TINJAUAN PUSTAKA
5
6
b. Lordosis
Penekanan kearah dalam kurvatura servikal lumbal melebihi batas
fisiologis. Lordsosis kongenital biasanya didapatkan deformitas yang bersifat
progresif (Helmi, 2013) . Seperti pada gambar 3.
8
Selain tujuh vertebrae servikal, anatomi servikal memiliki delapan akar saraf servikal
(C1-C8) yang bercabang dari sumsum tulang belakang. Masing-masing saraf servikal
dinamai berdasarkan vertebrae servikal bagian bawah yang membentang di antara
keduanya. Sebagai contoh, akar saraf C6 membentang di antara vertebrae C5 dan
vertebrae C6 (Slosar, 2016). Dapat dilihat pada gambar 7.
bagian atas kepala, dan dermatom C3 menutupi sisi wajah dan di belakang
kepala. (C1 tidak memiliki dermatom.)
b. C4 membantu mengendalikan bahu dan juga diafragma yaitu otot yang
membentang ke bagian bawah tulang rusuk untuk bernafas. Dermatom C4
meliputi leher dan bagian atas bahu.
c. C5 mengendalikan otot-otot tubuh bagian atas seperti deltoid (yang membentuk
kontur bulat bahu) dan biseps (yang memungkinkan fleksi siku dan rotasi lengan
bawah). Dermatom C5 menutupi bahu dan bagian luar lengan ke sekitar siku atau
dekat dengan pergelangan tangan.
d. C6 mengendalikan ekstensor pergelangan tangan (otot seperti ekstensor karpi
radialis longus, ekstensor karpi radialis brevis, dan ekstensor karpi ulnaris yang
mengendalikan perpanjangan pergelangan tangan dan hiperekstensi) dan juga
menyediakan beberapa inervasi ke otot biseps. Dermatoma C6 menutupi bagian
atas bahu dan membentang di sisi lengan dan ke sisi ibu jari tangan.
e. C7 mengendalikan trisep (otot besar di bagian belakang lengan yang
memungkinkan pelurusan siku). Dermatom C7 turun dari bahu ke belakang
lengan dan masuk ke jari tengah.
f. C8 mengontrol tangan. Dermatom C8 menutupi bagian bawah bahu dan turun ke
tangan ke sisi kelingking tangan.
Bila salah satu saraf servikal yang sangat sensitif teriritasi, nyeri leher dan gejala
lainnya mungkin terjadi, dengan fungsi yang mungkin terpengaruh dengan cara yang
berbeda (Slosar, 2016).
Dikatakan juga bahwa sekitar setengah dari semua individu akan mengalami episode
sakit leher semasa hidupnya. Kebanyakan studi epidemiologi melaporkan prevalensi
tahunan dari nyeri leher berkisar antara 15%.
posture berhubungan dengan nyeri leher. Subjek dengan postur kepala ke depan
memiliki frekuensi, area, dan tingkat keparahan nyeri leher yang lebih tinggi daripada
postur yang tidak mengalami forward head posture (Haman et al, 2005).
b. Nyeri leher radikulopati yaitu nyeri leher yang diikuti dengan gangguan
sensoria tau kelemahan pada sistem motorik, nyeri ini timbul sebagai
akibat kompresi atau penekanan akar saraf.
c. Mielopati yaitu nyeri leher yang dirasakan sebagai akibat kompresi atau
penekanan pada medulla spinalis dengan gejala seperti nyeri radicular,
kelainan sensoris dan kelemahan motoric (Huldani, 2013).
Jika garis tubuh antara kepala dan tulang belakang tidak optimal, leher bisa
terkena cedera dan atau efek degeneratif dari waktu ke waktu (Gavin Morrison,
2011). Forward head posture (FHP) adalah lemahnya kekuatan dan fleksibilitas
fleksor servikal bagian atas dan dijelaskan (dalam duduk atau berdiri) sebagai posisi
anterior kepala yang berlebihan dalam kaitannya dengan garis referensi vertikal,
menjadikan tulang belakang servikal yang lebih rendah lordosis (kepala ke depan,
tulang belakang leher servikal melebar, tungkai punggung leher bagian bawah
tertekuk), dan bahu bulat dengan kyphosis toraks (Kyeong-Jin Lee, Hee-Yung Han,
2015) (Dapat dilihat pada gambar 9).
Postur ini terkait dengan kelemahan pada otot fleksor pendek servikal yang
dalam dan retraktor sketaris mid-toraks (yaitu rhomboids, serratus anterior, seratus
tengah dan bawah trapezius) dan pemendekan ekstensor servikal yang berlawanan
dan otot pectoralis (dikenal sebagai upper crossed postural syndrome).
18
b. Demikian pula, postur ini menyebabkan otot punggung atas terus bekerja
terlalu berlebihan untuk mengimbangi tarikan gravitasi pada kepala depan.
c. Posisi ini sering disertai bahu ke depan dan punggung atas membulat, yang
tidak hanya masuk ke masalah leher tapi juga bisa menyebabkan sakit bahu.
Semakin banyak waktu yang dihabiskan dengan postur kepala ke depan, semakin
besar kemungkinannya seseorang akan mengalami masalah leher dan bahu
(Morrison, 2011).
II.2.8.1 Efek Postur yang Buruk pada Vertebra Servikal Bagian Bawah
Bagian leher yang sangat rentan terhadap forward head posture adalah bagian
bawah leher, tepat di atas bahu. Vertebra servikal bagian bawah (C5 dan C6)
mungkin sedikit meluncur atau meluncur ke depan relatif satu sama lain sebagai
akibat dari tarikan gravitasi yang terus-menerus pada kepala depan (Morrison, 2011).
II.2.8.2 Efek Negatif Jangka Panjang Postur yang Buruk
Penonjolan tulang belakang yang berkepanjangan dari postur kepala ke depan
pada akhirnya mengganggu sendi facet kecil di leher serta ligamen dan jaringan
lunak. Iritasi ini bisa mengakibatkan nyeri leher yang memancar ke tulang belikat dan
punggung bagian atas, berpotensi menyebabkan berbagai kondisi, diantaranya:
1. Trigger poin di otot, yang merupakan titik-titik yang menyakitkan untuk
disentuh, bersama dengan rentang gerak yang terbatas.
2. Masalah degenerasi diskus, yang berpotensi menyebabkan penyakit diskus
degeneratif servikal, osteoarthritis servikal, atau disk hernia servikal
(Morrison, 2011).
Semua faktor ini dapat bertindak secara terpisah tetapi risikonya lebih besar jika
beberapa faktor risiko terlibat (Chiu et al 2002).
Mekanisme tersebut secara kimiawi diikuti dengan penurunan glutathione
(GSH) sehingga menyebabkan kenaikan dari ractive oxygen species (ROS) dan
merangsang aktivasi dari transcient receptor potential cation channel subfamily 1
(TRPV1) atau reseptor capcisin yang pada akhirnya mengaktivasi reseptor nosiseptik
pada otot rangka di leher dan menimbulkan sensasi sensoris yang tidak nyaman
berupa nyeri leher. Melakukan peregangan otot dapat meningkatkan biogenesis
energi dalam mitokondria, meningkatkan aktivasi antioksidan dan meningkatkan
kalsium lokal pada sel otot. Peningkatan aktivitas biogenesis energi pada mitokondria
dapat meingkatkan glutathione (GSH), peningkatan antioksidan menekan
peningkatan ROS dan kalsium lokal yang meningkat menekan proliferasi
mikrotubulus otot-otot leher sehingga NADPH (Nicotinamide Adenine Dinucleotide
Phosphate) oxidase dan ROS menurun sehingga aktivasi reseptor nyeri ditekan dan
nyeri leher dapat berkurang. Peregangan juga dapat memperbaiki posisi serat-serat
otot aktin dan myosin yang tumpah tindih. Serat aktin dan myosin yang mengalami
cross link dapat menyebabkan spasme pada otot dan mengiritasi serabut saraf A delta
dan searbut saraf C (Saleet, 2014).
besar tersebut sangat penting untuk berjalan dan menyeimbangkan tubuh anda.
Jika otot-otot tersebut lemah maka tubuh akan mudah jatuh, dan mengalami
ketegangan ketika beraktivitas.
b. Berat Badan
Menggerakan otot membantu tubuh untuk mencerna lemak dan gula yang
dimakan. Jika sehari-hari lebih menghabiskan waktu banyak untuk duduk,
pencernaan menjadi tidak efisien, akhirnya bisa menumpuk lemak dan gula di
dalam tubuh anda.
Walaupun sudah melakukan aktivitas tapi masih menghabiskan waktu yg
lebih banyak untuk duduk, keadaan tersebut memiliki risiko tinggi untuk
mengalami gangguan kesehatan, seperti sindrom metabolik. Penelitian terakhir
mengatakan, dibutuhkan 60-75 menit perhari dengan aktivitas sedang sampai
berat untuk menghilangkan bahaya dari duduk lama.
c. Pinggang dan punggung.
Sama hal nya dengan kaki dan bokong, pinggang dan punggung tidak
mendukung untuk duduk dalam jangka waktu lama. Duduk menyebabkan otot
pinggang memendek, yang dapat menyebabkan masalah dengan sendi punggung.
Duduk dalam jangka waktu yang lama dapa menyebabkan masalah pada
punggung, terutama jika anda duduk lama dengan posisi yang buruk atau tidak
menggunakan kursi atau tempat kerja yang ergonomis. Postur yang buruk juga
dapat mengakibatkan kesehatan tulang belakang yang buruk seperti kompresi
diskus tulang belakang, mengakibatkan degenarasi dini yg dapat mengakibatkan
rasa sakit.
d. Kaku leher dan pundak
Menghabiskan lebih banyak waktu di depan komputer, ini bisa
mengakibatkan kekakuan pada leher dan pundak (Victoria Minister of Health,
2016).
22
II.2.12.1 Hubungan pusat gravitasi (COG), garis gravitasi (LOG) dan bidang
tumpu (BOS)
Ketika terjadi ketidakseimbangan pada muskuloskeletal, maka stress dan
ketegangan otot dapat diminimalkan dan kondisi ini dianggap sebagai postur tubuh
yang tepat. Selain itu, propioseptif juga memiliki peran penting dalam menjaga
keseimbangan. Karena propioseptif dipengaruhi oleh mechanoceptor yang terletak di
otot. Masalah pada otot juga dianggap faktor utama yang mempengaruhi
kesimbangan (Tawakkalni, 2017).
II.2.12.2 Hubungan Forward Head Posture (FHP) dan Center of Gravity (COG)
FHP merupakan salah satu jenis yang paling umum dari kelainan postur yang
umumnya digambarkan dengan posisi kepala berada di anterior garis vertikal dari
pusat gravitasi tubuh (COG). Bergesernya letak COG akan berpengaruh pada garis
gravitasi yang merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi
dengan pusat bumi. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam
keadaan seimbang.
Pada FHP terjadi hiperkifosis pada cervical atau fleksi cervical 3 -7 dan
ekstensi cervical 1 – 2, hal ini menyebabkan ketidakseimbangan kerja otot-otot leher
dan otot postural dimana fleksi leher berkontraksi terus-menerus sedangkan ekstensor
leher dan otot postural menjadi lemah (Tawakkalni, 2017).
disarankan oleh Kendal paling sering digunakan di klinik (Salahdeh et al, 2014). Cara
termudah kedua dan paling sederhana menganalisis FHP adalah menggunakan
metode fotografi (Gadotti dan Biasotto-Gonzalez, 2010). Dilaporkan bahwa metode
ini memiliki tingkat reliabilitas dan validitas yang tinggi (Grimmer Somers et al,
2008). Namun, keakuratannya mungkin berbeda dengan cara yang benar-benar
menggunakan penanda yang diletakkan di tubuh pasien (Rosario et al, 2012).
Sudut yang digunakan untuk menganalisis FHP adalah sudut Craniovertebral
(CVA), sudut posisi kepala (HPA), dan sudut kemiringan kepala (HTA). CVA paling
sering digunakan. Salahzadeh et al (2014) percaya bahwa pengukuran CVA adalah
cara yang lebih baik daripada memeriksa HPA dan HTA untuk membedakan antara
postur leher kepala normal dan FHP berat. Hal tersebut menandakan bahwa CVA
dapat digunakan sebagai indikator yang baik untuk pengukuran FHP (Lee, 2015).
Cara Pengukuran:
Sudut craniovertebral (CVA) mengacu pada derajat FHP dan didefinisikan
sebagai sudut horizontal melalui prosus spinosus C7, dengan garis yang
menghubungkan prosus spinosus C7 dengan tragus. Secara umum, subjek dengan
CVA yang lebih kecil menunjukkan lebih besar indikasi FHP. Dapat dilihat pada
Gambar 1-A.
Sudut kemiringan kepala (HTA: Head Tilt Angel) adalah sudut yang
digunakan untuk mengevaluasi kemiringan kepala dan mewakili posisi fleksi atau
ekstensi servikal atas. Sudut tersebut didefinisikan sebagai sudut antara garis yang
menghubungkan tragus ke canthus dan garis horizontal melewati tragus. HTA yang
lebih besar menunjukkan ekstensi kepala relatif terhadap tulang belakang leher. Dapat
dilihat pada Gambar 1-B.
Sudut bahu (FSA: Forward Shoulder Angle) adalah sudut yang terbentuk di
persimpangan garis antara titik tengah humerus dan proses spinosus C7 dan garis
horizontal melalui titik tengah humerus. Sudut yang lebih kecil menunjukkan bahu
yang relatif maju dalam kaitannya dengan C7. Dapat dilihat pada Gambar 1-C.
26
Hasil:
Hasil pengukuran CVA berupa sudut yaitu dikatakan normal apabila leher
yang merupakan bagian paling atas dari kurvatura tulang belakang atau spina
vertebrae, dan pada bidang sagittal membentuk sudut dengan batang tubuh sekitar
49º-59º. Semakin kecil sudut kraniovertebra, maka FHP semakin besar (Winarti,
2012).
27
3. Terdapat
hubungan
antara forward
head posture
dengan
kejadian nyeri
leher.
P= 0,02
4 Jung-Ho Kang, 2011 The Effect Persamaan: 1. Terdapat
M.D., Rae- of The a. Meneiliti hubungan
Young Park, Forward kejadian yang
M.D., Su-Jin Head forward head bermakna
Lee, M.D., Ja- Posture on posture antara
Young Kim, Postural Perbedaan: perubahan
M.D., Seo-Ra Balance in a. Subjek yang sudut pada
Yoon, M.D., Long Time diteliti leher dan
and Kwang-Ik Computer b. Tidak meneliti kejadian
Jung, M.D. Based durasi lama forward head
Worker duduk posture akibat
c. Tidak meneliti penggunaan
penggunaan komputer
computer dalam jangka
sebagai faktor waktu yang
risiko lama.
terjadinya P= 0,057
forward head
posture.
30
Tidak beristirahat
Posisi kepala yang
(berdiri/berjalan)
tidak baik
Kelelahan tulang
Forward head
belakang untuk
posture
menopang tubuh
Kelelahan otot
bagian leher
Jenis Kelamin
Merangsang
Wanita risiko >
mechanonociceptive
daripada pria
Nyeri leher
Keterangan :
= Area yang diteliti
Nyeri Leher
II.6 Hipotesis
H1 : Terdapat hubungan antara durasi lama duduk dengan kejadian nyeri leher
non spesifik pada mahasiswa FK UPN “Veteran” Jakarta tahun 2018.
H2: Terdapat hubungan antara forward head posture dengan kejadian nyeri
leher non spesifik pada mahasiswa FK UPN “Veteran” Jakarta tahun 2018.