id
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Postur Tubuh
a. Pengertian postur tubuh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), postur adalah bentuk
atau keadaan tubuh; perawakan. Tubuh adalah keseluruhan jasad manusia atau
binatang yang kelihatan dari bagian ujung kaki sampai ujung rambut. Jadi
berdasarkan KBBI, postur tubuh adalah bentuk atau keadaan tubuh, perawakan
keseluruhan jasad manusia yang kelihatan dari bagian ujung kaki sampai ujung
rambut.
Sedangkan menurut Sugiyanto (2001: 109) bahwa postur tubuh
merupakan perpaduan antara tinggi badan, berat badan, serta berbagai ukuran
anthropometrik lainnya yang ada pada tubuh. Postur tubuh adalah posisi di mana
kita dapat menahan tubuh kita tegak melawan gravitasi saat berdiri, duduk atau
berbaring (Zaharieva, 2016: 206). Roaf (1978) dalam Solberg (2008: 17)
mendefinisikan postur sebagai “posisi sementara” yang diasumsikan oleh tubuh
dalam persiapan untuk posisi berikutnya. Oleh karena itu, berdiri statis bukanlah
postur “nyata”, karena kita jarang mempertahankan posisi seperti itu.
Postur adalah suatu istilah keseluruhan meliputi disposisi relatif dari
semua banyak bagian tubuh, terutama bentuk dan posisi tulang belakang
(Paterson, 2009: 1). Ini tidak dapat dianggap dalam isolasi, tapi hanya dalam
hubungan dengan situasi atau lingkungan yang berlaku pada seseorang, yang
mungkin statis atau dinamis. Dalam postur statis, meskipun seseorang mungkin
berdiri, duduk atau berbaring diam, ini harus benar dianggap sebagai gerakan
yang ditangguhkan sementara atau postur dinamis, bahkan yang kita sebut ini
sebagai postur statis, selalu ada kecenderungan untuk berubah. Pada postur
dinamis ada perubahan konstan dalam posisi relatif dan garis arah semua bagian
tubuh, terutama terhadap struktur integral tulang belakang, yang sering terjadi
selama aktivitas seperti berjalan, berlari, menari, penanganan manual, dll.
commit to user
10
library.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
commit to user
library.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.1. Postur tegak yang baik. Reproduksi dengan izin dari Sahrmann
(2002) dalam Paterson (2009: 3).
commit to user
library.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.2. Tulang belakang tampak samping (kiri) dan belakang (kanan)
(Paterson, 2009: 3-4).
Gambar 2.3. Atas: discus yang tidak dibebani; tampak samping. Bawah:
discus yang dibebani; tampak samping. (Paterson, 2009: 4).
Tabel 2.1. Massa pada Setiap Segmen Tubuh dalam Persentase dari Total
Massa Tubuh
Segmen % dari massa tubuh
Batang tubuh 49.7
Kepala dan leher 8.1
Lengan atas 2.8 satu sisi
Lengan bawah 1.6 satu sisi
Tangan 0.6 satu sisi
Total lengan 5.0 satu sisi
Tungkai kaki atas 10.0 satu sisi
Tungkai kaki bawah 4.7 satu sisi
Kaki 1.4 satu sisi
Total tungkai kaki 16.1 satu sisi
Sumber: Reproduksi dengan izin dari Palastanga et al.
(2002) dalam Paterson (2009: 8).
Gambar 2.5. BOS, COP, dan batas stabilitas. Saat berdiri tegak diam, area
kontak dengan lantai pada bagian bawah kaki dan area di antara kaki
merupakan basis tumpuan (Base of Support). Karena individu tidak dapat
dengan mudah memindahkan garis gravitasi ke bagian luar BOS, batas
stabilitas telah didefinisikan sebagai area di mana individu dapat
memindahkan garis gravitasi tanpa kehilangan keseimbangan. Pusat tekanan
(Center of Pressure) dari gaya reaksi tanah terletak di dalam dua area
tersebut. Karena individu akan selalu sedikit bergoyang, COP berisolasi
dengan amplitudo tertentu. Direproduksi dengan izin dari Trew & Everett
(2005) dalam Paterson (2009: 8).
c. Faktor-faktor pengaruh
Karena semua individu memiliki profil-profil anatomis yang unik, sulit
mengidentifikasi atribut definitif untuk menggambarkan postur yang normal.
Bagaimanapun, ini mungkin, untuk mengidentifikasi komponen-komponen dari
keselarasan dan postur ideal dan ini adalah standar yang digunakan untuk
mengamati dan menilai banyak variasi postural yang mungkin ditemui.
Sebelum menilai postur tubuh, informasi pribadi seperti usia, jenis
kelamin, riwayat kesehatan, status psikologis dan pengaruh adaptif seperti,
pekerjaan, gaya hidup dan lain-lain, harus diperhatikan (Paterson, 2009: 9).
Menurut Solberg (2008: 18-19), kinesiologis dan faktor-faktor lain yang
commit to user
mempengaruhi postur manusia adalah sebagai berikut:
library.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
(5) Keadaan emosional; Pola postural adalah petunjuk visual untuk keadaan
emosional. Dari tahap perkembangan awal, pola gerakan menjadi begitu
saling terkait dengan kesan emosional dan kognitif sehingga stres otot
kumulatif di tubuh dapat dilihat sebagai cermin ekspresi tubuh. Orang yang
mengalami stres emosional, kegelisahan, kesedihan atau kurangnya
kepercayaan diri, menanggung tubuh mereka dalam suatu sikap yang secara
eksternal merefleksikan perasaan ini.
(6) Aktivitas fisik; Aktivitas fisik yang disesuaikan dapat berkontribusi pada
perkembangan normal dan untuk peningkatan pola gerakan dan postural,
tetapi dalam beberapa kasus dimana aktivitas tidak menjaga keseimbangan
tubuh, hasilnya mungkin keterbatasan fungsional dan penurunan pola
gerakan optimal. Menurut WHO, aktivitas fisik dapat dikategorikan menjadi:
(a) Aktivitas saat belajar/bekerja (aktivitas termasuk kegiatan belajar,
latihan, aktivitas rumah tangga, dll.);
(b) Perjalanan ke dan dari tempat aktivitas (perjalanan ke tempat kerja,
belanja, ke supermarket, dll.);
(c) Aktivitas rekreasi (olahraga, fitness, dan rekreasi lainnya);
(d) Aktivitas menetap (aktivitas yang tidak memerlukan banyak gerak
seperti duduk saat bekerja, duduk saat di kendaraan, menonton televisi,
atau berbaring, kecuali tidur).
Menurut artikel yang ditulis oleh Zaharieva (2016: 207) menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi postur tubuh adalah sebagai berikut:
(1) Penuaan–tubuh berangsur-angsur kehilangan kapasitasnya untuk menyerap
dan mentransfer gaya.
(2) Inaktif/gaya hidup bermalas-malasan/keengganan untuk latihan–
menyebabkan hilangnya aliran gerakan alami.
(3) Kebiasaan postural yang buruk–akhirnya menjadi struktural.
(4) Kompensasi biomekanika–ketidakseimbangan otot, pemendekan adaptif,
ketidakstabilan dan kelemahan otot.
(5) Komposisi tubuh–peningkatan beban, penekanan pada struktur tulang
belakang, menyebabkan deviasi tulang belakang.
(6) Ruang kerja–ergonomi. commit to user
library.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id
(a) Periode pra lahir yang dimulai dari saat pembuahan sampai lahir. Pada
periode ini terjadi perkembangan fisiologis yang sangat cepat yaitu
pertumbuhan seluruh tubuh secara utuh.
(b) Periode neonatus adalah masa bayi yang baru lahir. Masa ini terhitung
mulai 0 sampai dengan 14 hari. Pada periode ini bayi mengadakan
adaptasi terhadap lingkungan yang sama sekali baru untuk bayi tersebut
yaitu lingkungan di luar rahim ibu.
(c) Masa bayi adalah masa bayi berumur 2 minggu sampai 2 tahun. Pada
masa ini bayi belajar mengendalikan ototnya sendiri sampai bayi tersebut
mempunyai keinginan untuk mandiri.
(d) Masa kanak-kanak terdiri dari 2 bagian yaitu masa kanak-kanak dini dan
akhir masa kanak-kanak. Masa kanak-kanak dini adalah masa anak
berusia 2 sampai 6 tahun, masa ini disebut juga masa pra sekolah yaitu
masa anak menyesuaikan diri secara sosial. Akhir masa kanak-kanak
adalah anak usia 6 sampai 13 tahun, biasa disebut sebagai usia sekolah.
(e) Masa puber adalah masa anak berusia 11 sampai 16 tahun. Masa ini
termasuk periode yang tumpang tindih karena merupakan 2 tahun masa
kanak-kanak akhir dan 2 tahun masa awal remaja. Secara fisik tubuh
anak pada periode ini berubah menjadi tubuh orang dewasa.
(2) Masa remaja
Pengertian remaja (adolesence) berasal dari kata “adolescere” yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1994 dalam Jafar
2005: 1). Masa remaja dimulai pada saat anak perempuan mengalami
menstruasi yang pertama atau menarche, sedangkan pada anak laki-laki yaitu
pada saat keluarnya cairan semen. Waktu terjadi proses kematangan seksual
pada laki-laki dan perempuan berbeda.
Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai
dengan perubahan dalam bentuk ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan
aspek fungsional. WHO (World Health Organization) memberikan definisi
masa remaja di usia 10-24 tahun. UNICEF membagi usia remaja dalam 2
kategori yaitu remaja dini (early adolescence) pada usia 10-14 tahun dan
commit
remaja akhir (late adolescence) to user
pada usia 15-19 tahun. Berbagai pendapat
library.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
seperti bertambah pendek atau tinggi, lamban atau energik, ulet atau
pasrah.
(e) Terjadi perubahan hormon seks.
e. Posturogenesis
Dimulai saat lahir, dan sampai saat kematian, perubahan bentuk tulang
belakang seseorang dikondisikan oleh proses posturogenesis. Posturogenesis
(perkembangan postural) adalah proses membentuk postur tubuh selama
perkembangan ini. Ini adalah proses yang sangat intensif, khususnya selama
masa anak-anak (Wolanski, 2005; Angelakopoulos et al., 2008 dalam Olszewska
& Trzcińska, 2012: 193). Spesifisitas konstruksi tulang belakang, yang mana
memiliki lengkungan spinal anterior-posterior, terhubung dengan fungsinya,
serta dengan fakta bahwa manusia mengadopsi posisi tegak (Iwanowski, 1982;
Kiwerski, 2009; Lewandowski, 2006 dalam Olszewska & Trzcińska, 2012: 193).
Posturogenesis – perjalanan perkembangan postur – proses yang melalui seluruh
waktu ontogenesis, dengan periode kritikal usia sekolah dan pubertas (Czakwari
et al., 2008: 107). Posturogenesis meliputi pertumbuhan dari dada, pembentukan
lengkungan sagital kolom vertebral, perkembangan panggul dan tungkai
(Czakwari et al., 2008: 107). Elemen yang paling penting untuk menilai jalannya
posturogenesis adalah mendiagnosis anak-anak dan remaja, dengan perhatian
khusus yang diberikan untuk mendeteksi cacat postural (Olszewska &
Trzcińska, 2012: 193).
Selama periode awal sekolah (7 sampai 10 tahun), pertumbuhan tubuh
relatif stabil (Kellis & Emmanouilidou, 2010 dalam Walicka-Cupryś, 2015: 1).
Kyphotic dan keseimbangan postur tubuh mendominasi selama periode usia
tujuh hingga delapan tahun (Barczyk et al., 2005 dalam Walicka-Cupryś, 2015:
1). Namun, ketika anak mulai bersekolah, waktu mereka dihabiskan dalam
posisi duduk berkepanjangan, yang dapat menghasilkan gangguan
posturogenesis. Oleh karena itu, periode ini disebut “periode kritis pertama
posturogenesis”.
commit to user
library.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.6. Garis yang diproyeksikan melalui pusat gravitasi ke lantai yang
disebut garis gravitasi. Pada gambar, garis ini menunjukkan seseorang
berdiri tegak yang ideal. Beberapa penanda anatomi memberi indikasi yang
lebih baik dimana garis berada. Reproduksi dengan izin dari Trew & Everett
(2005) dalam Paterson (2009: 13).
commit to user
library.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.7. Garis arah ideal tampak samping. Subjek berdiri tegak dengan
kaki telanjang (tanpa alas), ditempatkan sedikit terpisah agar berada tepat di
bawah sendi pangkal paha. Kaki menghadap ke depan dan sejajar satu sama
lain. Lutut lurus tapi rileks, lengan menggantung bebas sehingga tangan
berada tepat di depan pangkal paha. Mata melihat lurus ke depan dan kedua
pangkal paha dan bahu tidak berputar. Reproduksi dengan izin dari Trew &
Everett (2005) dalam Paterson (2009: 14).
Gambar 2.8. Garis arah ideal tampak belakang. Subjek berdiri tegak dengan
kaki telanjang (tanpa alas), ditempatkan sedikit terpisah agar berada tepat di
bawah sendi pangkal paha. Kaki menghadap ke depan dan sejajar satu sama
lain. Lutut lurus tapi rileks, lengan menggantung bebas sehingga tangan
berada tepat di depan pangkal paha. Mata melihat lurus ke depan dan kedua
pangkal paha dan bahu tidak berputar. Reproduksi dengan izin dari Trew &
commit
Everett (2005) to user
dalam Paterson (2009: 15).
library.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.9. Postur kifosis. Reproduksi dengan izin dari Trew & Everett (2005)
dalam Paterson (2009: 19).
(2) Kifosis idiopatik; kifosis jenis ini belum ada kepastian apa yang
menyebabkannya. Akan tetapi beberapa diketahui faktor keturunan yang
mungkin menjadi penyebabnya.
(3) Kifosis postural; kifosis yang penyebabnya adalah dikarenakan posisi tubuh
yang buruk atau salah baik saat tidur, tengkurap atau juga duduk. Jenis
ketiga ini seringkali dialami oleh orang yang sudah tua. Akan tetapi jika
dirunut, bahwa kebiasaan saat muda lah yang mengakibatkan kifosis jenis
ketiga ini menjangkit ketika sudah tua. Jadi akan lebih baik ketika masih
muda untuk memperhatikan posisi tubuh secara benar.
(4) Kifosis remaja (Penyakit Scheuermann); adalah penyakit pertumbuhan
tulang belakang dengan vertebra menjadi sedikit berbentuk mirip baji. Jika
terjadi pada vertebra thorakal, terutama jika beberapa vertebra terlibat,
kifosis yang normal menjadi berlebihan. Penyebabnya tidak diketahui.
Scheuermann menggunakan istilah osteokondritis karena lempeng akhir
epifisis vertebra mengalami osifikasi secara tak beraturan. Schmorl menaruh
perhatian terhadap fungsi lempeng tulang rawan dalam memindahkan
tekanan secara merata dan kemudian menyatakan suatu cacat pada lempeng-
lempeng tulang rawan itu akan mengakibatkan ketegangan pada bagian
anterior dari korpus vertebra. Akhir-akhir ini diduga bahwa pergeseran
traumatic dari lempeng epifisis terjadi pada anak-anak karena bertambahnya
kekuatan tulangnya selama pertumbuhan pada masa pubertas; mungkin
terdapat juga osteoporosis vertebra dan diskus dapat mengalami herniasi ke
dalam tulang yang rapuh.
(5) Kifosis pada orang tua; degenerasi diskus intervertebralis mungkin
menyebabkan bungkuk yang meningkat secara berangsur-angsur yang khas
untuk orang berumur lanjut. Ruang diskus menyempit dan vertebra sedikit
tertekan. Tidak banyak rasa nyeri kecuali kalau terdapat osteoartritis dari
sendi-sendi permukaan.
(6) Kifosis osteoporosis; osteoporosis pasca menopause mungkin
mengakibatkan satu atau lebih fraktur kompresi terhadap vertebra torakal.
Pasien biasanya berumur 60-an atau 70-an dan keluhannya adalah nyeri.
Kifosis jarang tampak nyata.commit to utama
Keluhan user adalah nyeri lumbosakral, yang
library.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
b. Lordosis
Pada posisi santai, sudut sakrum sekitar 30 derajat dan tulang belakang
lumbal melengkung dengan lembut ke dalam memungkinkan panggul
menyeimbangkan secara langsung pada sendi pangkal paha. Ini selanjutnya
memungkinkan otot-otot perut, spinal, pangkal paha posterior, dan hamstring
mencapai panjang optimal untuk mengendalikan kemiringan panggul dan
keseimbangan seluruh tubuh pada anggota badan bawah dan kaki. (Paterson,
2009: 18)
Dengan postur lordosis, sudut sakrum adalah lebih dari 30 derajat, kurva
lumbal anterior dan kemiringan tulang panggul meningkat tajam dan sendi
pangkal paha sedikit tertekuk (Paterson, 2009: 18) (Gambar 2.10).
Gambar 2.10. Postur lordosis. Reproduksi dengan izin dari Trew & Everett
(2005) dalam Paterson (2009: 20).
commit to user
library.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
c. Scoliosis
Scoliosis (dalam bahasa inggris) atau skoliosis mengacu pada deviasi
lateral yang cukup besar dari garis lurus vertikal yang normal pada tulang
belakang (White & Panjabi, 1978 dalam Paterson, 2009: 21). Tulang belakang
yang melengkung ke samping dapat terbentuk seperti huruf “C” atau “S”.
Fenomena skoliosis ini pun sebenarnya tidak hanya dipandang dari satu sisi saja,
sehingga seolah kelainan ini bersifat 2 dimensi, namun juga dapat terjadi dalam
ruang lingkup 3 dimensi. Jadi, tulang belakang selain dapat melengkung dalam
sumbu Y juga dapat melengkung (terputar) dalam sumbu X dan Z.
Adapun ciri-ciri postur skoliosis sebagai berikut (Paterson, 2009: 22):
(a) Thoracic spine: exaggerated lateral curvature in the frontal plane (should a
very slight right thoracic curvature occur in an otherwise wellaligned spine,
it may be associated with right handedness or the position of the aorta);
reduced thoracic kyphosis;
(b) Sternum: drawn in towards the convexity;
(c) Ribs: bulging both laterally and posteriorly on the side of the convexity,
depressed on the side of the concavity;
(d) Shoulder girdle: orientated to adapt to the ribcage deformity with the
scapulae possibly abducted, commit
upwardlyto rotated,
user winging or tilting;
library.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
(e) Lumbar spine: lateral curvature contralateral to the thoracic lateral curve;
(f) Pelvis: rotated and/or tilted; dan
(g) Lower limbs: length discrepancy with weight bearing more on one leg.
Gambar 2.11. Postur skoliosis. Reproduksi dengan izin dari Trew & Everett
(2005) dalam Paterson (2009: 22).
Gambar 2.12. Cobb angle yang diukur dari hasil foto rontgen
(https://radiopaedia.org).
melipat dan beputar menjadi deformitas tetap yang tidak menghilang dengan
perubahan postur.
(6) Skoliosis paralitik; kelainan dengan jenis ini akan berkembang menyertai
penyakit neurologis seperti poliomielitis. Penyimpangan kurvatura vertebra
pada skoliosis. Skoliosis juga dibedakan berdasarkan derajat
kelengkungannya.
Adapun tipe-tipe skoliosis akan dijelaskan sebagai berikut:
(1) Fungsional; pada tipe skoliosis ini, tulang belakang adalah normal, namun
suatu lekukan abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain
didalam tubuh. Ini dapat disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek
daripada yang lainnya atau oleh ketegangan-ketegangan di punggung.
(2) Neuromuskular; pada tipe skoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-
tulang dari tulang belakang terbentuk. Baik tulang-tulang dari tulang
belakang gagal untuk membentuk sepenuhnya, atau mereka gagal
untuk berpisah satu dari lainnya. Tipe skoliosis ini berkembang pada orang-
orang dengan kelainan-kelainan lain termasuk kerusakan-kerusakan
kelahiran, penyakit otot (muscular dystrophy), cerebral palsy, atau penyakit
Marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia disebut kongenital. Tipe
skoliosis ini seringkali jauh lebih parah dan memerlukan perawatan yang
lebih agresif daripada bentuk-bentuk lain dari skoliosis.
(3) Degeneratif; tidak seperti bentuk-bentuk lain dari skoliosis yang
ditemukan pada anak-anak dan remaja-remaja, skoliosis degeneratif terjadi
pada dewasa-dewasa yang lebih tua. Ini disebabkan oleh perubahan-
perubahan pada tulang belakang yang disebabkan oleh arthritis. Pelemahan
dari ligamen-ligamen dan jaringan- jaringan lunak lain yang normal dari
tulang belakang digabungkan dengan spur-spur tulang yang abnormal dapat
menjurus pada suatu lekukan dari tulang belakang yang abnormal.
(4) Lain-lain; ada penyebab-penyebab potensial lain dari skoliosis, termasuk
tumor-tumor spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang
dapat terjadi pada spine dan menyebabkan nyeri. Nyeri menyebabkan orang-
orang untuk bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah
commit to user
library.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
dari tekanan yang diterapkan pada tumor. Ini dapat menjurus pada suatu
kelainan bentuk tulang belakang.
Diagnosis skoliosis dapat menggunakan cara-cara sebagai berikut, antara
lain:
(1) Foto rontgen; x-ray proyeksi foto polos harus diambil dari posterior dan
lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista illiaca dengan posisi tegak,
untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb angle dan menilai
maturitas skeletal dengan metode Risser. Cobb Angle diukur dengan
menggambar garis tegak lurus dari batas superior dari vertebra paling atas
pada lengkungan dan garis tegak lurus dari akhir inferior vertebra paling
bawah. Perpotongan kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur.
(2) MRI (Magnetic Resonance Imaging), jika ditemukan kelainan saraf atau
kelainan pada hasil rontgen.
(3) Pengukuran dengan skoliometer; skoliometer adalah sebuah alat untuk
mengukur sudut kurvatura.
(4) Dan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya.
3. Aktivitas Olahraga
a. Pengertian aktivitas olahraga
Aktivitas olahraga merupakan salah satu bagian dari aktivitas fisik.
Dalam bahasa Inggris, kata olahraga dikenal dengan kata “sport”. Istilah
olahraga sendiri terdapat dalam bahasa Jawa yaitu olahrogo. “Olah” artinya
melatih diri menjadi seorang yang terampil dan “rogo” artinya badan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional, olahraga adalah segala kegiatan yang
sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani,
dan sosial. Olahraga adalah aktivitas gerak manusia menurut teknik tertentu,
dalam pelaksanaannya terdapat unsur bermain, ada rasa senang, dilakukan pada
waktu luang, dan kepuasan tersendiri. Manusia sendiri adalah makhluk hidup
yang aktivitasnya sangat tinggi. Rutinitas yang sangat tinggi tersebut harus
ditunjang dengan kondisi psikologis dan fisik tubuh yang seimbang.
Keseimbangan kondisi fisik dancommit to user
psikologis tersebut dapat dicapai dengan usaha
library.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
b. Latihan Olahraga
Menurut WHO, latihan adalah subkategori aktivitas fisik yang
direncanakan, terstruktur, berulang dan terarah dalam arti bahwa meningkatkan
atau memelihara satu atau lebih komponen kebugaran fisik sebagai tujuan.
Latihan adalah bagian dari aktivitas fisik yang direncanakan, terstruktur, dan
berulang-ulang dan memiliki tujuan akhir atau menengah untuk meningkatkan
atau memelihara kebugaran fisik (Caspersen et al., 1985: 126). Sedangkan
menurut KBBI, la·tih, ber·la·tih (1) belajar dan membiasakan diri agar mampu
(dapat) melakukan sesuatu; (2) berbuat agar menjadi biasa. La·tih·an (1) hasil
berlatih; (2) pelatihan; (3) pendidikan untuk memperoleh kemahiran atau
kecakapan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses
kegiatan olahraga yang dilakukan secara sadar, sistematis, bertahap dan
berulang-ulang, dengan waktu yang relatif lama untuk mencapai tujuan akhir
dari suatu penampilan dapat berupa peningkatan prestasi yang optimal. Agar
latihan mencapai hasil prestasi yang optimal, maka program atau bentuk latihan
disusun hendaknya mempertimbangkan kemampuan dasar individu, dengan
memperhatikan dan mengikuti prinsip-prinsip atau azas-azas pelatihan.
Sistematis berarti, menurut jadwal dan menurut pola sistem tertentu, metodis
dari yang mudah ke yang sukar, latihan yang teratur dari sederhana ke yang
kompleks. Berulang-ulang maksudnya adalah gerakan-gerakan yang sukar
dilakukan menjadi semakin mudah dan reflektif pelaksanaannya. Beban makin
bertambah maksudnya adalah setiap kali, secara periodik setelah tiba saatnya
maka beban ditambah demi meningkatkan perubahan-perubahan dan tercapainya
prestasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, atlet adalah olahragawan,
terutama yang mengikuti perlombaan atau pertandingan (kekuatan, ketangkasan,
dan kecepatan). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
commit to user
2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, olahragawan adalah pengolahraga
library.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
yang mengikuti pelatihan secara teratur dan kejuaraan dengan penuh dedikasi
untuk mencapai prestasi. Atlet merupakan seseorang yang bersungguh-sungguh
gemar berolahraga terutama mengenai kekuatan badan, ketangkasan dan
kecepatan berlari, berenang, melompat dan lain-lain. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa, atlet merupakan individu yang berperan dalam suatu
aktivitas di bidang keolahragaan dan bakat, keterampilan, maupun motivasi
sangat dibutuhkan pada cabang olahraga tersebut untuk mencapai suatu prestasi
yang setinggi-tingginya dan dikumpulkan dalam satu program pelatihan yang
lebih khusus dan intensif sesuai dengan cabang olahraga masing-masing.
c. Cabang-cabang olahraga
Aktivitas olahraga sendiri terdiri dari berbagai macam cabang olahraga.
Pada Olympic Games (http://www.olympic.org), cabang-cabang olahraga dibagi
ke dalam 2 kategori yaitu summer sports (olahraga musim panas) dan winter
sports (olahraga musim dingin). Di Indonesia berlaku 2 jenis olahraga yang
dimainkan yaitu olahraga modern dan olahraga tradisional. Indonesia memiliki
beberapa olahraga tradisional baik yang sudah diketahui secara umum maupun
yang belum. Beberapa olahraga tradisional yang sudah diketahui secara umum
seperti pencak silat, egrang, bakiak/terompah, tarik tambang, balap karung,
karapan sapi, kelereng, gasing, dan sumpit. Sementara yang lain, seperti
benteng, galah asin, benjang, langga, dan lain-lain, hanya dikenal oleh kalangan
terbatas, terutama di daerah tempat olahraga itu berasal.
commit to user
library.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
Beach
Archery Athletics Badminton Basketball
Volleyball
Cycling
Canoe Cycling
Boxing Canoe Slalom Mountain
Sprint BMX
Bike
Equestrian Gymnastics
Fencing Football Golf
Jumping Artistic
Gymnastic Marathon
Handball Hockey Judo
Rhytmic Swimming
Modern
Rowing Rugby Sailing Shooting
Pentathlon
Synchronized Table
Swimming Taekwondo Tennis
Swimming Tennis
Wrestling Wrestling
Freestyle Greco-Roman
Gambar 2.13. Item cabang olahraga
commitmusim
to userpanas (http://www.olympic.org).
library.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id
Cross
Alpine Skiing Biathlon Bobsleigh Country Curling
Skiing
11 Football (soccer)
12 Golf
13 Gymnastics (Artistic, Rhythmic and Trampolining)
14 Handball
15 Hockey
16 Judo
Karate - six kumite sparring and two kata demonstration
17
categories.
18 Modern Pentathlon
19 Rowing
20 Rugby 7s
21 Sailing
22 Shooting
Skateboarding - men and women's street and park skateboarding
23
events
Sport Climbing - bouldering and lead and speed combined
24
climbing
25 Surfing - men's and women's shortboard surfing.
26 Table Tennis
27 Taekwondo
28 Tennis
29 Track & Field
30 Triathlon
31 Volleyball - indoor and beach volleyball
32 Weightlifting
33 Wrestling (Greco-Roman and Freestyle)
Sumber: http://www.topendsports.com.
temasuk ke dalam cabang olahraga raket antara lain; tenis lapangan, tenis meja,
softtennis, squash, bulutangkis, racqueball, dll.
d. Tenis Meja
Tenis meja adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang
(untuk tunggal) atau dua berpasangan (untuk ganda) yang saling berlawanan.
Tujuan permainan adalah memainkan bola dengan cara tertentu sehingga pemain
lawan tidak dapat mengembalikan bola tersebut. Di Republik Rakyat China,
nama resmi olahraga ini adalah “ping pong”. Permainan ini menggunakan raket
yang terbuat dari papan kayu yang dilapisi karet yang biasa disebut bet, sebuah
bola pingpong dan lapangan permainan yang berbentuk meja.
(https://id.wikipedia.org).
Ukuran, berat dan bentuk raket tidak ditentukan, tetapi daun raket harus
datar dan kaku. Daun raket minimal 85 % terbuat dari kayu diukur dari
ketebalannya; lapisan perekat di dalam kayu dapat diperkuat dengan bahan yang
berserat seperti serat karbon (carbon fibre) atau serat kaca (glass fibre) atau
bahan kertas yang dipadatkan, namun bahan tersebut tidak boleh lebih dari
7,5 % dari total ketebalan atau berukuran 0,35 mm, yang lebih tipis yang dipakai
sebagai acuan. Sisi daun raket yang digunakan untuk memukul bola harus
ditutupi oleh karet licin/halus maupun bintik, bila menggunakan karet bintik
yang menonjol ke luar (tanpa spons) maka ketebalan karet termasuk lapisan lem
perekat tidak boleh lebih dari 2,0 mm, atau jika menggunakan karet lapis (karet
commitmenghadap
+ spons) dengan bintik di dalamnya to user keluar atau ke dalam maka
library.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
ketebalannya tidak boleh lebih dari 4,0 mm sudah termasuk dengan lem perekat.
Pada permulaan permainan dan kapan saja pemain menukar raketnya selama
permainan berlangsung, seorang pemain harus menunjukkan raketnya pada
lawannya dan pada wasit dan harus mengijinkan wasit dan lawannya untuk
memeriksa/mencobanya. (https://id.wikipedia.org).
Teknik dasar bermain tenis meja antara lain; teknik memegang bet,
teknik pukulan forehand, dan teknik pukulan backhand. Dari beberapa teknik
dasar tersebut, teknik memegang bet dan teknik pukulan forehand akan
dijelaskan sebagai berikut:
commit to user
library.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
keras dan cepat. Cara melakukan forehand drive, pertama gerakkan bet
ke arah depan. Gerakan ini diikuti dengan perputaran badan kearah
depan kira-kira badan berputar tiga puluh derajat.
(b) Forehand push; push adalah pukulan backspin pasif yang dilakukan
untuk menghadapi backspin. Pukulan ini dapat menjaga agar bola tidak
melambung terlalu tinggi dari net. Perhatikan agar posisi bet sedikit
terbuka. Gerakan bet kedepan dan sedikit kebawah. Usahakan bola
mengenai bet bagian tengah.
(c) Forehand chop; chop merupakan pukulan backspin yang bersifat
bertahan. Ada dua jenis chop, yaitu forehand chop dan backhand chop.
Persiapan dalam melakukan pukulan forehand chop sama untuk
melakukan pukulan forehand, tapi posisi bet agak terbuka. Gerakkan bet
ke depan condong ke bawah. Usahkan kontak dengan bola terjadi di
depan kanan badan. Perkenaan bola pada sisi bet depan agak bawah dan
perkenaan pada bola pada sisi bawah bola.
(d) Forehand block; block adalah cara paling sederhana untuk
mengembalikan pukulan yang keras. Block dilakukan setelah bola
memantul dari meja. Hal ini dilakukan untuk membuat lawan tidak dapat
melancarkan serangan dengan cepat, karena bola yang di block akan
kembali dengan cepat. Ada dua jenis block, yaitu forehand block dan
backhand block. Cara melakukan forehand block yang pertama gerakkan
bet ke depan, posisi bet commit
tertutupto(sisi
userdepan bet menghadap ke bawah).
library.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
lawan kita juga sangat efektif, karena lawan anda mungkin tidak akan
sempat untuk memutuskan untuk return flip anda dengan menggunakan
forehand atau backhand alias bingung duluan. Jika bola pendek datang
pada sisi forehand, harus lebih responsive untuk melakukan flip tersebut.
e. Tenis lapangan
Tenis lapangan adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua
orang (untuk tunggal) atau dua berpasangan (untuk ganda) yang saling
berlawanan. Setiap pemain menggunakan raket untuk memukul bola karet.
Tujuan permainan adalah memainkan bola dengan cara tertentu sehingga pemain
lawan tidak dapat mengembalikan bola tersebut. (https://id.wikipedia.org).
Terdapat kriteria tertentu pada raket tenis lapangan. Panjangnya tidak
boleh lebih dari 29 inchi (73,66 cm) dan lebar tidak boleh lebih dari 12,5 inchi
(31,75 cm). Bola Tenis lapangan terbuat dari karet yang dilapisi bulu optik
berwarna kuning. Diameter berkisar antara 6,541 cm sampai 6,858 cm.
Sedangkan beratnya harus diantara 56,0 gram sampai 59,4 gram.
commit
Gambar 2.23. Bola tenis to user
lapangan (https://id.wikipedia.org).
library.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id
Ide dasar dari permainan tenis adalah memukul bola sebelum atau
sesudah mantul di lapangan dengan menggunakan raket, melewati di atas net
dan masuk ke dalam lapangan permainan lawan. Cara-cara yang dilakukan
dalam mernukul bola agar dapat menuju ke lapangan lawan dinamakan dengan
istilah teknik-teknik dasar pukulan bermain tenis. Adapun teknik-teknik dasar
pukulan dalam bermain tenis di antaranya adalah forehand, backhand, volley,
serve, lob, drop shot dan smash.
Dalam buku yang ditulis oleh Cholid (2012) berjudul “Petunjuk Praktis
Bermain Tenis”, ada empat grip forehand (pegangan) untuk melakukan pukulan
(groundstroke) yaitu, barat (western), semi-barat (semi-western), timur
(eastern), dan kontinental (continental). Masing-masing penjelasan sebagai
berikut:
(1) Continental; pegang raket dalam keadaan mengarah menjauh dari Anda di
tangan kiri. Posisikan area senar agar tegak lurus dengan tanah. Ulurkan
tangan kanan Anda seolah-olah ingin menyalami pegangan raket, dan
tempatkan sendi dasar jari telunjuk Anda di bagian pegangan yang berlekuk
dan kecil, pada sisi kanan bagian rata di atas raket. Tutup genggaman tangan
Anda agar posisinya menjadi diagonal di sepanjang telapak tangan hingga ke
titik tempat tumit telapak tangan Anda berada, yaitu di bawah jari
kelingking.
(2) Eastern; mulailah dengan memegang raket dalam posisi mengarah menjauhi
Anda di tangan kiri. Arahkan bagian senar agar tegak lurus dengan tanah.
Ulurkan tangan kanan seolah-olah Anda ingin bersalaman dengan pegangan
raket, dan tempatkan kepalan dasar dari jari telunjuk Anda pada sisi
pegangan raket yang rata memanjang, dalam posisi lurus di kanan Anda.
Tutup kepalan tangan Anda di sekitar pegangan raket agar posisinya menjadi
diagonal di sepanjang telapak tangan hingga ke titik lokasi tumit telapak
tangan Anda, yang terletak di bawah jari kelingking.
(3) Semi-western; pegang raket menjauh dari diri Anda dengan tangan kiri. Atur
posisi area senar agar tegak lurus terhadap tanah. Ulurkan tangan kanan
Anda seolah-olah hendak menyalami pegangan raket, dan tempatkan kepalan
commitpegangan
dasar jari telunjuk Anda di bagian to user raket yang kecil dan berlekuk,
library.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
dalam posisi menghadap ke bawah dan sebelah kanan Anda. Tutup kepalan
tangan Anda di seputar pegangan raket agar posisinya menjadi diagonal
melewati telapak tangan hingga ke titik lokasi tumit telapak tangan Anda,
yang berada di bawah jari kelingking Anda.
(4) Western; mulailah dengan memegang raket dalam posisi menjauhi Anda di
tangan kiri. Arahkan area senar agar tegak lurus terhadap tanah. Ulurkan
tangan kanan Anda seolah-olah hendak bersalaman dengan pegangan raket,
dan tempatkan kepalan dasar jari telunjuk Anda di bagian pegangan raket
yang rata agar posisinya menjadi diagonal dengan telapak tangan Anda
hingga ke titik tumit telapaknya, di bawah jari kelingking Anda.
telunjuk Anda pada bagian pegangan raket yang kecil dan berlekuk, di sisi
kiri puncaknya yang rata. Tutup kepalan tangan Anda di sekitar pegangan
raket agar mengarah diagonal di sepanjang telapak tangan Anda, hingga ke
titik tumit telapak, yaitu di bawah jari kelingking Anda.
(3) Two-Handed Backhand; cara paling umum untuk melakukan pegangan ini
adalah dengan menempatkan tangan dominan Anda pada posisi pegangan
Continental (bagian dasar kepalan jari telunjuk di atas bagian raket yang
berlekuk), lalu menempatkan tangan lainnya di atas tangan dominan Anda,
dalam posisi pegangan Semi-Western (Forehand) - bagian dasar kepalan
telunjuk di bagian kiri bawah raket yang berlekuk).
melakukan pukulan. Setelah kita ada pada posisi siap pukul, yang pertama
perlu diperhatikan adalah gerakan backswing.
Gambar 2.28. Tahapan pergerakan forehand top spin (Cholid, 2012: 9).
akhiri dengan follow through setinggi bahu (sudut pukulan dapat berubah
sesuai dengan tinggi rendahnya bola).
(8) Volley
Volley dalam tenis adalah pukulan yang dilakukan sebelum bola
memantul di tanah. Umumnya seorang pemain memukul volley sambil
berdiri di dekat net, walaupun kadang dilakukan lebih jauh ke belakang, di
tengah lapangan tenis atau bahkan di dekat baseline. Tujuan utama dari
volley adalah menuju ke posisi ofensif, memotong waktu reaksi lawan.
Lawan akan memiliki lebih sedikit waktu untuk memburu bola dari volley.
Melalui pukulan volley seorang pemain menghilangkan kemungkinan
pantulan yang buruk dari permukaan yang tidak rata seperti yang terdapat di
beberapa lapangan rumput dan tanah liat.
Untuk mempercepat permainan para pemain biasanya maju ke depan
mendekati net melakukan volley. Ketika sedang dekat net, pemain yang
melakukan pukulan volley memiliki pilihan yang lebih luas sudut untuk
memukul ke lapangan lawan. Pemain yang melakukan pukulan volley harus
memiliki reflek yang cepat untuk membuat pukulan, dan membutuhkan
koordinasi mata-tangan yang baik. Pemain yang melakukan pukulan volley
juga harus siap menerima pukulan lob dari lawan. Melatih volley yang baik
sama pentingnya dengan melatih groundstroke, serve, return serve dan
pukulan lainnya. Setiap pukulan dapat sangat berarti bagi pemain jika
mereka menggunakan pukulan-pukulan itu dengan tepat dan benar untuk
mendapatkan poin dalam suatu pertandingan.
Pukulan setengah volley (half volley) dalam tenis adalah pukulan
yang dilakukan segera setelah bola memantul. Pemain yang memukul
setengah volley seharusnya tidak mengambil backswing penuh, tapi harus
tetap follow through. Grip untuk memukul adalah standar continental.
Setengah pukulan adalah pukulan yang sulit untuk dilakukan, sering pemain
memukul setengah volley hanya ketika dipaksa oleh lawan atau posisi
terdesak.
commit to user
library.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id
(9) Serve
Bagi para pemula, serve adalah awal dari permainan, tetapi bagi
pemain professional, serve bisa menjadi senjata yang mematikan. Saat ini
para pemain berusaha untuk melakukan serve sekeras-kerasnya, karena bagi
mereka serve bisa langsung mendapatkan poin, melalui “ace serve”. Seorang
pemain memulai serve dengan melemparkan bola ke udara dan memukul
(biasanya di dekat titik tertinggi lemparan) ke dalam kotak serve lawan
secara diagonal tanpa menyentuh jaring. Biasanya serve para pemain di atas
kepala, tapi serve dengan tangan dibawah bahu, meskipun tidak umum,
diperbolehkan. Setelah melakukan pukulan serve seorang pemain harus
dapat memanfaatkan waktu untuk bereaksi terhadap pukulan lawan (return
serve).
(10) Lob
Lob dalam tenis adalah memukul bola tinggi dan jauh ke lapangan
lawan. Dapat digunakan sebagai senjata ofensif atau defensif, tergantung
pada situasi. Lob dilakukan ketika lawan berdiri di dekat net, menunggu
untuk voli. Bola harus melambung di atas lawan dan masuk ke lapangan
yang terbuka di belakangnya. Jika kita melihat lawan di depan net, ada dua
cara untuk mengatasinya yaitu dengan melakukan passing-shot atau lob.
Cara yang biasa dilakukan oleh pemain untuk melakukan lob yaitu dengan
membuka permukaan raket dan mengangkat bola dari bawah dengan lembut.
(11) Drop shot
Salah satu senjata yang paling berguna setelah melakukan rally-rally
panjang dalam permainan tenis adalah dropshot. Sebuah drop shot dalam
tenis adalah mengiris (slicing), menempatkan backspin pada bola hanya
commit to user
melewati net. Drop shot yang baik berjalan sedemikian rupa sehingga lawan
library.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id
tidak dapat berlari cukup cepat untuk mengambilnya. Drop shot yang baik
memerlukan sentuhan (touch) besar. Bola harus memantul rendah dan dekat
net, kadang-kadang menggunakan underspin (atau backspin). Seringkali jika
backspin cukup besar, yang memantul dari bola akan lebih singkat, dan
dalam beberapa kasus yang ekstrim bahkan akan menyebabkan bola
memantul kembali ke arah net. Meskipun jenis pukulan ini baik, tetapi
jangan terlalu banyak dilakukan., karena jika pelaksanaannya tidak sempurna
dapat berakibat fatal, yaitu kehilangan poin gara-gara dropshot yang terlalu
tinggi. Dalam prakteknya, dropshot dilakukan dengan pukulan slice yang
ditahan follow through-nya dan touch menjadi kunci utamanya.
(12) Smash
Smash dalam tenis adalah pukulan di atas kepala dengan gerak
seperti serve. Smash biasanya memukul dengan kekuatan besar dan sering
kali berakhir dengan poin. Kebanyakan smash dilakukan cukup dekat net
atau pada pertengahan lapangan sebelum bola memantul. Umumnya smash
dilakukan sebagai respon terhadap lobs yang dilakukan lawan belum cukup
tinggi atau dalam. Seorang pemain juga dapat melakukan smash pada bola
yang sangat tinggi dari baseline, pada saat setelah memantul, meskipun
sering kali smash-nya kurang kuat.
yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut juga dapat diperparah oleh faktor-faktor
tertentu, seperti amenorea, kelainan bawaan, kelemahan sendi, dan lain-lain. (Stošić
et al., 2011: 375). Berikut paparan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
banyak peneliti.
Penelitian menunjukkan hasil berbeda yang mana mengacu pada korelasi
antara kifosis dan lordosis dengan lama latihan. Bagherian et al. (2011) dalam Stošić
et al. (2011: 377) yang meneliti apakah posisi bersepeda mempengaruhi penampilan
kifosis pada pesepeda dan non-pesepeda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pesepeda profesional memiliki derajat kifosis tertinggi, lalu pesepeda amatir dan
non-pesepeda, dan derajat kifosis telah dipengaruhi oleh bertahun-tahun pelatihan.
Forster et al. (2009) dalam Stošić et al. (2011: 377) menemukan, pada sampel dari
80 pemanjat rekreasi pria, bahwa derajat kifosis dalam posisi tegak dengan pendaki
olahragawan lebih tinggi dibandingkan pendaki rekreasi. Juga derajat lordosis lebih
tinggi pada pendaki olahragawan dibandingkan dengan pendaki rekreasi, namun
tidak signifikan secara statistik. Mereka juga menemukan bahwa derajat kifosis
lebih tinggi pada pendaki olahragawan elit berhubungan dengan rata-rata pendaki
olahragawan, dan bahwa derajat kifosis dan adaptasi postural bergantung pada
tingkat pelatihan. Wojtys et al. (2000) dalam Stošić et al. (2011: 377) telah
menemukan bahwa ada korelasi antara peningkatan derajat kelengkungan tulang
belakang dan peningkatan volume latihan pada anak. Di sisi lain, Sainz de Baranda
et al. (2010) dalam Stošić et al. (2011: 377) menemukan tidak berkorelasi antara
volume pelatihan dan derajat kifosis thorasik, dan mencatat bahwa tingkat kifosis
thorasik tidak berhubungan dengan bertahun-tahun pelatihan dan usia sebenarnya
mereka memulai pelatihan tersebut (Rajabi et al., 2008 dalam Stošić et al., 2011:
377).
Banyak penulis melaporkan insiden yang lebih tinggi pada skoliosis dalam
olahraga tari, balet, lempar lembing, tenis meja, tenis lapangan, lempar, senam dan
senam berirama. Namun, belum terbukti bahwa cabang olahraga tertentu
menyebabkan dan berkontribusi pada perkembangan dan terjadinya skoliosis (Green
et al., 2009; Gielen & Van den Eede, 2008 dalam Stošić et al., 2011: 378). Telah
diketahui bahwa sebagian besar atlet yang didiagnosis skoliosis memiliki skoliosis
dalam Stošić
idiopatik (Schiller & Eberson, 2008 commit to useret al., 2011: 378).
library.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id
dengan kelemahan sendi yang lebih tinggi mungkin lebih rentan terhadap skoliosis
idiopatik.
Untuk menentukan kejadian skoliosis pada pemain bola voli, Yoo et al.
(2001) dalam Stošić et al. (2011: 380) melakukan penelitian pada 116 sampel
pemain boli voli yang telah terlibat dalam bola voli selama lebih dari satu tahun.
Dari jumlah total peserta, 60 peserta (51,7%) memiliki sudut rotasi batang lebih
besar dari 5 derajat, sementara kelompok kontrol tercatat 2,5%. Jumlah atlet dengan
sudut yang lebih besar dari 10 derajat (Cobb) adalah 6 orang (5,17%), sementara
nilai pada kelompok kontrol adalah 465 (1%). Menurut pendapat penulis, tim bola
voli memiliki insidensi skoliosis dan asimetri batang yang lebih tinggi dari pada
kelompok kontrol. Para penulis juga menyimpulkan bahwa perkembangan asimetris
otot dapat menyebabkan skoliosis ringan, tetapi juga memiliki potensi kemajuan
signifikan yang dapat ditemukan pada beberapa kasus skoliosis idiopatik.
a. Pengaruh spesifik cabang olahraga
Setiap olahraga yang didominasi penggunaan suatu otot atau kelompok
otot yang ditemukan memendek pada postur tertentu, cenderung mengekalkan
ataupun memperburuk postur tersebut (Johnson, 2016: 5). Contohnya, kifosis
thorasik yang berlebihan mungkin dikekalkan dengan partisipasi mendayung.
Rotasi thoraks atau torsi tibial mungkin dikekalkan dengan golf. Genu varum
atau valgum mungkin dikekalkan dengan olahraga yang melibatkan aktivitas-
aktivitas impak seperti berlari atau pembebanan berat pada tungkai bawah
seperti pada angkat besi. Protraksi unilateral skapula dapat dikekalkan oleh
memanah atau menembak. Tampaknya jelas bahwa olahraga yang menggunakan
satu sisi tubuh lebih menyebabkan ketidakseimbangan postural dari olahraga
yang lain. Lempar, tenis dan dayung contohnya, ada hubungan dengan tingginya
insiden skoliosis, bahu asimetris dan punggung asimetris (Watson, 1997 dalam
Johnson, 2016: 6). Pendayung perahu naga wanita memiliki tingkat lebih tinggi
pada lordosis, skoliosis lumbar dan bahu yang tidak rata dibandingkan kontrol
(Pourbehzadi et al., 2012 dalam Johnson, 2016: 6). Meskipun pengukuran
antropometri biasanya dilakukan untuk membandingkan individual berolahraga
dan individual tidak berolahraga, ini cenderung mencakup item seperti
proporsionalitas dan pentingnya commit
tungkaitodan
user
panjang tuas tubuh dari pada postur
library.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id
yang dijelaskan. Penelitian pada atlet berfokus pada profil fisiologis dari pada
anatomis, karena jelas ada minat yang besar dalam menentukan komponen apa
yang dibutuhkan untuk seorang atlet hebat dan apakah komponen tersebut dapat
ditingkatkan. Contoh khusus adalah penelitian oleh Chin et al. (1995) dalam
Johnson (2016: 6), yang meneliti pemain squash elit Asia. Data dikumpulkan
untuk fungsi paru, kebugaran kardiorespirasi, kebugaran spesifik olahraga,
kekuatan aerobik, fleksibilitas dan kekuatan otot. Data antropometri diperoleh
untuk tinggi, berat dan persentase lemak tubuh. Tidak ada penilaian postur
tubuh.
Sebaliknya, penelitian yang memeriksa atlet muda sering memasukkan
analisis postur. Laporan oleh Grabara (2012) dalam Johnson (2016: 6)
menemukan bahwa anak laki-laki usia 11-14 tahun yang berlatih sepakbola tiga
hingga lima kali seminggu memiliki lordosis lumbar yang lebih datar dari teman
sebayanya yang tidak terlatih, sedangkan Hennessy dan Watson (1993) dalam
Johnson (2016: 6) menemukan pemain dewasa (termasuk peserta dari olahraga
rugby, lempar dan Gaelic football) memiliki derajat lordosis lumbar yang lebih
besar. Hennessy dan Watson memeriksa atlet yang mengalami cidera hamstring,
dan ini dapat menjelaskan perbedaan temuan. Penulis menyimpulkan bahwa
olahraga dan metode latihan tertentu bisa memperburuk cacat postural yang
sudah ada sebelumnya dan mempengaruhi pemain untuk cidera. Mereka
mengemukakan bahwa menendang, straight-leg raising atau straight-leg sit-ups
menggunakan otot iliopsoas; gerakan ini menarik tulang belakang lumbar ke
anterior ke dalam lordosis yang lebih besar, postur yang mereka amati pada
pemain. Meskipun tulang belakang lebih lentur, penggunaan yang berulang pada
iliopsoas (biasanya pada sepakbola) tidak menghasilkan peningkatan lordosis
pada peserta muda penelitian Grabara. Mungkin ada lebih banyak data tersedia
mengenai postur atlet muda, tapi untuk alasan yang jelas, ini tidak dapat
mengasumsikan juga menjelaskan postur pada atlet dewasa yang melakukan
olahraga yang sama.
Ada banyak hal menarik pada postur bahu atlet, mungkin karena tingkat
cidera yang tinggi pada bagian tubuh ini. Bahu atlet yang sehat memiliki
commit
peningkatan rotasi ke atas yang to user dikombinasikan dengan retraksi
signifikan
library.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id
skapula selama elevasi humeral dibandingkan dengan bahu atlet bukan lempar
(Forthomme et al., 2008 dalam Johnson, 2016: 6). Ini berhubungan dengan
postur skapular yang diamati saat istirahat: biasanya pada atlet dominan bahu
sering diposisikan lebih rendah dari atlet yang tidak dominan bahu, mungkin
karena peregangan ligamen dan kapsul sendi secara berulang-ulang dengan cara
yang kuat (Oyama et al., 2008 dalam Johnson, 2016: 7); batas medial mungkin
lebih menonjol, mungkin karena ketegangan pectoralis minor.
Bloomfield et al. (1994) dalam Johnson (2016: 7) telah mengidentifikasi
postur yang tampak sebagai karakteristik pada atlet kinerja tinggi, berdasarkan
pengamatan oleh pelatih (Tabel 2.4). Tidak jelas apakah postur ini berkembang
hasil partisipasi dalam olahraga tersebut atau apakah atlet tersebut telah
memiliki karakteristik postural tertentu. Bloomfield et al. menyarankan bahwa
postur yang diamati pada atlet kinerja tinggi mungkin menguntungkan bagi
olahraga tersebut dan tidak harus dimodifikasi tetapi ditekankan.
Tabel 2.4. Pengamatan dan Rekomendasi Postur Terkait untuk Atlet Kinerja
Tinggi
Sport Posture-related observations and recommendations
Contact field sports: Moderate lumbar and thoracic spinal curves are
Rugby codes preferable to a non-rigid, non-upright spine.
Australian football Anterior pelvic tilt and protruding buttocks may
American football be advantageous.
Court sports:
Anterior pelvic tilt and protruding buttocks and
Basketball
reasonable thoracic and lumbar curves are
Netball
needed rather than flattened curves.
Volleyball
A slightly more rounded back is common to this
Cycling group of athletes, probably due more to training
than to self-selection for success in this sport.
Female gymnasts with increased lumbar lordosis
and anterior pelvic tilt are able to hyperextend
Gymnastics
the spine more easily than flatter-backed
gymnasts.
A successful hurdler may be tall with anterior
Hurdling
pelvic tilt and protruding buttocks.
Posture of jumping athletes is characterized by
Jumping
an anterior pelvic tilt and protruding buttocks.
Martial arts: Accentuated spinal curves may be advantageous
commit to user
Judo because of enhanced trunk mobility.
library.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id
Wrestling
These athletes vary posturally, and no one
posture identified as being advantageous.
Anterior pelvic tilt and protruding buttocks may
Mobile field sports:
be advantageous where the field position requires
Field hockey
high speed over a considerable distance.
Soccer
Lacrose Moderate lumbar and thoracic spinal curves are
preferable to a non-rigid, non-upright spine
because players may spend some time in slight
spinal flexion during a game.
Racquet sports:
Compensatory training is required for retaining
Badminton
muscle balance, without which unilateral
Racqueball
imbalance and possibly scoliosis would develop
Squash
due to predominance of one side of the body.
Tennis
These athletes have more rounded backs plus a
tendency for round shoulders, probably due more to
training than to self-selection for success in the sport.
Rowing, Canoeing
(It is not clear whether the authors use the term
round shoulders to mean protracted [abducted]
scapulae or internally rotated humeri, or both.)
The shapes of the lumbar spine and buttocks fall
Running: middle between those found in long-distance running and
distance sprinting: ‘As the races get longer, the protruding
buttock characteristic disappears’ (p. 105).
Running: long These athletes have relatively flat buttocks and
distance lumbar spines compared with sprinters.
Anterior pelvic tilt and protruding buttocks enhance
Running: sprinting
sprinting.
This group varies posturally, and no one posture is
Throwing
identified as being advantageous.
This group varies posturally, and no one posture is
Weightlifting
identified as being advantageous.
Set field sports:
Baseball This group of varies posturally, and no one posture is
Cricket identified as being advantageous.
Golf
Data dilaporkan oleh Bloomfield et al. (1994) dalam Johnson (2016: 7-8).
seseorang dan bahwa latihan ini perlu olahraga khusus untuk menjaga
perkembangan normal tulang belakang.
Kifosis dan lordosis hadir di sejumlah atlet olahraga dari berbagai cabang
yang berbeda. Biasanya diamati pada pesenam, pegulat, dan pemain ski air yang
memulai proses pelatihan sejak dini. Wojtys et al. (2000) dalam Stošić et al.
(2011: 376) telah mencatat dalam penelitian mereka suatu peningkatan
lengkungan pada bidang sagital yaitu hiperkifosis thorasik dan hiperlordosis
lumbar pada remaja yang berpartisipasi dalam olahraga kuat, yang melebihi 400
jam latihan per tahun. Latihan fisik intensif dikombinasikan dengan kolom
spinal yang belum matang, dimana beban dipindahkan dari ekstremitas atas ke
ekstremitas bawah, menyebabkan formasi gaya yang mempengaruhi deformasi
kolom spinal. Atlet yang paling terpengaruh adalah pesenam, pesepakbola,
pemain hoki, perenang, dan pegulat (Wojtys et al., 2000 dalam Stošić et al.,
2011: 377).
commit to user
library.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran
Pada cabang olahraga tenis meja, dalam permainannya didominasi oleh
penggunaan satu sisi lengan. Otot-otot pada satu sisi berkontraksi maksimal saat
melakukan pukulan, sedangkan pada sisi lain otot-otot tidak berkontraksi semaksimal
sisi pukulan. Kondisi ketidakseimbangan kontraksi ini akan terus berlangsung sepanjang
permainan. Hal ini akan menyebabkan ketidakseimbangan unilateral dan kemungkinan
skoliosis yang berkembang karena dominasi satu sisi tubuh. Oleh karena itu, postural
tulang belakang atlet cabang olahraga tenis meja memiliki kecenderungan postur
skoliosis.
Pada cabang olahraga tenis lapangan, dalam permainannya didominasi oleh
penggunaan satu sisi lengan. Otot-otot pada satu sisi berkontraksi maksimal saat
melakukan pukulan, sedangkan pada sisi lain otot-otot tidak berkontraksi semaksimal
sisi pukulan. Kondisi ketidakseimbangan kontraksi ini akan terus berlangsung sepanjang
permainan. Hal ini akan menyebabkan ketidakseimbangan unilateral dan kemungkinan
skoliosis yang berkembang karena dominasi satu sisi tubuh. Oleh karena itu, postural
tulang belakang atlet cabang olahraga tenis lapangan memiliki kecenderungan postur
skoliosis.
Penggunaan satu sisi lengan menyebabkan ketidakseimbangan unilateral dan
kemungkinan skoliosis yang berkembang karena dominasi satu sisi tubuh. Pada cabang
olahraga tenis meja dan tenis lapangan, penggunaan satu sisi lengan ini dibebani oleh
raket, berat bola dan bentuk spesifik gerakan-gerakan pukulan. Sehingga, cabang
olahraga tenis meja dan tenis lapangan memiliki kemungkinan yang besar untuk
membentuk postur skoliosis.
Tenis meja adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang (untuk
tunggal) atau dua berpasangan (untuk ganda) yang saling berlawanan. Permainan ini
menggunakan raket yang terbuat dari papan kayu dilapisi karet yang biasa disebut bet,
sebuah bola pingpong dan lapangan permainan yang berbentuk meja. Tujuan permainan
adalah memainkan bola dengan cara tertentu sehingga pemain lawan tidak dapat
mengembalikan bola tersebut. Adapun teknik-teknik dasar pukulan dalam bermain tenis
meja yaitu teknik pukulan forehand dan teknik pukulan backhand. Teknik pukulan
forehand sendiri terdiri dari, forehand drive, forehand push, forehand chop, forehand
commit toforehand
block, forehand topspin, forehand backspin, user sidespin, dan forehand flip.
library.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id
Pembebanan bet, berat bola yang ringan dan bentuk-bentuk pukulan saat bermain tenis
meja mengarahkan ke suatu pembentukan postur skoliosis yang ringan.
Tenis lapangan adalah suatu olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang
(untuk tunggal) atau dua berpasangan (untuk ganda) yang saling berlawanan. Permainan
ini menggunakan raket tenis lapangan, sebuah bola karet dan lapangan permainan tenis
lapangan. Tujuan permainan adalah memainkan bola dengan cara tertentu sehingga
pemain lawan tidak dapat mengembalikan bola tersebut. Adapun teknik-teknik dasar
pukulan dalam bermain tenis lapangan antara lain; forehand, backhand, volley, serve,
lob, drop shot, dan smash. Pembebanan raket, berat bola dan bentuk-bentuk pukulan
saat bermain tenis lapangan mengarahkan ke suatu pembentukan postur skoliosis yang
berat.
commit to user
library.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id
Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan
Unilateral Unilateral
Kebutuhan Kebutuhan
Spesifik Cabor Spesifik Cabor
commit to user
library.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id
commit to user
library.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian dari kajian teori dan kerangka pemikiran, maka dalam
penelitian ini mengajukan beberapa hipotesis, yaitu:
1. Ada kemungkinan postur skoliosis pada atlet tenis meja usia 9-14 tahun.
2. Ada kemungkinan postur skoliosis pada atlet tenis lapangan usia 9-14 tahun.
3. Terdapat perbedaan kemungkinan postur skoliosis antara atlet tenis meja dan tenis
lapangan usia 9-14 tahun.
commit to user