Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA

Disusun guna memenuhi tugas praktik profesi Ners Keperawatan Bedah

Oleh

Bagus Zulfana Aditya Arveo


NIM 2201031035

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022

1
1
BAB I

KONSEP PENYAKIT

1.1 Tinjauan Pustaka


1.1.1 Definisi
Efusi pleura merupakan penumpukan cairan berupa transudat maupun
eksudat yang terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara produksi dan
absorbsi di kapiler dan pleura viseralis (Puspita dkk., 2017). Efusi pleura
biasanya menjadi penyakit sekunder dari penyakit lainnya. Efusi dapat berisi
cairan jernih atau transudat, keruh atau eksudat dan juga dapat berupa darah
atau pus (Harjanto dkk., 2018).
1.1.2 Anatomi Fisiologis

Pleura adalah lapisan tipis, halus dan juga licin yang membungkus dinding
anterior toraks dan permukaan superior diafragma. Lapisan pleura
mengandung kolagen dan jaringan elastis. Pleura terletak pada bagian terluar
dari paru – paru dan mengeliligi paru. Pleura tersusun oleh jaringan ikat
fibrosa yang didalamnya terdapat banyak kapiler limfa dan juga kapiler darah
serta saraf yang kecil (Harjanto dkk., 2018).

2
Pleura dibagi menjadi dua macam yaitu pleura parietalis dan juga pleura
viseralis. Pleura parietalis melapisi bagian toraks atau rongga dada sedangkan
pleura viseralis melapisi paru – paru. Diantara kedua pleura terdapat ruangan
yang disebut spatium pleura yang berisi sedikit cairan dan memungkinkan
keduanya bergeser secara bebas saat ventilasi. Cairan pleura berfungsi untuk
memudahkan kedua permukaan pleura bergerak saat pernapasan. Bisa
dianalogkan sebagai dua kaca yang saling melekat jika ada air diantaranya.
Cairan pleura normal akan mengalami siklus dari kaliper di dalam pleura
parietalis ke ruang pleura kemudian diserap kembali melalui pleura viseralis
(Harjanto dkk., 2018).
Dalam keadaan normal, tidak ada rongga kosong antara kedua pleura,
karena biasanya terdapat 10-20 cc cairan berupa lapisan tipis serurosa yang
bergerak teratur. Jika terdapat kelebihan cairan maka akan dipompa keluar
oleh pembuluh limfatik dari rongga pleura ke mediastinum. Cairan diproduksi
oleh pleura parietalis dan di absorbsi viseralis. (Guyton dan Hall, 1997 dalam
Muttaqin, 2012)
1.1.3 Epidemiologi
Di Amerika Serikat dilaporkan sebanyak 1,3 juta kasus efusi pleura
pertahun., dengan kasus efusi pleura banyak terjadi disebabkan oleh gagal
jantung kongesif, malignansi, dan emboli paru – paru. Di dunia terjadi 320
kasus per 100.000 orang di negara industri. Menurut Departemen Kesehatan
RI, kasus efusi pleura mencapai 2,7 % dari infeksi saluran napas lainnya
(Lantu dkk., 2016).
1.1.4 Etiologi
Penyebab terjadinya efusi pleura adalah :
a. Adanya hambatan drainase limfatik dari rongga pleura (Guyton dan
Hall, 1997 dalam Muttaqin, 2012)
b. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan
terjadinya transudasi cairan yang berlebihan (Guyton dan Hall, 1997
dalam Muttaqin, 2012)
c. Adanya proses infeksi atau peradangan permukaan pleura dari rongga
pleura dapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan

3
memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga
secara cepat (Guyton dan Hall, 1997 dalam Muttaqin, 2012)
1.1.5 Klasifikasi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk efusi pleura di bagi menjadi
(Muttaqin, 2012) :
a. Transudat
Disebabkan oleh gagal jantung kongesif, sindrom nefrotik, asites,
sindrom vena kava superior, tumor, dan sindrom meigs
b. Eksudat
Disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru, radiasi,
dan penyakit kolagen
c. Efusi hemoragi
Disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru, dan tuberkulosis.
Adapun tabel perbedaan cairan transudat dan eksudat sebagai berikut :
Indikator Transudat Eksudat
Warna Kining pucat, jernih Jernih, keruh,
purulen, hemoragik
Bekuan - -/+
Berat jenis <1018 >1018
Leukosit <1000 Bervariasi , > 1000
Hitung jenis MN (limfosit / Terutama PMN
metosel)
Protein total <50% serum >50% serum
LDH <60% serum >60% serum
Glukosa =plasma =/<plasma
Fibrinogen 0,3%-4% 4%-6%
Amilase - >50% serum
Bakteri - -/+

Berdasarkan lokasi cairan efusi pleura di bagi menjadi (Muttaqin, 2012) :


a. Unilateral
Tidak memiliki kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya.

4
b. Bilateral
Ditemukan pada penyakit kegagalan jantung kongesif, sindrom
nefrotik, asites, infark pada paru – paru, lupus eritematosus sistemis,
tumor, dan tuberkulosis.
Berdasarkan penyebab efusi pleura di bagi menjadi (Puspita dkk., 2017):
a. Efusi Tuberkulosis
Efusi dengan penyebab tuberkulosis didiagnosa sapabila terdapat salah
satu dari kriteria berikut : terdapat nekrosis perkijuan pada biopsi
pleura, pewarnaan Ziehl – Neelsen atau kultur lownstein dari cairan
positif, ditemukan granuloma pada pemeriksaan histologi tanpa
nekrosis perkijuan dengan BTA positiif.
b. Efusi Parapneumoni
Efusi pleura disertai dengan demam dan batuk dan terdapat efusi pleura
bersifat eksudatif
c. Efusi maligna
Terdapat sel adecarcinoma atau mesentalial
d. Efusi cardiac
Bersifat transudat dan terdapat tanda klinik gagal jantung
e. Efusi serosis hepatis
Cairan bersifat transudat dan terdapat tanda klinik serosis hepatis
f. Efusi uremik
Terjadi pada penderita gagal ginjal dan ureum tinggi
g. Efusi SLE (Systematic Lupus Eritematous)
Terjadi pada penderita SLE kultur bakteri
negatif
1.1.6 Patofisiologi
Normalnya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga pleura. Jumlah cairan di
rongga pleura tetap karena adanya tekanan hidrostatik pleura parietalis 9
cmH2O. Akumulasi cairan pleura dapat tejadi ketika tekanan osmotik koloid
menurun dan tekanan negatif intrapleura apabila terjadi atelektasis paru
(Alsagaf, 1995 dalam Muttaqin, 2012 ).
Keseimbangan antara cairan pleura dapat terganggu akibat banyak

5
penyebab diantaranya adalah :

6
a. Adanya hambatan drainase limfatik dari rongga pleura
b. Gagal jantung yang menyebabkan kapiler paru dan tekanan perifer
menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang
berlebihan ke rongga pleura
c. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan
terjadinya transudasi cairan yang berlebihan
d. Adanya proses infeksi atau peradangan permukaan pleura dari rongga
pleura dapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan
memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga
secara cepat

Penyebab lainnya adalah penyakit primer seperti TB paru. Mikobakterium


tuberkulosa masuk melalui saluran napas ke alveoli dan terjadi infeksi.
Setelah itu terjadi peradangan saluran getah bening yang mempengaruhi
peningkatan permeabilitas membran dan menyebabkan penumpukan cairan
di rongga pleura.

1.1.7 Manifestasi Klinik


Manifestasi klinik dari efusi pleura yaitu (Puspita dkk., 2017) :
1. Sesak napas
2. Bunyi pekak atau datar saat perkusi areayang berisi cairan
3. Bunyi napas minimal atau tidak terdengar
4. Pergeseran trakea menjauhi tempat yang sakit
5. Nyeri dada yang tajam
6. Pembengkakan ekstremitas,
7. Deep vein thrombosis
8. Fremitus taktil turun
9. Perkusi tumpul
10. Saat akhir inspirasi terdengar suara pleural friction rub
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penyakit efusi pleura
yaitu :
a. Foto Toraks

7
Pada efusi pleura jumlah cairan harus melebihi 300 ml sehingga
menyebabkan kostofrenikus menjadi tumpul. Pada foto berdiri (PA)
tampa bayangan dengan batas atas mengarah ke aksila. Jika cairannya
banyak maka seluruh hemitoraks dapat terlihat putih (opaque)
sedangkan mediastinum terdesak ke arah yang berlawanan
(Djojodibroto, 2009).

Faktor yang mempengaruhi gambaran radiografik efusi pleura yaitu


keadaan cairan yang ada di dalam rongga pleura, posisi pengambilan
foto, keadaan cairan efusi, dan juga ada tidaknya kelainan pada
parenkim paru – paru. Jika jumlahnya sedikit, cairan akan terdeposisi
pada daerah subpulmonal sehingga pada foto PA akan memberi kesan

8
adanya kenaikan hemidiafragma. Untuk cairan yang sedikit lebih,
digunakan foto toraks lateral karena lebih sensitif dengan cairan
sebanyak 175 ml. Apabila cairannya banyak dan tidak ada kelainan
parenkim paru cairan akan mengisi seluruh daerah yang rendah. Cairan
akan menekan parenkimparu yang ada di sebelahnya sehingga akan
terjadi kolaps, namun sifat elastis parenkim akan berupaya
mempertahankan bentuk asli paru. Dengan demikian, daerah kolaps
pada paru terjadi pada paru yang berbatasan dengan cairan perifer yang
mengarah pada hilus, dan paru yang mengalami derajat kolaps tertinggi
adalah yang paling bawah. Pada foto lateral dekubitus jumlah cairan
sebanyak 25 ml sudah dapat menunjukkan adanya cairan efusi pleura.
Cairan efusi pleura tidak bebas bergerak sehingga tidak dapat menuju
daerah yang paling rendah yang disebut loculated pleural effusion
(Djojodibroto, 2009).

b. Tes cairan Pleura (Nurtanio dkk., 2015)


Tes yang dilakukan terhadap spesimen cairan yang terdapat di dalam
rongga pleura untuk mengetahui penyebab timbunan cairan,
menunjang diagnosa, memantau perjalanan penyakit, menilai
efektivitas pengobatan dan komplikasi penyakit dan mengetahui
interpretasi hasil tes.
1. Kriteria Light
Dalam kriteria light, dapat membedakan antara eksudat dan
transudat. Light dapat mengidentifikasi efusi pleura sebagai
eksudat dengan kriteria : raiso total protein cairan pleura atau
serum > 0,5; rasio lactate dehydrogenase > 0,6; LDH cairan
pleura >200 IU/I. Pada gagal jantung sering terjadi kesalahan
karena gagal jantung kronik memiliki kadar protein yang sama
dengan efusi pleura.
2. Kriteria DEAS
Digunakan untuk membedakan efusi eksudat dan transudat.
Dalam DEAS atau Derajat Efusi Albumin Serum ini digunakan

9
cara menghitung selisih albumin pada serum dan juga pada
efusi pleura. Apabila bernilai 1,2gr/dl atau kurang maka
diindikasikan sebagai eksudat, sedangkan apabila lebih dari itu
maka diindikasikan sebagai transudat.
c. Ultrasonografi
Dilakukan untuk meninjau penebalan pleura di daerah tertentu dan
kelainan pleura lainnya. Selain itu, USG juga berfungsi sebagai
pengarah bagi operator tempat untuk dilakukan biopsi (Zainul, 2018)
d. CT Scan
Alat terbaik untuk memvisualisasikan efusi pleura. Dalam CT Scan
lebih sensitif terhadap efusi pleura dibandingkan dengan foto thoraks
(Zainul, 2018)
1.1.9 Penatalaksanaan Medis
1. Thorakosentesis
Pengelolahan pada efusi pleura yaitu ditujukan untuk mengobati
penyakit dasar dan pengosongan cairan atau yang disebut dengan
thorakosentesis. Pengambilan cairan pertamakali tidak boleh lebih dari
1000 cc karena dapat menyebabkan edema paru. Indikasi dilakukannya
thorakosentesis adalah sebagai berikut :
a. menghilangkan sesak napas akibat akumulasi cairan
b. . bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif
c. bila terjadi reakumulasi cairan
2. Water Seal Drainage
Water Seal Drainage adalah tindakan medis yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara dan cairan dari rongga pleura. Sistem drainase
yang baik akan mencegah cairan dan udara kembali ke dalam pleura
dan mengembalikan tekanan negatif intrapleura untuk memfasilitasi
pengembangan paru (George dan papagiannopoulus, 2015 dalam
Rosalina dkk., 2018).

10
1.1.10 Pathway

Adanya hambatan penurunan tekanan Proses infeksi


drainase limfatik osmotik koloid
dari rongga pleura plasma
Peradangan
permukaan pleura
Tekanan kapiler Transudasi cairan
paru meningkat intravaskuler

Edema

Efusi Pleura

Penumpukan cairan di rongga pleura Kurang pengetahuan

Defisit Ansietas
Ekspansi paru menurun pengetahuan

Napsu makan
Sesak napas Rusaknya turun
Nyeri dada
alveolar kapiler

Gangguan Kebutuhan nutrisi


pola napas Nyeri akut Tidak nyaman
gangguan pertukaran gas kurang dari kebutuhan
saat tidur
tubuh

Keletihan
Insomnia

Gangguan ADL
Produksi sekret

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

11
BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan yang sistematis dalam
pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data dari sumber primer (klien) dan
sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan) kemudian data dianalisis
sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan.
a. Identitas klien
Identitas klien terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, tanggal lahir,
suku/bangsa, status perkawinan, pendidikan, alamat, nomor register, tanggal
datang ke rumah sakit, dan tanggal pengkajian.
1. Nama dan jenis kelamin
Jenis kelamin tidak mempengaruhi seseorang terkena efusi pleura.
2. Umur dan tanggal lahir
Anak dan juga dewasa bisa terkena efusi pleura
3. Status perkawinan
Status perkawinan tidak mempengaruhi seseorang terkena efusi pleura.
4. Pendidikan
Status pendidikan tidak mempengaruhi seseorang terkena efusi pleura.
b. Riwayat Kesehatan yang terdiri dari :
1. Diagnosa medik
Sesuai diagnosa yang ditegakkan oleh dokter dengan penjelasan dari
singkatan-singkatan atau istilah medis terkait efusi pleura.
2. Keluhan Utama
Biasanya pada pasien didapatkan keluhan sesak napas, berat pada
dada, nyeri pleuritik akibat pleura yang tajam dan terlokalisisr.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan kronologis peristiwa terkait penyakit klien yang sekarang
dialami sejak klien mengalami keluhan pertama kalinya sampai klien

12
memutuskan pergi ke rumah sakit. Biasanya diawali dengan batuk, sesak
napas, nyeri pleuritik, berat pada dada dan berat badan turun.
4. Riwayat Kesehatan terdahulu
Adanya riwayat menderita TBC paru, pneumonia, gagal jantung,
trauma, dan lainnya
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga ada tidaknya yang pernah asma dan TBC paru dan
digambar melalui genogram minimal 3 generasi terdahulu dan diberi
tanda sesuai format yang ditentukan.
c. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan.
1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mendeskripsikan bagaimana pola kesehatan dan kesejahteraan
klien. Contohnya menjelaskan pada saat klien sakit apa klien lakukan
memilih berobat dengan meminum obat yang dibeli di warung atau ke
klinik terdekat.
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
Berisi tentang pola makan klien, berat badan, intake dan output
makanan makanan. Pada klien dengan efusi pleura biasanya mengalami
penurunan nafsu makan dikarenakan sesak napas dan penekanan struktur
abdomen
3. Pola Eliminasi
Berisi tentang karakteristik urin dan feses yang dikeluarkan.
Karakteristik tersebut meliputi frekuensi, jumlah, warna, bau, berat jenis.
Selain itu gangguan BAK dan BAB perlu diperhatikan. Pada klien
dengan efusi pleura penurunan peristaltik otot – otot traktus digestivus.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien dengan efusi pleura mengalami sesak napas yang membuat
kebutuhan O2 jaringan mengalami kekurangan, pasien mengalami
kelelahan dengan aktivitas minimal.
5. Pola istirahat dan tidur
Klien dengan efusi pleura mengalami sesak napas dan hipertermia dan
mempengaruhi kebutuhan tidur dan istirahat.

13
6. Pola persepsi sensor dan kognitif
Saat pengkajian berlangsung klien dengan efusi pleura biasanya masih
tetap sadar dan mampu menjawab pertanyaan dengan baik.
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Menjelaskan tentang gambaran diri, harga diri, ideal diri, dan peran
masing-masing individu. Pada klien dengan penyakit efusi pleura tidak
memiliki gangguan persepsi diri.
8. Pola peran dan hubungan sesama
Klien dengan gangguan efusi pleura tidak memiliki masalah dengan
hubungan dengan sesamanya.
9. Pola seksualitas
Penderita efusi pleura mengalami gangguan pola seksualitas karena
lemah
10. Pola koping
Manajemen koping setiap individu berbeda-beda tergantung dari
berbagai faktor. Pada klien dengan efusi pleura stresor yang mungkin
perlu ditanggulangi mengenai masalah gambaran diri dan harga diri.
11. Sistem nilai dan kepercayaan
Sistem nilai dan kepercayaan ini pada efusi pleura ini berkaitan dengan
klien percaya ia dapat sembuh atau tidak dan ia mampu melakukan
semua tindakan untuk kesembuhan dirinya.
d. Pengkajian Fisik
1. Keadaan umum
Pada klien gastroenteritis, klien akan merasa kesakitan karena
adanya penekanan tekanan, tampak pucat karena ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya karena adanya mual.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pada klien dengan gastroenteritisjuga sama dengan klien lainnya
pemeriksaan TTV meliputi pemeriksaan nadi, tekanan darah, pola
pernapasan, dan suhu tubuh.
3. Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala

14
Inspeksi : kepala simetris, perubahan distribusi rambut, dan kulit
kepala kering.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
dibagian kepala.
b) Mata
Inspeksi : teliti adanya edema periorbita, eksoftalmus (mata
menonjol), anemis (+), kesulitan memfokuskan mata, dan hilangnya
alis mata.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
pada kedua mata.
c) Telinga
Inspeksi : tidak adanya kelainan pada telinga.
Palpasi : tidak adanya nyeri dan benjolan yang abnormal.
d) Hidung
Inspeksi : kebersihan terjaga
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan.
e) Mulut
Inspeksi : mukosa mulut kering, tidak terdapat karang gigi, dan lidah
klien bersih.
Palpasi : tidak ada masalah.
f) Leher
Inspeksi : leher simetris
Palpasi : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan
pembesaran vena jugularis.
g) Dada
Pada efusi pleura hemithorax mengalami cembung dada yang sakit,
iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernapasan
menurun. Fokal fremius menurun terutama dengan jumlah cairan >
250 cc. Pada dada yang sakit ditemukan pergerakan dinding dada
yang tertinggal. Suara perkusi redup sampai pekak. Auskultasi suara
napas menurun sampai menghilang.
h) Abdomen

15
Pemeriksaan abdomen meliputi pemeriksaan pada bentuk perut,
dinding perut, bising usus, kaji adanya nyeri tekan serta dilakukan
palpasi pada organ hati, limfa, ginjal, kandung kemih, yang
ditentukan ada tidaknya nyeri pada pembesaran pada organ tersebut,
kemudian pada daerah anus, rectum, dan genitalia.
i) Ekstremitas
Pemeriksaan anggota gerak dan neurologi meliputi adanya rentang
gerak keseimbangan dan gaya berjalan, biasanya pada klien dengan
gastroenteritis tidak mengalami keluhan apapun
j) Kulit dan kuku
Pemeriksaan warna kulit biasanya warna sesuai dengan warna kulit
normal, warna kuku sedikit pucat serta CRT > 2 detik.
k) Keadaan lokal
Pengkajian terfokus pada kondisi local.
1.2.2 Diagonosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya
ekspansi paru akibat penumpukan cairan dalam rongga pleura dan
sesak napas
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi
mukus yang kental dan adanya upaya batuk
3. Nyeri akut berhubungan dengan berhungan adanya akumulasi
cairan berlebih didalam pleura
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan
kemampuan ekspansi paru dan rusaknya alveolar kapiler
5. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan napsu makan
6. Keletihan berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai okesigen
dengan kebutuhan oksigen
7. Gangguan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik dan letih
akibat sesak napas
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk menetap dan
sesak napas

16
9. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian yang
dibayangkan
10. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
terkait proses penyakit dan pengobatan

2.2 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


.
1. Domain 4. NOC NIC
Aktivitas / istirahat Tujuan: Airway management
Kelas 4. Respon Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan klien
kardiovaskular/ keperawatan selama 1 x 24 memaksimalka
pulmonal jam ketidakefektifan pola n posisi
(00032) napas klien dapat mendekati ventilasi
Ketidakefektifan normal dengan kriteria hasil: 2. Intruksikan
pola napas 1. RR klien dalam klien batuk
berhubungan dengan rentang normal efektif
menurunnya 2. Ritme 3. Beri oksigen
ekspansi paru akibat pernapasan jika diperlukan
penumpukan cairan normal 4. Monitor status
dalam rongga pleura 3. Suara perkusi respirasi dan
ditandai dengan pola diseluruh lapang oksigenasi
napas abnormal, paru Respiratory
ansietas, dan monitoring
keletihan otot 1. Monitor
pernapasan respiratory rate,
ritme
2. Monitor suara
napas
3. Palpasi untuk
ekspansi paru

17
4. Monitor
dyspneu dan
aktivitas yang
meningkatkan
dyspneu
5. Monitor hasil
x-ray klien
2. Domain 11. NOC NIC
Keamanan/ Tujuan: Airway management
perlindungan Setelah dilakukan tindakan 1. Buka jalan
Kelas 2. Cedera keperawatan selama 1 x 24 napas dengan
fisik jam ketidakefektifan mengangkat
(00031) bersihan jalan napas klien dagu atau
Ketidakefektifan dapat mendekati normal mendorng
bersihan jalan napas dengan kriteria hasil: rahang
berhubungan dengan 1. RR pada batasan 2. Posisikan klien
sekresi mukus yang normal untuk
kental ditandai 2. Irama pernapasan memaksimalka
dengan sekresi normal n aliran napas
sputum berlebih, 3. Hilangkan
perubahan pola sekret dengan
napas batuk efektif
4. Monitor status
respirasi dan
oksigenasi
5. Mencegah
hipoksia
3. Domain 12. NOC NIC
kenyamanan Kelas Tujuan: Pain management
1. Kenyamanan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan catat
fisik keperawatan selama 1 x 24 kualitas, lokasi
(000132) jam nyeri akut klien dapat dan durasi

18
Nyeri akut mendekati normal dengan nyeri
berhubungan dengan kriteria hasil: 2. Gunakan
berhungan adanya 1. Pasien tidak komunikasi
akumulasi cairan meringis terapeutik
berlebih didalam 2. Pasien tidak cemas 3. Kaji faktor
pleura ditandai 3. Pasien dapat yang dapat
dengan agen cidera beristirahat cukup meningkatkan
fisik dan
menurunkan
tingkat nyeri
4. Kontrol
lingkungan
klien terkait hal
yang
meningkatkan
nyeri
5. Ajarkan teknik
norfarmakologi
seperti gided
imagery,
distraksi dan
relaksasi

19
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


I. Identitas klien

Nama : Tn. D No. RM :-

Umur : 45 tahun Pekerjaan : Pegawai swasta

Jenis : laki-laki Status Perkawinan : Menikah


Kelamin

Agama : Islam Tanggal MRS : 5 Januari 2019

Pendidikan : Tamat SLTP Tanggal : 5 Januari 2019


Pengkajian

Alamat : Jalan DR. Sitanala Sumber Informasi : Klien dan keluarga


Banten

II. Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa Medik:
Efusi pleura
2. Keluhan Utama:
Nyeri dada dan
sesak
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Klien datang dengan keluhan batuk, sesak napas, nyeri dada, rasa berat pada dada,
berat badan turun. Saat dilakukan pengkajian nyeri dada yang dialami klien
memiliki skala 5 dari skala 1-10. Nyeri yang di rasakan klien seperti tertindih
beban berat, nyeri bertambah saat beraktifitas berat, dan berkurang saat
beristirahat. Klien takut terkait keadaannya saat ini. Klien dan keluarga tampak
resah. Klien juga mengatakan sulit BAB.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:
Klien pernah mengalami TB paru
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
20
Klien tidak memiliki riwayat
elergi.

21
c. Imunisasi:
Klien mengatakan terakhir imunisasi saat kecil
d. Kebiasaan/ pola hidup/ life style:
Kesehariannya klien jarang berolahraga
e. Obat obatan yang digunakan:
Pklien pernah menkonsumsi rifampisin.
5. Riwayat penyakit keluarga:
Keluarga klien mengatakan bahwa tidak terdapat riwayat penyakit dalam keluarga
III. Pengkajian Keperawatan
1. Pola nutrisi/ metabolik
a. Makan
Frekuensi : 3x sehari
Jenis : nasi, lauk, sayur dan buah
Porsi : 1 piring kecil
Keluhan : tidak nafsu makan
Makanan pantangan : tidak ada
Alergi : tidak ada
Suplemen yang di konsumsi : vitamin c

b. Minum
Jenis : air putih
Jumlah : 8 gelas
2. Pola Eliminasi:
BAB tidak teratur
BAK 300 cc perhari, warna kuning jernih.
3. Pola aktivitas dan latihan
Klien bekerja sebagai pegawai swasta. Klien jarang berolahraga.

c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum √

22
Toileting 

Berpakaian √

Mobilitas di tempat tidur √

Berpindah 

Ambulasi / ROM 

Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3: dibantu
alat, 4: mandiri
4. Pola tidur dan istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Durasi :
Menurut keluarga dan klien durasi tidur klien tidur siang rata –rata 2 jam
perhari sedangkan untuk tidur malam rata – rata 6 jam perhari
Gangguan tidur :
Klien mengatakan terkadang terbangun saat malam hari karena tidak nyaman
tidur
Keadaan bangun tidur :
Sebelum MRS klien tampak segar, langsung beraktivitas, sedangkan saat MRS
klien tampak lemah, wajah tidak segar.
Interpretasi : pola tidur dan istirahat klien terganggu, ditunjukkan dengan klien
berkata sering bangun saat tidur karena tidak nyaman
5. Pola kognitif dan perceptual
Fungsi Kognitif dan Memori:
Klien memiliki ingatan memory yang baik, tidak terdapat gangguan
Fungsi dan keadaan indera:
Fungsi panca indra klien dalam keadaan baik, klien dapat melihat dengan baik,
dapat merasakan panas ataupun dingin, dapat membedakan rasa . Klien dapat
mencium aroma dengan baik.
Interpretasi:
Fungsi kognitif dan persepsi klien berfungsi dengan baik
6. Pola persepsi diri

23
Gambaran diri :
Klien bersyukur masih diberi hidup, tetapi takut dengan penyakit yang ia
derita
Identitas diri :
klien merupakan seorang suami, sebagai kepala
keluarga. Harga diri :
klien tidak malu dengan keadaanya
Ideal diri :
klien ingin segara sembuh
Peran diri :
klien sebagai seorang suami
7. Pola seksualitas dan reproduksi
Pola seksualitas :
klien mengatakan tidak dapat melakukan pola seksualitas sesuai kebaisaan
Fungsi reproduksi :
klien tidak memiliki masalah terkait dengan reproduksi.
8. Pola peran dan hubungan
keluarga mengatakan hubungan klien dengan anggota keluarga baik
9. Pola manajemen koping stress
Klien selalu berkeluh kesah pada tuhannya
10. System nilai dan keyakinan
Klien yakin akan segara sembuh.
IV. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum :
Klien tampak sesak napas, kesadaran umum Compos Mentis
Tanda Vital :
 Tekanan Darah : 90/70 mm/Hg
 Nadi : 87 x/ menit
 RR : 35 x/ menit
 Suhu : 37,5ºC
Interpretasi :

24
fungsi tanda tanda vital ada yang mengalami gangguan yaitu RR 35 x/ menit
yaitu mengalami peningkatan pola pernapasan dan juga tekanan darah rendah
90/70 mm/Hg.

Pengkajian Fisik Head to Toe :


1. Kepala
Inspeksi :
Kondisi kepala baik, simestris, kulit kepala bersih, rambut tidak mudah
dicabut, distribusi rambut merata, tidak terdapat benjolan, tidak ada keluhan
Palpasi :
Tidak ada nyeri pada kepala
2. Mata
Inspeksi :
Tidak anemis, tidak lebam, tidak terdapat edema, mata simestris, bulu mata
rata dan berwarna hitam, pupil dan refleks cahaya normal
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
3. Telinga
Inspeksi :
Telinga bersih, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada perdarahan pada telinga,
tidak ada luka, pendengaran normal, simestris,
4. Hidung
Inspeksi :
Terdapat cuping hidung, kebersihan lubang hidung bersih, tidak terdapat
edema dan sekret, tidak terdapat polip.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
a. Mulut bersih, tidak terdapat bau mulut, terdapat mukosa mulut
b. Bibir : warna pucat, tidak ada stomatitis, tidak terdapat kelainan bentuk
c. Gusi : warna merah muda, tidak ada gingivitis, tidak ada perdarahan

25
d. Gigi : jumlah gigi 33, tidak terdapat pendarahan, abses, dan tidak
terdapat gigi palsu
e. Lidah :warna pucat dan gerakan lidah normal
f. Faring : warna merah muda, tidak terdapat peradangan, tidak ada
eksudat, tidak terdapat pembesaran tonsil
6. Leher
Inspeksi :
Simetris, warna kulit sama dengan sekitarnya , tidak terdapat jaringan parut,
tidak ada tekanan vena jugularis, tidak terdapat kaku kuduk dan mobilitas
leher normal
Palpasi :
Tidak teraba benjolan abnormal, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid,
dan kelenjar limpe.
7. Dada
Inspeksi :
Dada berbentuk normal, tidak ada kelainan tulang belakang, menggunakan
kateter thoraks
Palpasi :
Tidak terdapat edema, terdapat nyeri dada
Perkusi :
Fokal fremitus menurun
Auskultasi :
Suara ronchi
8. Abdomen
Inspeksi :
Bentuk perut datar simestris, tidak ada jaringan parut dan lesi, tidak terdapat
edema.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
Perkusi :
pekak
Auskultasi :

26
Terdengar bising usus 10x/ menit
9. Urogenita
l Inspeksi
:
Tidak terpasang kateter
10. Ekstermitas
Inspeksi :
Bentuk simestris, jumlah tangan dan kaki lengkap, panjang sama, tidak ada
fraktur.
Palpasi :
Tidak ada edema kaki, CRT < 2 detik
11. Kulit dan Kuku
Inspeksi :
kuku bersih pada kaki kanan dan kiri
Palpasi :
Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
12. Keadaan Lokal
Kondisi umum tampak lemah, pasien sadar

V. Terapi (jenis terapi, dosis, rute, indikasi, KI, implikasi keperawatan)


Menggunakan kateter dada

27
3.2 Analisis Data
No. Hari/Tgl/Jam Data Etiologi Masalah
keperawatan
1. Sabtu , 5 DS: Penurunan Pola napas
Januari 2019 Klien mengatakan ekspansi paru – tidak efektif
sesak paru
DO:
RR 35x/menit RR 35x/menit
Napas cuping
hidung sesak

Pola napas tidak


efektif

2. Sabtu , 5 Ds: Iritasi pada pleura Nyeri akut


Januari 2019 Klien
mengatakan
nyeri dada nyeri dada skala 5
Do:
Klien terlihat
meringis dengan Nyeri akut
skala nyeri 5

28
3. Sabtu , 5 Ds: takut akan penyakit Ansietas
Januari 2019 Klien yang ia derita
mengatakan sekarang
takut akan
penyakit yang ia Klien dan keluarga
derita sekarang tampak resah
Do:
Klien dan Ansietas
keluarga tampak
resah

4. Sabtu , 5 Ds: Terdengar bising Konstipasi


Januari 2019 Klien usus 10x/ menit
mengatakan sulit
BAB.
Do: perkusi abdomen
BAB tidak teratur pekak
, Terdengar bising
usus 10x/ menit, BAB tidak teratur
perkusi abdomen
pekak Klien mengatakan
sulit BAB.

Konstipasi

29
3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru ditandai
dengan pola napas abnornal (sesak), RR 35x/menit, pernapasan cuping hidung
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik ditandai dengan iritasi pleura, nyeri
skala 5, wajah tampak meringis
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan mayor status kesehatan ditandai dengan
klien dan keluarga tampak resah, takut akan penyakit yang ia derita sekarang
4. Konstipasi berhubungan dengan perilaku defikasi tidak teratur ditandai dengan bising
usus 10x/ menit, perkusi abdomen pekak

3.4 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


.
1. Domain 4. NOC NIC Perawatan
Aktivitas / Tujuan: Perawatan selang selang dada
istirahat Kelas 4. Setelah dilakukan dada (1872) (1872)
Respon tindakan keperawatan 1. Bantu klien 1. Memb
kardiovaskular/ selama 2 x 24 jam untuk batuk, antu
pulmonal ketidakefektifan pola napas dalam, klien
(00032) napas klien dapat merubah untuk
Ketidakefektifan mendekati normal posisi 2 jam bisa
pola napas dengan kriteria hasil: sekali menge
berhubungan Status Pernapasan 2. Ganti balutan luarka
dengan (0415) disekitar n
penurunan 1. Frekuensi selang dada sputu
ekspansi paru pernapasan tiap dua atau m,
ditandai dengan dipertahankan empat hari memb
pola napas pada deviasi sekali jika antu
abnornal (sesak), cukup berat dari diperlukan mena
RR 35x/menit, kisaran normal 3. Ganti botol mbah
pernapasan (2) ditingkatkan peralatan oksige

30
cuping hidung dengan deviasi drainase n
ringan dari selang dada masuk
kisaran normal atau multi- 2. Mence
(4) chamber gah
drain sesuai resiko
kebutuhan infeksi
untuk 3. Mence
menghindari gah
kepenuhan resiko
atau untuk infeksi
pengendalian 4. Mengh
infeksi. indari
4. Hindari sumbat
penyumbatan an
botol atau yang
peralatan dapat
drainase mengh
ketika masih ambat
terpasang aliran
pada pasien cairan
ketika dan
mengganti meghi
botol ndari
Pengaturan posisi resiko
(0840) infeksi
1. Dorong Pengaturan
pasien untuk posisi (0840)
terlibat dalam 1. Memb
perubahan eri
posisi dukun
2. Posisikan gan
pasien untuk pada

31
mengurangi pasien
dypsneu 2. Memb
misal posisi antu
semi flowler agar
tidak
sesak
2. Domain 12. NOC NIC Manajemen
kenyamanan Tujuan: Manajemen nyeri nyeri (1400)
Kelas 1. Setelah dilakukan (1400) 1. Mengu
Kenyamanan tindakan keperawatan 1. Berikan rangi
fisik selama 2 x 24 jam nyeri informasi kecem
(000132) akut dapat mendekati mengenai asan
Nyeri akut normal dengan kriteria nyeri, seperti klien
berhubungan hasil: penyebab yang
dengan agen Status kenyamanan nyeri, berapa dapat
cidera fisik (2008) lama nyeri mena
ditandai dengan 1. Kesejahteraan akan mbah
iritasi pleura, fisik dirasakan, nyeri
nyeri skala 5, dipertahankan dan 2. Mengu
wajah tampak pada banyak antisipasiketi rangi
meringis terganggu (3) daknyamana hal
ditingkatkan ke n akibat yang
sedikit terganggu prosedur dapat
(4) 2. Kendalikan mena
faktor mbah
lingkungan ketida
yang dapat knyam
mempengaru anan
hi respon klien
pasien 3. Mengh
terhadap indari
ketidaknyam penam

32
anan bahan
(misalnya nyeri
suhuruangan, klien
pencahayaan, dan
suara bising) menca
3. Gali bersama ri cara
faktor – menur
faktor yang unkan
dapat nyeri
menurunan klien
dan 4. Menur
memperberat unkan
nyeri nyeri
4. Pilih dan dengan
implementasi tindak
tindakan an
yang farmak
beragam ologi,
untuk nonfar
penurunan makol
nyeri misal ogi,
farmakologi, dan
nonfarmakol interpe
ogi, dan rsonal
interpersonal Pemberian
Pemberian analgesik
analgesik (2210) (2210)
1. Cek riwayat 1. Mengh
alergi obat indari
2. Pilih alergi
analgesik obat
atau 2. Menye

33
kombinasi suaika
analgesik n
yang sesuai kebutu
ketika han
pilihannya pasien
lebih dari 3. Distra
satu yang ksi
diberikan nyeri
3. Berikan
kebutuhan
kenyamanan
dan aktivitas
lain yang
dapat
membantu
relaksasi
untuk
memfasilitasi
penurunan
nyeri

3. Domain 9. NOC Penurunan Penurunan


Toleransi koping Tujuan: kecemasan (5280) kecemasan
stres Kelas 2 Setelah dilakukan 1. Gunakan (5280)
respon koping tindakan keperawatan pendekatan 1. Agar
fisik selama 2 x 24 jam yang klien
(000146) ansietas dapat mendekati menenangka tidak
Ansietas normal dengan kriteria n takut
berhubungan hasil: 2. Intruksikan dan
dengan Tingkat kecemasan teknik mena
perubahan mayor (1211) relaksasi mbah
status kesehatan 1. Perasaan gelisah 3. Bantu klien kecem

34
ditandai dengan dipertahankan mengenal asan
klien dan pada 2 situasi yang 2. Mengu
keluarga tampak ditingkatkan ke 4 menimbulkan rangi
resah, takut akan 2. Rasa cemas yang kecemasan kecem
penyakit yang ia disampaikan 4. Beri asan
derita sekarang secara lisan informasi 3. Mengu
dipertahankan terkait rangi
pada 2 diagnosa dan kecem
ditingkatkan ke 4 prognosa asan
penyakit dengan
mena
mbah
info
4. Mengu
rangi
kecem
asan
dengan
mena
mbah
info
4. Domain 3. NOC Manajemen Manajemen
Eliminasi dan Tujuan: Konstipasi (0450) Konstipasi
pertukaran Setelah dilakukan 1. Monitor (0450)
Kelas 2 fungsi tindakan keperawatan pergerakan 1. Meliha
gastrointestinal selama 2 x 24 jam usus meliputi t dan
Konstipasi konstipasi dapat frekuensi, mengk
(00011) mendekati normal konsistensi, aji
berhubungan dengan kriteria hasil: bentuk, terkait
dengan perilaku Kontinensi Usus (0500) volume, dan feses
defikasi tidak 1. Konstipasi warna klien
teratur ditandai dipertahankan dengan cara 2. Memb

35
dengan bising pada sering yang tepat antu
usus 10x/ menit menunjukkan (2) 2. Buat jadwal klien
ditingkatkan ke defekasi menja
jarang dengan cara dwalka
menunjukkan (4) yang tepat n
3. Intruksikan waktu
penggunaan defeka
laktasif yang si
tepat BAB
4. Intruksikan 3. Memb
diet tinggi antu
serat dengan melun
cara tepat akkan
BAB
4. Memb
antu
mence
rna
dengan
lebih
baik

3.5 Catatan Perkembangan

No. Hari/Tgl/ Diagnosa Imlementasi keperawatan Evaluasi Soamatif Paraf


jam keperawatan
1. 5 Januari Ketidakefektifan 1. Bantu klien untuk S : £
2019 pola napas batuk, napas dalam,  Klien Ns.
merubah posisi 2 jam mengatakan Ovin
sekali senang
2. Ganti botol peralatan dengan

36
drainase selang dada penjelasan
atau multi-chamber dan napas
drain sesuai kebutuhan masih cepat
untuk menghindari O :
kepenuhan atau untuk  Klien tampak
pengendalian infeksi. lebih tenang
3. Hindari penyumbatan  RR = 30 x/
botol atau peralatan menit
drainase ketika masih  N = 80x/
terpasang pada pasien menit
ketika mengganti botol  S = 36,5ºC
4. Dorong pasien untuk  TD = 120/ 80
terlibat dalam  CRT < 2
perubahan posisi A:
5. Posisikan pasien untuk  Masalah
mengurangi dypsneu teratasi
misal posisi semi sebagaian
flowler P:
 Observasi
pola napas
 Lanjutkan
intervensi,
ganti balutan
luka

2. 5 Januari Nyeri akut 1. Berikan informasi S: £


2019 mengenai nyeri,  Klien Ns.
seperti penyebab nyeri, mengatakan Ovin
berapa lama nyeri akan sudah tidak
dirasakan, dan terlalu nyeri
antisipasiketidaknyam O:

37
anan akibat prosedur  Klien tenang
2. Kendalikan faktor A :
lingkungan yang dapat  Masalah
mempengaruhi respon teratasi
pasien terhadap sebagaian
ketidaknyamanan P : lanjutkan
(misalnya intervensi,
suhuruangan, tambahkan
pencahayaan, suara kebutuhan
bising) kenyamanan dan
3. Gali bersama faktor – aktivitas lain yang
faktor yang dapat dapat membantu
menurunan dan relaksasi untuk
memperberat nyeri memfasilitasi
4. Pilih dan implementasi penurunan nyeri
tindakan yang beragam
untuk penurunan nyeri
misal farmakologi,
nonfarmakologi, dan
interpersonal
5. Pilih analgesik atau
kombinasi analgesik
yang sesuai ketika
pilihannya lebih dari
satu yang diberikan

3. 5 Januari Ansietas 1. Gunakan pendekatan S: £


2019 yang menenangkan  Klien Ns.
2. Intruksikan teknik mengatakan Ovin
relaksasi sedikit tidak
3. Bantu klien mengenal takut lagi
situasi yang O :

38
menimbulkan  Klien sedikit
kecemasan tenang terkait
4. Beri informasi terkait ketakutan
diagnosa dan prognosa tadi
penyakit A:
 Masalah
teratasi
sebagaian
P : lanjutkan
intervensi

4. 5 Januari Konstipasi 1. Monitor pergerakan S :


2019 usus meliputi  Klien dapat
frekuensi, konsistensi, defekasi
bentuk, volume, dan O :
warna dengan cara  Suara
yang tepat abdomen
2. Buat jadwal defekasi timpani
dengan cara yang tepat A:
3. Intruksikan  Masalah
penggunaan laktasif teratasi
yang tepat P:-
Intruksikan diet tinggi
serat dengan cara tepat

39
BAB 4.

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Efusi pleura merupakan penumpukan cairan berupa transudat maupun eksudat


yang terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi di kapiler
dan pleura viseralis. Penyebab efusi pleura adalah

a. Adanya hambatan drainase limfatik dari rongga pleura


b. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan
terjadinya transudasi cairan yang berlebihan
c. Adanya proses infeksi atau peradangan permukaan pleura dari rongga
pleura dapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan
memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga
secara cepat

4.2 SARAN
a. Untuk penderita
Diharapkan untuk selalu mejaga kesehatan, dan meningkatkan derajat
kesehatannya
b. Untuk keluarga
Memberikan dukungan fisik maupun psikologis agar segera sembuh
c. Untuk tenaga kesehatan
Selalu memberikan pelayan kesehatan yang optimal pada klien dan keluarga

40
DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, R. D. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine ). Jakarta : EGC

https://books.google.co.id/books?id=pGouqExB2WYC&pg=PA61&dq=pemeriksaan+p
enunjang+efusi+pleura&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwixkunFl6rlAhVOH7cAHcjECt8
Q6AEIQjAF#v=onepage&q=pemeriksaan%20penunjang%20efusi%20pleura&f=false

Harjanto, A. R., Nurdin, F., dan Rahmanoe, M. 2018. Efusi Pleura Sinistra Masif Et Causa
TB pada Anak. Majoruty : 7 (3)

Lantu,M. G., Loho, E., dan Aji, R. H. 2016. Gambaran foto thoraks pada efusi pleura di
bagian/SMF Radiologi FK UNSRAT RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode
November 2014 – Oktober 2015. Jurnal e-Clinic : 4 (1)

Muttaqin, A. 2012. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernapasan. Makassar : Penerbit Salemba Medika

Nurtanio, G. M., Widaningsih,Y., dan Sennang, N. 2015. Evaluasi Derajat Efusi Albumin
Serum Dan Kriteria Light Dalam Menentukan Jenis Efusi Pleura. Jurnal Kedokteran
Dan Kesehatan WADI HUSADA : 2 (1)

Puspita, I., Soleha, T. U., dan Berta, G. 2017. Penyebab Efusi Pleura di Kota Metro pada
Tahun 2015. JagromedUnila. 4(1).

Rosalina, Sukarno dan Yudanari, Y. G. 2018. Perbedaan Kecepatan Pengembangan Paru


Sebelum Dan Sesudah Latihan Pernapasan Diafragma Dalam Upaya Mempercepat
Pelepasan Water Seal Draignase. Indonesian Journal of Nursing Research. 1 : (2)

Zainul, A. M. 2018. Karakteristik Penderita TB Pleura Yang Dilakukan Pemeriksaan


Adenosine Deaminase Dan Gene Xpert di RSUP H. Adam Malik Medan. Universitas
Sumatera : Sumatera

41

Anda mungkin juga menyukai