Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN LETAK

SUNGSANG DI RUMAH SAKIT DAERAH

dr. SOEBANDI JEMBER

oleh
Ella Shafira Ramadhani Muksin
NIM 212311101138

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2022
1

1. Kasus (masalah utama) (diagnosa medis)


Letak sungssang

2. Proses Terjadinya Masalah


a. Letak Sungsang
1) Pengertian Letak Sungsang
Presentasi sungsang mengacu pada janin dalam posisi longitudinal dengan
bokong atau ekstremitas bawah memasuki panggul terlebih dahulu (Gray dan
Shanahan, 2020). Letak sungsang merupakan salah satu bentuk malpresentasi janin
yang paling lazim ditemukan pada ibu hamil, dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni: presentasi bokong, presentasi
bokong-kaki sempurna, presentasi bokong-kaki tidak sempurna dan
presentasi kaki (Ilhamjaya dan Tawali, 2020). Presentasi sungsang pada kehamilan
prematur dan cukup bulan dikaitkan dengan faktor risiko seperti oligohidramnion,
hambatan pertumbuhan janin, dan anomali kongenital. Persalinan sungsang
pervaginam merupakan faktor risiko morbiditas neonatal jangka pendek, dan oleh
karena itu, persalinan sungsang pervaginam hanya dapat dilakukan untuk pasien
tertentu (Toijonen dkk., 2020).

2) Penyebab Letak Sungsang


Berikut penyebab sungsang (Gray dan Shanahan, 2020; Ilhamjaya dan Tawali,
2020; Toijonen dkk., 2020):

– Prematuritas – Aneuploidy

– Multipara – Kelainan kongenital

– Gemelli – Anomali mullerian

– Oligohidramnion – Leiomioma uterus

– Plasenta previa – Hidrosefalus


2

– Panggul sempit – Polaritas plasenta

– Obesitas maternal – Riwayat presentasi bokong saat aterm


meningkatkan risiko berulang
– Hambatan pertumbuhan janin
– Merokok

3) Patofisiologi Letak Sungsang


Proses terjadinya letak sungsang dalam Hidayati, 2019 addalah sebagai berikut.
Letak janin dalam uterus tergantung adaptasi janin dalam ruang uterus. Air ketuban
pada minggu ke 32 relatif lebih banyak, sehingga janin dapat bergerak dengan mudah,
posisi janin dapat dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada
trimester akhir janin tumbuh cepat sedangkan jumlah air ketuban berkurang.
Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka
bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala
berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Maka dapat dipahami, pada
kehamilan belum cukup bulan, prevalensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada
kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.
Namun, beberapa fetus tidak demikian, ada sebagian yang tetap berada dalam posisi
sungsang.

4) Tanda Gejala Letak Sungsang


– Ketidaknyamanan di daerah subcostal: Rasa tidak nyaman pada bagian panggul
hingga tulang rusuk. Rasa sakit seperti perut melilit, nyeri saat haid pada penderita
kista.
– Letak kepala: Jika diperiksa, akan terlihat kepala bayi berada di bagian atas
umbilikus atau bagian pusar sang ibu. Bagian punggung bayi akan bergerak terus
hingga terasa kepala bayi ada di bagian fundus.
– Letak detak jantung: Melalui pemeriksaan USG pada minggu ke-32 hingga ke-35.
Letak detak jantung janin yang berada dalam posisi normal akan terdengar dari
bagian bawah pusar ibu.
3

– Pemeriksaan vagina: Saat ibu sudah mengalami tanda-tanda akan melahirkan.


Pemeriksa tidak menemukan massa keras yang terlihat seperti kepala bayi dan
yang terlihat di bagian pertama bayi yaitu pantat bayi atau kaki bayi.
– Bentuk massa yang tidak teratur di bagian panggul ibu: Saat pemeriksaan palpasi
abdomen, biasanya akan terlihat bentuk massa yang tidak teratur pada bagian
panggul. Hal ini menjadi pertanda bukan kepala janin yang pertama turun ke
bagian panggul, melainkan punggung bayi.
(Elfriestha dan Marbun, 2020)

5) Klasifikasi Letak Sungsang


Tiga jenis presentasi Sungsang antara lain (Gray dan Shanahan, 2020):
– Frank Breech: janin mengalami fleksi kedua pinggul, dan tungkai lurus dengan
kaki di dekat wajah janin.
– Complete Breech: janin duduk dengan fleksi kedua pinggul dan kedua kaki dalam
posisi melipat.
– Footling Breech: hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain
terangkat ke atas.

6) Komplikasi Letak Sungsang


Hasil penelitian yang membandingkan angka komplikasi kelahiran dengan
letak sungsang antara sesar dan pervaginam menunjukkan, angka komplikasi janin
tertinggi pada persalinan pervaginam yang diinduksi, dan terendah pada kelompok
sesar. Kebutuhan untuk dirawat di ICU dan skor APGAR yang lebih rendah pada
menit ke-5 sama pada semua kelompok. Komplikasi yang dialami janin ditemukan
fraktur klavikula dan femur, hematoma sefalika, perdarahan intrakranial,
pneumotoraks dan cedera pleksus brakialis. Hematoma dan laserasi vagina paling
tinggi dengan persalinan vagina yang diinduksi (Gunay dkk., 2020).
4

7) Penatalaksanaan Letak Sungsang


Berikut manajemen persalinan dengan kondisi letak sungsang (Pramana, 2019):
a) Penanganan sewaktu hamil
– Bersujud:
Cara termudah dan teraman untuk mengubah posisi janin sungsang adalah knee
chest position setiap hari sebanyak 2 kali sehari, masing-masing selama 10 menit.
Biasanya bayi akan berputar dan posisinya kembali normal, yaitu kepala berada di
bagian bawah rahim. Saat ANC bidan atau dokter akan melakukan palpasi untuk
memeriksa posisi janin. Jika belum berhasil, maka latihan diulangi dan dilanjutkan
setiap hari. Latihan hanya efektif dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 37
minggu.
– Pengubahan posisi janin versi luar:
Versi luar adalah tindakan untuk merubah letak anak yang dikerjakan dengan dua
tangan dari luar, dan dipergunakan untuk mengubah presentasi bokong menjadi
presentasi kepala, atau mengubah letak lintang menjadi presentasi bokong atau
presentasi kepala.
Indikasi:
o Primi dengan usia kehamilan 34 minggu
o Multi dengan usia kehamilan 36 minggu
o Tanpa panggul sempit, gemeli, atau plasenta previa
Syarat:
o Pada inpartu dilakukan sebelum pembukaan 4 cm
o Bagian terendah belum masuk atau masih dapat dikeluarkan dari pintu atas
panggul
o Bayi dapat dilahirkan pervaginam
o Ketuban masih positif utuh

Kontra indikasi:
o Hipertensi, karena dapat terjadi solusio plasenta
o Adanya jaringan parut dalam rahim (misalnya pada bekas SC atau
enukleasi/miomektomi dari mioma uteri)
o Kehamilan ganda
5

o Hidramnion, karena sukar dilakukan dan posisi janin mudah kembali ke posisi
semula.
o Hidrosefalus
o Perdarahan antepartum
o Preeklampsia atau Eklampsia
Cara mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala:
o Mobilisasi (penolong berdiri di samping kanan ibu dengan menghadap kekaki ibu.
Tangan kiri dan kanan memegang bokong, kemudian dikeluarkan dari rongga
pelvis).
o Eksenterasi (setelah bokong bebas, bokong dikesampingkan (ke fossa iliaka).
o Rotasi (penolong menghadap ke muka ibu. Janin diputar hingga kepala terdapat di
bawah. Arah pemutaran ke arah yang mudah, yang sedikit tahanannya ke arah
perut janin supaya tidak terjadi defleksi atau tali pusat menunggang).
o Fiksasi (setelah kepala berada di bawah, kepala difiksir).
b) Penanganan Persalinan
– Fase 1 : Fase menunggu: Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan
observasi.
– Fase II : Fase bertindak cepat: Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat
akan tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu dalam
8 menit, untuk mempercepat lahirnya janin dapat dilakukan manual.
– Cara pertolongan partus sungsang:
i. Spontan Bracht
ii. Partial Extraction/Manual Aid:
o Melahirkan bahu dengan cara/teknik: Muller, Klasik, Lovseet
o Melahirkan kepala dengan cara/teknik: Mauriceau
o Full Extraction (dilakukan hanya bila ada indikasi mengakhiri persalinan atau
memperingan kala II) : Ekstraksi bokong, Ekstraksi kaki

I. Cara Melahirkan Bokong


Prasat Brach
6

Menolong Persalinan dengan cara Brach


- Setelah bokong lahir, bokong dan paha janin dicekam dengan kedua tangan,
sedemikian hingga kedua ibu jari + sejajar pada pangkal paha dan 4 jari lainnya
menggenggam bokong; disertai ekspresi Kristeller oleh asisten (dorongan tangan
menuju panggul).
- Setelah ujung tulang scapula lahir, bokong diarahkan ke atas perut itu untuk menambah
lordose. Tidak boleh melakukan tarikan pada janin karena lengan dapat menjungkit ke
atas. Ekspresi dari luar tetap.

- Bokong tetap diarahkan ke perut ibu, hingga kedua lengan lahir.

- Ekspresi dari luar tetap, hingga mulut dan hidung bayi tampak dari vulva. Sisa kepala
dilahirkan dengan mengarahkan punggung bayi ke perut ibu.

II. Cara Melahirkan Bahu


Cara Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian
melahirkan bahu dan lengan belakang.
- Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan
sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain
mencengkram bagian depan.
- Badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di
bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya.
- Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang
lahir.

Cara Klasik/Deventer
7

Prinsip melahirkan lengan belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang
yang luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawah simpisis.
- Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya
dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.
- Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah
mengusap muka janin.
- Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan
penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung
ibu.
Cara Lovset
- Setelah bokong dan kaki bayi lahir, pegang pinggul bayi dengan kedua tangan
- Putar bayi 180° sambil tarik ke bawah dengan lengan bayi yang terjungkit ke arah
penunjuk jari tangan yang menjungkit, sehingga lengan posterior berada di bawah
simfisis (depan).
- Bantu lahirkan dengan memasukkan satu atau dua jari pada lengan atas serta menarik
tangan ke bawah melalui dada sehingga siku dalam keadaan fleksi dan lengan depan
lahir.
- Untuk melahirkan lengan kedua, putar kembali 180° ke arah yang berlawanan ke
kiri/ke kanan sambil ditarik sehingga lengan belakang menjadi lengan depan dan lahir
di depan.
8

Manuver Lovset

III. Melahirkan Kepala (dengan cara Mauriceau Smellie Veit)


- Masukkan tangan kiri penolong ke dalam vagina.
- Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-oleh menunggang
kuda (untuk penolong kidal letakkan badan bayi di atas tangan kanan).
- Letakkan jari telunjuk dan jari manis kiri pada maksila bayi dan jari tengah di dalam
mulut bayi.
- Tangan kanan memegang/mencengkam tengkuk bahu bayi, dan jari tengah mendorong
oksipital sehingga kepala menjadi fleksi.
- Dengan koordinasi tangan kiri dan kanan secara hati-hati tariklah kepala dengan
gerakan memutar sesuai dengan jalan lahir.

Bila kemacetan pada kelahiran kepala (After coming head), perlu dilakukan tindakan atau
manuver-manuver dengan Forceps Piper, Noujok: Bila kepala masih tinggi, Wigand
Martin wingkel
Melahirkan dengan Forceps piper :
9

Kedua kaki janin dipegang oleh seorang pembantu dan diangkat keatas. Kemudian cunam
dipasang melintang terhadap kepala dan melintang terhadap panggul. Setelah dengan
tarikan pada cunam batas rambut kepala janin tampak di bawah simfisis, dengan batas
tersebut sebagai titik pemutaran, lambat laun muka bayi dilahirkan melalui perineum,
disusul oleh bagian kepala yang berambut.
10

b. Pohon Masalah
Pada Ibu
Hidramnion, janin
Panggul sempit,
kecil (prematur), Plasenta previa, Gemeli hidrosefalus
multipara tumor pelvis
Lilitan tali pusat/tali Posisi tubuh Kepala sulit
Anak leluasa Menghalangi kepala pusat pendek menyesuaikan menyesuaikan jalan
bergerak karena turun ke panggul anatomi uterus lahir
mobilisasi
Letak sungsang

Pervagina

Perubahan fisiologis
Sistem saraf dan
eliminasi bowel Sistem
Sistem integumen kardiovaskuler
Post anastesi

Perubahan medulla Kerja pons Jaringan terputus Jaringan terbuka Perdarhan Perubahan laju aliran
oblongata darah
Kerja otot eliminasi Gangguan Invasi bakteri Volume darah
Penurunan reflek Integritas Kulit menurun Aliran menuju
batuk Gangguan peristaltic Risiko Infeksi uteroplasenta
usus Stimulus sensori Risiko perdarahan terhenti
Akumulasi secret
-Inkontinensia Nyeri Akut Risiko Hipovolemia Penurunan Curah
Bersihan Jalan Fekal Jantung
Napas Tidak -Konstipasi Risiko Syok
Efektif
11

Perubahan fisiologis Pemisahan ruang rawat ibu dan bayiRisiko Gangguan Perlekatan

Ketidaknyamanan Pasca Partum


Sistem Eliminasi Urin Sistem endokrin

Distensi kandung kemih Progesterone


esterogen Perubahan psikologis
Penurunan sensitivitas
Kontraksi uterus Merangsang Penambahan anggota keluarga
dan sensasi kandung
produksi ASI baru
kemih
Involusi tidak efektif
Prolaktin
Masa krisisAnsietas
Gangguan Eliminasi Perdarahan
Urin Isapan bayi
Kurang informasi Pencapaian peran menjadi orang
Hb
Merangsang laktasi tua
Inkontinensia Urin
Urgensi O2 ke jaringan oksitosin Defisit Pengetahuan

Pola Napas Tidak Pengeluaran ASI Tidak efektif


Kurang pengetahuan
Efektif
perawatan organ kemih Menyusui Tidak
Efektif
Fatigue Efektif
Defisit perawatan diri Menyusui Efektif
Intoleransi Aktifitas
Nutrisi bayi
terpenuhi
12

Pada Bayi

Letak sungsang Risiko cidera pada janin

Persalinan normal Section cesaerea

Persalinan lama

Suplai O2+nutrisi ke
plasenta terganggu

Hipoksia intra uteri

Risiko gawat janin

Fetal distress

Kematian janin
13

3. Proses Keperawatan
a. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1) Anamnesa
a) Identitas Klien: nama, tanggal lahir/umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat, penghasilan.
b) Identitas Penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, hubungan
dengan keluarga, pekerjaan, alamat, penghasilan.

2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama: biasanya ibu mengeluh nyeri pada bagian jalan lahir,
lelah, ingin bertemu dengan bayinya.
b) Riwayat menstruasi: HPHT untuk menentukan perkiraan persalinan dan
umur kehamilan, umur menarche, jumlah darah, gangguan haid, flour
albus.
c) Riwayat kehamilan dan nifas lalu: Riwayat kehamilan premature, multi
para, riwayat kelainan letak sungsang, hydramnion, placenta previa,
panggung sempit berisiko untuk terjadi kelainan letak sungsang, ditolong
siapa, jenis persalinan, tempat persalinan, keadaan setelah persalinan,
keadaan bayi, kontrasepsi yang digunakan setelah persalinan lalu.
d) Riwayat kesehatan: Penyakit yang pernah diderita ibu apakah ibu atau
keluarga menderita DM, HT, penyakit jantung, ginjal, dan pernapasan.
e) Riwayat kehamilan sekarang: beerapa kali ANC, apa saja yang didapat
selama ANC. Letak sungsang bisa terjadi pada kehamilan primi atau
multigravida terutama pada multigravida. Letak sungsang biasanya terjadi
pada usia kehamilan <32 minggu karena pada usia kehamilan tersebut air
ketuban masih banyak yang memudahkan janin bererak dan mudah terjadi
letak sunsang, tetapi masih bisa kembali pada posisi letak kepala sampai
usia kehamilan <37 minggu. Pada usia kehamilan trimester 3 letak
sungsang sudah tidak dapat kembali ke posisi kepala. Tinggi fundus uteri
pada kehamilan sungsang sesuai dengan usia kehamilan.
14

f) Riwayat kesehatan sekarang: mengetahui ada tidaknya penyakit yang


sedang diderita saat ini.
g) Riwayat psikososial dan budaya: mengetahui keadaan keluarga,
lingkungan, dan budaya yang dapat mempengaruhi proses kehamilan,
masa nifas, dan tumbuh kembang janin.

3) Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar


a) Aktivitas dan istirahat: kegiatan sehari-hari, waktu istirahat selama 24
jam.
b) Nutrisi dan Cairan: Tidak ada diit khusu pada kehamilan sungsang. Tetapi
kualitas makanan pada ibu hamil diperhatikan, berhubungan dengan
pertumbuhan janin.
c) Eliminasi: Keluhan yang sering muncul kontipasi dan sering bak. Karena
pengaruh hormon progesteron yang mempunyai efek rileks terhadap otot
polos salah satunya otot usus.
d) Personal Hygiene: mengidentifikasi kebersihan ibu, berapa kali mandi,
berganti pakaian, cara membersihkan organ reproduksi.
e) Kebiasaan lain: ada atau tidaknya perilaku yang dapat membahayakan
kehamilan seperti merokok, minum alkohol, jamu dan tradisi yang kliru.

4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum: baik/cukup/lemah
b) Kesadaran: umumnya composmentis
c) TTV:
– TD: normal 110-120mmHg/70-80mmHg
– Nadi: 70-90x/menit
– Napas: 12-20x/menit
– Suhu: 36-37OC
– BB: penambahan >1/2Kg perminggu waspada preeklamsi,
penambahan BB normal 9-10Kg hingga akhir kehamilan.
– TB: <145 waspada CPD (Cephalopelvic Disproportion)
15

d) Kepala
– Rambut : warna, kebersihan, mudah rontok/tidak
– Muka : cloasma, jerawat, sianosis, berkeringat
– Mata : sklera, conjungtiva, anemi/tidak, kotoran/secret
– Telinga: kebersihan, gangguan pendengaran
– Hidung: kebersihan, pernafasan cuping hidun, polip
– Mulut: karies gigi, kebersihan mulut dan lidah, kelembaban bibir,
stomatitis, peradangan gusi
e) Leher: pembesaran kelenjar limfe, tiroid, vena jugularis
f) Dada: retraksi dada, denyut jantung teratur, wheezing
g) Payudara: bentuk: betuk simetris/tidak, hiperpigmentesi aerola, kondisi
putting susu, pengeluaran kolostrum terjadi kehamilan trimester tiga.
h) Abdomen: Pembesaran perut dan TFU sesuai waktu postparum. Striase
gravidarum, luka bekas operasi, linea nigra, diastasis rectum abdominalis.
i) Vulva dan Perineum: Keadaan vulva bersih atau kotor, pengeluaran
pervagina bila berupa cairan, seperti air berarti ketuban sudah pecah, bila
darah dan lendirberarti permulaan persalinan, bila ada varices resiko
terjadi perdarahan, bila ada luka resiko terjadi infeksi
j) Anus: Bila ada hemoroid resiko terjadi perdarahan
k) Ektremitas: melihat adanya oedem atau tidak, reflek patella, bila reflek
patella, resiko kelemahan waktu mengejan, kekuatan otot.

5) Pemeriksaan Penunjang
a) Ultrasonografi: menunjukkan hasil gambaran posisi janin
b) MRI (Magnetic Resonance Imaging): membantu mmperjelas gambaran
letak plasenta dan menemukan cacat bawaan
c) Foto rontgen (bila perlu): untuk menentukan posisi tungkai bawah,
konfirmasi letak janin serta fleksi kepala, menentukan adanya kelainan
bawaan anak.
16

b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut
2) Risiko Gangguan Perlekatan
3) Ketidaknyamanan Pasca Partum
4) Intoleransi Aktifitas
5) Menyusui Tidak Efektif/Efektif
6) Risiko Infeksi
7) Risiko Cidera Pada Janin
8) Ansietas
9) Inkontinensia Urin Urgensi
10) Defisit Pengetahuan
11) Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua
12) Risiko Perdarahan
13) Konstipasi
14) Inkontinensia Fekal
15) Gangguan Integritas Kulit
16) Gangguan Eliminasi Urin
17) Defisit Perawatan Diri
18) Pola Napas Tidak Efektif
19) Risiko Gawat Janin
20) Penurunan Curah Jantung
21) Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
22) Risiko Hipovolemia
23) Risiko Syok
17

1) Rencana Tindakan Keperawatan

No Luaran Intervensi

Diagnosa (Moordead, 2016; Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (Bulechek, 2016; Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
2019)
(Herdman, T.
Kamitsuru, 2014; Tim
Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017)

1 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, fekueni, kualitas dan intensitas
1x2 jam maka Nyeri Menurun dengan kriteria hasil: nyeri
Nyeri Akut b.d proses
biokinia dan 2) Identifikasi skala nyeri
kerusakan mekanis
jaringan selama a)Keluhan Nyeri: 5 3) Indentifikasi respon nyeri non verbal
persalinan b)Meringis: 5 4) Indentifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri

c)Sifat Protektif: 5 5) Indentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

d)Gelisah: 5 6) Berikan teknik non farmakologis untuk mengadaptasikan pasien dengan


rasa nyeri (misalnya tens, hypnosis, akupressur, terapi music,
e)Kesulitan tidur: 5 biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, imajinasi terbimbimbing, kompres
hangat/dingin)
f)Anoreksia: 5
7) Control lingkungan yang memperberat nyeri (mis. Suhu, ruangan,
g)Frekuensi Nadi: 5
pencahayaan, kebisingan)
h)Pola Nafas: 5
8) Fasilitasi istirahat dan tidur
i)Tekanan Darah: 5
9) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan startegi
18

meredakan nyeri

10) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, jelaskan strategi beraaptasi
dengan nyeri

11) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri

12) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk beradaptasi dengan nyeri

2 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1) Identifikasi faktor yang potensial menyebabkan hambatan perlekatan
3x30 menit maka Pengetahuan: Perawatan Bayi
Risiko Gangguan ditingkatkan menjadi Banyak dengan kriteria hasil 2) Identifikasi kemampuan keluarga dalam menerima banyaknya informasi
Perlekatan klien mengetahui tentang: 3) Beri media sumber informasi yang mudah diakses orang tua
d.d a)Memegang bayi dengan tepat: 4 4) Identifikasi faktor personal yang berdampak pada keberhasilan program
keterpisahan ruang b)Memposisikan bayi dengan tepat: 4
perawatan bayi 5) Rancang program pendidikan yang sesuai dengan kekuatan keluarga
dengan ibu c)Praktik keselamatan bayi: 4 6) Fasilitasi diskusi orang tua terkait metode disiplin yang ada
d)Teknik pemberian makan bayi: 4 7) Gunakan teknik bermain peran dalam mengajarkan teknik komunikasi
e)Memandikan bayi: 4 atau cara stimulasi anak

f) Metode stimulasi bayi: 4 8) Gunakan teknik simulasi dalam memberikan pendidikan dan keterampilan
mengenai capaian kriteria hasil

9) Lakukan evalusi keterampilan orang tua dalam kesiapan perlekatan orang


tua dan bayi

10) Evaluasi kesiapan orang tua dalam perawatan dan pengasuhan bayi
19

3 Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1) Monitor tanda vital


selama 1x5 jam maka Status Kenyamanan
Ketidaknyamanan Pascapartum dan Dukungan Keluarga 2) Periksa perineum atau robekan (REEDA)
Pasca Partum Meningkat dengan kriteria hasil: 3) Evaluasi perubahan fisik dan psikologis ibu
b.d
4) Identifikasi kesediaan keluarga dalam memberikan perawatan ibu
trauma perineum, a)Keluhan tidak nyaman: 5
involusi uteri, 5) Dukung ibu untuk melakukan ambulasi dini
pembengkakan b)Luka episiotomi: 5 6) Berikan kenyamanan pada ibu
payudara, kurang
dukungan c)Tekanan darah: 1 7) Fasilitasi ikatan tali kasih ibu dan bayi secara optimal
d)Payudara bengkak:1 8) Diskusikan kebutuhan aktivitas dan istirahat selama masa postpartum
e)Verbalisasi keluarga terhadap dukungan 9) Jelaskan tanda bahaya nifas pada ibu dan keluarga
perawatan: 5
10) Dorong pelibatan keluarga dalam perawatan ibu postpartum
f) Bekerjasama dengan anggota keluarga
danpetugas untuk pilihan perawatan: 5

4 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebeum dan sesudah
3x15 menit maka Konservasi Energi Meningkat aktivitas
Intoleransi Aktifitas dengan kriteria hasil:
2) Monitor kondisi unum selama ambulasi
b.d
3) Libatkan keluarga untuk membantu klien dalam meningkatkan ambulasi
keluhan lelah, a)Aktivitas yang direkomendasikan: 5
berkurangnya volume 4) Identifikasi gangguan fungsi tubuh (selain kondisi postpartum) yang
darah yang b)Strategi yang tepat untuk menyeimbangkan mengakibatkan kelelahan
mengakibatkan aktivitas dan istirahat: 5
ambilan O2 jaringan 5) Monitor pola dan jam tidur
20

menurun c)Mekanika tubuh yang tepat: 5 6) Lakukan latihan rentang gerak (senam nifas)

d)Teknik menyederhanakan pekerjaan: 5 7) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap dan konsisten

8) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

9) Beri contoh mekanika tubuh yang tepat

10) Fasilitasi lingkunga yang nyaman dan aman untuk beraktivitas

5 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1) Monitor pernapasan bayi


1x5 jam maka Status MenyusuiMembaik dengan
Menyusui Tidak kriteria hasil: 2) Monitor perdarahan dan tanda vital setelah melahirkan
Efektif
3) Beri kesempatan rawat gabung
b.d
a)Perlekatan bayi pada payudara ibu: 5 4) Fasilitasi ibu semi fowler dan mengambil posisi yang nyaman
produksi ASI tidak
adekuat, kurang b)Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan 5) Buka pakaian atas ibu
keteramplan, tidak benar: 5 6) Buka pakaian atas bayi
rawat gabung
c)Miksi bayi>8x/24 jam: 5 7) Letakkan bayi posisi tengkurap di antara payudara ibu
d)Tetesan/pancaran ASI: 5 8) Pindahkan bayi selesai menyusu, saat melepaskan puting ibu
e)Kepecayaan diri ibu: 5 9) Beri pujian dan motivasi ibu untuk sering menyusui
f)Hisapan bayi: 5 10) Monitor miksi bayi
21

11) Monitor pancaran ASI dan hisapan bayi


22

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6. Singapore: CV.
Mocomedia.

Chauhan, G. dan P. Tadi. 2020. Physiology, Postpartum Changes.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555904/ [Diakses pada November 14, 2020].

Dawadi, P., A. S. Bhatta, dan J. Shakya. 2020. Factors associated with postpartum depressive
symptoms in community of central nepal. Psychiatry Journal. 2020:1–7.

Djami, M. 2018. PROSES ADAPTASI FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI IBU NIFAS.


https://akbidbinahusada.ac.id/publikasi/artikel/156-proses-adaptasi-fisiologi-dan-
psikologi-ibu-nifas [Diakses pada November 14, 2020].

Elfriestha, F. dan P. Marbun. 2020. Jangan Panik Moms! Kenali Ciri-Ciri Janin Sungsang
Yang Seringkali Terjadi. https://www.gooddoctor.co.id/tips-kesehatan/kehamilan/ciri-
ciri-posisi-bayi-sungsang/ [Diakses pada November 14, 2020].

Finlayson, K., N. Crossland, M. Bonet, dan S. Downe. 2020. What matters to women in the
postnatal period: a meta-synthesis of qualitative studies. PLoS ONE. 15(4):1–23.

Gray, C. J. dan M. M. Shanahan. 2020. Breech Presentation.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448063/ [Diakses pada November 14, 2020].

Gunay, T., A. Turgut, E. Demircivi Bor, dan M. Hocaoglu. 2020. Comparison of maternal
and fetal complications in pregnant women with breech presentation undergoing
spontaneous or induced vaginal delivery, or cesarean delivery. Taiwanese Journal of
Obstetrics and Gynecology. 59(3):392–397.

Herdman, T. Kamitsuru, S. 2014. Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2015-


2017. Edisi 10. Oxford: Blackwell.

Ilhamjaya, A. dan S. Tawali. 2020. Angka kejadian dan faktor – faktor yang berhubungan
dengan janin letak sungsang dari ibu hamil yang melahirkan di rsws makassar. MEDIKA
ALKHAIRAAT : JURNAL PENELITIAN KEDOKTERAN DAN KESEHATAN. 2(2):172–
178.

Mayo Clinic. 2019. Postpartum Complications: What You Need to Know


23

Moordead, S. dkk. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC)-Pengukuran Outcome


Kesehatan. Edisi 5. Singapore: CV. Macomedia.

Pramana, C. 2019. MANAJEMEN PERSALINAN SUNGSANG. SEMINAR NASIONAL


“MANAJEMEN KLINIK”. 2019. Stikes Guna Bangsa Yogyakarta

Puswati, D. dan A. Suci. 2019. The relationship of husband role on psychological adaptation
levels of postpartum mother in camar1 arifin achmad hospital riau province. KnE Life
Sciences

Sari, R. P., A. Densy, dan B. Keraman. 2020. ANALISIS faktor risiko kejadian postpartum
blues di puskesmas perumnas kabupaten rejang lebong. Journal Of Midwifery. 8(1):29–
36.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi III.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi II. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Toijonen, A., S. Heinonen, M. Gissler, dan G. Macharey. 2020. Risk factors for adverse
outcomes in vaginal preterm breech labor. Archives of Gynecology and Obstetrics

Anda mungkin juga menyukai