Oleh :
NURUL AFIDAH
P17220194061
Kelompok 8B
B. ETIOLOGI
1. Keregangan
Otot rahim memiliki kemampuan meregang dalam batas tertentu, apabila telah
melewati batas waktu akan terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
2. Penurunan progesteron
Perubahan pada vili korialis dan penurunan penurunan produksi progesteron dapat
menyebabkan otot rahim lebih sensitif terhadap oksitoin, akibatnya otot rahim
akan berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan tertentu.
3. Oksitosin internal
Karena adanya perubahan keseimbangan yang terjadi pada estrogen dan
progesteron yang menurun maka dapat menyebabkan oksitosin meningkat
sehingga terjadi kontraksi otot rahim dan terjadi persalinan
4. Prostaglandin
Protaglandin yang dikeluarkan oleh deciduas knsentrasinya meningkat sejak usia
kehamilan 15 minggu, prostagladin dianggap dapat memicu terjadinya koontraksi
otot rahim dan pemicu terjadinya persalinan (Trisnawati, 2017)
1. Power (kekuatan)
yang mendorong janin keluar dalam persalinan yaitu his, kontraksi otot-otot perut,
kontraksi diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan sempurna
2. Passenger (janin dan plasenta)
Bentuk besarnya, dan posisi harus normal sehingga mampu beradaptasi dengan baik
terhadap jalan lahir dan kekuatan pendorong sehingga proses persalinan dapat berjalan
dengan lancer dan normal.
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi
uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan
utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
Jalan lahir terjadi atas jalan lahir tulang dan jalan lahir lunak. Jalan lahir tulang harus
memenuhi syarat, bentuk ukuran luas bagian dalamnya batas normal sehingga proses
adaptasi dengan kepala baik, yang member kemungkinan persalinan berjalan normal.
Jalan lahir lunak terdiri atas otot dasar panggul, elastis, mampu membuka terbuka dengan
baik sehingga proses persalinan berjalan normal dan lancar.
Passager adalah janinnya sendiri, bagian yang paling besar dan keras pada janin adalah
kepala janin, posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan, kepala janin
ini pula yang paling banyak mengalami cedera pada persalinan, sehingga dapat
membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak, hidup sempurna, cacat atau akhirnya
meninggal. Biasanya apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian-bagian lain dengan
mudah menyusui kemudian (Trisnawati, 2017)
C. FISIOLOGI PERSALINAN
Mekanisme persalinan merupakan gerakan-gerakan janin pada proses persalinan yang
meliputi langkah sbb :
a. Turunnya kepala, meliputi :
- Masuknya kepala dalam PAP
- Dimana sutura sagitalis terdapat ditengah – tengah jalan lahir tepat diantara
symfisis dan promontorium ,disebut synclitismus.Kalau pada synclitismus
os.parietal depan dan belakang sam tingginya jika sutura sagitalis agak
kedepan mendekati symfisis atau agak kebelakang mendekati promontorium
disebut Asynclitismus.
- Jika sutura sagitalis mendekati symfisis disebut asynclitismus posterior jika
sebaliknya disebut asynclitismus anterior.
b. Fleksi
Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan
dari pinggir PAP serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
c. Putaran paksi dalam
Yaitu putaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari
bagian depan memutar ke depan ke bawah symfisis.
d. Ekstensi
Setelah kepala di dasar panggul terjadilah distensi dari kepala hal ini disebabkan
karena lahir pada intu bawah panggul mengarah ke depan dan keatas sehingga
kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
e. Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir maka kepala anak memutar kembali kearah punggung anak
torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
f. Ekspulsi
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar sesuai arah punggung dilakukan
pengeluaran anak dengan gerakan biparietal sampai tampak ¼ bahu ke arah
anterior dan posterior dan badan bayi keluar dengan sangga susur (Lilis, n.d.)
A. PENGERTIAN
Pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya persalinan atau sebelum pembukaan
pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm yang dapat
terjadi pada persalinan aterm maupun preterm. Ketuban pecah dini merupakan
masalah penting yang dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat
meningkatkan kematian (Rohmawati & Wijayanti, 2018)
B. ETIOLOGI
Penyebab ketuban pecah dini masih belum diketahui secara pasti, namun terdapat
beberapa kondisi yang diduga terkait dengan ketuban pecah dini :
- Faktor Maternal
a. Usia kehamilan
b. Umur
c. Paritas
d. Polihidramnion
e. Anemia
f. Inkompetensi serviks
g. Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya
h. Infeksi
- Faktor Neonatal
a. Gemeli
b. Letak sungsang
c. Makrosemia
- Faktor Eksternal
Status gizi diduga dapat mempengaruhi selaput ketuban karena penurunan
asupan gizi terutama protein dapat mengganggu proses metabolisme yang
membutuhkan asam amino untuk pembentukan selaput amnion yang tersusun
dari kolagen Tipe IV. Hal ini dapat menyebabkann rendahnya kekeuatan
amnion dan meningkatkan resiko ruptur (PATIA, 2018)
Sedangkan menurut (Islamy et al., 2020) penyebab terjadinya ketuban pecah
dini yaitu :
a. Kelemahan membran janin yang dapat menyebabkan pecahnya selaput
ketuban.
b. Prosedur invaif yang dilakukan selama persalinan dapat merusak membran
ketuban dan pecahnya selaput ketuban, seperti : amnionsintesis, chroni
villus sampling, fetskopi dan sirklase.
C. PATOFISIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterine. Kemungkinan tekanan intrauterine yang kuat
adalah penyebab independen dari ketuban pecah dini dan selaput ketuban yang tidak
kuat akibat dari kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi atau mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban. Mekanisme
ketuban pecah dini berlangsung sebagai berikut :
1. Terjadinya pembukaan premature serviks
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi
3. Devaskularisasi
4. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang
5. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang
mengeluarkan enzim preteolotik dan enzim kolagenase (PATIA, 2018)
Salah satu patofisiologi dari ketuban pecah dini adalah infeksi. Pathogen saluran
genitalia yang dikaitkan dengan ketuban pecah dini adalah Neisseria gonorrhoeae,
Chlamydia trachomatis, Trichomonas vaginalis, dan group B beta hemolytic
streptococcus. Pathogen tersebut paling sering ditemukan di cairan ketuban, pathogen
tersebut melepaskan mediator inflamsi yang menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini
menyebabkan adanya perubahan dan pembukaan serviks, dan pecahnya selaput
ketuban. Selain itu akibat peningkatan tekanan secara mendadak membuat
peningkatan tekanan intraamniotik dan reflek mengedan sering terjadi pada kontraksi
uterus aterm atau preterm dapat menyebabkan pecahnya selaput ketuban. Peningkatan
sitokin lokal atau ketidakseimbangan antara MMP dan TIMP sebagai respon dari
kolnisasi mikroba juga dapat menyebabkan ketuban pecah dini.
Pada kasus hamil aterm atau cukup bulan, bila ketuban pecah sudah melebihi 6 jam
maka dilakukan terminasi kehamilan melalui induksi persalinan dengan oksitosin
dengan monitoring ketat terkait kesejahteranan janin meliputi denyut jantung dan
kontraksi rahim seta tanda-tanda infeksi
pada ibu. Ketuban pecah dini dapat terjadi dikarenakan berbagai sebab, pada umunya
KPD dapat terjadi akibat melemahnya membran secara fisiologis yang ditambah
dengan gesekan yang terjadi akibat adanya kontraksi uterus. Infeksi intrauterin telah
terbukti secara umum berhubungan dengan KPD, terutama pada usia kehamilan awal.
Riwayat KPD merupakan faktor risiko utama terjadinya KPD atau persalinan
prematur pada kehamilan berikutnya (Andalas et al., 2019)
Faktor maternal, neonatal dan eksternal
MO melepas
mediator inflamasi
Peningkatan amniotik
Kontraksi uterus
Reflek mengedan
Stimulus nyeri
Tidak adanya
Pembukaan serviks perlindungan dari luar
Nyeri Akut
MO masuk ke dalam
Ketuban Pecah Dini uterus
Defisit
Risiko infeksi
Pengetahuan
Ketidaktahuan
penyebab ketuban
pecah
Ansietas
D. TANDA DAN GEJALA
1. Adanya cairan berisi mekonium, vernic caseosa, lanugo atau berbau bila
berinfeksi.
2. Adanya cairan ketuban di vagina.
3. Cairan dapat keluar ketika duduk, berdiri maupun berjalan
4. Cairan berwarna putih, keruh, jernih dan hijau.
5. Pasien akan demam bila cairan telah peca terlalu lama karena mengalami infeksi
(PATIA, 2018)
6. Denyut jantung janin bertambah
7. Aroma cairan berbau manis tidak seperti amoniak
8. Cairan merembes atau menetes, cairan tidak akan berhentu karena terus
diproduksi sampai kelahiran.
9. Ibu merasa nyeri perut (Choirunissa & Indrayani, n.d.)
E. KOMPLIKASI
- Koriamnionitis
- Endometritis
- Persalinan preterm
- Prolapsus tali pusat yang dapat berakibat menjadi gawat janin
- Asfiksia
- Sepsis perinatal
- Kematian janin (Choirunissa & Indrayani, n.d.)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- USG : untuk membantu menentukan usia kehamilan, letak janin, berat janin,
letak plasenta serta jumlah air ketuban
- Tes lakmus (nitrazin) : bila kertas lakmus merah menjadi biru menunjukkan
alkalis (air ketuban)
- Pemeriksaan spekulum : untuk mengambil sampel cairan ketuban diforniks
posterior dan menambil sampel cairan untuk kultur dan bakteriologis.
- Pemeriksaan dalam : melakukan pemeriksaan dalam dengan hati – hati untuk
mengurangi kemungkinan infeksi dan persalinan prematur (PATIA, 2018)
- Pemeriksaan secara umum seperti TB, BB, Lila, eodema, kondisi puting susu
dan kandung kemih
- Pemeriksaan darah : Hemoglobin
- USG
- Doppler / DJJ
- Pemeriksaan vagina untuk melihat pembukaan dan anggota tubuh janin yang
sudah teraba
- Pemeriksaan abdomen meliputi TFU, kontraksi, penurunan kepala, letak janin
dan besar janin.
G. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
a. Rawat di rumah sakit
b. Berikan antibiotik (ampisislin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak
tahan ampisilin dan metronidazol 2x500 mg selama 7 hari).
c. Jika umur kehamilan <32 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak kelaur lagi.
d. Jika umur kehamilan32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes basa
negatif, beri dexametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan
janin.
e. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
f. Jika umur kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik, dan
lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda
infeksi intrauterine).
g. Pada umur kehamilan 32-37 minggu, berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama
2 hari, dexametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2. Aktif
a. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal lakukan seksio
sesarea. Dapatpula diberikan misoprostol 25 µg – 50µg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali. Bila da tanda-tanda infeksi, berikan antibiotik dosis tinggi dan
persalinan diakhiri.
b. Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
c. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1) Anamnesa
ANC, masalah yang dialami selama kehamilan seperti perdarahan, kapan mulai
kontraksi, apakah gerakan bayi masih terasa, apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika
ya, cairan warnanya apa? Kental/ encer? Kapan pecahnya? Apakah keluar daraH
pervagina? Bercak atau darah segar? Kapan ibu terakhir makan dan minum? Apakah
ibu kesulitan berkemih?
h) Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah atau nyeri
epigastrium)
2) Pemeriksaan fisik
d) Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk akurasi
e) Pemeriksaan abdomen
(1) Menentukan tinggi fundus
(3) Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya kontraksi
Pemeriksaan dalam
(5) Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk rongga panggul
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pasien mengeluh nyeri, wajah tampak
meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah meningkat.
2. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d pasien sering bertanya tentang
masalahnya, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
3. Ansietas b.d krisis situasional d.d merasa khawatir, bingung, tampak gelisah dan
tegang, frekuensi nafas dan nadi meningkat.
4. Risiko infeksi b.d peningkatan paparan organisme patogen lingkungan (TIM Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016)
Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan :
Intervensi Keperawatan :
Intervensi Keperawatan :
- Monitor tanda – tanda ansietas
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Ciptakan suasana terapeutik
- Anjurkan keluarga untuk menemani pasien
- Latih teknik relaksasi
4. Intervensi Keperawatan pada Diagnosa Risiko Infeksi
Kriteria Hasil :
- Nyeri menurun
- Kadar sel darah putih membaik
- Cairan berbau busuk menurun
Intervensi Keperawatan :
Andalas, M., Maharani, C. R., Hendrawan, E. R., Florean, M. R., & Zulfahmi, Z. (2019).
Ketuban pecah dini dan tatalaksananya. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 19(3).
Islamy, N., Yonata, A., & Hanriko, R. (2020). UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN
LEUKOSIT DAN HISTOPATOLOGI KORIOAMNIONITIS PADA PASIEN KETUBAN
PECAH DINI DI RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG.
Oktarina, M. (2015). Buku ajar asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir.
Deepublish.
PATIA, S. (2018). GAMBARAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA IBU
BERSALIN BERDASARKAN FAKTOR MATERNAL DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2017.
Rohmawati, N., & Wijayanti, Y. (2018). Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah
Ungaran. HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development), 2(1), 23–32.
Simarmata, O. S., Armagustini, Y., & Bisara, D. (2012). Determinan kejadian komplikasi
persalinan di Indonesia (analisis data sekunder survei demografi dan kesehatan
Indonesia tahun 2007). Indonesian Journal of Health Ecology, 11(1), 79711.
TIM Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
B. ANAMNESA
5.Riwayat perkawinan
1.Status perkawinan : Kawin
2.Perkawinan : 1 Kali
2.Dengan suami Sekarang : 1 Tahun
3.Umur pertama kali kawin : 19 Tahun
7.Riwayat genekoloy/ Riwayat kesehatan yang lalu : tidak memiliki riwayat penyakit serius
Penyakit /operasi yang pernah dialami : tidak pernah
8.Riwayat KB
- Cara Kontrasepsi yang pernah digunakan : tidak pernah
- Cara kontrasepsi sebelum kehamilan ini : tidak ada
- Lama pemakaian kontrasepsi sebelum kehamilan : tidak ada
9..Riwayat kesehatan keluarga : pasien mengatakan keluarga tidak memiliki masalah kesehatan
serius
HPHT : 16 Februari 2021
HPL : 23 November 2021
1. Eliminasi :
- BAB : 1 kali/ hari, bau khas feses, warna kuning kecoklatan, konsistensi padat.
- BAK : 5 – 6 kali/hari, warna kuning, bau khas urine
2. Nutrisi
- Makan :
Sebelum MRS : makan sehari 3x, jenis makanan nasi, sayur dan telur, habis 1
porsi
Saat MRS : makan 1x pada pukul 07.00, jenis makanan nasi, sayur, tempe dan
pepes ikan
- Minum :
Sebelum MRS : sering minum air putih ± 1 – 2 L
Saat MRS : minum air putih dan teh
3. Istirahat
- Tidur siang hari : sebelum MRS tidur 1 – 2 jam
- Tidur malam hari : sebelum MRS tidur malam 6 – 8 jam
- Saat MRS pasien mengatakan tidur saat perut tidak terasa kenceng - kenceng
4. Kebersihan
- Pemerilaharaan badan
Sebelum MRS : pasien mengatakan mandi 2x sehari
Saat MRS : pasien mengatakan belum mandi
- Pemeliharaan gigi dan mulut : pasien mengatakan gosok gigi setiap saat mandi
- Pemeliharaan kuku : pasien mengatakan memotong kuku setiap 1x dalam
seminggu, dan dibantu memotong kuku kaki oleh suami pasien.
11.Riwayat Psikososial
- Taking In : pasien merasa cemas karena ketuban pcah dini dan genitalia masih
nyeri sehingga beberapa kebutuhan dibantu oleh suami
- Taking Hold : pasien mengatakan tidak bisa cara menyusui yang benar dan
ASInya belum keluar
- Letting Go : pasien mengatakan suami dan keluarga sangat mendukung
C. PEMERIKSAAN FISIK
2. Perineum
- Utuh / Episiotomi / rupture
- Kemerahan ( Ya/tidak)
- Bengkak ( Ya /tidak )
- Echimosis ( Ya / tidak )
- Discharge ( serum/pus/ darah/tidak ada )
- Aproximate ( baik / tidak )
3. Lochea : lochea rubra 50cc, berwarna merah tua, berbau amis
4. Kebersihan : bersih
5. Haemorrhoid tidak ada hemoroid
6. Masalah khusus : Nyeri akut
11. Ekstremitas
1. Ekstremitas atas
- Oedema ( Ya/tidak )
- Kekuataan otot : Kuat
- Reflek : Baik
- Apakah ada kelainan : tidak ada
2. Ekstremitas bawah
- Oedema ( ya/tidak )
- Varises ( Ya/tidak ), bila ya lokasinya…………………..
- Tanda Homan ( + / - ) : negatif
- Kekuatan otot : (4) dapat melawan gravitasi, tahanan minimal
- Reflek : Baik
- Masalah khusus : Tidak ada
12. Eliminasi
1. Urine :
- Pasien BAK banyak, warna kuning dan tidak ada retensi urine
2. BAB :
- Kebiasaan : biasanya 1x sehari, namun sata ini belum BAB setelah melahirkan
- Apakah ada konstipasi Ya/tidak
- Apakah ada diare : Tidak
13. Istirahat dan kenyamanan
1. Pola tidur :
- Kebiasaan tidur : teratur
- Lama : 6 – 8 jam
- Gangguan tidur : tidak ada
2. Keluhan ketidaknyamanan (Nyeri akut)
- Apakah ada rasa tidak nyaman (ya/tidak)
- Lokasi : alat kelamin
- Sifat : nyut - nyutan
- Intensitas : hilang timbul, skala nyeri 6
14. Mobilisasi dan latihan : melakukan mobilisasi saat ingin BAK
15. Nutrisi dan cairan
- Asupan nutrisi : Nasi, sayur, tempe dan pepes ikan
- Asupan cairan : air putih 600 ml dan infus RL
- Nafsu makan : baik
- Masalah khusus : tidak ada
16. Keadaan mental ibu
- Adaptasi psikologis : pasien dapat beradaptasi
- Penerimaan terhadap bayi : dapat menerima bayinya
- Masalah khusus : tidak ada
17. Kemampuan menyusui bayinya : ASI belum keluar karena tidak mengetahui cara
menyusui yang benar
18. Penggunaan obat-obatan :
- Anbacim 1 x 1 gram (iv)
- Asam mefenamat 3 x 500 mg (oral)
19. Pemeriksaan penunjang dan loboratorium :
- Leukosit : 15.100 µ/L
- Hemoglobin : 12,3 g/dL
Kementrian Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Malang
Jurusan Keperawatan
ANALISA DATA
KEMUNGKINAN
NO DATA PENUNJANG MASALAH
PENYEBAB
DS :
1. P : sobekan dengan jahitan 5cm
Q : Nyut – nyutan
R : area genetalia
S : pasien mengatakan skala
nyeri 6
Nyeri akut Agen pencedera
T : hilang timbul
Fisiologis
DO :
- TD : 130/80 mmHg
- N : 88x/menit
- Wajah tampak meringis
- Terdapat jahitan 5 cm
DS :
Pasien mengatakan keluar
2. cairan dari vagina Risiko infeksi Ketuban pecah
Sebelum waktunya
DO :
- Leukosit : 15.100 /µL
- S : 36,8°C
- TFU : 3 jari di bawah
Pusat
- Lochea rubra 50 cc
- Muncul edema di kelamin
3.
DO :
- ASI tidak menetes
- Pemisahan ruangan bayi
dengan ibu
Kementrian Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Malang
Jurusan Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d terdapat jahitan karena robekan
sebesar 5 cm, pasien mengatakan nyeri terasa nyut – nyutan di area genetalia
dengan skala nyeri 6 dan nyerinya hilang timbul, wajah pasien tampak meringis
TD : 130/80 mmHg, N : 88x/menit.
3. Menyusui tidak efektif b.d tidak rawat gabung d.d pasien mengatakan ASI
belum keluar dan tidak tahu cara menyusui dengan benar, ASI tidak menetes,
pemisahan ruangan rawat antara ibu dan bayi.
Kementrian Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Malang
Jurusan Keperawatan
DAFTAR MASALAH
2. 20/10/2021 22/10/2021
Risiko infeksi b.d ketuban pecah sebelum
NURUL
waktunya.
AFIDAH
3. 20/10/2021
Menyusui tidak efektif b.d tidak rawat gabung
d.d pasien mengatakan ASI belum keluar dan 21/10/2021
tidak tahu cara menyusui dengan benar, ASI
tidak menetes, pemisahan ruangan rawat antara NURUL
ibu dan bayi. AFIDAH
Kementrian Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Malang
Jurusan Keperawatan
CATATAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny. M
Umur : 20 tahun
No. Regester : 367079
Ruang : Cempaka
NO NO. TINDAKAN TTD
TANGGAL
DIAGNOSA
- Mengidentifikasi karakteristik nyeri pasien. NURUL
1 20/10/2021 P : sobekan dengan jahitan 5 cm AFIDAH
11.00 1 Q : nyut – nyutan
R : area genetalia
S : pasien mengatakan skala nyeri 6
T : hilang timbul
- Mengajarkan pasien menggunakan teknik nafas dalam untuk
mengurangi nyeri.
- Memberikan kompres hangat di perut bagian bawah untuk
Mengurangi nyeri
- Mengkolaborasikan dengan pemberian obat analgetik
2 20/10/2021 2 - Memonitor tanda dan gejala infeksi NURUL
12.00 Terdapat caiaran yang keluar dari vagina AFIDAH
Leukosit : 15.100/µL
- Memonitor keadaan lochea : lochea rubra 50 cc
- Mempertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi dengan
menjaga kebersihan daerah kemaluan, sering mengganti pembalut
- Menjelaskan tanda dan gejala infeksi, seperti :
Demam
Bengkak dan kemerahan
Nyeri
- Mengkolaborasikan dengan pemberian antibiotik
3. 20/10/2021 3 - Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan pasien menerima NURUL
13.00 Informasi dengan menanyakan langsung pada pasien AFIDAH
- Menyediakan leaflet dan boneka untuk media pasien belajar
- Melibatkan suami dan keluarga untuk membantu pasien
- Mengajarkan posisi menyusui yang benar, yaitu :
Perlekatan mulut bayi tepat pada areola, bibir terbuka keluar,
dan dagu menempel pada payudara ibu
Peluk kepala dan tubuh bayi dalam posisi lurus, kemudian
Arahkan muka ke puting susu
Menyusui dapat dilakukan dengan berbaring atau duduk
Menyusui bergantian antara payudara kiri dan kanan
-Mengajarkan perawatan payudara postpartum yaitu :
Sebelum menyusui dapat dilakukan pijat oksitosin
menggunakan minyak kelapa atau dapat dikompres dengan
air hangat
Memerah ASI untuk sediaan bayi.
Politeknik Kesehatan Malang
Jurusan Keperawatan
EVALUASI
Nama pasien : Ny. M
Umur : 20 tahun
No. Regester : 367079
Ruang : Cempaka
NO
TANGGAL TANGGAL TANGGAL
DX
20/10/2021 21/10/2021 22/10/2021
1 S : Pasien mengatakan nyeri S : Pasien mengatakan nyeri berkurang S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
P : sobekan dengan jahitan 5 cm P : sobekan dengan jahitan 5 cm P : sobekan dengan jahitan 5 cm
Q : Nyut – nyutan Q : Nyut – nyutan Q : Nyut – nyutan
R : Area genetalia R : Area genetalia R : Area genetalia
S : Pasien mengatakan skala nyeri 6 S : Pasien mengatakan skala nyeri 4 S : Pasien mengatakan skala nyeri 2
T : Hilang timbul T : muncul saat dibuat gerak T : jarang
O: O: O:
- TD : 130/80 mmHg - TD : 120/80 mmHg - TD : 110/70 mmHg
- N : 88x/menit - N : 82x/menit - N : 86x/menit
- Wajah nampak meringis - Wajah nampak meringis - Wajah sudah tidak nampak meringis
- Terdapat jahitan 5 cm - Terdapat jahitan 5 cm - Terdapat jahitan 5 cm
O: O:
- Leukosit : 15.100/µL - Leukosit : 12.000/µL
- S : 36,8°C - S : 36,2°C
- TFU : 3 jari di bawah pusat - TFU : 3 jari di bawah pusat
- Lochea rubra 50 cc - Lochea rubra 50 cc
- Muncul edema di kelamin - Muncul edema di kelamin
O:
- ASI tidak menetes
- Pemisahan ruangan bayi dengan ibu