PASIEN JATUH
Disusun oleh
Rian Maruanto
NIM : 1420123171
2023/2024
I. TINJAUAN TEORITIS
KONSEP JATUH
1. Pengertian
Jatuh adalah suatu kejadian baik disengaja maupun tidak yang menyebabkan seseorang terbaring
dilantai atau tempat yang rendah (Weinberg,J et al, 2011). Kejadian Jatuh dapat terjadi pada
seseorang secara sadar ataupun tidak sadar, kejadian ini menyebabkan seseorang tertunduk dilantai,
mendadak terbaring, hingga seseorang tersebut dapat kehilangan ingatan dan luka (Kusumawaty,
2018).
Jatuh merupakan kejadian yang dialami seseorang dan merupakan salah satu masalah serius yang
terjadi di Ruang Rawat Inap karena keterbatasan pasien dalam melaku kan aktivitas disaat sakit
(Armany, 2017). Pasien dianggap mengalami jatuh bila mengalami luka dan dampak yang
signifikan terhadap fisiknya, walaupun pasien tersebut berhasil berdiri sendiri tanpa bantuan orang
lain ataupun kembali ketempat semula (kursi dan tempat tidurnya (PALOMAR 2016.Pdf, n.d.).
2. Etiologi Jatuh
Menurut (R. J. Mitchell et al., 2014), Kejadian jatuh disebabkan beberapa hal seperti:
(a) Lingkungan, seperti kamar mandi tanpa ada pegangan tangan, karpet yang terlipat,
pencahayaan yang kurang;
(b) penggunaan obat-obatan antidepresan, obat tidur, dan obat hipnotik;
(c) kondisi kesehatan seseorang; dan
(d) Kurangnya kebutuhan nutrisi yang menyebabkan kelemahan fisik. Penyebab dari kejadian
jatuh pada seseorang juga dikarenakan penurunan daya keseimbangan dan kekuatan otot
ekstremitas yang ditandai dengan kelemahan fisik dan gaya berjalan yang lemah,adanya
gangguan pada area ekstremitas bawah (kaki) dan penggunaan alas kaki yang tidak nyaman,
adanya penurunan daya penglihatan maupun pendengaran, adanya penurunan kognitif dan
presepsi, adanya kondisi medis yang serius, adanya perasaan takut akan jatuh, adanya
riwayat jatuh sebelumnya, adanya disorientasi ruangan maupun lingkungan (Willians, Perry,
& Watkins, 2010).
3. Klasifikasi Jatuh
Menurut Morse (2009) dalam Wilson, 1998), Jatuh dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe
yaitu:
1) Accidentalfalls
Lingkungan kurang aman, fasilitas sarana dan prasarana Rumah Sakit yang kurangnya
pencahayaan, lantai licin, tidak rata, dan mengganggu merupakan penyebab utama jatuh jenis ini.
Accidental Falls juga dapat disebabkan karena keadaan kamar mandi yang kurang bersih serta
lantai licin, tidak tersedianya alat bantu jalan bagi pasien (seperti handrail), tempat tidur terlalu
tinggi, tidak tersedianya siderail sebagai pengaman pasien saat tidur atau beraktivitas di atas
tempat tidur. Pasien terpeleset karena lantai licin, tersandung, atau kecelakaan yang tidak
disengaja ini diperkirakan terjadi pada 14% pasien di Rumah Sakit.
2) Anticipatedphysiologicalfalls
Insiden jatuh jenis ini terjadi karena kondisi kesehatan tubuh pasien (fisiologis). Kejadian jatuh
jenis anticipatedphysiologicalfallspaling sering terjadi yaitu sekitar 78% dari penyebab kejadian
jatuh. Kondisi fisiologis pasien sudah dapat diprediksi dan ditemukan pencegahannya dengan
cara melatih pasien dalam meningkatkan keseimbangan saat berjalan dan kekuatan otot. Kondisi
fisiologis yang menyebabkan kejadian jatuh adalahkeadaan dimana pasien membutuhkan alat
bantu untuk berjalan karena kelemahan otot kaki, pasien post operasi, maupun karena cedera
pada kaki. Faktor yang dapatmemprediksi kejadian jatuh jenis anticipated physiological falls
adalah paseien memiliki lebih dari beberapa diagnosa medis, riwayat jatuh sebelumnya,
kelemahan atau gangguan berjalan, kurangnya pengkajian atau mental pasien dalam menyadari
kemampuannya untuk berjalan kekamar mandi tanpa pendampingan keluarga atau tenaga medis,
terpasangnya alat infus atau alat medis lainnya.
4. Faktor Resiko
Menurut WHO (2015) dan Tideiksaar (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi resiko jatuh pada
pasien meliputi:
1) Usia
Kemampuan untuk menghindari kejadian jatuh sangat tergantung pada kemampuan seseorang
mempertahankan keseimbangan. Fungsi dari sistem syaraf dan otot akan menurun secara
bertahap seiring bertambahnya usia, kelemahan fungsi ekstremitas ini mempengaruhi
keseimbangan individu dan meningkatkan risiko jatuh karena gangguan kontrol dan
kelemahan otot merupakan salah satu faktor prediktor penting terhadap kejadian jatuh pasien
di Rumah Sakit.
2) Jenis Kelamin
Penelitian di dunia menunjukkan bahwa Insiden Jatuh lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pria. Hal ini berbanding terbalik dengan angka kematian akibat jatuh, pada pria
lebih memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi akibat jatuh dibandingkan wanita.
Beberapa penelitian menunjukkan aktivitas fisik yang dilakukan pria lebih berbahaya, seperti
perilaku naik tangga yang tinggi, membersihkan atap atau mengabaikan batas-batas
kemampuan fisik mereka.
3) Penggunaan Obat
Pengaruh kondisi medis seseorang dan terapi obat seperti obat hipertensi dapat mempengaruhi
hipotensi postural yang berdampak pada gaya gravitasi tubuh, sistem koordinasi gerak,kepala
pusing dikarenakan perubahan mekanisme keseimbangan dan kemampuan untuk mengenal
lingkungan sehingga meningkatkan risiko jatuh pada pasien. Obat penenang juga memiliki
dampak peningkatan risiko jatuh, obat-obatan yang dapat menyebabkan jatuh yaitu: anti
aritmia, anti kolinergik, anti konvulsan, diuretik, benzodiasepin atau obat hipnotik lainya, anti
psikotik, antidepresan dan alkohol.
Menurut (Julimar, 2018), Faktor resiko jatuh dibagi menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik,
yaitu:
1. Faktor intrinsik
Faktor instrinsik adalah variabel-variabel yang menentukan mengapa seseorang dapat jatuh
pada waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi yang sama mungkin tidak jatuh . Faktor
intrinsik tersebutantara lain adalah gangguan muskuloskeletal misalnya menyebabkan
gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah. kekakuan sendi, sinkope yaitu
kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke
otak dengan gejala lemah, penglihatan gelap, keringat dingin, pucat dan pusing.
2. Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya) diantaranyacahaya
ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tersandung benda- benda. Faktor-faktor
ekstrinsik tersebut antara lain lingkungan yang tidak mendukung meliputi cahaya ruangan
yang kurang terang, lantai yang licin, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil,
atautergeletak di bawah, tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok, obat-obatan yang
diminum dan alat-alat bantu berjalan.
Keterangan :
Tidak beresiko : 0-24 (perawatan dasar)
Resiko rendah : 25-50 (pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh sekunder)
Resiko tinggi : ≥ 51 (pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh tinggi)
b. Jika hasil pengkajian menunjukkan pasien mempunyai nilai atau skor risiko jatuh,maka
perawat bisa menentukan intervensi yang akan dilakukan dan disesuaikandengan kondisi
pasien. Adapun intervensi yang bisa dilakukan meliputi :
1) Memasang stiker tanda risiko jatuh di depan pintu kamar pasien untuk pasiendengan
skor MORSE >25.
2) Memasang stiker tambahan risiko jatuh di depan pintu kamar pasien dengan riwayat
jatuh sebelumnya.
3) Memasang gelang kuning sebagai identifikasi pasien dengan risiko jatuh.
4) Menempatkan pasien risiko jatuh di ruangan yang berdekatan satu sama lainagar
memudahkan proses observasi rutin.
5) Menempatkan pasien risiko jatuh di ruangan yang dekat dengan nurse station.
6) Melibatkan keluarga sebagai caregivers dan menyarankan keluarga untukselalu
menemani 24 jam penuh setiap hari.
7) Menggunakan metode ―one-on-one sitters‖ jika diperlukan.
8) Perawat berkeliling setiap jam, menawarkan bantuan ke kamar mandi sesuaiyang
dijadwalkan dan membantu memenuhi kebutuhan hidrasi.
9) Memastikan penerangan kamar dan kamar mandi sudah adekuat.
10) Adanya laporan mengenai status risiko jatuh pasien setiap operan jaga
sertapembahasan dalam masing- masing tim shift setiap 12 jam.
Hempel, et al., (2013) melalui penelitiannya juga menyebutkan bahwa langkah-langkah
pencegahan kejadian pasien jatuh yaitu :
1) Melakukan pengkajian risiko jatuh.
2) Memberikan penanda bagi pasien dengan risiko jatuh.
3) Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga terkaitrisiko jatuh.
4) Pemantauan keliling.
5) Memasang alarm di bed-exit.
6) Melakukan evaluasi postfall.
c. Intervensi
a. Intervensi Jatuh standar untuk risiko rendah:
1) Tingkatkan observasi bantuan yang sesuai saat ambulasi.
2) Keselamatan lingkungan.
3) Hindari lingkungan yang kacau balau, dekatkan bel dan telepon, gunakanpenerangan
yang cukup pada malam hari, posisi tempat tidur rendah,terpasang penghalang
tempat tidur/side rail, roda tempat tidur harus selaluterkunci.
4) Monitor kebutuhan pasien. Keluarga menamani pasien yang beresiko jatuh.
5) Edukasi perilaku untuk mencegah jatuh pada pasien dan keluarga, tempatkan
standing akrilik dimeja pasien.
6) Gunakan alat bantu jalan (walker, handrail).
7) Lakukan penilaian ulang skor jatuh bila ada perubahan kondisi atau pengobatan.
b. Intervensi jatuh resiko tinggi
1) Pasang pita kuning atau klip risiko jatuh pada pasien.
2) Pasang tanda peringatan risiko jatuh kunig pada tempat tidur pasien.
3) Lakukan intervensi jatuh standar.
4) Strategi mencegah jatuh dengan penilaian jatuh yang lebih detail sepertianalisa cara
berjalan.
5) Tempatkan pasien di dekat nurse station.
6) Pastikan handrail kokoh dan muah dijangkau oleh pasien.
7) Siapkan alat bantu.
8) Lakukan penilaian ulang risiko jatuh tiap shift.
6. Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien Rumah Sakit merupakan suatu sistem rumah sakit dengan membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisa insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko
dan mencegah terjadinya cidera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (permenkes, 2011).
Rumah sakit perlu mengevaluasi resiko pasien jatuh dan mengambil tindakan untuk mengurangi
resiko cidera, dalam hal ini perawat sebagai profesi yang paling banyak dan paling lama
berinteraksi dengan pasien khususnya dalam pelaksanaan resiko jatuh maka hal ini perlu
dimanajemen dengan baik. Kegiatan pengabdian ini di awali dengan melakukan asesmen
lapangan di Rumah Sakit yang terdiri dari manajemen layanan dan manajemen asuhan
keperawatan.
Hasil pengkajian awal ditemukan permasalahan mengenai resiko jatuh yang merupakan bagian
dari sasaran keselamatan pasien di Rumah Sakit. Keselamatan pasien dan kepuasaan pasien
merupakan indikator utama dalam sistem pelayanan kesehatan. Patient safety (keselamatan
pasien) merupakan suatu sistem yang memastikan asuhan pada pasien jauh lebih aman
(Kemenkes RI, 2015)
III. Implikasi
1) Pada jurnal Rani Umina, Vetty Yulianty Permanasari (Mei 2023):
Pada prinsipnya, rekomendasi atas hasil assessmentrisiko perlu ditindaklanjuti mulai
dari petugas yang bersinggungan langsung dengan pasien sampaidirektur. Sebagai tim
yang bertanggungjawab terhadap keselamatan pasien, Komite manajemenrisiko dan
keselamatan pasien dapat melakukanpengkajian, pengembangan, dan pengawasanterhadap
implementasi protocol manajemen risiko pasien jatuh, memastikan kepada perawat untuk
melakukan pelaporan jika terjadi insiden pasien jatuh tanpa rasa takut, melakukan follow up
terhadap pelaporan insiden pasien jatuh dan laporan tindak lanjut insiden pasien jatuh yang
sudahdilakukan dengan disertai dengan dokumentasiyang konkret, memberikan umpan balik
kepadainstalasi rawat inap terkait capaian indikator,melakukan pengawasan langsung terhadap
pelaksanaan asesmen risiko pasien jatuh, edukasi pasien, dan tatalaksana risiko pasien jatuh,
danmelakukan validasi data capaian indikator asesmenulang risiko jatuh dan kelengkapan
pengisianformulir edukasi pasien, dan mengkaji kembalikesesuaian indikator yang dijadikan
tolak ukuruntuk menilai manajemen risiko pasien jatuhterhadap tujuan keselamatan pasien dan
manajemenrisiko pasien jatuh.
5) Intervensi resiko jatuh yang dilakukan oleh perawat, mampu untuk mencegahatau
meminimalisir kejadian jatuh selama perawatan karena akan beresiko tinggi terhadap
keselamatan pasien. Intervensi yang dapat dilakukan perawat antara lain perawat memasang
gelang identifikasi risiko jatuh pada pergelangan tangan pasien, memasangkantanda pengkajian
jatuh, mengatur posisi tempat tidur pasien dan memasang pagar pengaman pasien (Setyarini &
Herlina, 2013). Selain itu perawat menempatkan bel panggilan dalam jangkauan pasien serta
keluarga selalu mendampingi pasen (Nurihsan, 2018).
IV.Kesimpulan
Pengetahuan petugas mempengaruhi penerapan pencegahan risiko jatuh pada pasien rawat inap. Beban kerja
petugas mempengaruhi penerapan pencegahan risiko jatuh pada pasien rawat inap. Pelaksanaan penerapan
risiko jatuh pada pasien berperan penting bagi penilaian mutu pelayanan di rumah sakit.Petugas dengan
pendidikan tinggi lebih patuh dalam pelaksanaan SOP. Penerapan pencegahan risiko jatuh pada pasien
rawat inap
Memberikan keselamatan kepada pasien merupakan hal yang sangat penting. Dan untuk mencapai
keselamatan pasien diperlukan sasaran-sasaran keselamatan pasien, salah satunya adalah mengurangi
resiko pasien cedera karena jatuh. Bila resiko pasien cedera karna jatuh ini bisa dikurangi, maka proses
penyembuhan klien akan lebih cepat. Tanggung jawab sasaran ini terutama ada pada rumah sakit selaku
penyedia fasilitas, namun segala komponen yang terkait juga punya tanggung jawab yang besar terhadap
keselamatan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Arsiyanti, N. (2020). Kepatuhan Perawat Dalam Penerapan Standar Operasional Prosedur Resiko Jatuh pada
Pasien sebelum dan sesudah diberikan Remnder Audio Visual Resiko Jatuh terhadap di Ruang Kepodang
RSUP DR Kariadi Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Setyarini, E. A., & Herlina, L. L. (2013). Kepatuhan Perawat Melaksanakan Standar Prosedur Operasional Pencegahan
Pasien Resiko Jatuh di Gedung Yosep 3 Dago dan Surya Kencana Rumah Sakit Borromeus. Jurnal Kesehatan, 94-
105.
Noorratri, E. D., Leni, A. S. M., & Kardi, I. S. (2020). Deteksi dini resiko jatuh pada lansia di posyandu lansia kentingan,
kecamatan jebres, surakarta. GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2), 128-136.
Suryani, U. (2018). Hubungan tingkat kemandirian dalam aktivitas sehari-hari dengan resiko jatuh pada lansia di PSTW
Sabai Nan Aluih Sicincin Kabupaten Padang Pariaman. Jurnal Kepemimpinan dan Pengurusan Sekolah, 3(1), 89-
98.
Nurhayati, S., Rahmadiyanti, M., & Hapsari, S. (2020). Kepatuhan Perawat Melakukan Assessment Resiko Jatuh
Dengan Pelaksanaan Intervensi Pada Pasien Resiko Jatuh. Jurnal Ilmiah Keperawatan, 15(2), 278-284.
Astuti, N. P., Dos Santos, O. S., Indah, E. S., & Pirena, E. (2021). Upaya pencegahan pasien resiko jatuh dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah sakit. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan, 5(2), 81-89.