BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kemampuan mobilitas yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan atau
2.1.1 Keseimbangan
lingkup stability limit. Fungsi ini meliputi kemampuan mengontrol segmen tubuh
maupun dinamic serta menggunakan otot yang minimal (Susanti, 2010). Semua
8
9
Keseimbangan ini diperlukan baik dalam posisi tubuh yang statis dinamis.
Duduk, berdiri dan berjalan merupakan contoh dari aktivitas yang biasa
dilakukan oleh manusia. Hampir semua aktivitas tersebut tidak terlepas dari
pengaruh gravitasi yang memerlukan reaksi dari tubuh untuk menjaga tetap
tegak dan dapat bergerak dengan mudah dan efisien. Keseimbangan merupakan
merupakan hal yang penting bagi tubuh utnuk mealkukan gerakan. Saat
keseimbangan terjadi interaksi yang dinamis setiap segmen tubuh antara satu
dengan COG yang tepat, dengan gerakan (horizontal, vertical dan diagonal)
tanpa ada bantuan. Dalam keseimbangan dinamis, tubuh tetap terjaga dalam
Pada saat tubuh berada dalam posisi berdiri yang seimbang, pusat massa
tubuh akan selalu berada dalam batas bidang tumpu. System visual akan
informaasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat. Informasi dari kulit,
10
otot, tendon dan sendi memberikan informasi yang penting bagi respons
memetakkan lokasi titik gravitasi dan menata respon sikap dan kemudian
otot, kelurusan sikap tubuh dan stamina merupakan sistem biomekanik dari
Gambar 2.1
Proses fisiologi terjadinya keseimbangan
Sumber : Watson, 2016.
tergantung pada informasi yang diterima oleh otak dari: mata, otot dan
tubuh.
terhadap adanya perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi dan aligment
3) Kekuatan otot
beban yang berasal dari dalam maupun dari luar. Kekuatan otot yang
luar.
4) Adaptive system
tubuh hubungannya dengan bidang tumpu maka, luas bidang tumpu akan
tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil
dibandingkan dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat
gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi. (Chang, 2009). Ketika garis
gravitasi tepat berada dibidang tumpu maka tubuh akan berada dalam
Gambar 2.2
(A,B) Base of Support (BOS) dalam berbagai posisi telapak kaki
Sumber : Khadir, et al. 2011.
14
tubuh maka titik gravitasi akan ikut berubah. Jika titik pusat gravitasi
terletak didalam dan tepat ditengah maka tubuh akan seimbang, jika berada
diluar tubuh maka akan terjadi posisi yang tidak stabil. Pusat gravitasi
manusia ketika berdiri tegak adalah tepat berada dia atas pinggang diantara
depan dan belakang vertebra sakrum dua. Dalam konteks aktivitas, apabila
Centre Of Gravity mendekati garis tengah tubuh maka, gerakan akan lebih
Gambar 2.3
Centre of gravity. Titik hitam menunjukkan COG yang
berpindah sesuai dengan posisi tubuh
Sumber : Lester, 2014.
15
Gambar 2.4
Line of Gravity (COG)
Sumber : Miller, 2015.
permukaan, hal ini terjadi saat interaksi tubuh dengan permukaan karena
adanya pengaruh gravitasi. Pada saat berdiri terjadi reaksi dari bidang
tumpu yang sama besarnya dan berlawanan dengan arah kekuatan tekanan
Gambar 2.5
Ground Reaction Force (GRF)
Sumber : Smaley, 2011.
1. Kontrol postural
antar segmen tubuh, tubuh dan lingkungan dalam suatu tugas tertentu.
stability limit adalah batasan area di dalam ruang dimana tubuh bisa
2. Reaksi tegak
akan terjatuh.
Ada tiga strategi kontrol postural agar keseimbangan kita tetap terjaga,
a) Ankle strategy
goyangan ketika kita berdiri tidak terlalu besar. Strategi ini hanya
1) Lingkup gerak sendi dan kekuatan otot pada sendi ankle optimal.
b) Hip strategy
lebih besar, strategi ini dilakukan saat terjadi goyangan yang lebih
dalam arah berlawanan dengan tubuh bagian bawah. Strategi ini efektif
bila lingkup gerak sendi dan kekuatan otot tarea pinggul optimal.
c) Step strategy
Maka kaki akan melangkah dan mencari base of support baru agar
permulaan melangkah.
Salah satu gangguan yang dapat terjadi pada kondisi stroke adalah
keseimbangan dapat terjadi pada penderita stroke dan ini dapat mengganggu
lesi di sistem saraf pusat sebagai sentral prosesing maupun dari Informasi
Adanya kakakuan pada otot ektremitas juga akan berpengaruh pada luas gerak
yang tidak normal, koordinasi motorik, gangguan pada sistem sensoris dan
2008).
indeks massa tubuh (IMT) penderita. Penderita dengan IMT diatas normal
cenderung lebih kesulitan dalam mengatur berat badan tubuh dalam menjaga
berat badan pada sisi kanan dan kiri tubuhnya. Adanya gangguan pada
Kompensasi ini tidak selalu manjadi hasil yang optimal. Pasien dengan
kamampuan malakukan gerakan yang hampir sama dengan pola gerak normal.
Gangguan fungsi keseimbangan dinamis pada pasien stroke baik dalam posisi
duduk maupun dalam posisi berdiri merupakan hal yang paling berpengaruh
menjadi salah satu hal yang sangat penting untuk diberikan treatment dan
kondisi dan lingkungan yang kompleks (Lord dan Rochester, 2007). Aktivitas
koordinasi tinggi yang dikontrol oleh susunan saraf pusat dan melibatkan
ke arah depan, satu kaki secara khusus menyangga beban tubuh sedangkan kaki
Aktivitas berjalan dikontrol oleh tiga unsur yang saling terkait yaitu,
dan umpan balik dari sistem sensoris yang berasal dari kulit dan otot yang
teraktivasi oleh gerakan yang ritmik dari lengan dan tungkai (Raine, 2009).
1) Progression
2) Postural control
tidak hanya dalam mengatasi adanya pengaruh gravitasi tetapi juga adanya
3) Adaptasi
A. Siklus Berjalan
phase) dan fase mengayun (swing phase). Ada pula yang menambahkan
dengan satu fase dua kaki di lantai (double support) yang berlangsung
sangat singkat. Fase double support ini akan semakin singkat jika kecepatan
jalan bertambah, bahkan pada berlari fase double support ini sama sekali
hilang, dan justru terjadi fase di mana ke dua kaki tidak menginjak lantai
periode di mana tubuh ditopang oleh satu kaki lebih dominan dibandingkan
mempertahankan tubuh pada Base of Support (BOS) yang sempit yaitu pada
dari heel strike/heel on, foot flat, mid stance, heel off dan diakhiri dengan
toe off adalah fase menumpu, atau fase di mana bagian tubuh (kaki)
cycle dan penting untuk swing phase yang benar. Pada fase ini terdapat
beberapa tahapan.
a. Initial contact
Initial contact merupakan awal dari fase stance dengan posisi heel
Sedangkan tungkai yang lain berada pada akhir dari terminal stance.
pada tingkat terendah dan seseorang pada tingkat yang paling stabil.
Pada periode ini anggota bawah yang lain juga menyentuh lantai
magnus. Pada sendi lutut membentuk ekstensi penuh atau relative 2-5ᵒ
plantar fleksi.
b. Loading response
depan pada tungkai. Dengan tumit seperti rocker, knee fleksi sebagai
shock absorption. Saat heel rocker, ankle plantar fleksi dengan kaki
c. Midstance
dilanjutkan sampai berat tubuh berpindah pada kaki yang lain dengan
lurus. Saat ankle dorsal fleksi (ankle rocker) bayangan tungkai mulai
d. Terminal Stance
menginjak lantai. Keseluruhan dari fase ini brat badan berpindah dari
forefoot. Saat posisi ekstensi knee yang meningkat dan akan diikuti
sedikit fleksi. Di mana posisi tungkai yang lain berada pada fase
terminal swing. Pada awal fase ini centre of gravity (COG) berada di
e. Pre-swing
double stance pada siklus berjalan. Dimulai dari initial contact pada
diikuti fleksi knee maka hip tidak lagi pada posisi ekstensi. Di saat
yang sama anggota gerak bawah yang lain pada fase loading response.
dimulai dari toe off, swing dan diakhiri dengan heel strike (accelerasi,
mid swing, decelerasi). adalah periode waktu di mana tubuh (kaki) tidak
a. Initial swing
menumpu. Pada saat posisi initial swing hip bergerak fleksi dan knee
naik menjadi fleksi dan ankle pada posisi setengah dorsal fleksi. Di
b. Mid swing
Akhir dari fase ini ketika tungkai mengayun ke depan dan tibia vertikal
atau lurus. Saat mid swing, hip fleksi dengan knee bergerak ekstensi
untuk merespon gravitasi dan diikuti dengan ankle dorsi fleksi menuju
posisi netral. Sedangkan tungkai yang lain berada pada akhir dari fase
mid stance.
27
c. Terminal swing
Akhir dari fase swing dimulai dari tibia vertikal dan diakhiri
bawah yang lain berada pasa fase terminal stance. ( Waerlop, 2006).
Gambar : 2.6
Gait cycle
Sumber : Shumway-cook dan woollacott, 2007.
Terminal Stance dan Pre swing. Fase kedua adalah Swing Phase
yang terdiri dari Pre-swing, Initial Swing, Mid Swing dan Terminal
Swing.
28
tujuan utama dari program rehabilitasi pada paska stroke (Eng dan Tang ,
karakteristik lambat, langkah yang yang tidak simetris, kontrol motorik dan
yang simetris pada anggota gerak akan berganti dengan pola gerakan
synergies pada sisi yang lemah dan gerakan kompensasi pada sisi yang kuat.
Gerakan kompensasi ini akan membuat energi yang dibutuhkan saat aktivitas
sendi lutut) dan drop foot (kelemahan otot dorsifleksi sendi ankle saat
diperlukan untuk stabilitas tubuh saat tungkai tungkai yang kuat melangkah.
29
2.2 Stroke
suatu sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (GPDO)
akut disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan sebagai
akibat tumor, trauma atau infeksi susunan saraf pusat (Dewanto, 2009). World
fungsional otak yang mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik lokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan
Stroke merupakan suatu gangguan yang potensial dan fatal pada suplai
dibutuhkan oleh setiap bagian tubuh manusia. Tidak ada satupun bagian tubuh
manusia yang tidak memerlukan darah, termasuk didalamnya adalah otak. Otak
sebagai pusat pengatur fungsi neurologis seluruh tubuh manusia tentu sangat
fatal akibatnya bila mengalami kekurangan suplay darah. Otak tidak akan dapat
yang lain. Gangguan pasokan darah ke otak ini dapat diakibatkan oleh adanya
sumbatan dalam pembuluh darah maupun karena ada robekan atau pecahnya
pembuluh darah diotak. Secara klinis akan muncul berbagai macam gangguan
30
yang diakibatkan oleh stroke diantaranya adalah gangguan pada sistem motoris,
sensoris, mental, persepsi, fungsi menelan serta fungsi bicara (Sutrisno, 2007).
2.3 Neuroplasticity
dan merubah strukturnya untuk merespon adanya informasi dari dalam maupun
luar tubuh. Informasi ini dapat secara langsung berpengaruh pada struktur
organisasi dari sistem saraf pada spatial dan temporal summation dan
memfasilitasi pre dan post synaps inhibisi. Sistem saraf secara terus menerus
melakukan modifikasi dasar selama ada informasi atau pengalaman yang baru.
tidaklah menetap, tapi terbentuk dan menghilang secara dinamis sepanjang hidup
saraf untuk berubah ditunjukkan saat masa anak saat terjadi pertumbuhan sirkuit
saraf, dan pada masa dewasa saat mempelajari keahlian baru. Saat kita
31
saraf akan terbentuk sehingga akan mengefisienkan energi yang dipakai saat
1. Plastisitas struktural
Hal ini secara normal terjadi pada saraf janin selama masa pertumbuhan yang
dari tempatnya semula menuju tempat yang baru di kortek dan neuron baru
2. Plastisitas fungsional
pada sinaps antar neuron mengikuti perubahan struktural atau proses biokimia
suatu baru, otak pertama kali akan mengenali gerakan motorik dasar yang
1. Neural shock
yang bersifat sementara didekat area kerusakan. Hal ini bisa terjadi karena
2. Unmasking
Akson dan sinaps yang belum aktif atau belum terlibat menghasil gerak,
3. Spourting
Dalam proses rehabilitasi bagi pasca stroke, sifat plastisitas otak ini
pembentukan plastisitas yang tepat berupa pola gerak normal. Akan tetapi,
dapat merugikan jika metode yang diterapkan tidak tepat karena dengan sifat
plastisitasnya akan terbentuk pola gerak yang tidak normal sesuai dengan
kemampuan partisipasi social. Hal ini sesuai dengan konsep ICF yang telah
2. Activity Limitation
Dari berbagai gangguan pada struktur dan Body Function yang timbul,
gangguan dalam melakukan aktivitas bekerja karena gangguan psikis dan fisik
seperti kurang percaya diri, kualitas hidup menurun dan depresi (Stein, 2009).
2.5.1 Pengertian
34
mengatur perpindahan berat yang optimal antara tungkai kanan dan kiri.
berat badan antara tungkai kanan dan kirinya akan terganggu. Hal ini
diakibatkan adanya kelemahan pada salah satu sisi tubuhnya. Pasien akan
keseimbangnnya. Pasien akan merasa takut dan mudah jatuh bila memberikan
beban tubuh pada sisi yang lemah. Di tambah lagi dengan adanya gangguan
mengatur perpindahan berat badan akan lebih sulit untuk dilakukan. Hal ini
One leg standing atau single leg stance merupakan kemampuan berdiri
dan menumpu dengan satu tungkai atau berdiri dengan beban tubuh yang
disangga oleh satu tungkai saja. Kemampuan ini memerlukan aktivasi otot
yang optimal pada sisi tubuh yang digunakan sebagai tumpuan. Dengan
kemampuan berdiri dan menumpu satu tungkai yang optimal akan sangat
2.5.2 Pengaruh active one leg standing exercise terhadap kemampuan mobilitas
active weight shifting dapat dibentuk dengan beberapa latihan yang dimulai
pada posisi duduk kemudian dilanjutkan dalam posisi berdiri. Dalam posisi
berdiri kemampuan ini dapat ditingkatkan dengan active one leg standing
exercise.
Active one leg standing exercise maka akan berpengaruh pada beberapa
c) Meningkatnya kemampuan ankle strategy dan kontrol gerakan dari tibia saat
hamstrings.
akan stabil dan tidak cenderung bergeser kesamping saat digunakan untuk
menumpu.
36
affected dengan cara mengangkat tumit pada kaki non affected secara
Gambar 2.7
Latihan weight transfer
Sumber : dokumen pribadi
Tanggal pengambilan gambar : 11 Agustus 2016
(gb. 2.8).
Gambar 2.8
Latihan menumpu penuh pada tungkai affected
Sumber : dokumen pribadi
Tanggal pengambilan gambar : 11 Agustus 2016
37
Gambar 2.9
Latihan naik-turun stool pada tungkai non affected
Sumber : dokumen pribadi
Tanngal pengambilan gambar : 11 Agustus 2016
1)
2.10).
Gambar 2.10
Latihan melangkah melewati guling
Sumber : dokumen pribadi
Tanngal pengambilan gambar : 11 Agustus 2016
38
5) Dalam posisi berdiri, kaki non affected berada diatas guling. Gerakkan
guling dengan kaki kanan secara perlahan kedepan dan kebelakang (gb
2.11).
Gambar 2.11
Latihan stabilisasi tungkai affected
Sumber : dokumen pribadi
Tanngal pengambilan gambar : 11 Agustus 2016
2.6.1 Pengertian
kontak sentuhan ataupun gesekan dari telapak tangan pada suatu bidang
tubuh. Informasi sensoris yang berasal dari sentuhan pada telapak tangan akan
memberikan kontribusi yang besar untuk ikut membentuk body scheme. Hal ini
sangat penting untuk membentuk kontrol postur yang optimal (Raine, et al,
2009).
39
dalam membentuk kontrol postur, bersama dengan informasi dari visual dan
guna membentuk kontrol postur yang optimal. Sistem saraf pusat akan
visual dan somatosensorik agak kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik.
Kemampuan mobilitas
1) Midline orientation atau orientasi terhadap garis pusat tubuh dan membentuh
optimal, maka kemampuan keseimbangan akan optimal dan hal ini akan
1) Dalam posisi berdiri tegak, kedua telapak tangan diletakkan diatas meja (gb
2.12).
Gambar 2.12
Latihan berdiri tegak , kedua tangan menyentuh permukaaan meja.
Sumber : dokumen pribadi
Tanngal pengambilan gambar : 11 Agustus 2016
41
2) Dalam posisi berdiri, kedua telapak tangan diatas meja. Angkat kedua
Gambar 2.13
Latihan mengangkat kedua tumit bersamaan.
Sumber : dokumen pribadi
Tanngal pengambilan gambar : 11 Agustus 2016
3) Dalam posisi berdiri, tangan non affected memegang bola. Geser bola
Gambar 2.14
Latihan aktivasi lengan affected
Sumber : dokumen pribadi
Tanngal pengambilan gambar : 11 Agustus 2016
42
4) Dalam posisi berdiri tegak, tangan affected diatas meja. Tangan non
Gambar 2.15
Latihan meraih benda
Sumber : dokumen pribadi
Tanngal pengambilan gambar : 11 Agustus 2016
5) Dalam posisi berdiri tegak, tangan affected diatas meja. Tangan non
Gambar 2.16
Latihan melempar bola.
Sumber : dokumen pribadi
Tanngal pengambilan gambar : 11 Agustus 2016
43
Tinetty, seorang fisioterapis dari Amerika. Test ini terdiri dari section balance
dan section gait, yang masing-masing mempunyai kriteria dan skoring yang
bagi pasca stroke (Hausdorff dan Alexander, 2005), (Canbek, et al. 2013) .
1) Sitting balance
3) Attempts to rise
5) Standing balance
6) Nudged
7) Eyes closed
9) Sitting down
1) Indication of gait
3) Foot clearance
4) Step symmetry
5) Step contiunity
6) Path
7) Trunk
8) Walking time
Interpretasi dari nilai total antara balance section dan gait section adalah :
a. Level kesadaran
d. Pandangan
e. Pengelihatan
k. Ataxia
l. Sensoris
m. Neglect
n. Dysarthria
o. Bahasa
mental pasien. Komponen yang dapat dinilai melalui MMSE antara lain:
orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, memory recall, dan fungsi bahasa.
MMSE merupakan perangkat yang praktis dan efektif yang digunakan sebagai
skrining untuk mengetahui adanya gangguan kognitif pada pasien pasca stroke
(Herndon, 2006).
sebagai berikut:
e. Ingatan (3 poin)
1) Duduk ke berdiri
4) Berdiri ke duduk
5) Transfer
sederhana yang ditujukan untuk memantau berat badan seseorang. Dengan IMT
akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau
gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan
tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut (Depkes,
2011) :
IMT =