Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS JURNAL

“PENGARUH BALANCE EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN


LANSIA DENGAN RESIKO JATUH”

OLEH

VEVI ANGGRIYANI INAKU


841718071

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2019

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas
(WHO, 2016).Menurut survey sosial ekonomi nasional 2016 (SUSENAS,
204) jumlah lansia di Indonesia mencapai 22,4 juta jiwa atau 8,69 % dari
jumlah penduduk. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Proses
atau proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan
– tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan
semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit sehingga
terjadi perubahan dalam sistem organ serta akan berpengaruh pada aktivitas
sehari – hari (Arifai, 2018)
Banyak perubahan-perubahan yang akan terjadi pada lansia salah
satunya pada sistem muskuloskeletal yaitu berkurangnya massa otot, akibat
kemunduran fisik tersebut ditemukan masalah fisik sehari-hari yang dialami
oleh lansia, seperti risiko jatuh. Resiko jatuh terjadi akibat dari melemahnya
otot - otot pada lansia (Istiqomah, 2017). Jatuh adalah penyebab terbesar
untuk patah tulang pinggul dan berkaitan dengan meningkatnya risiko yang
berarti terhadap berbagai patah tulang meliputi punggung, pergelangan
tangan, pinggul, lengan bagian atas (Sudarajat, 2014).
Jatuh juga dapat disebabkan oleh kemampuan keseimbangan yang
mengalami kemunduran. Keseimbangan sendiri merupakan kemampuan
seseorang mengendalikan organ-organ syaraf ototnya, selama melakukan
gerakan-gerakan yang cepat, dengan perubahan letak titik bobot badan yang
cepat pula baik dalam keadaan statis maupun dalam gerak dinamis,
meskipun aktivitas fisik dalam jumlah berapapun tidak dapat menghentikan
proses penuaan biologis, tetapi ada bukti bahwa latihan secara teratur dapat
meminimalkan efekfisiologis dan peningkatan usia harapan hidup aktif

2
dengan membatasi terjadinya penyakit. Untuk mengatasi hal tersebut perlu
adanya balance exercise (Arifai, 2018)
Balance Exercise (latihan keseimbangan) adalah serangkaian gerakan
yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan keseimbangan baik
statis maupun dinamis melaui stretching, strengthening. Latihan khusus
untuk membantu meningkatkan kekuatan otot pada anggota gerak bawah
dan sistem vestibular atau keseimbangan tubuh. Ada beberapa gerakan yang
digunakan dalam balance Exercise, seperti gerakan plantar fleksi, hipfleksi,
hip ekstensi, knee fleksi, side leg rise. Program balance Exercise untuk
meningkatkan keseimbangan postural dilakukan dengan frekuensi 3 kali
seminggu selama 5 minggu. Balance Exercise sangat penting pada lansia
karena latihan ini sangat membantu mempertahankan tubuhnya agar stabil
sehingga mencegah terjatuh yang sering terjadi pada lansia.
Pentingnya penangan resiko jatuh untuk meningkatkan kekuatan otot
pada lansia, maka penulis tertarik untuk membahas tentang “pengaruh
balance exercise terhadap keseimbangan lansia dengan resiko jatuh”.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh Balance Exercise terhadap keseimbangan
lansia dengan resiko jatuh.

1.3 Manfaat
A. Manfaat praktik
1. Bagi perawat
Untuk menambah ilmu pengetahuan perawat tentang pengaruh
balance exercise terhadap keseimbangan lansia dengan resiko jatuh.
2. Bagi lansia dengan resiko jatuh
Untuk meningkatkan pengetahuan lansia terhadap pengaruh balance
exercise terhadap resiko jatuh.

3
3. Bagi Panti Sosial Tresna Werda Ilomata
Sebagai bahan ajar untuk meningkatkan pengetahuan perawat ataupu
pengasuh terhadap pengaruh balance exercise terhadap keseimbangan
lansia dengan resiko jatuh.
B. Manfaat teoritis
Hasil analisa jurnal ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis yaitu dapat memberikan sumbangsi pemikiran bagi dunia
kesehatan khususnya bidang keperawatan dalam bidang keperawatan
holistik.

4
BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS

2.1 Metode pencarian


Analisis jurnal ini menggunakan 3 (tiga) metode pencarian jurnal yaitu google
schoolar,elsevier science direct, Ncbi.nlm.nml.nih.gov.

Kata Kunci Source

Balance Exercise keseimbangan Google Schoolar.com


lansia dengan resiko jatuh
Balance Exercise for the elderly Science direct.com

Balance Exercise for the elderly Ncbi.nlm.nml.nih.gov

2.2 Tinjauan Teoritis


2.2.1 Resiko Jatuh
a. Definisi Resiko Jatuh
Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seseorang mengalami jatuh
denganatau tanpa disaksikan oleh orang lain, tidak disengaja/tidak
direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpamencederai
dirinya. Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis (pingsan) atau
lingkungan (lantai yang licin). Risiko jatuh adalah pasien yang berisiko
untuk jatuh yang umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor
fisiologis yang dapat berakibat cidera (Hutauruk, 2017)
Resiko jatuh adalah suatu kejadian yang dapat menyebabkan subjek
yang sadar menjadi berada dilantai tanpa disengaja. Risiko jatuh adalah
peningkatan kerentanan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan bahaya
fisik (Wilkinson, 2011). Berdasarkan dari pengertian tersebut maka risiko
jatuh adalah kejadian yang kurang menyenangkan atau merugikan atau
membahayakan yang mengakibatkan pasien menjadi turun atau meluncur
ketempat yang lebih rendah yang disebabkan oleh faktor ekstrinsik

5
(lingkungan) dan faktor intrinsik (fisiologi) sehingga dapat menyebabkan
bahaya fisik atau cedera dan gangguan kesadaran.
b. Faktor – faktor resiko jatuh
Faktor-faktor risiko jatuh dibagi menjadi dua yaitu faktor intrinsik
danfaktor ekstrinsik. Faktor intrinsik atau faktor fisiologis terdiri dari
riwayat jatuh, fungsi kognitif, usia atau jenis kelamin, mobilitas atau
pergerakan,eliminasi, dan obat-obatan. Faktor ekstrinsik atau faktor
lingkungan terdiri dari staffing, lantai yang licin, pencahayaan yang
redup, penghalang tempat tidur, dan pengaturan ruangan (National
Database of Nursing Quality Indicators, 2011).
1) Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari diri individu itu
sendiri (host). Faktor intrinsik yang dapat mengakibatkan risiko jatuh
seperti usia diatas 65 tahun dan usia dibawah 2 tahun, keadaan
fisiologi (anemia, artritis, penurunan kekuatan ekstremitas bawah,
diare, masalah pada kaki, gangguan pada sikap tubuh, gangguan
pendengaran, gangguan keseimbangan, hambatan mobilitas fisik,
neoplasma, neuropati, hipotensi ortostatik, kondisi pasca bedah,
perubahan gula darah post prandial, penyakit akut, defisit pro
priosepsi, gangguan tidur, urgensi atau inkontinensia, penyakit
vaskular, dan gangguan penglihatan), kognitif (perubahan status
mental misalnya: konfusi, delirium, demensia dan gangguan
realitas), medikasi (agen anti ansietas, anti hipertensi, diuretik,
hipnotik dan anti depresan) (Wilkinson,2011).
2) Faktor ekstrinsik merupakan faktor lingkungan dan memiliki risiko
terhadap kejadian jatuh sebesar 31% (Shobha 2005, dalam Maryam,
2009). Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
keseimbangan dan berkontraksi pada risiko jatuh, kejadian jatuh
didalam ruangan lebih sering terjadi dikamar tidur dan toilet.
Lingkungan yang tidak aman dapat dilihat pada lingkungan luar
rumah, ruang tamu, kamar tidur, toilet, dan tangga atau lorong .
Lingkungan yang tidak aman pada area luar seperti kondisi lantai

6
yangretak, jalan depan rumah sempit, pencahayaan yang kurang,
kondisi teras atauhalaman, bahaya lingkungan pada area ruang tamu
adalah kurangnya pencahayaan, area yang sempit untuk berjalan,
kaki kursi yang miring dan tinggi kursi yang tidak sesuai dengan
tinggi kaki dan sandaran lengan pada kursi tidak kuat. Kamar tidur
berbahaya dapat dilihat dari kondisi lantai,tinggi tempat tidur, seprai
yang tergerai dilantai, penempatan barang dan perabotan yang
mudah dijangkau, pencahayaan yang redup, dan luas area kamar
untuk berjalan. Kamar mandi dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan atau risiko jatuh diantaranya pencahayaan kurang,
kondisilantai licin, posisi bak dan toilet tidak aman, dan peletakkan
alat mandi yang tidak mudah dijangkau oleh lansia. Lingkungan area
tangga dan lorong dapat dilihat dari kondisi lantai, pencahayaan,
peganggan, lis tangga, dan lebar tangga (Budiono 2013).
c. Pengkajian resiko jatuh
Pengkajian awal dan harian individu untuk risiko jatuh sangat
penting untuk identifikasi klien yang berisiko jatuh (Potter & Perry,
2013). Faktor risiko yang harus dikaji untuk mengetahui pasien berisiko
jatuh atau tidak adalah : faktor risiko intrinsik (karakteristik pasien dan
fungsi fisik umum, diagnosis dan perubahan fisik, medisasi dan interaksi
obat) dan faktor ekstinsik atau faktor lingkungan (tingkat pencahayaan,
permukaan lantai, furnitur, ketinggian tempat tidur, call bel, penggunaan
alat bantu dan lama hari rawat (Nursalam, 2015).
Pengkajian risiko pasien jatuh merupakan metode pengukuran risiko
pasien untuk jatuh yang dilakukan oleh petugas kesehatan pada semua
pasien yang menjalani rawat inap, bertujuan memberikan perhatian
khusus pada pasien yang berisiko untuk jatuh dibandingkan dengan yang
tidak memiliki risiko untuk jatuh dan meminimalkan atau mencegah
jumlah kejadian pasien jatuh dan cedera (Nursalam, 2014). Pengkajian
terhadap pasien risiko jatuh diharapkan dapat meningkatkan
kewaspadaaan terhadap pasien berisiko jatuh (Budiono, 2013).

7
Pengkajian risiko jatuh Morse atau Morse Fall Scale (MFS)
merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan oleh perawat,
82,9% perawat menilai skala ini cepat dan mudah digunakan, dan 54%
meperkirakan bahwa dibutuhkan kurang dari tiga menit untuk menilai
seorang pasien (Nursalam, 2014). Item yang dikaji dalam pengkajian ini
adalah riwayat jatuh, diagnosa, penggunaan alat bantu jalan, terapi
intravena dan tingkat kesadaran. Dari hasil pengkajian maka didapatkan
kategori risiko jatuh ringan (0-24), risiko jatuh sedang (25-44) dan risiko

jatuh tinggi (≥45).

Pengkajian Geriatrik merupakan pengkajian yang dilakukan untuk


mengkaji pasien risiko jatuh pada lansia, adapun item yang dinilai adalah
riwayat jatuh, status mental, penglihatan, kebiasaan berkemih,
perpindahan dan mobilitas (KARS, 2013). Pengkajian risikojatuh
geriatrik memiliki tiga kategori risiko jatuh yaitu risiko jatuh ringan (0-
5), risiko jatuh sedang (6-16) dan risiko jatuh tinggi (16-30).
2.2.2 Balance Exercise
1) Definisi Balance Exercise
Balance exercise adalah latihan khusus yang ditujukan untuk
membantu meningkatkan kekuatan otot anggota bawah dan untuk
meningkatkan sistem vestibular / keseimbangan tubuh. Organ yang
berperan dalam system keseimbangan tubuh adalah balance percepsion
Latihan ini sangat membantu mempertahankan tubuhnya agar stabil
sehingga mencegah terjatuh yang sering terjadi pada lansia (Sagala,
2017)
2) Manfaat balance exercise
Balance exercise bermanfaat untuk meningkatkan keseimbangan
postural, balance exercise juga bermanfaat untuk mengurangi resiko
jatuh pada lansia. balance exercise memberikan efek peningkatan
kekuatan otot ekstremitas bawah. Olahraga atau latihan yang melibatkan

8
kontraksi otot dapat meningkatkan kekuatan otot sehingga lebih dari
100% (Andi, 2017)
3) Pelaksanaan balance exercise
Menurut Ronald, 2017 latihan balance exercise akan menghasilkan
perubahan atau manfaat bagi lansia jika dilakukan 1-3 kali seminggu.
Gerakan balance exercise terdiri dari 5 macam gerakan yaitu :
1. Plantar flexion
- Berdiri tegak dengan salah – satu tangan berpegangan dikursi
- Perlahan angkat tumit keatas (berdiri dengan ujung kaki)
- Pertahankan posisi
- Kembalikan keposisi semula
- Gerakan dilakukan sebanyak 10x

Gambar 2.1 plantar flexion


2. Hip flexion
- Berdiri tegak dengan salah – satu tangan berpegangan dikursi
- Angkat lutut kanan keatas tanpa menggerakkan atau menekuk
pinggang
- Pertahankan posisi
- Perlahan turunkan lutut dan kembali ke posisi semula
- Ulangi dengan menggunakan lutut kiri
- Gerakan dilakukan sebanyak 10x

9
Gambar 2.2 Hip flexion
3. Hip extention
- Berdiri dengan jarak kurang lebih 30 cm dari kursi
- Perlahan gerakan kaki kanan kearah belakang (sampai pinggang
dalam keadaan lurus)
- Pertahankan posisi
- Perlahan kembalikan kaki ke posisi semula
- Ulangi dengan menggunakan kaki kiri
- Gerakan dilakukan sebanyak 10x

Gambar 2.3 hip extention


4. Knee flextion
- Berdiri tegak dengan salah satu tangan berpegangan pada kursi
- Perlahan tekuk lutut kanan kearah belakang sehingga kaki kanan
terangkat dibelakang tubuh

10
- Pertahankan posisi
- Perlahan kembalikan kaki kanan keposisi semula
- Ulangi dengan menggunakan kaki kiri
- Gerakan dilakukan sebanyak 10x

Gambar 2.4 knee flextion


5. Side leg raise
- Berdiri tegak dengan salah satu tangan berpegangan pada kursi
- Perlahan angkat kaki kanan kearah samping
- Pertahankan posisi
- Perlahan kembalikan kaki kanan keposisi semula
- Ulangi dengan menggunakan kaki kiri
- Gerakan dilakukan sebanyak 10x

Gambar 2.5 side leg raise

11
4) Pengaruh balance exercise terhadap keseimbangan pada lansia
Balance exercise sangat efektif untuk meningkatkan keseimbangan
fungsional dan statis serta mobilitas lansia, bila dilakukan dengan
frekuensi optimal 3 kali dalam seminggu selama 5 minggu. Balance
exercise merupakan serangkaian gerak yang dirancang untuk
meningkatkan keseimbangan postural, baik untuk keseimbangan statis
maupun dinamis. Pada saat dilakukan serangkaian gerakan ini ada suatu
proses diotak yang disebut dengan central compensation yaitu otak akan
berusaha menyesuaikan adanya perubahan sebagai akibat dari rangkaian
gerakan ini untuk beradaptasi. Fungsi dari latihan ini mampu
memberikan perubahan fisiologis bagi tubuh manusia lebih lanjut akan
meningkatkan volume oksigen maksimum dan penurunan asam laktat,
pengaruh lainnya yaitu untuk sistem muskular pada anggota gerak bawah
adalah meningkatkan maximal muscular power yaitu meningkatnya
kekuatan kontraksi otot, meningkatnya penampang luas otot, asupan
nutrisi kedalam otot serta memberikan efek pemeliharaan daya tahan.
Adanya peningkatan kekuatan otot pada lansia ini akan membuat tubuh
semakin kokoh dalam menopang badan, demikian pula akan kokoh
dalam mempertahankan gerakannya. Hail ini membuat lansia semakin
seimbang posturnya.

12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Author/
Judul Metode Hasil Source
Penulis
Ronald Pengaruh Balance Quasi Experimental Hasil penelitian Google
Sagala, Exercise Terhadap design rancangan two- menunjukkan : Ada scholar
2017 Keseimbangan Dan group pre test-post perbedaan keseimbangan
Kekuatan Otot test control group dan kekuatan otot antara
Lansia Dengan design. kelompok intervensi dan
Resiko Jatuh Di kelompok kontrol.
Puskesmas Gambaran keseimbangan
Kecamatan Kolang lansia setelah melakukan
Kabupaten balance exercise pada
Tapanuli Tengah kelompok intervensi
menunjukkan sebagian
besar responden (85,7%)
berada pada kategori
risiko jatuh rendah. Pada
kelompok kontrol lebih
dari setengah responden
(61,5%) berada pada
kategori risiko jatuh
menengah.

Arifal Pengaruh Balance Pre Eksperimental Hasil penelitian Google


Aris, Exercise Terhadap Design pendekatan menunjukkan : Ada scholar
S.kep., Kekuatan Otot One Group Pre Test pengaruh tingkat
Ns., Pada Lansia Di and Post Test Design. kekuatan otot sebelum
M.kep, Desa German dan sesudah pemberian

16
Primad Kecamatan Sugio Balance Exercise hampir
ani Kapupaten sebagian lansia Desa
Kharis Lamongan German
ma, Kecamatan Sugio
2018 Kabupaten Lamongan
sesudah pemberian
Balance Exercise tingkat
kekuatan otot pada lansia
mengalami peningkatan
Wahyu Efek Pemberian Eksperimen Berdasarkan hasil Google
Adhi Latihan penelitian efek scholar
Sudjara Keseimbangan pemberian latihan
t, Dalam keseimbangan dalam
Soetard mempertahankan meningkatkan
ji, 2014 kemampuan kemampuan
keseimbangan keseimbangan manula
MANULA Panti dapat disimpulkan
Werda Rindang bahwa, Latihan
Asih 1 Ungaran keseimbangan berefek
pada peningkatkan
keseimbangan manula
Panti Wredha Rindang 1
Asih Ungaran.
Félix Effects Of Short- Eksperimen Both training Elsevier
Penzer, Term Training programmes decreased Science
Jacques Combining maximal amplitude and Direct
Duchat Strength And mean fluctuations of CoP
eau, Balance Exercises displacements recorded
Stéphan in the backward–
On Maximal
e forward directionwhen
Strength And

17
Baudry, Upright Standing standing on a foammat (p
2014 Steadiness In b 0.05) but not on a rigid
Elderly Adults surface. The
electromyographic
activity of the ankle
plantar flexor muscles
during upright standing
decreased (p b 0.05) after
training but not
for the tibialis anterior.
Results obtained for H
reflex and MEP input–
output relations suggest
an increased efficacy
of Ia afferents to activate
low-thresholdmotor
neurones and a decrease
in corticospinal
excitability after training.
This study indicates that
short-term training
combining strength and
balance exercises
increases maximal
strength and induces
change in the neural
control of lower leg
muscles during upright
standing.

18
Ylva Balance Exercise Design: Multicenter, The core stability, dual
Elisabet Program Reduced single-blinded, single- tasking, and sensory
Nilsaga Falls in group, pretest-posttest strategies program
°rd, People With trial. reduced falls and
PhD,Le Multiple Sclerosis: proportion of fallers and
na A Single-Group, improved balance
Kristina Pretest-Posttest performance in people
von Trial with mild to moderate
Koch, MS but did not
PhD, significantly alter
Malin perceived limitations in
Nilsson walking and balance
, confidence.
BSc,An
ette
Susann
e
Forsber
g, PhD,
2014

3.2 Pembahasan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ronald Sagala, 2017 dengan judul
“Pengaruh Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Dan Kekuatan Otot
Lansia Dengan Resiko Jatuh Di Puskesmas Kecamatan Kolang Kabupaten
Tapanuli Tengah”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yaitu
quasi experimental design dengan rancangan two-group pre test-post test
control group design. Pada penelitian ini dilakukan eksperimen berupa
pemberian perlakuan latihan keseimbangan untuk mencegah risiko jatuh pada
lansia. Skrining dan pengumpulan data pada penelitian yang akan dilakukan

19
menggunakan angket/kuesioner dan alat ukur yang akan digunakan untuk
mengukur risiko jatuh dari subyek menggunakan Fall Risk for Older People –
Community setting (FROP-Com) yang sudah dimodifikasi dan jumlah sampel
yang di skrining sebanyak 40 responden. Pengaruh balance exercise terhadap
keseimbangan dengan risiko jatuh Hasil uji t-test didapatkan perbedaan
perubahan keseimbangan sebelum dan setelah diberikan balance exercise
secara teratur pada kelompok intervensi. terdapat peningkatan rerata
keseimbangan sebanyak -9,429 (eta squared=0,51) dengan nilai p=0,003. Hal
ini menunjukkan ada pengaruh balance exercise terhadap keseimbangan.
Penurunan sistem muskuloskeletal pada lansia mempunyai peran yang sangat
besar terhadap teterjadinya jatuh pada atau dapat dikatakan bahwa faktor
penurunan sistem muskuloskeletal ini murni milik lansia yang mempunyai
pengaruh terhadap keseimbangan postural. Atrofi otot yang terjdadi pada
lansia menyebabkan penurunan kekuatan otot, terutama otot-otot ekstrimitas
bawah. Kelemahan otot eksterimitas bawah ini dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan postural. Hal ini dapat mengakibatkan kelambanan bergerak,
langkah pendek-pendek, penurunan irama, kaki tidak dapat menapak dengan
kuat dan cenderung tampak goyah, susah atau terlambat mengantisispasi bila
terjadi gangguan seperti terpeleset dan tersandung.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifal Aris,
S.kep., Ns., M.kep dan Primadani Kharisma, 2018 dengan judul “Pengaruh
Balance Exercise Terhadap Kekuatan Otot Pada Lansia Di Desa German
Kecamatan Sugio Kapupaten Lamongan” menggunakan desain penelitian
pre-eksperimental design dengan pendekatan one group pre test and post test
design ,dimana desain ini tidak ada kelompok pembanding. Instrumen
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah melalui
pengukuran otot, interval yang dipakai adalah ceklist MMT (Manual Muscle
Testing) untuk mengukur kekuatan otot, dengan jumlah sampel sebanyak 31
lansia. Berdasarkan hasil penelitian yaitu skala kekuatan otot sesudah
melakukan Balance Exercise di Desa German Kecamatan Sugio Kabupaten
Lamongan, dapat dijelaskan bahwa dari 31 lansia yang memiliki skala

20
kekuatan otot 2 sebanyak 1 responden (3,2%), dan yang memiliki skala
kekuatan otot 3 sebanyak 12 responden (38,7%), edangkan yang memiliki
skala kekuatan otot 4 sebanyak 11 responden (35,5%) dan yang memiliki
skala kekuatan otot 5 sebanyak 7 responden (22,6%). Artinya hampir
sebagian lansia memiliki skala kekuatan otot 3 dan kekuatan otot 4. Setelah
diberikan Balance Exercise tingkat kekuatan otot pada lansia mengalami
peningkatan. Balance Exercise mencegah kemunduran gerak sendi
memelihara dan mempertahankan kekuatan otot serta memelihara mobilitas
persendian, sehingga dapat meningkatkan kekuatan otot pada lansia. Balance
Exercise (latihan keseimbangan) adalah serangkaian gerakan yang dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan keseimbangan baik statis maupun dinamis
melaui stretching, strengthening. Latihan khusus untuk membantu
meningkatkan kekuatan otot pada anggota gerak bawah dan sistem vestibular
atau keseimbangan tubuh.

Didukung oleh penelitian Wahyu Adhi Sudjarat dan Soetardji, 2014


dengan judul penelitian “Efek Pemberian Latihan Keseimbangan Dalam
mempertahankan kemampuan keseimbangan MANULA Panti Werda
Rindang Asih 1 Ungaran” dengan menggunakan metode eksperimen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 4 orang sebelum diberikan
treatment berupa latihan keseimbangan (balance exercise) menunjukkan nilai
keseimbangan yang cukup dan 6 orang menunjukkan nilai keseimbangan
yang baik. Sedangkan setelah diberikan latihan keseimbangan (balance
exercise) menunjukkan peningkatan secara umum nilai keseimbangannya,
yakni sebanyak 2 orang dalam kondisi keseimbangan yang cukup dan 8 orang
dalam kondisi keseimbangan yang baik. Pada saat melakukan serangkaian
gerakan latihan keseimbangan terjadi proses diotak yang disebut dengan
sentral compensation, yaitu otak akan berusaha menyesuaikan adanya
perubahan sinyal sebagai akibat dari rangkaian gerakan ini untuk beradaptasi.
Pada saat otot berkontraksi akan terjadi proses sintesa protein pada kontraktil
otot yang berlangsung lebih cepat dari penghancurnya. Hal yang terjadi
kemudian adalah bertambah banyaknya filamen aktin dan miosin secara

21
progresif didalam miofibril. Selanjutnya miofibril menjadi hipertropi. Serat
yang mengalami hipertopi akan meningkatkan komponen sistem metabolisme
pospagen termasuk ATP dan fospokreatin, akibatnya akan terjadi peningkatan
kemampuan sistem metabolisme aerob dan anaerob yang mampu
meningkatkan energi dan kekuatan otot. Adanya peningkatan kekuatan otot
pada lansia ini akan membuat tubuh semakin kokoh dalam menopang badan,
demikian pula akan kokoh dalam mempertahankan gerakkannya, hal ini yang
akan membuat lansia semakin seimbang posturnya.
3.3 Implikasi keperawatan
Isi jurnal dapat dimanfaatkan dan diterapkan dalam ilmu keperawatan
khusunya dibidang keperawatan gerontik sebagai upaya dalam mengurangi
resiko jatuh pada lansia, sehingga pelaksanaan nonfarmakologi balance
exercise ini diharapkan dapat dijadikan salah satu intervensi dalam masalah
keperawatan resiko jatuh karena balance exercise ini dapat dilakukan oleh
siapa saja dan tidak membutuhkan biaya yang mahal.

22
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
Ada pengaruh Balance exercise terhadap keseimbangan lansia dengan
resiko jatuh , fungsi dari Balance exercise yaitu mampu memberikan
perubahan fisiologis bagi tubuh manusia lebih lanjut akan meningkatkan
volume oksigen maksimum dan penurunan asam laktat, pengaruh lainnya
yaitu untuk sistem muskular pada anggota gerak bawah adalah meningkatkan
maximal muscular power yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi otot,
meningkatnya penampang luas otot, asupan nutrisi kedalam otot serta
memberikan efek pemeliharaan daya tahan. Adanya peningkatan kekuatan
otot pada lansia ini akan membuat tubuh semakin kokoh dalam menopang
badan, demikian pula akan kokoh dalam mempertahankan gerakannya. Hail
ini membuat lansia semakin seimbang posturnya.
1.2. Saran
1.2.1. Bagi Program Studi Profesi Ners
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan
bacaan tentang intervensi untuk mengatasi masalah pada lansia dengan
resiko jatuh.
1.2.2. Bagi Perawat
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
perawat dalam tindakan mandiri keperawatan yaitu memberikan edukasi
terkait balance exercise pada lansia dengan resiko jatuh.
1.2.3 Bagi Panti Sosial Tresna Werda
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi Panti Sosial
Tresna Werda dalam penanganan pada lansia dengan resiko jatuh dengan
menggunakan balance exercise dalam upaya meningkatan kesehatan bagi
lansia dengan resiko jatuh.

23
DAFTAR PUSTAKA
Andi, Magdalena. (2017). Pengaruh Core Stability Exercise Terhadap Risiko
Jatuh Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji, Gowa.
Journal International

Arifai, d. (2018). Journal Kesehatan. PENGARUH BALANCE EXERCISE


TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA LANSIA.
Budiono, S., Alamsyah, A., wahyu, T. (2014). Pelaksanaan Program Manajemen
Pasien dengan Risiko Jatuh di Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya,
vol. 28, suplemen No. 1.

Hutauruk, A. C. (2017). Pelaksanaan Pencegahan Risiko Jatuh yang Dilakukan


Perawat di Rumah Sakit. Journal Kesehatan.
Istiqomah. (2017). Journal Kesehatan. Hubungan Dukungan Soisal Keluarga
Dengan Perilaku Kegiatan ADL lansia.
Maryam, D., Nurrachmah, dan Hastoto, S. P., (2009). Hubungan Penerapan
Tindakan Keselamatan Pasien oleh Perawat Pelaksana dengan Kepuasan
Pasien di RSU Soetomo Surabaya.

Nursalam (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

Potter & Perry (2010). Fundamentals of Nursing Buku 2: Edisi 7. Amerika:


Elsevier.

Sagala, R. (2017). Pengaruh Balance Exercise Terhadap Keseimbangan Dan


Kekuatan Otot Lansia Dengan Resiko Jatuh Di Puskesmas. Journal
Kesehatan
Sudarajat, W. A. (2014). J Efek Pemberian Latihan Keseimbangan Dalam
Mempertahankan Kemampuan Keseimbangan Manula Panti Wredha
Rindang Asih 1 Ungaran. Journal Kesehatan
SUSENAS. (204). Survei Sosial Ekonomi Nasional . Jakarta: BPS.
WHO. (2016). World Health Organization Quality Of Life. WHO.
Wilkinson, J. M., (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta: EGC.

24

Anda mungkin juga menyukai