Anda di halaman 1dari 5

APLIKASI PROGRAM AEROBIK UNTUK PASIEN DENGAN PENYAKIT KORONER

• Latihan aerobik banyak digunakan dlm menangani pasien infark miokard (MI) atau operasi bypass
arteri coroner
• Selama 20 hingga 25 tahun terakhir, telah ada perubahan dalam manajemen medis pasien jantung
. • Perubahan tsb termasuk masa inap yang lebih singkat di rumah sakit, perkembangan aktivitas yang
lebih agresif untuk pasien MI atau pembedahan jantung, dan inisiasi awal program latihan berdasarkan
pada stres tes tingkat rendah sebelum keluar dari rumah sakit.
• Program aerobik mrp bagian yang dominan dlm rehabilitasi jantung, disamping modifikasi faktor
risiko.
Fase Rawat Inap (Fase I)
• Fase rawat inap dari program ini di rumah sakit terjadi setelah status kardiovaskular pasien stabil pasca
infark miokard atau operasi bypass koroner.
• Lamanya perawatan di rumah sakit telah menurun selama beberapa tahun terakhir, sekarang dibatasi 3 -
5 hari.
• Untuk yg perlu masa rawat lebih lama di rumah sakit, fase ini biasanya berlangsung 7 - 14 hari
• disebut sebagai fase 1 dari program rehabilitasi jantung.
Tujuan dari fase I Mrp fase awal dari rehabilitasi jantung bertujuan untuk
: • Memulai pendidikan faktor risiko dan modifikasi perilaku tertentu di masa depan, seperti kebiasaan
makan dan merokok.
• Lakukan aktivitas perawatan diri dan latihan dari duduk sd berdiri untuk meminimalkan
deconditioning/tirah baring (1 hingga 3 hari )
• Berikan tantangan ortostatik ke sistem kardiovaskular (3 sampai 5 hari setelah kejadian). Ini biasanya
dilakukan dengan ambulasi yang diawasi. Ambulasi biasanya dipantau secara elektrokardiografi, serta
secara manual dg memantau denyut jantung, laju ventilasi, dan tekanan darah.
• Persiapkan pasien dan keluarga untuk rehabilitasi berkelanjutan dan aktifitas di rumah .
Contoh Kasus dari Rujukan Rehabilitasi Jantung
• Tn. Smith dirujuk dan menjalani evaluasi lebih lanjut untuk menentukan penyebab nyeri dadanya. Ia
didiagnosis mengidap penyakit arteri koroner pembuluh darah tunggal. Ia dirujuk ke rehabilitasi jantung
. • Obat-obatan. Nitrogliserin sesuai kebutuhan untuk meredakan angina. Smith akan mengikuti
rehabilitasi jantung tiga kali per minggu selama 8 hingga 12 minggu untuk meningkatkan tingkat
kebugarannya dan mengikuti kelas-kelas STOP MEROKOK. Dia akan bertemu dengan ahli diet untuk
membahas pola makan guna menurunkan asupan lemak dan kolesterolnya
• Resep latihan. Tn. Smith akan berolahraga pada intensitas yang lebih rendah dari ambang anginalnya.
Intensitas ini awalnya akan ditetapkan pada 60% hingga 65% dari denyut jantung maksimalnya atau 50%
dari denyut jantung Maks. Vo2 Dia akan berolahraga tiga kali per minggu selama 20 hingga 40 menit,
tergantung pada toleransinya.

Fase Rawat Jalan (Fase II)


• Program fase rawat jalan ini dimulai setelah keluar dari rumah sakit atau, tergantung tk keparahan
penyakit,
• Penundaan ini memungkinkan bg miokardium untuk sembuh serta untuk memantau respons pasien
terhadap rejimen medis baru. Pasien dipantau melalui telemetri untuk : 1.menghitung denyut jantung dan
irama jantung; 2.tekanan darah dicatat baik saat istirahat maupun selama berolahraga; 3.respons ventilasi
jg dicatat.
• Program ini biasanya berlangsung 6 hingga 8 minggu setelah rawat inap ( setelah fase I)
Tujuan dari program fase II adalah untuk:
• Meningkatkan kapasitas latihan seseorang dengan cara yang aman dan progresif sehingga terjadi
perubahan kardiovaskular dan otot yang adaptif.
• Bagian awal dari program ini beberapa orang menyebutnya oleh dg istilah exercise tingkat rendah
. • Meningkatkan fungsi jantung dan mengurangi beban kerja jantung. Hal ini dapat membantu
menghilangkan atau menunda gejala seperti angina dan perubahan segmen ST pada pasien dg
peny.jantung coroner
. • Menghasilkan perubahan metabolisme yang menguntungkan
. • Memantau/menilai efek obat pada peningkatan tk. aktivitas.
• Meredakan kecemasan dan depresi.
• Lanjutkan pasien ke program latihan mandiri.
Pedoman Pelaksanaan
• Stres Tes sesuai toleransi pasien (sympthom-limited test) dilakukan 6 - 12 minggu setelah keluar dari
rumah sakit (atau paling cepat 2 - 4 minggu setelah keluar)
. • Program latihan didominasi aerobik.
• Secara umum, untuk pasien dengan kapasitas fungsional lebih besar dari 5 MET , dosis latihan
didasarkan pada hasil sympthom-limited test ( sesuai toleransi pasien)
• Intensitas. Level awal aktivitas atau intensitas latihan rendah yi 40% - 60% dari denyut jantung
maksimum atau 40% - 70% dari kapasitas fungsional yang didefinisikan dalam MET. Intensitas awal
ditentukan oleh tingkat keparahan diagnosis disamping disesuaikan dg usia pasien dan tingkat kebugaran
sebelumnya. Intensitas ditiingkatkan ketika respon pasien thd program latihan baik.
.
• Durasi Durasi awal latihan dibatasi 10 - 15 menit kmd ditingkatkan menjadi 30 - 60 menit jk status
pasien membaik. Setiap sesi biasanya mencakup periode pemanasan dan pendinginan selama 8 - 10
menit.
• Frekuensi. Pasien mengikuti sesi latihan tiga kali per minggu.
• Mode. Mode exercise biasanya kontinu, menggunakan kelompok otot besar, seperti bersepeda statis
atau berjalan. Kegiatan ini memungkinkan pemantauan EKG melalui telemetri.
• Metode.
Circuit-interval exercise (Latihan interval-sirkuit) adalah metode yang umum digunakan oleh pasien
selama fase II. Pasien dapat berolahraga dengan modalitas yg sesuai beban kerja yang ditetapkan, kmd
dibandingkan dengan excise scr countinous dengan sepeda statik atau treadmill. Hasilnya, pasien
mampu : • Melakukan lebih banyak pekerjaan fisik.
• Olahraga dengan intensitas yang lebih tinggi — kebugaran dapat meningkat dalam periode waktu yang
lebih singkat
. • Mempertahankan asam laktat dan defisit oksigen pada tingkat minimum. • Latihan pada tingkat yang
lebih rendah dari latihan fisik maksimal yang diperbolehkan.

Weight training / Latihan beban


• Low-level weight training dapat dimulai selama program rawat jalan, asalkan individu telah menjalani a
symptom-limited stress test ( stres tes berbatas gejala)
. • Latihan resisten/beban tidak boleh menimbulkan gejala iskemik yang terkait dengan peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah sistolik. Karena itu, detak jantung dan tekanan darah harus dipantau
secara berkala selama sesi latihan.
• Beban awal dihitung dengan menggunakan 40% dari 1-RM (one repetition maximum ).
Beban kerja akan mengalami progress jk dilakukan tiga sesi berturutturut (sesi setiap hari) di mana denyut
jantung puncak/ peak-heart rate berada di bawah denyut jantung target.
Program Rawat Jalan (Fase III)
• Fase rawat jalan lanjutan rehabilitasi jantung meliputi program latihan termonitor/terpantau, biasanya
dilanjutkan dilakukan di rumah sakit atau lingkungan masyarakat.
• Denyut jantung dan ritme tidak lagi dipantau melalui telemetri.
• Peserta diingatkan untuk memantau denyut nadi mereka sendiri, dan seorang ada pengawas untuk
memantau tekanan darahnya
Tujuan Fase III untuk terus meningkatkan atau mempertahankan tingkat kebugaran yang dicapai selama
program fase II.
Panduan Kegiatan rekreasi.
• Aktivitas untuk mempertahankan level yang diperoleh selama fase II meliputi:
1.Berenang, yang mencakup lengan dan kaki. Namun, ada penurunan awereness thd gejala iskemik saat
berenang, terutama ketika tingkat keterampilannya buruk.
2.Mendaki di luar ruangan, yang sangat baik jika di medan datar.
• Aktivitas di 8 METs. 1.Jogging sekitar 5 mil per jam. 2.Bersepeda sekitar 12 mil per jam 3.Ski turun
bukit dg turunan yg tajam.
Pertimbangan Khusus
• Ada pertimbangan khusus terkait jenis latihan dan kebutuhan pasien yg harus dikenali ketika
menjalankan program aerobik untuk pasien dg penyakit jantung,al.. Respons yg muncul antara Latihan
lengan dg latihan kaki berbeda al:
• Efisiensi mekanis berdasarkan rasio antara output pekerjaan eksternal dan pengeluaran kalori lebih
rendah dibandingkan dengan latihan kaki.
• Penyerapan oksigen pada beban kerja eksternal yang diberikan secara signifikan lebih tinggi untuk
latihan lengan daripada latihan kaki.
• Efisiensi miokard lebih rendah pada latihan kaki dibandingkan dengan latihan lengan.
• Konsumsi oksigen miokard (tekanan darah sistolik jantung) lebih tinggi pada latihan lengan
dibandingkan dengan latihan kaki. PERHATIAN:
• Pasien dengan penyakit jantung 35% lebih ringan latihan lengan dibandingkan latihan kaki sd sebelum
muncul gejala .
Perubahan Adaptif Perubahan adaptif setelah latihan bg pasien dg penyakit jantung al:
• Peningkatan kapasitas kerja aerob miokard.
• Meningkatkan kapasitas aerobik atau fungsional maksimum dengan cara memperbesar perbedaan
oksigen arteriovenous (a V O2).
• Volume stroke meningkat setelah menjalani program latihan intensitas tinggi 6 - 12 bulan .
• Keperluan miokard akan oksigen berkurang.
• Peningkatan pasokan miokard dengan penurunan denyut jantung dan perpanjangan diastole.
• Meningkatnya toleransi terhadap beban kerja fisik yang diberikan sebelum angina terjadi.
• Denyut jantung secara signifikan lebih rendah pada beban kerja submaximum shg cadangan detak
jantung mjd lebih besar. Ketika otot digunakan tidak terlibat langsung dalam aktivitas, pengurangan
denyut jantung tidak terlalu besar. • Peningkatan orientasi psikologis dan, seiring waktu, berdampak pada
skor depresi, skor untuk histeria, hypochondriasis, dan psikoastenia pada Minnesota Multiphasic
Personality Inventory.
CATATAN: Komplikasi kardiovaskular bs dicegah atau dikurangi jika program mencakup:
• pemilihan program yang tepat untuk pasien,
• evaluasi terus-menerus dari setiap pasien,
• pengawasan medis terhadap latihan selama periode latihan,
• komunikasi rutin dengan dokter,
• instruksi khusus kepada pasien jk muncul gejala yg tdk nyaman,
• Pembatasan jumlah pasien dlm kelas exercie,± 30 orang atau kurang dr itu
• pemeliharaan catatan akurat terkait dengan kepatuhan terhadap program

Anda mungkin juga menyukai