiri dan
duduk. Nilai-nilai parameter yang dipilih dihitung menggunakan pemeriksaan
fotogrametri berdasarkan fenomena proyeksi Moire. Hasilnya menunjukkan perbedaan
statistik yang signifikan untuk parameter yang mendefinisikan kurva anteroposterior
tulang belakang. Posisi duduk mengakibatkan penurunan sudut inklinasi tulang
belakang thorakolumbar, mengurangi kedalaman kifosis toraks dan lordosis lumbar, dan
asimetri panggul. Mempertahankan posisi duduk untuk waktu yang lama menghasilkan
asimetri lanjutan dari batang dan skoliosis, dan menyebabkan penurunan lordosis
lumbal dan kifosis seluruh tulang belakang anak.

commit to user
library.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

D. Hipotesis
Berdasarkan uraian dari kajian teori dan kerangka pemikiran, maka dalam
penelitian ini mengajukan beberapa hipotesis, yaitu:
1. Ada kemungkinan postur skoliosis pada atlet tenis meja usia 9-14 tahun.
2. Ada kemungkinan postur skoliosis pada atlet tenis lapangan usia 9-14 tahun.
3. Terdapat perbedaan kemungkinan postur skoliosis antara atlet tenis meja dan tenis
lapangan usia 9-14 tahun.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai