Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH


KEHAMILAN SUNGSANG

NAMA : BAGUS ZULFANNA ADITYA ARVEO


NIM :2201031035

PROGRAM STUDI NERS UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH JEMBER
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

JUDUL: Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Masalah


Kehamilan Sungsang
Oleh: Bagus zulfana aditya arveo

1. Kasus
Kehamilan sungsang
2. Proses Terjadinya Masalah
a. Pengertian
Letak sungsang merupakan presentasi bayi yang mengacu pada posisi membujur dengan
bokong atau ekstremitas bawah memasuki panggul terlebih dahulu (Gray dan Shanahan, 2021). Hal
ini sesuai dengan Ilhamjaya dan Tawali (2020) yang menjelaskan letak sungsang merupakan salah
satu bentuk malpresentasi janin yang paling lazim ditemukan pada ibu hamil, dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Adapun klasifikasi presentasi sungsang pada bayi terbagi menjadi 3 kondisi dalam Atik dkk
(2019), yaitu :
1. Frank breech (presentasi bokong murni), kondisi ini dapat terjadi umumnya sekitar 50 – 70% dan
pada saat pemeriksaan ditemukan presentasi bokong dengan kedua tungkai lurus ke atas;

2. Complete breech (presentasi bokong kaki sempurna), kondisi ini terjadi dengan persentase 5 – 10%
dan pada saat pemeriksaan ditemukan presentasi bokong dan di samping bokong dapat teraba kaki;

3. Foot ling (presentasi bokong kaki tidak sempurna) atau dikenal dengan presentasi kaki (incomplete of
footling), kondisi yang terjadi sebanyak 10 – 30% dengan presentasi terdapat satu kaki disamping
bokong sedangkan kaki lainnya terangkat ke atas sehingga presentasi paling rendah ialah satu atau dua
kaki.
b. Penyebab
Kejadian letak sungsang belum diketahui secara pasti, namun menurut Hasibuan (2020), terdapat
faktor-faktor yang dapat menyebabkan kejadian letak sungsang yaitu :
1. Faktor ibu, seperti usia ibu yaitu ibu dengan usia < 20 tahun berisiko memiliki panggul sempit dan
kematangan organ reproduksi yang mempengaruhi sedangkan usia > 35 tahun berkaitan mulai terjadi
regenerasi sel-sel endometrium akibat usia biologis jaringan, paritas (multipara) hal ini terjadi karena
uterus ibu menjadi lebih longgar dan elastis sehingga mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi
dan janin akan lebih leluasa untuk berputar, usia kehamilan kurang dari 34 minggu (premature) sebab
janin masih kecil sehingga dapat bergerak dan berputar dengan mudah akan tetapi terjadinya letak
sungsang akan berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan, kehamilan ganda (gemelli), obesitas
maternal, dan penyakit penyerta ibu selama kehamilan dan persalinan seperti plasenta previa dan
kelainan uterus;
2. Faktor janin misalnya lilitan tali pusat pada janin, berat badan janin berkaitan dengan prematuritas
dengan berat lahir < 2500 gram sehingga rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak, dan
kepala anak yang besar, hambatan pertumbuhan janin, dan kondisi patologis janin seperti hidrosefalus,
hidramnion, oligohidramnion;
3. Letak plasenta berada di daerah kornus fundus uteri, hal ini terjadi sebab plasenta dapat mengurangi
luas ruangan di daerah fundus uteri. Presentasi sungsang berhubungan dengan kondisi klinis yang dapat
meningkatkan atau menurunkan motilitas janin bahkan mempengaruhi polaritas vertikal rongga uterus.
Adapun kondisi klinis tersebut disebabkan oleh prematuritas, kehamilan ganda (gemelli), aneuploidi,
anomali kongenital, anomali mullerian (kelainan uterus), leiomioma uteri, dan polaritas plasenta, seperti
plasenta previa yang umumnya sering terjadi dengan presentasi bokong pada bayi. Selain itu, terdapat
riwayat sebelumnya dengan kehamilan aterm yang dapat meningkatkan risiko presentasi sungsang
berulang di kehamilan berikutnya (Gray dan Shanahan, 2021; Ilhamjaya dan Tawali, 2020; Toijonen
dkk, 2020).
c. Patofisiologi
Proses terjadinya letak sungsang dalam Hidayati, 2019 addalah sebagai berikut. Letak janin
dalam uterus tergantung adaptasi janin dalam ruang uterus. Air ketuban pada minggu ke 32 relatif
lebih banyak, sehingga janin dapat bergerak dengan mudah, posisi janin dapat dalam presentasi
kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada trimester akhir janin tumbuh cepat sedangkan jumlah
air ketuban berkurang.
Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong
dipaksa menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang
lebih kecil di segmen bawah uterus. Maka dapat dipahami, pada kehamilan belum cukup bulan,
prevalensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala. Namun, beberapa fetus tidak demikian, ada sebagian yang tetap
berada dalam posisi sungsang.

d. Tanda dan Gejala


1. Ketidaknyamanan di daerah subcostal: Rasa tidak nyaman pada bagian panggul hingga tulang
rusuk. Rasa sakit seperti perut melilit, nyeri saat haid pada penderita kista.
2. Letak kepala: Jika diperiksa, akan terlihat kepala bayi berada di bagian atas umbilikus atau
bagian pusar sang ibu. Bagian punggung bayi akan bergerak terus hingga terasa kepala bayi ada di
bagian fundus.
3. Letak detak jantung: Melalui pemeriksaan USG pada minggu ke-32 hingga ke-35. Letak detak
jantung janin yang berada dalam posisi normal akan terdengar dari bagian bawah pusar ibu.
4. Pemeriksaan vagina: Saat ibu sudah mengalami tanda-tanda akan melahirkan. Pemeriksa tidak
menemukan massa keras yang terlihat seperti kepala bayi dan yang terlihat di bagian pertama bayi
yaitu pantat bayi atau kaki bayi.
5. Bentuk massa yang tidak teratur di bagian panggul ibu: Saat pemeriksaan palpasi abdomen,
biasanya akan terlihat bentuk massa yang tidak teratur pada bagian panggul. Hal ini menjadi
pertanda bukan kepala janin yang pertama turun ke bagian panggul, melainkan punggung bayi
(Elfriestha dan Marbun, 2020)
e. Penanganan
Penanganan yang dapat dilakukan dengan kondisi letak sungsang adalah sebagai berikut.
1. Pemeriksaan Penunjang
Selama kehamilan, perlu dilakukan pemeriksan luar dan dalam yaitu dengan melakukan
pemeriksaan ultrasonografik (USG) secara rutin atau MRI (magnetic resonance imaging), hal ini
dilakukan untuk mengkonfirmasi letak janin bila pemeriksaan fisik belum mendapat hasil yang
jelas, menentukan letak plasenta, dan mengetahui kemungkinan kelainan kongenital pada janin.
Selain itu, foto rontge digunakan dalam menentukan posisi tungkai bawah, fleksi kepala, dan
konfirmasi letak janin (Umami, 2015).
2. Penanganan Saat Hamil
Terdapat beberapa hal yang dilakukan saat hamil yaitu :
a) Melakukan posisi knee chest
Posisi knee chest dilakukan dengan bersujud dengan kaki sejajar pinggul dan dada sejajar
lutut yang dimulai sejak kehamilan minggu 32 – 35 sebanyak 3 kali dalam sehari selama 10 -15
menit pada saat perut kosong atau ketika terasa pergerakan bayi secara aktif, hal ini bertujuan untuk
memberi ruang pada bayi agar dapat berputar kembali ke posisi normal yaitu kepala pada bagian
bawah rahim. Namun, jika belum berhasil maka latihan akan diulangi dan dilanjutkan setiap hari
sebab latihan ini efektif dilakukan ketika usia kehamilan kurang dari 37 minggu (Atik dkk., 2019).
b) Pengubahan posisi versi luar
Versi luar merupakan tindakan merubah letak anak dengan dua tangan dari luar dalam
mengubah presentasi bokong menjadi kepala atau mengubah letak lintang menjadi presentasi
normal yang dilakukan pada kehamilan 34 – 38 minggu, pada kehamilan sebelum 34 minggu belum
perlu dilakukan sebab janin dapat memutar sendiri, sedangkan setelah 38 minggu sulit berhasil
karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban berkurang. Selain itu, terdapat indikasi berupa
tanpa panggul sempit, gemelli, plasenta previa, ketuban masih utuh, bayi dapat dilahirkan
pervaginam, bagian terendah belum masuk atau masih dapat dikeluarkan dari pintu atas panggul,
dan pada inpartu dilakukan sebelum pembukaan 4 cm, serta penyakit penyerta misalnya
preeklamsia. Adapun cara mengubah posisi tersebut dilakukan dengan mobilisasi, eksenterasi,
rotasi, dan fiksasi (Pramana, 2019).
c) Selain itu, ibu hamil dianjurkan untuk melakukan senam hamil, merangkak, dan pemeriksaan
ANC rutin, serta pemenuhan nutrisi selama hamil.

3. Penanganan Persalinan
Hal ini berkaitan dengan beberapa fase atau tahapan yang harus dilakukan bagi penolong
dalam memimpin partus dengan letak sungsang menurut Amaliyah dan Simanjuntak (2017), yaitu :
a) Fase 1 (fase menunggu), sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi;
b) Fase II (fase bertindak cepat), bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan
antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu dalam 8 menit, untuk mempercepat
lahirnya janin dapat dilakukan manual.
Adapun bentuk pertolongan yang dapat dilakukan dengan partus letak sungsang dalam Setyarini
dan Suprapti (2016), antara lain :
a) Spontan bracht (persalinan spontan)
Merupakan persalinan yang dilakukan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri sedangkan penolong
bersifat pasif yaitu membuka vulva dengan 3 tahapan yaitu fase lambat, cepat, dan lambat yang
diawali dengan menyuntikkan oksitosin/sintosinon 5 unit secara IM, kemudian dilanjutkan dengan
episiotomy

b) Partial extraction / manual aid


Hal ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu melahirkan bahu melalui teknik muller, klasik atau
deventer, dan lovset; serta melahirkan kepala melalui teknik mauriceau.
1) Teknik muller
merupakan prinsip melahirkan bahu dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian
melahirkan bahu dan lengan belakang;
2) Teknik klasik atau deventer
merupakan prinsip melahirkan lengan belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang
yang luas (sakrum), kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawah simpisis akan tetapi
bila lengan depan sulit dilahirkan maka lengan depan diputar menjadi lengan belakang melewati
simpisis.

3) Teknik lovset
Teknik ini dilakukan dengan memutar badan janin setengah lingkaran searah dan berlawanan arah
jarum jam sambil melakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang awalnya dibelakang akan
lahir di depan (di bawah simfisis).

4) Teknik mauriceau
Teknik ini dilakukan dengan bantuan tangan penolong yang dimasukkan dalam vagina kemudian
badan bayi ditunggangkan pada lengan bawah sehingga tenaga tarikan utama ada pada tangan
penolong.

Namun, bila terjadi kemacetan pada kelahiran kepala (after coming head), perlu dilakukan tindakan
atau maneuver dengan forceps piper, yaitu kedua kaki janin dipegang oleh seorang penolong dan
diangkat keatas, kemudian dipasang cunam secara melintang terhadap kepala dan panggul. Setelah
dengan tarikan pada cunam batas rambut kepala janin tampak di bawah simfisis, dengan batas
tersebut sebagai titik pemutaran, muka bayi dilahirkan melalui perineum, dan disusul oleh bagian
kepala yang berambut.
3a. Pohon Masalah

Pada Ibu
Hidramnion, janin
kecil (prematur), Panggul sempit,
Plasenta previa, Gemeli
multipara hidrosefalus
tumor pelvis
Lilitan tali pusat/tali Posisi tubuh
Anak leluasa Kepala sulit
Menghalangi kepala pusat pendek menyesuaikan
bergerak karena menyesuaikan jalan
turun ke panggul anatomi uterus
mobilisasi lahir
Letak sungsang

Pervagina
Perubahan fisiologis
Sistem saraf dan
eliminasi bowel Sistem
Sistem integumen kardiovaskuler
Post anastesi

Perubahan medulla Kerja pons Jaringan terputus Jaringan terbuka Perdarhan Perubahan laju aliran
oblongata darah
Kerja otot eliminasi Gangguan Invasi bakteri Volume darah
Penurunan reflek Integritas Kulit menurun Aliran menuju
batuk Gangguan peristaltic Risiko Infeksi uteroplasenta
usus Stimulus sensori Risiko perdarahan terhenti
Akumulasi secret
-Inkontinensia Nyeri Akut Risiko Hipovolemia Penurunan Curah
Bersihan Jalan Fekal Jantung
Napas Tidak -Konstipasi Risiko Syok
Efektif
Pada Bayi

Letak sungsang
Risiko cidera pada janin

Persalinan normal
Section cesaerea

Persalinan lama

Suplai O2+nutrisi ke
plasenta terganggu

Hipoksia intra uteri

Risiko gawat janin

Fetal distress

Kematian janin
b. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
1) Anamnesa
a) Identitas Klien: nama, tanggal lahir/umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat, penghasilan.
b) Identitas Penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan keluarga,
pekerjaan, alamat, penghasilan.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama: biasanya ibu mengeluh nyeri pada bagian jalan lahir, lelah, ingin bertemu
dengan bayinya.
b) Riwayat menstruasi: HPHT untuk menentukan perkiraan persalinan dan umur kehamilan,
umur menarche, jumlah darah, gangguan haid, flour albus.
c) Riwayat kehamilan dan nifas lalu: Riwayat kehamilan premature, multi para, riwayat
kelainan letak sungsang, hydramnion, placenta previa, panggung sempit berisiko untuk
terjadi kelainan letak sungsang, ditolong siapa, jenis persalinan, tempat persalinan, keadaan
setelah persalinan, keadaan bayi, kontrasepsi yang digunakan setelah persalinan lalu.
d) Riwayat kesehatan: Penyakit yang pernah diderita ibu apakah ibu atau keluarga menderita
DM, HT, penyakit jantung, ginjal, dan pernapasan.
e) Riwayat kehamilan sekarang: beerapa kali ANC, apa saja yang didapat selama ANC. Letak
sungsang bisa terjadi pada kehamilan primi atau multigravida terutama pada multigravida.
Letak sungsang biasanya terjadi pada usia kehamilan <32 minggu karena pada usia
kehamilan tersebut air ketuban masih banyak yang memudahkan janin bererak dan mudah
terjadi letak sunsang, tetapi masih bisa kembali pada posisi letak kepala sampai usia
kehamilan <37 minggu. Pada usia kehamilan trimester 3 letak sungsang sudah tidak dapat
kembali ke posisi kepala. Tinggi fundus uteri pada kehamilan sungsang sesuai dengan usia
kehamilan.
f) Riwayat kesehatan sekarang: mengetahui ada tidaknya penyakit yang sedang diderita saat
ini.
g) Riwayat psikososial dan budaya: mengetahui keadaan keluarga, lingkungan, dan budaya
yang dapat mempengaruhi proses kehamilan, masa nifas, dan tumbuh kembang janin.
3) Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
a) Aktivitas dan istirahat: kegiatan sehari-hari, waktu istirahat selama 24 jam.
b) Nutrisi dan Cairan: Tidak ada diit khusu pada kehamilan sungsang. Tetapi kualitas
makanan pada ibu hamil diperhatikan, berhubungan dengan pertumbuhan janin.
c) Eliminasi: Keluhan yang sering muncul kontipasi dan sering bak. Karena pengaruh hormon
progesteron yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos salah satunya otot usus.
d) Personal Hygiene: mengidentifikasi kebersihan ibu, berapa kali mandi, berganti pakaian,
cara membersihkan organ reproduksi.
e) Kebiasaan lain: ada atau tidaknya perilaku yang dapat membahayakan kehamilan seperti
merokok, minum alkohol, jamu dan tradisi yang kliru.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum: baik/cukup/lemah
b) Kesadaran: umumnya composmentis
c) TTV:
– TD: normal 110-120mmHg/70-80mmHg
– Nadi: 70-90x/menit
– Napas: 12-20x/menit
– Suhu: 36-37OC
– BB: penambahan >1/2Kg perminggu waspada preeklamsi, penambahan BB normal 9-
10Kg hingga akhir kehamilan.
– TB: <145 waspada CPD (Cephalopelvic Disproportion)
d) Kepala
– Rambut : warna, kebersihan, mudah rontok/tidak
– Muka : cloasma, jerawat, sianosis, berkeringat
– Mata : sklera, conjungtiva, anemi/tidak, kotoran/secret
– Telinga: kebersihan, gangguan pendengaran
– Hidung: kebersihan, pernafasan cuping hidun, polip
– Mulut: karies gigi, kebersihan mulut dan lidah, kelembaban bibir, stomatitis,
peradangan gusi
e) Leher: pembesaran kelenjar limfe, tiroid, vena jugularis
f) Dada: retraksi dada, denyut jantung teratur, wheezing
g) Payudara: bentuk: betuk simetris/tidak, hiperpigmentesi aerola, kondisi putting susu,
pengeluaran kolostrum terjadi kehamilan trimester tiga.
h) Abdomen: Pembesaran perut dan TFU sesuai waktu postparum. Striase gravidarum, luka
bekas operasi, linea nigra, diastasis rectum abdominalis.
i) Vulva dan Perineum: Keadaan vulva bersih atau kotor, pengeluaran pervagina bila berupa
cairan, seperti air berarti ketuban sudah pecah, bila darah dan lendirberarti permulaan
persalinan, bila ada varices resiko terjadi perdarahan, bila ada luka resiko terjadi infeksi
j) Anus: Bila ada hemoroid resiko terjadi perdarahan
k) Ektremitas: melihat adanya oedem atau tidak, reflek patella, bila reflek patella, resiko
kelemahan waktu mengejan, kekuatan otot.
5) Pemeriksaan Penunjang
a) Ultrasonografi: menunjukkan hasil gambaran posisi janin
b) MRI (Magnetic Resonance Imaging): membantu mmperjelas gambaran letak plasenta dan
menemukan cacat bawaan
c) Foto rontgen (bila perlu): untuk menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin
serta fleksi kepala, menentukan adanya kelainan bawaan anak.
4. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut
2) Risiko Gangguan Perlekatan
3) Ketidaknyamanan Pasca Partum
4) Intoleransi Aktifitas
5) Menyusui Tidak Efektif/Efektif
6) Risiko Infeksi
7) Risiko Cidera Pada Janin
8) Ansietas
9) Inkontinensia Urin Urgensi
10) Defisit Pengetahuan
11) Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua
12) Risiko Perdarahan
13) Konstipasi
14) Inkontinensia Fekal
15) Gangguan Integritas Kulit
16) Gangguan Eliminasi Urin
17) Defisit Perawatan Diri
18) Pola Napas Tidak Efektif
19) Risiko Gawat Janin
20) Penurunan Curah Jantung
21) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
22) Risiko Hipovolemia
23) RisikoSyok
5. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Luaran Intervensi


Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
proses biokinia dan selama 1x2 jam maka Nyeri Menurun dengan
Observasi
kerusakan mekanis kriteria hasil:
jaringan selama 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, fekueni, kualitas dan
Tingkat Nyeri L.08066
persalinan intensitas nyeri
a) Keluhan Nyeri: 5
2) Identifikasi skala nyeri
b) Meringis: 5
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
c) Sifat Protektif: 5
4) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
d) Gelisah: 5
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
e) Kesulitan tidur: 5
Terapeutik
f) Anoreksia: 5
6) Berikan teknik non farmakologis untuk mengadaptasikan pasien
g) Frekuensi Nadi: 5 dengan rasa nyeri (misalnya tens, hypnosis, akupressur, terapi
music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, imajinasi
h) Pola Nafas: 5
terbimbimbing, kompres hangat/dingin)
i) Tekanan Darah: 5
7) Control lingkungan yang memperberat nyeri (mis. Suhu,
Ket: 1: memburuk 2: cukup memburuk, 3: ruangan, pencahayaan, kebisingan)
sedang, 4: cukup membaik, 5: membaik
8) Fasilitasi istirahat dan tidur
Ket: 1: meningkat, 2: cukup meningkat, 3:
9) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan startegi
sedang, 4: cukup menurunt, 5: menurun
meredakan nyeri
Edukasi
10) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, jelaskan strategi
beraaptasi dengan nyeri
11) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
12) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk beradaptasi dengan nyeri
Kolaborasi
13) Kolaborasi pemberian analgesik
Risiko Gangguan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Promosi Perlekatan (I.10342)
Perlekatan selama 3x30 menit maka Pengetahuan:
Observasi
keterpisahan ruang Perawatan Bayi ditingkatkan menjadi Banyak
perawatan bayi dengan kriteria hasil klien mengetahui tentang: 1) Identifikasi faktor yang potensial menyebabkan hambatan
dengan ibu perlekatan
Perlekatan L.13122
2) Identifikasi kemampuan keluarga dalam menerima banyaknya
a)Memegang bayi dengan tepat: 5
informasi
b)Memposisikan bayi dengan tepat: 5
3) Beri media sumber informasi yang mudah diakses orang tua
c)Praktik keselamatan bayi: 5
4) Identifikasi faktor personal yang berdampak pada keberhasilan
d)Teknik pemberian makan bayi: 5 program
e)Memandikan bayi: 5 Terapeutik
f) Metode stimulasi bayi: 5 5) Rancang program pendidikan yang sesuai dengan kekuatan
keluarga
Ket: 1: memburuk 2: cukup memburuk, 3:
sedang, 4: cukup membaik, 5: membaik 6) Fasilitasi diskusi orang tua terkait metode disiplin yang ada
Edukasi
7) Gunakan teknik bermain peran dalam mengajarkan teknik
komunikasi atau cara stimulasi anak
8) Gunakan teknik simulasi dalam memberikan pendidikan dan
keterampilan mengenai capaian kriteria hasil
9) Lakukan evalusi keterampilan orang tua dalam kesiapan
perlekatan orang tua dan bayi
10) Evaluasi kesiapan orang tua dalam perawatan dan pengasuhan
bayi

Ketidaknyamanan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Perawatan Pascapersalinan (I.07225)


Pasca Partum b.d selama 1x5 jam maka Status Kenyamanan
Observasi
trauma perineum, Pascapartum dan Dukungan Keluarga
involusi uteri, Meningkat dengan kriteria hasil: 1) Monitor tanda vital
pembengkakan
Status Kenyamanan Pascapartum L.07062 2) Periksa perineum atau robekan (REEDA)
payudara, kurang
dukungan a) Keluhan tidak nyaman: 5 3) Evaluasi perubahan fisik dan psikologis ibu
b) Luka episiotomi: 5 4) Identifikasi kesediaan keluarga dalam memberikan perawatan
ibu
c) Tekanan darah: 5
Terapeutik
d) Payudara bengkak:5
5) Dukung ibu untuk melakukan ambulasi dini
e) Verbalisasi keluarga terhadap dukungan
perawatan: 5 6) Berikan kenyamanan pada ibu
f) Bekerjasama dengan anggota keluarga 7) Fasilitasi ikatan tali kasih ibu dan bayi secara optimal
danpetugas untuk pilihan perawatan: 5
8) Diskusikan kebutuhan aktivitas dan istirahat selama masa
Ket a,c,d: 1: memburuk 2: cukup memburuk, 3: postpartum
sedang, 4: cukup membaik, 5: membaik
Edukasi
Ket b: 1: meningkat, 2: cukup meningkat, 3:
9) Jelaskan tanda bahaya nifas pada ibu dan keluarga
sedang, 4: cukup menurunt, 5: menurun
10) Dorong pelibatan keluarga dalam perawatan ibu postpartum
Kolaborasi
11) Rujuk ke konselor laktasi, jika perlu
Intoleransi Aktifitas Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Energi (I.05178)
b.d keluhan lelah, selama 3x15 menit maka Konservasi Energi
Observasi
berkurangnya Meningkat dengan kriteria hasil:
volume darah yang 1) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebeum dan
Toleransi Aktivitas L. 05047
mengakibatkan sesudah aktivitas
ambilan O2 jaringan a) Aktivitas yang direkomendasikan: 5
2) Monitor kondisi unum selama ambulasi
menurun
b) Strategi yang tepat untuk menyeimbangkan
Terapeutik
aktivitas dan istirahat: 5
3) Libatkan keluarga untuk membantu klien dalam meningkatkan
c) Mekanika tubuh yang tepat: 5
ambulasi
d) Teknik menyederhanakan pekerjaan: 5
4) Identifikasi gangguan fungsi tubuh (selain kondisi postpartum)
Ket: 1: memburuk 2: cukup memburuk, 3: yang mengakibatkan kelelahan
sedang, 4: cukup membaik, 5: membaik
5) Monitor pola dan jam tidur
6) Lakukan latihan rentang gerak (senam nifas)
Edukasi
7) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap dan konsisten
8) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
9) Beri contoh mekanika tubuh yang tepat
10) Fasilitasi lingkunga yang nyaman dan aman untuk beraktivitas
Kolaborasi
11) Kolaborasi dengan ahli gizi meningkatkan asupan makanan
Menyusui Tidak Setelah dilakukan intervensi keperawatan Pendampingan proses menyusui (I.03130)
Efektif b.d produksi selama 1x5 jam maka Status
Observasi
ASI tidak adekuat, MenyusuiMembaik dengan kriteria hasil:
kurang keteramplan, 1) Monitor pernapasan bayi
Status Menyusui L. 03029
tidak rawat gabung
2) Monitor perdarahan dan tanda vital setelah melahirkan
a) Perlekatan bayi pada payudara ibu: 5
3) Beri kesempatan rawat gabung
b) Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan
benar: 5 4) Monitor miksi bayi
c) Miksi bayi>8x/24 jam: 5 5) Monitor pancaran ASI dan hisapan bayi
d)Tetesan/pancaran ASI: 5 Terapeutik
e)Kepecayaan diri ibu: 5 6) Fasilitasi ibu semi fowler dan mengambil posisi yang nyaman
f)Hisapan bayi: 5 7) Buka pakaian atas ibu
Ket: 1: memburuk 2: cukup memburuk, 3: 8) Buka pakaian atas bayi
sedang, 4: cukup membaik, 5: membaik
9) Letakkan bayi posisi tengkurap di antara payudara ibu
10) Pindahkan bayi selesai menyusu, saat melepaskan puting ibu
11) Beri pujian dan motivasi ibu untuk sering menyusui
Edukasi
12) Informasikan ibu untuk selalu mengosongkan payudara pada
payudara yang belum disusui dengan memerah ASI
6. Daftar Pustaka
Bulechek, G. dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6. Singapore: CV.
Mocomedia.

Chauhan, G. dan P. Tadi. 2020. Physiology, Postpartum Changes.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555904/ [Diakses pada November 14, 2020].

Dawadi, P., A. S. Bhatta, dan J. Shakya. 2020. Factors associated with postpartum depressive
symptoms in community of central nepal. Psychiatry Journal. 2020:1–7.

Djami, M. 2018. PROSES ADAPTASI FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI IBU NIFAS.


https://akbidbinahusada.ac.id/publikasi/artikel/156-proses-adaptasi-fisiologi-dan-psikologi-
ibu-nifas [Diakses pada November 14, 2020].

Elfriestha, F. dan P. Marbun. 2020. Jangan Panik Moms! Kenali Ciri-Ciri Janin Sungsang Yang
Seringkali Terjadi. https://www.gooddoctor.co.id/tips-kesehatan/kehamilan/ciri-ciri-posisi-
bayi-sungsang/ [Diakses pada November 14, 2020].

Finlayson, K., N. Crossland, M. Bonet, dan S. Downe. 2020. What matters to women in the
postnatal period: a meta-synthesis of qualitative studies. PLoS ONE. 15(4):1–23.

Gray, C. J. dan M. M. Shanahan. 2020. Breech Presentation.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448063/ [Diakses pada November 14, 2020].

Gunay, T., A. Turgut, E. Demircivi Bor, dan M. Hocaoglu. 2020. Comparison of maternal and fetal
complications in pregnant women with breech presentation undergoing spontaneous or induced
vaginal delivery, or cesarean delivery. Taiwanese Journal of Obstetrics and Gynecology.
59(3):392–397.

Herdman, T. Kamitsuru, S. 2014. Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2015-2017.


Edisi 10. Oxford: Blackwell.

Ilhamjaya, A. dan S. Tawali. 2020. Angka kejadian dan faktor – faktor yang berhubungan dengan
janin letak sungsang dari ibu hamil yang melahirkan di rsws makassar. MEDIKA
ALKHAIRAAT : JURNAL PENELITIAN KEDOKTERAN DAN KESEHATAN. 2(2):172–178.

Mayo Clinic. 2019. Postpartum Complications: What You Need to Know

Moordead, S. dkk. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC)-Pengukuran Outcome Kesehatan.


Edisi 5. Singapore: CV. Macomedia.

Pramana, C. 2019. MANAJEMEN PERSALINAN SUNGSANG. SEMINAR NASIONAL


“MANAJEMEN KLINIK”. 2019. Stikes Guna Bangsa Yogyakarta

Puswati, D. dan A. Suci. 2019. The relationship of husband role on psychological adaptation levels
of postpartum mother in camar1 arifin achmad hospital riau province. KnE Life Sciences

Sari, R. P., A. Densy, dan B. Keraman. 2020. ANALISIS faktor risiko kejadian postpartum blues di
puskesmas perumnas kabupaten rejang lebong. Journal Of Midwifery. 8(1):29–36.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi II. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Toijonen, A., S. Heinonen, M. Gissler, dan G. Macharey. 2020. Risk factors for adverse outcomes
in vaginal preterm breech labor. Archives of Gynecology and Obstetrics

Anda mungkin juga menyukai